Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KIMIA RADIASI

PELURUHAN β+ (POSITRON)

OLEH:

TETTY ARSETY GULUH (F1C1 20 024)

TASYA (F1C1 20 023)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................................5

1. 4 Manfaat................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Proses peluruhan β+ (positron)..........................................................................6

2.2 Pemancaran β+...............................................................................................13

2.3 Sifat Radiasi Beta..........................................................................................13

BAB III PENUTUP...............................................................................................14


3.1 Kesimpulan........................................................................................................14

3.2 Saran....................................................................................................................14
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah- Nya, sehinggaa kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ PELURUHAN β+ (POSITRON)”. Penyusunan makalah
ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kimia radiasi . Kami berharap
dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang kimia. Serta
pembaca dapat menegetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya peluruhan β+
(positron) itu.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunanmakalah ini. Karena


itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu selama proses
penyusunan makalah ini.

Kendari, 22 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak stabil untuk


memancarkan radiasi menjadi inti yang stabil. Besarnya radioaktivitas suatu unsur
radioaktif ditentukan oleh konstanta peluruhan (l), yang menyatakan laju
peluruhan tiap detik, dan waktu paro (t1/2). Kedua besaran tersebut bersifat khas
untuk setiap radionuklida. Berdasarkan sumbernya, radioaktivitas dibedakan atas
radioaktivitas alam dan buatan.
Peluruhan adalah perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom
yang lain, atau berubahnya suatu unsur yang lain. Sebuah inti radioaktif dapat
melakukan sejumlah reaksi peluruhan yang berbeda seperti peluruhan Alfa, Beta
dan Gamma. Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses dimana
sebuah inti atom yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel
radiasi).
Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah
nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit untuk memprediksi
peluruhan sebuah atom. Suatu atom yang tidak stabil dapat distabilkan dengan
cara radioaktivitas. Didalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
peluruhan beta (positron).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah


diantaranya sebagain berikut :
1. Bagaimana proses peluruhan β+ (positron) terjadi?
2. Bagaimana Pemancaran β+ yang berlangsung ?
3. Bagaimana Sifat Radiasi Beta ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses peluruhan β+ (positron) terjadi .


2. Untuk mengetahui proses Pemancaran β+ yang berlangsung .
3. Untuk mempelajari Sifat Radiasi Beta .

1. 4 Manfaat

1. Dapat mengetahui proses peluruhan β+ (positron) terjadi

2. Dapat mengetahui proses pemancaran β+ yang berlangsung ?

3. Dapat mempelajari sifat radiasi beta ?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses peluruhan β+ (positron)


