Oleh :
Kelompok 1
T.A 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji serta rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkah dan rahmat-Nyalah serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini tentang “Asidosis Metabolik Luka Bakar”. Dengan
harapan makalah ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah
keperawatan gawat darurat.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami
dalam rangka pengembangan dasar ilmu keperawatan gawat daruratyang
berkaitan dengan luka bakar.Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keperawatan gawat darurat
secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan
masih perlu perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun
pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa
mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
ikut memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iv
PENDAHULUAN..................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang.........................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................v
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................v
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................vi
BAB II....................................................................................................................vii
TINJAUAN TEORI...............................................................................................vii
2.1 Konsep Dasar Medis....................................................................................vii
2.1.1 Pengertian..............................................................................................vii
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi...........................................................................vii
2.1.3 Patofisiologi Teori................................................................................xiii
2.1.4 Penatalaksanaan....................................................................................xvi
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan...................................................................xvii
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................xvii
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................xxii
2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................xxii
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................xxv
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................xxv
BAB III..............................................................................................................xxvii
PENUTUP.........................................................................................................xxvii
3.1 Kesimpulan..............................................................................................xxvii
3.2 Saran.........................................................................................................xxvii
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................xxix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Combutio atau luka bakar merupakan suatu kejadian yang paling
sering terjadi di Indonesia dan negara lainnya. Luka bakar yang terjadi dapat
disebabkan oleh panas, listrik ataupun kimia. Dan kecelakaan luka bakar ini
dapat terjadi dimana-mana seperti di rumah, kantor ataupun tempat umum
yang lainnya (mal, terminal).Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup
tinggi, lebih dari 250 jiwa pertahun meninggal akibat luka bakar. Dikarenakan
jumlah anak-anak dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan
anak-anak dan lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran, selain itu laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dibanding wanita (Rohman Azzam,
2008).
Pasien cedera luka bakar dianggap sebagai pasien trauma multiple
karena efek fisiologik dari luka bakar pada sistem organ. Selain itu, pada
cedera luka bakar, pasien sering mengalami cedera traumatik. Terdapat
kegawatdaruratan yang dapat muncul pada penderita luka bakar salah satunya
adalah asidosis metabolik dimana terjadi ketidakseimbangan asam basa yang
disebabkan oleh perfusi jaringan yang tidak adekuat. Biasanya terjadi pada pasien
dengan luka bakar yang cukup luas, karena kehilangan cairan yang banyak.
Sehingga penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus ,
disebabkan luka bakar terdapat keadaan seperti mengeluarkan banyak air,
serum, darah, terbuka untuk waktu yang lama dan ditempati kuman dengan
patogenitas tinggi atau dengan kata lain mudah terinfeksi (Pamela S. Kidd,
2010).
Tujuan penatalaksanaan luka bakar di unit gawat darurat adalah
menghentikan proses luka bakar, mempertahankan jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi (ABC), mempertahankan jaringan yang ada, serta mencegah infeksi.
Oleh sebab itu, pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius dimana
dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Perawat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
tenaga kesehatan khususnya perawat agar mengetahui asidosis metabolik luka
bakardan mampu menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi, juga oleh sebab kontak
dengan suhu rendah. Luka bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat
lain berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik (Clevo & Margareth, 2012).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat
langsung atau ekspose dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan
gejala, tergantung luas dalam dan lokasi lukanya (Andra & Yessie, 2013).
Kegawatdaruratan yang dapat muncul pada penderita luka bakar salah
satunya adalah asidosis metabolik dimana terjadi ketidakseimbangan asam basa
yang disebabkan oleh perfusi jaringan yang tidak adekuat, adanya peningkatan
produksi asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi
produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonat serum. Kondisi ini akhirnya
menyebabkan asidemia atau keasaman darah, dimana pH arteri turun hingga
dibawah 7,35. Biasanya terjadi pada pasien dengan luka bakar yang cukup luas,
karena kehilangan cairan yang banyak. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan koma (Pamela S. Kidd,
2010).
Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri,
kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu,
perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum
mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban
dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3 lapisan utama
yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
2. Dermis (Korium)
Dermis merupakan lapisan dibawah epidermis, terdiri atas jaringan ikat yang
memiliki dua lapisan:
a. Pars papilaris yang terdiri atas sel fibroblast yang memproduksi kolagen
b. Retikularis yang memiliki banyak pembuluh darah, tempat akar rambut
kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus
Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan–
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh–pengaruh
luar seperti luka atau serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari
diselubungi dengan lapisan tipis lemak yang menjadikan kulit tahan air. Kulit
dapat menahan suhu tubuh, menahan luka–luka kecil, mencegah zat kimia dan
bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang – rangsang fisik seperti
sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsangan sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaa, dan getaran.
Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung – ujung saraf sensasi.
3. Pengontrol/pengatur suhu
Bertahan pada suhu dingin dan kondisi panas yang membuat peredaran
darah meningkat sehingga terjadi penguapan keringat.
4. Sebagai penjaga keseimbangan air
a. Sratum korneum dapat menyerap air sehingga mencegah kehilangan air
serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.
b. Air mengalami evaporasi (repirasi tidak kasat mata) kurang lebih 600
ml/hari untuk orang dewasa.
5. Tempat produksi vitamin D
a. Kulit yang terpapar sinar UV akan mengubah substansi untuk mensintesis
vitamin D.
(Budiyono, 2011).
2.2 Etiologi
a. Luka Bakar Termal
Termal Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab
paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan
suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan
logam yang panas (Moenadjat, 2009).
b. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan
zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri,
pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
c. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar
listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di
permukaan tubuh (Moenadjat, 2009).
d. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industry atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012).
2.1.3 Patofisiologi
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak
baru lahir sampai 2 m2 pada orang dewasa. Luka bakar disebabkan oleh
perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh, dapat dikelompokkan menjadi
luka bakar termal, radiasi atau kimia. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau
bila luka terjadi diwajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnoe, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat
jelaga.Dapat juga terjadi keracunan gas CO (karbon monoksida) sangat kuat yang
terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak lagi mampu mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, binggung, pusing, mual dan muntah
(Sjamsuhidajat, dkk, 2010).
Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis,
dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kulit
kontak dengan sumber panas atau penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan
mempengaruhi kerusakan/gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel.
Kedalaman luka bakar diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III sesuai dengan
tabel dibawah.
2.1.4 Penatalaksanaan
2.2.1 Pengkajian
1. Primary Survey
a. Airway
Periksa mulut dan hidung apakah ada jelaga, luka bakar, lepuh, dan
edema. Perhatikan rambut wajah dan hidung yang hangus. Bila tanda
iniada, pertahankan indeks kecurigaan tinggi adanya cedera inhalasi
Pantau bunyi inspirasi abnormal pada pasien (mis.,bunyi seperti gagak,
stridor, dan kasar) yang mungkin berkaitan dengan sumbatan parsial
faring dan laring karen edema luka bakar
Luka bakar yang mengelilingi leher dapat mengganggu jalan napas
sebagai akibat efek edema tipe torniket
b. Breathing
Evaluasi frekuensi pernapasan, penggunaan otot aksesori, simetrisitas
dinding dada, dan ekskursi
Luka bakar derajat-tiga yang mengelilingi dada dapat merusak ekspansi
dada karena pembentukan krusta tebal. Pembuangan krusta mungkin
perlu dilakukan untuk memungkinkan ekspansi dada saat inspirasi
Auskultasi paru, apakah ada gerakan dada bilateral dan bunyi tambahan
Kaji adanya agitasi atau perubahan tingkat kesadaran
Selain tanda kemungkinan status cedera inhalasi pada pengkajian jalan
napas, suara serak, stridor, mengi, batuk sputum mengandung karbon,
takipnea, dispnea, dan agitasi mungkin ditemukan selama pengkajian
pernapasan
c. Circulation
Pasien luka bakar akan mengalami penurunan curah jantung dalam
beberapa menit pertama cedera
Takikardi
Kaji nadi, khususnya pada bagian distal luka bakar. Nadi yang tidak
dapat diraba harus dievaluasi dengan Doppler. Luka bakar derajat ketiga
yang mengelilingi ekstremitas mungkin memerlukanpembuangan krusta.
Kaji pengisian ulang kapiler, rangka tubuh dan suhu ekstremitas serta
warna kulit
Kaji perfusi serebral dengan mengevaluasi tingkat kesadaran pasien.
Afinitas karbon monoksida pada hemoglobin 200 kali lebih kuat
dibandingkan oksigen. Tanda dan gejala perfusi jaringan yang tidak
adekuat dapat menunjukkan keracunan karbon monoksida
d. Disability
Mengkaji ulang AVPU (Alert, Verbal, Pain, Unrespons)pasien,
melakukan pemeriksaan GCS dan tingkat kesadaran dari pasien : sadar/ somnolen/
sopor/ koma, serta kedaan pupil dengan menggunakan penlight.
2.Secondary Survey
Secondary survey merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan
secara head to toe, hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil.
Beberapa pengkajian sekunder yang harus di lakukan pada pasien luka bakar
antara lain :
a. Tentukan luas luka bakar
Berbagai jenis formula yang digunakan untuk menghitung jumlah cairan
yang harus diberikan kepada pasien luka bakar harus berdasarkan total
permukaan tubuh (TBSA: total body surface area) yang cedera. Luas luka bakar
pada dewasa dihitung menggunakan rumus sembilan (Rule of nine) yang
diprovokasi oleh Wallace, yaitu:
Dewasa Anak
Kepala dan leher : 9% 18%
Lengan masing-masing 9% : 18% 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 36%
Tungkai masing-masing 18% ; 13,5 % : 36% 27%
Genitatalia/perinium : 1% 1%
Total : 100%
3. TersierSurvey
a. Pemeriksaan darah
Darah lengkap
Kadar HbCO
Gula darah
Elektrolit
Analisa gas darah
Golongan darah beserta pemeriksaan lainnya
Tes kehamilan pada penderita wanita usia subur
b. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto toraks
Foto toraks dilakukan setelah pemasangan ET
c. Pemasangan pipa lambung
Bila penderita muntah-muntah, kembung, luka bakar melebihi 20% harus
dipasang pipa lambung yang dihubungkan dengan alat penghisap. Pada penderita
yang memerluka transfer ke pusat luka bakar harus dipasang NGT.
d. Obat-obatan narkotik, analgesik, dan sedatif
Penderita luka bakar berat sering gelisah yang disebabkan hipoksemia dan
hipovolemia daripada disebabkan rasa nyeri. Oleh karena itu penderita akan
membaik setelah pemberian oksigen atau cairan infus daripada narkotik,
analgesik, atau sedatif. Bila obat-obatan tersebut memang diperlukan berikanlah
dalm dosis kecil, bisa diberikan berulang-ulang dan diberi secara IV.
e. Antibiotika
Pemberian antibiotik profilaksis tidak dianjurkan pada saat-saat pertama
luka bakar baru terjadi, antibiotik hanya diberikan bila terjadi inflamasi.
Rumus Baxter
Berikut ini rumus Baxter untuk menghitung total kebutuhan cairan pasien
luka bakar:
1 Defisit volume cairan Tujuan: volume cairan adekuat NIC : manajemen cairan 4120:
berhubungan dengan
peningkatan perneabilitas NOC L1: Keseimbangan cairan 1. Jaga intake atau asupan
0601: yang yang akurat dan catat
kapiler dan kehilangan
output pasien
volume plasma dari ruangan 1. Tekanan darah (2)
vascular (pergeseran cairan) 2. Monitor tanda-tanda vital
2. Keseimbangan intake dan pasien
output selama 24 jam (2)
3. Kaji lokasi dan luasnya
NOC L2: pemulihan luka bakar edema jika ada
1107:
4. Berikan cairan dengan
1. Granulasi jaringan (2) tepat
2. Perfusi area luka bakar (2) 5. Distribusikan cairan
selama 24 jam
3. Keseimbangan cairan (2)
4. Pergeran sendi dan
ekstremitas (2)
5. Nyeri (2)
6. Infeksi (2)
7. Edema pada luka bakar (2)
2 Gangguan pertukaran gas Tujuan : pertukaran gas Kembali NIC: monitor pernapasan 3350:
berhubungan dengan cedera normal 1. Monitor kecepatan, irama,
alveolar dan penurunan NOC : status pernapasan: kedalaman dan kesulitan
pertukaran gas 0402: bernapas
hemoglobin.
1. Saturasi oksigen (2) 2. Monitor suara napas
tambahan seperti ngorok
2. Keseimbangan ventilasi dan atau mengi
perfusi (2)
3. Monitor saturasi oksigen
pada pasien yang tersedasi
4. Auskultasi suara napas
setelah Tindakan
5. Berikan bantuan terapi
napas jika diperlukan
3 Perubahan perfusi jaringan Tujuan : Perfusi jaringan perifer NOC : pengecekan kulit 3590:
perifer yang berhubungan kembali normal 1. Amati warna, kehangatan,
dengan edema seluruh NOC L1: perfusi jaringan perifer bengkak, pulsasi tekstur,
edema dan ulserasi pada
tubuh, jaringan avaskular, 0407: ekstremitas
penurunan haluar jantung, 1. Nilai rata-rata tekanan darah 2. Monitor warna dan suhu
dan hipovolemia. (2) kulit
2. Edema perifer (2) 3. Moitor infeksi, terutama
3. Kerusakan kulit (2) dari daerah edema
5 Kerusakan integritas kulit Tujuan : penyembuhan integritas NIC : Perawatan luka 3660:
yang berhubungan dengan kulit 1. Berikan rawatan insisi
luka bakar, edema, dan NOC: integritas jaringan kulit pada luka dengan tepat
kerusakan mobilitas fisik dan mebran mukosa 1101: 2. Oleskan salep yang sesuai
seperti yang ditunjukkan 1. Perfusi jaringan (2) dengan kulit
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat
langsung atau ekspose dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan
gejala, tergantung luas dalam dan lokasi lukanya (Andra & Yessie, 2013).
Cedera panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang berkaitan
dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari
20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang
terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang (Corwin, 2000).
Kegawatdaruratan yang dapat muncul pada penderita luka bakar salah
satunya adalah asidosis metabolik dimana terjadi ketidakseimbangan asam basa
yang disebabkan oleh perfusi jaringan yang tidak adekuat, adanya peningkatan
produksi asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi
produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonat serum. Kondisi ini akhirnya
menyebabkan asidemia atau keasaman darah, dimana pH arteri turun hingga
dibawah 7,35.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis berharap
dengan makalah ini semoga mahasiswa/i dapat mengerti bagaimana asuhan
keperawatan gawat daruratpada pasien luka bakar yang mengalami asidosis
metabolik, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit tersebut, sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan
tindakan keperawatan dan dapat meningkatkan wawasan tentang asuhan
keperawatan asidosis metabolik pada luka bakar.
Bagi perawat semoga akan terus meningkatkan kualitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien asidosis metabolik dengan ikut
melibatkan keluarga dalam perawatan pasien dengan cara dapat melakukannya
bersamaan ketika melakukan tindakan lain sehingga dapat meminimalkan masalah
keperawatan, serta bagi penulis karyatulis ilmiah lainnya untuk lebih menggali
dan meningkatkan teori-teoriserta penemuan yang mendukung kasus asidosis
metabolik pada luka bakar.
DAFTAR PUSTAKA