Seperti peluruhan alfa, peluruhan beta merupakan suatu cara untuk inti
dapat merubah komposisinya supaya mencapai kemantapan yang lebih besar atau
peluruhan beta adalah peluruhan sebuah proton berubah menjadi neutron atau
sebuah neutron menjadi proton. Peluruhan beta terjadi pada inti tidak stabil yang
relatif ringan. Dalam peluruhan ini akan dipancarkan partikel beta yang mungkin
bermuatan negatif (b-) atau bermuatan positif (b+). Partikel b- identik dengan
elektron sedangkan partikel b+ identik dengan elektron yang bermuatan positif
(positron). Pada diagram N-Z, peluruhan b- terjadi bila nuklida tidak stabil berada
di atas kurva kestabilan sedangkan peluruhan b+ terjadi bila nuklidanya berada di
bawah kurva kestabilan. Dalam proses peluruhan b- terjadi perubahan neutron
menjadi proton di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan
sebagai persamaan inti berikut: zXA →Z+1YA + â- + í ,contohnya adalah 15P32
→16Y32 + â- + í.
Sedangkan dalam proses peluruhan b+ terjadi perubahan proton menjadi
neutron di dalam inti atom sehgga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai
persamaan inti berikut,. zXA →Z-1YA + â- + í contohnya adalah 8O15 →7Y15
+ â- + í Ada tiga jenis peluruhan b, yaitu : 1.Pemancaran negatron (b-), 2.
Pemancaran positron (b+) dan 3. Tangkapan elektron (EC). Bila suatu inti
mempunyai kelebihan netron, relatif terhadap isobar yang lebih stabil, kestabilan
yang lebih besar akan dicapai dengan perubahan satu netron menjadi proton.
Pemancaran negatron atau peluruhan negatron 1n → 1p +-1e + v . Bila suatu inti
mempunyai kelebihan proton relatif terhadap isobar yang lebih stabil, kestabilan
yang lebih besar dicapai dengan pengubahan suatu proton menjadi netron,
pengubahan ini dapat dilakukan dengan pemancaran positron (peluruhan positron)
atau dengan penangkapan elektron.
Pemancaran positron 1p → 1n +1e + v. Bila dua inti saling berdekatan,
penyusunan kembali nukleon dapat terjadi sehingga terbentuk satu atau lebih inti
baru. Proses seperti ini disebut reaksi nuklir. Inti bermuatan positif dan gaya tolak
antara keduanya cukup besar untuk mencegah keduanya untuk berdekatan
sehingga bereaksi, kecuali jika keduanya saling mendekati dengan kecepatan
tinggi. Dalam laboratorium, orang mudah menimbulkan reaksi nuklir dalam skala
kecil yaitu dengan memakai partikel alpa yang dipancarkan oleh radionuklida atau
proton atau inti lebih berat yang dipercepat dengan berbagai cara. Akan tetapi
hanya satu reaksi nuklir yang terbukti merupakan sumber energi yang praktis
dibumi, yaitu fisi inti tertentu bila ditumbuk oleh neutron. Dalam reaksi nuklir
sebenarnya berkaitan dengan dua langkah terpisah. Pertama partikel datang
menumbuk inti target dan keduanya bergabung untuk membentuk inti baru yang
disebut inti majemuk yang nomor atomik dan nomor massanya merupakan
penjumlahan dari nomor atomik partikel-partikel semula dan penjumlahan nomor-
nomor massanya.
Inti majemuk tidak memiliki “ingatan” bagaimana terbentuknya, karena
nukleonnya tercampur tidak tergantung pada asalnya dan energi yang
membawanya menjadi keadaan tersebut oleh partikel datang dibagi-bagi diantara
nukleon-nukleon tersebut. Dibawah ini beberapa reaksi yang menghasilkan inti
majemuk 147N* (tanda bintang menyatakan keadaan eksitasi; inti mjemuk
biasanya tereksitasi dengan jumlah energi sekurang-kurangnya sama dengan
energi ikat partikel-partikel yang datang)
137N + 10n ®147N* (10,5 MeV)
136N + 11H ®147N* (7,5 MeV)
126C + 21H ®147N* (10,3 MeV)
116C + 31H ®147N* (22,7 MeV)
Pembentukan dan peluruhan inti majemuk mempunyai tafsiran yang sangat
menarik berdasarkan model nuklir tetes-cairan. Menurut model ini, inti tereksitasi
memiliki keserupaan dengan tetes cairan panas dengan energi ikat partikel yang
dipancarkan bersesuaian dengan kalor penguapan molekul cairan. Tetes cairan
seperti itu pada akhirnya akan menguapkan sebuah atau lebih molekulnya,
sehingga mendinginkannya. Proses penguapan terjadi jika fluktusi acak dalam
distribusi energi dalam tetesan menyebabkan molekul tertentu memiliki energi
cukup untuk melepaskan diri. Demikian juga, inti majemuk mempertahankan
eksitasinya, sampai suatu nukleon tertentu atau sekelompok nukleon tertentu
dalam sesaat ternyata bisa memiliki fraksi yang cukup besar dari energi eksitasi
untuk melepaskan diri dari inti tersebut.
Peluruhan beta pada hakekatnya merupakan konversi spontandari netron
nukril menjadi proton dan elektron, kesukaran tersebut dapat diatasi dengan
mengnggap bahwa elektron meninggalkan inti setelah elekron itu tercipta. Energi
elektron yang teramamati secara malar dari 0 hingga harga maksimum Kmaks =
yang merupakan karakteristik nukluidenya. Dalam setiap kasus , energi
maksimumnya ialah , Emaks = m0 c2 + Kmaks Yang dibawa oleh elektron
peluruhan sama dengan energi setara dari beda massa antara inti induk dan inti
anak. Hanya saja, sangat jarang elektron didapatkan terpancar dengan energi
Kmaks .pada suatu ketika, diduga bahwa energi yang hilang terjadi ketika
tumbukan antara elektron yang dipancarkan dan dan elektron atomik yang
mengelilingi inti. Momentum linier dan momentum sudut didapatkan tidak kekal
dalam peluruhan beta. Dalam peluruhan beta nuklide tertentu arah elektron yang
terpancar dan inti rekoil dapat diamati, ternyata arah tersebut tidak selalu tepat
berlawanan seperti yang diramalkan oleh hukum kekekalan momentum linier.
Ketakkekekalan momentum sudut diturunkan dari spin ½ dari elektron, proton
dan netron. Peluruhan beta menyangkut konversi netron nuklir menjadi proton :
n → p + e-

Karena spin masing – masing partikel yang tersangkut ialah ½ , reaksi tersebut
tidak dapat terjadi jika spin ( jadi momentum sudutnya ) harus kekal. Dalam tahun
1930, paulimengusulkan jika sebuah partikel bermuatan dengan massa kecil atau
nol dan spin ½ dipancarkan bersama – sama dengan elektron ketika terjadi
peluruhan beta, penyimpanan momentum linier dan momentum sudut, sehingga
diduga sebagai neutrino , membawa energi yang sama dengan selisih antara
Kmaks dan energi kinetik elektron yang sebenarnya. Kemudian ditemukan
terdapat dua neutrino yang tersangkut dalam peluruhan beta, neutrino itu sendiri ʋ
dan anti neutrino anti ʋ. Dalam peluruhan beta yang biasa neutrinolah yang
dipancarkan ,

n → p + e- + ʋ ( peluruhan beta )

hipotesis neutrino ternyata berhasil. Massa neutrino diduga tidak lebih dari
fraksi kecil dari massa elektron, karena Tmaks teramati sama, sekarang massa
neutrino diperkirakan sama dengan nol atau paling besar setara dengan beberapa
volt. Penyebab tak terdeteksinya neutrino secara eksperimental ialah interaksinya
denagn materi yang sangat lemah. Neutrino yang tak bermuatan dan tak bermassa,
dan tidak memiliki sifat elektromagnetik seperti foton, dapat melalui materi yang
jumlahnya besar tak terhalang. Sebuah neutrino bisa melintasi rata – rata lebih
dari 100 tahun cahaya dalam besi sebelum berinteraksi.
Elektron positif baiasanya disebut positron. Sifat positron identik dengan elektron,
kecuali muatan yang dibawanya adalah +e sebagai pengganti –e. Pemancaran
positron sebagai bersesuaian dengan konversi proton proton nuklir menjadi
neutron, positron dan neutrino.
p → n + e+ + ʋ ( pemancaran positron.)

Neutron di luar inti mengalami peluruhan beta negatif menjadi proton karena
massanya lebih besar daripada proton yang lebih ringan tidak dapat
bertransformasi menjadi neutron, kecuali didalam inti. Pemancaran positron
menghasilkan inti – anak yang nomor atomiknya lebih rendah dari Z, sedangkan
nomor massaya tak berubah. Dekat hubungannya dengan pemancaran positron
yaitu penangkapan elektron. Dalam elektron sebuah inti menyerap sebuah orbital
elektron orbitalnya, sehingga hasilnya ialah sebuah proton nuklir menjadi sebuah
neutron dan sebuah neutrino terpancar. Jadi reaksi pokok dari penangkapan
elektron ialah
P + e- → n + ʋ

Biasanya elektron diserap oleh kulit K, dan foton sinar – x terpancar,


ketika elektron atomik yang lebih luar jatuh mengisi keadaan yang kosong.
Panjang gelombang foton merupakan karakteristik dari unsur inti – anak, bukan
inti asalnya, dan proses itu dapat dikenal atas dasar itu. Penangkapan elektron
bersaing dengan pemancaran positron, karena kedua proses itu menghasilkan
transformasi nuklir yang sama. Penangkapan elektron terjadi lebih sering daripada
pemancaran positron dalam unsur berat karena orbit elektron unsur seperti itu
memiliki jari – jari yang lebih kecil; elektron yang lebih dekat ini memungkinkan
interaksi yang lebih kuat dari intinya. Karena hampir semua inti tak mantab dalam
alam Z – nya tinggi. Peluruhan beta proton dalam inti mengikuti skema sebagai
berikut:

p → n + e+ + ʋ
karena penyerapan elektron oleh inti setara dengan pemancaran positron, reaksi
penangkapan elektron adalah :
P + e- → n + ʋ
Pada intinya antineutrino setara dengan pemancaran neutrino, sehingga reaksi
P + ʋ → n + e+
Menyangkut proses fisis yang sama dengan peluruhan beta. Reaksi yang kedua
ini, disebut peluruhan beta balik. Dua reaksi peluruhan beta balik
P + ύ → n + e+
n + ʋ → p + e-
mempunyai peluang yang sangat rendah, sehingga neutrino mampu
menembus sejumlah materi besar. Jumlah fluks neutrino yang sangat besar
diahsilkan dalam matahari dan bintang lain ketikaka terjadi badai nuklir
didalamnya, dan fluks ini kelihatannya dapat bergerak bebas kesegala penjuru
semesta. Beberapa persen dari energi yang dilepaskan dalam reaksi seperti itu
dibawa neitrino. Interaksi nuklir yang kuat yang mengikat nukleon bersama untuk
membentuk inti tidak bisa menerangkan peluruhan beta. Interaksi berjangkauan
pendek yang lain ternyata bertanggung jawab untuk gejala itu : interaksi lemah.
Sejumlah struktur materi yang dipersoalkan, peranan interaksi lemah kelihatannya
terbatas pada penyebab peluruhan beta didalam inti yang rasio neutron/proton
tidak memadai untuk menjaga kemantapan. Interaksi ini juga mempengaruhi
partikel elementer yang bukan merupakan bagian dari inti dan dapat menyebabkan
transformasi menjadi partikel lain. Nama “ interaksi lemah “ timbul karena gaya
berjangkauan pendek lain yang mempengaruhi nukleon sangat kuat seperti yang
ditunjukan oleh energi ikat yang sangat tinggi dari inti. Interaksi gravitasional
lebuh lemah dari pada interaksi lemah pada jarak di mana yang kedua merupakan
faktor penting. Jadi ada empat interaksi pokok yang dipandang cukup untuk
mengatur struktur dan perilaku seluruh alam semesta fisis, dari atom sampai
galaksi bintang : gravitasional, elektromagnetik, nuklir kuat, nuklir lemah.

2.2 Pemancaran β+

Sebagian besar pemancar beta ini dihasilkan melalui penembakan partikel


neutron pada nuklida stabil. Oleh karena itu di dalam reaktor nuklir didapatkan
berbagai macam pemancar beta. Energi radiasi beta bersifat kontinu. Pemancar
beta sering digunakan dalam kedokteran dan juga dalam industri untuk mengukur
ketebalan materi.

2.3 Sifat Radiasi Beta

1. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali dari partikel a.


2. Jarak jangkauannya lebih jauh daripada partikel a, di udara dapat beberapa cm.
3. Kecepatan partikel b berkisar antara 1/100 hingga 99/100 kecepatan cahaya.
4. Karena sangat ringan, maka partikel b mudah sekali dihamburkan jika melewati
medium.
5. Partikel b akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan listrik.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peluruhan beta merupakan suatu cara untuk inti dapat merubah


komposisinya supaya mencapai kemantapan yang lebih besar atau peluruhan beta
adalah peluruhan sebuah proton berubah menjadi neutron atau sebuah neutron
menjadi proton. Peluruhan b- terjadi bila nuklida tidak stabil berada di atas kurva
kestabilan sedangkan peluruhan b+ terjadi bila nuklidanya berada di bawah kurva
kestabilan. Dalam proses peluruhan b- terjadi perubahan neutron menjadi proton
di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai
persamaan inti berikut: zXA →Z+1YA + â- + í. Sedangkan dalam proses
peluruhan b+ terjadi perubahan proton menjadi neutron di dalam inti atom sehgga
proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai persamaan inti berikut: zXA →Z-
1YA + â- + í. Pemancar beta sering digunakan dalam kedokteran dan juga dalam
industri untuk mengukur ketebalan materi. Pemancar beta yang sering digunakan
dalam kedokteran misalnya Sr-90, Y-90, P-32, Re-188, sedangkan untuk industri
sering digunakan Sr-90, P-32, Tl-208. Contoh reaksi inti untuk menghasilkan
pemancar beta adalah : 13Si31 + 0n1 → à + 15P32 + b-.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat


kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca pembaca semuanya demi untuk perbaikan makalah peneulis yang
berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai