Anda di halaman 1dari 102

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS

PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS


DI UPT PUSKESMAS DELI TUA KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2020

SKRIPSI

OLEH:

SHYNTA ARMENIA SEMBIRING


NPM: 16.11.162

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN
DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini dengan judul:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS


PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS
DI UPT PUSKESMAS DELI TUA KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2020

Yang di Persiapkan dan di Seminarkan Oleh:

SHYNTA ARMENIA SEMBIRING


16.11.162

Skripsi Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji
Seminar Program Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUA

Oleh:

Dosen Pembimbing Skripsi

Ns. Selamat Ginting, S.Kep, M.Kes


NPP.19760916.200601.1.002
LEMBAR PERSETUJUAN PELAKSANAAN SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA FAKULTAS


KEPERAWATAN INSTITUT KESEHATAN
DELI HUSADA DELITUA

Nama Mahasiswa : Shynta Armenia Sembiring

Npm : 16.11.162

Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderit Tuberkulosis


Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis
Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2020
Dengan ini dinyatakan telah mendapat izin dari pembimbing untuk pelaksanaan sidang
Skripsi

Dosen Pembimbing Skripsi

Ns. Selamat Ginting, S.Kep, M.Kes


NPP. 19760916.200601.1.002

Dekan Ketua Jurusan

Ns. Megawati Sinambela, S.Kep, M.Kes Ns. Herri NovitaTarigan, M.Kep


NPP:1962.1116.199304.2.002 NPP.19801019.200609.2.002
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS


PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS
DI UPT PUSKESMAS DELI TUA KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2020

Oleh:

SHYNTA ARMENIA SEMBIRING


16.11.162

Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing

Ns. Selamat Ginting, S.Kep, M.Kes


NPP.19760916.200601.1.002

Mengetahui:
Ketua program studi keperawatan
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua

Ns. Herri Novita Tarigan, M.Kep


NPP.19801019.200609.2.002
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS


PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS
DI UPT PUSKESMAS DELI TUA KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2020

Yang dipersiapkan dan diseminarkan oleh:

SHYNTA ARMENIA SEMBIRING


NPM: 16.11.162

Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan


Komisi Penguji Sidang Akhir Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
INSTITUT KESEHATAN DELIHUSADA DELITUA

Tim Penguji

Penguji I

Ns. Selamat Ginting, S.Kep, M.Kes


NPP.19760916.200601.1.002

Penguji II Penguji III

Ns. Herri Novita Tarigan, M.Kep Nurul Aini Siagian, S.ST, M.Keb
NPP.19801019.200609.2.002 NPP.19921401.201408.2.002

Mengetahui

Dekan Ketua Jurusan

Ns. Megawati Sinambela, S.Kep, M.Kes Ns. Herri Novita Tarigan, M.Kep
NPP.19621116.199304.2.002 NPP.19801019.200609.2.002
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Shynta Armenia Sembiring

Npm : 16.11.162

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini yang berjudul Hubungan


Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat
Anti Tuberkulosis Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
adalah benar hasil karya saya sendiri dan bukan hasil duplikat dari karya orang lain
.Saya bertanggung jawab atas kesalahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap
ilmiah yang di jungjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersediamendapatkan sanksi akademik jika
kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Delitua, 11 Juli 2020

Yang Menyatakan

Shynta Armenia Sembiring


ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Tb Paru Dengan Kepatuhan Minum


Obat Anti Tuberkulosis Di UPT Puskesmas Deli Tua
Kabupaten Deli Sedang Tahun 2020

Shynta Armenia Sembiring1, Ns. Selamat Ginting S.Kep M.Kes2.


Program Studi Ilmu Keperawatan, Program Sarjana
Institut Kesehatan Deli Husada Delitua
Shyntaarmenia2101@gmail.com

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberculosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat dan memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Insiden tuberculosis dilaporkan bahwa meningkatnya
secara drastis pada terakhir ini di seluruh dunia termasuk Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan serta sikap penderita Tb paru
dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis. Jenis penelitian ini adalah analitik
observasional dengan Cross Sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat dan
bivariat menggunakan uji chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Perhitungan
dilakukan dengan program SPSS dengan p < α=0,05 maka ada hubungan. Jumlah
sampel yang tersedia sebanyak 25 sampel diambil dengan cara accidental sampling dari
populasi penderita tuberculosis. Hasil analisa ditemukan bahwa pengetahuan dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis Paru dengan α = 0,05 diperoleh nilai p =
0,017 maka p 0,017 < α (0,05) atau Ho ditolak dan Ha diterima, sikap dengan
kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis Paru dengan α = 0,05 diperoleh nilai p =
0,002 maka p 0,002 < α (0,05) atau Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap
penderita Tb paru dengan kepatuhan minum obat anti tuberculosis.

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis


ABSTRACT

The Relationship Of Knowledge And Attitudes Of Patients With Pulmonary


Tuberculosis With Compliance With Taking Anti-Tuberculos
is Drugs At The UPT PuskesmasDelitua Deli
Serdang District In 2020

Armenia Shynta Sembiring1, Ns. Selamat Ginting S.Kep, M.Kes2


Program Study Of Nursing, Bachelor’s Program The Deli Health
Institute Of Husada Delitua
Shyntaarmenia2101@gmail.com

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria mycobacterium


tuberculosis. These bacteria are bacilli bacteria that are very strong and take a long time
to treat. The incidence of tuberculosis has been reported to have increased drastically in
the recent world, including Indonesian. The study aims to analyze the relationship
between knowledge and attitudes of tuberculosis patients with adherence to taking anti-
tuberculosis drugs. With pulmonary tuberculosis and adherent to it. This kind of
research is an analytic observational with a sectional cross. Data was analysed with
univariate and bivariates analysis using Chi Square test with a 95% trust rate.
Calculations were made with a SPSS program with a tuberculosis.Analysis has found
that knowledge with compliance to take drugs antituberculosisof the lungs with a 0.05
obtained a value of p= 0.017 hance p 0.17. Glucose (0.05) or Ho is rejected and Ha is
accepted, attitude with obar compliance antituberculosis of the lungs with a 0.05
obtained a value of p= 0.002 per A (0.05) or Ho was rejected and Ha received, thus
concluding that there is a significant link between knowledge and the attitude of those
with taking antituberculosis drugs.

Keywords: Knowledge, attitude, compliance on antituberculosis


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
Nama : Shynta Armenia Sembiring
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 10 Maret 1998
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 3 dari 4 Bersaudara
Nama Orang Tua
Ayah : Firman Immanuel Sembiring
Ibu : Susanti Tarigan
Alamat Lengkap : Jl. Bunga Rampai IV Gg. Ersada
No.1 LK-IV Medan Kel Simalingkar B

II. RIWAYAT PENDIDIKAN


2004-2010 : SD Harapan Baru
2010-2013 : SMP NEGERI 21 MEDAN
2013-2016 : SMA NEGERI 17 MEDAN
2016-2020 : Program Studi Ilmu Keperawatan Program
Sarjana DELI HUSADA DELITUA
KATA PENGATAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis masih bisa menyelesaikan penyusunan proposal ini.
Adapun judul pada proposal ini adalah “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita
TB Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Di UPT Puskesmas Deli
Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020” Penyusunan proposal ini merupakan salah
satu syarat untuk melanjut ketahap penelitian.
Penulis menyadari hingga selesai proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak teristimewa kepada:
1. Terulin S. Meliala, AM.Keb,SKM,M.Kes selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit
Umum Sembiring Deli Tua.
2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Rektor Institut Kesehatan DELI
HUSADA Deli Tua.
3. Dra. Megawati Sinambela, SST, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Institut Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua.
4. Ns. Heri Novita Tarigan, M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Program Sarjana Fakultas Keperawatan Institut Kesehatan DELI HUSADA
Deli Tua.
5. Siti Marlina, S.Kep, M.Kes selaku Wali Tingkat PSIK IV Angkatan XV.
6. Ns. Selamat Ginting, S.kep, M.kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal.
7. Seluruh Staff Dosen Institut DELI HUSADA Deli Tua.
8. dr. Riauati Sinurat Kepala UPT Puskesmas Deli Tua, yang telah memberikan
izin untuk melakukan studi penelitian dan bersedia menjadi tempat penelitian.
9. Seluruh Staf dan karyawan di UPT Puskesmas Deli Tua dan para Kader
masyarakat diwilayah kerja UPT Puskesmas Deli Tua yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penyusunan proposal.
10. Teristimewa kepada seluruh keluarga tercinta, dan rasa hormat saya yang
setinggi-tingginya kepada kedua orang tua saya yaitu Ayah Firman
Immanuel Sembiring dan Ibu Susanti Tarigan yang memberi pendidikan
sehingga jenjang lebih lanjut dan memberikan kasih sayang dukungan
moral maupun material pada saya hingga sekarang, serta Ketiga
Saudaraku (Nuh Herry Sembiring, Benny Hendrawan Sembiring, Dandi
Jadiaman Sembiring) yang selalu mendukung, memberikan motivasi dan
mendoakan penulis dalam setiap upaya dan perjuangan dalam
menyelesaikan pendidikan saya di Institut Kesehatan Deli Husada
Delitua.
11. Ucapan Terimakasih Kepada lelaki yang saya sayangi Tuahta Rasmindo
Tarigan yang selalu mendukung, memotivasi penulis dalam penyelesaian
skripsi ini, serta saya juga mengucapkan terimakasih kepada orang
tersayang yaitu sahabat-sahabat saya (Yemima Pratama Panjaitan, Desy
Simanukalit, dan Nurmala Munthe) yang telah memberikan motivasi dan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti berusaha untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya maupun penyusunannya. Namun demikian peneliti menyadari bahwa
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan skripsi ini,
peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.

Delitua, Juni 2020


Peneliti

(Shynta Armenia Sembiring)

1
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK.......................................................................................................i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................5

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................6

1.3.1. Tujuan Umum......................................................................6

1.3.2. Tujuan Khusus ....................................................................6

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................7

1.4.1. Manfaat Teoritis...................................................................7

1.4.2. Manfaat Praktis....................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru......................................9

2.1.1. Defenisi................................................................................9

2.1.2. Klasifikasi Tuberkulosis Paru..................................10

2.1.3. Patofisiologi Tuberkulosis Paru...............................11

2.1.4. Menifestasi Klinis....................................................12

2.1.5. Komplikasi...............................................................14

vi
2.1.6. Diagnosis Tuberkulosis Paru...................................14

2.1.7 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru...................15

2.1.8. Cara Penularan.........................................................16

2.1.9. Pengobatan Tuberkulosis Paru.................................16

2.2. Teori Prilaku.....................................................................................18

2.3. Teori Pengetahuan............................................................................18

2.3.1 Tingkat Pengetahuan............................................................19

2.3.2 Cara Mamperoleh Pengetahuan............................................20

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi pengetahuan..................22

2.4. Teori Sikap...........................................................................25

2.4.1. Komponen Sikap......................................................25

2.4.2. Tingkat sikap............................................................27

2.4.3. Sifat Sikap................................................................27

2.4.4 Cara Membentuk Sikap............................................28

2.5. Teori Kepatuhan..............................................................................29

2.5.1. Proses Perubahan Sikap dan Prilaku........................29

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan........33

2.6. Kerangka Teori.................................................................................37

2.7. Kerangka Konsep.............................................................................38

2.7. Hipotesis...........................................................................................38

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian..............................................................................44

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian...........................................................44

vii
3.2.1. Lokasi...................................................................................44

3.2.2. Waktu...................................................................................45

3.3. Populasi Dan Sampel.......................................................................45

3.3.1. Populasi................................................................................45

3.3.2. Sampel.................................................................................35

3.4. Metode Pengumpulan Data..............................................................45

3.5. Variabel dan Definisi Operasional...................................................46

3.5.1. Variabel Operasional...........................................................46

3.5.2. Defenisi Operasional............................................................47

3.6. Metode skala ukur penelitian...........................................................48

3.7. Aspek pengukuran variabel.............................................................49

3.8. Uji validitas dan reliabilitas.............................................................49

3.8.1. Uji validitas..............................................................49

3.8.2. Uji Reabilitas...........................................................49

3.9. Pengolahan data penelitian..............................................................50

3.10. Prosedur Penelitian........................................................................51

3.11. Kode etik penelitian.......................................................................52

3.12. Metode Analisis Data.....................................................................52

3.12.1. Analisis Univariat..............................................................52

3.12.2. Analisis Bivariat................................................................52

viii
BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi............................................................................53

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................53

4.1.2. Keadaan Geografi Puskesmas..................................53

4.1.3. Kependudukan.....................................................................53

4.2. Hasil Penelitian....................................................................54

4.2.1. Karakteristik Responden..........................................54

4.2.2. Analisa Univariat.....................................................56

4.2.3. Analisa Bivariat.......................................................57

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan...........................................................................62

6.2. Saran.....................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................64

LAMPIRAN

ix
DAFTAR BAGAN

Halaman

2.5 Kerangka Teori...........................................................................................42

2.6 Kerangka Konsep........................................................................................43

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Defenisi Operasional.......................................................................47

Tabel 4.1. Frekuensi Umur Responden............................................................54

Tabel 4.2. Frekuensi Jenis Kelamin..................................................................54

Tabel 4.3. Frekuensi Pendidikan......................................................................54

Tabel 4.4. Frekuensi Pekerjaan.........................................................................54

Tabel 4.5. Frekuensi Pengetahuan....................................................................55

Tabel 4.6. Frekuensi Sikap...............................................................................55

Tabel 4.7. Frekuensi Kepatuhan.......................................................................55

Tabel 4.8. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan


Minum Obat Anti Tuberculosis.......................................................59
Tabel 4.9. Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan
Minum Obat Anti Tuberculosis.......................................................59

i
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Informed Consent

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Survey Awal

Lampiran 5 : Lembar Balasan Survey Awal

Lampiran 6 : Lembar Izin Penelitian

Lampiran 7 : Lembar Selesai Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Berita Acara Proposal

Lampiran 9 : Lembar Output SPSS

Lampiran 10 : Lembar Master Data

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis…adalah…penyakit yang menular diakibatkan oleh

bacteri Mycrobakterium tuberculosis pada saluran.pernafasan bagian bawah.

Bakteri ini adalah.bakteri basil yang sangat kuat hingga waktu lama untuk

mengobatinya.HPenularan tuberkulosis paru ini melalui dahak, batuk, bersin

dapat menyerang melalui udara.HInsiden tuberkulosis dilaporkan bahwa

meningkatnya secara drastis terakhir ini di seluruh dunia termasuk

Indonesia.HTuberkulosis dapat menyababkan kematian tertinggi,Pangka

kejadian penyakit tinggi, diagnosis dan terapi yang cukup lama. (Yoga,

2015).

Menurut…WHO...tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi

perhatian global. Berbagai upaya pengendalian di lakukan, insiden atau

kematian akibat tuberkulosis, tetapi tuberkulosis diperkirakan masih

menyerang 7,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun

2015.HTuberkulosis di Indonesia penyabab nomor 4 kematian setelah

penyakit kardiovakuler (Report, 2016).


2

WHO menyatakan bahwa tuberkulosis merupakan penyakit yang

berat bagi manusia.OWalaupun strategi DOTS (Direcly Observed

Treatment, Short Course), dari WHO telah terbukti sangat efektif untuk

pengendalian tuberkulosis, tetapi*penyakit tuberkulosis dimasyarakat masih

sangat tinggi.”Penularan bakteri melalui pasien yang tuberkulosis BTA (+)

melalui percik dahak yang keluar dari mulut. Penyakit ini jika tidak segera

diobati secara tuntas maka terjadi komplikasi berbahaya sampai kematian

(Kusomo, 2015).

Berdasarkan’’data profil kesehatan yang dilaporkan oleh Dinkes

Provinsi Sumatera Utara (2013) menjelaskan bahwa jumlah penderita

tuberkulosis paru yang terdata pada tahun 2012 yaitu sebanyak 22.361

(82,57%) dengan prevalensi sebesar 169/100.000 penduduk Sumatera Utara.

Kemudian pada tahun 2013 terjadi penurunan jumlah penderita tuberkulosis

paru sehingga jumlah penderita menjadi 21.954 (72,29%) dengan prevalensi

sebesar 156,3/100.000 penduduk Sumatera Utara. Pada tahun 2014 terjadi

peningkatan jumlah penderita tuberkulosis paru di Provinsi Sumatera Utara

yiatu sebanyak 24.052 (76,35%) dengan prevalensi sebesar 174,71/100,000

penduduk Sumatera Utara (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2015).


3

Berdasarkan data kesehatan yang dilaporkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Deli Serdang (2013-2015), penderita tuberkulosis paru dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan. Jumlah penderita tuberkulosis paru di Kabupaten

Deli Serdang pada tahun 2013 sebanyak 2.123 penduduk atau sebesar

103,5%, pada tahun 2014 sebanyak 2.586 penduduk atau sebesar 123,9%, dan

tahun 2015 sebanyak 2.662 penduduk atau sebesar 129,6%. Angka

kesembuhan di Kabupaten Deli Serdang menurun, terdapat 2.086 penduduk

atau sebesar 93,21% pada tahun 2013, pada tahun 2014 sebanyak 2.011

penduduk atau sebesar 94%, dan pada tahun 2015 sebanyak 2.244 penduduk

atau sebesar 91,26%. Meskipun angka ini sudah mencapai target nasional,

namun masih masalah karena terdapat beberapa puskesmas di Kabupaten Deli

Serdang memiliki angka kesembuhan tuberkulosis paru minimal yaitu <85%

sehingga resiko penularan masih cukup tinggi (Dinkes Kab Deli Serdang,

2016).

PenyakitK*tuberculosis *disebabkanHoleh…infeksiH8kuman

Mycobacterium tuberculosis, dapat ditularkan melalui udara (airborne

disease) secara langsung dari pederita penyakit tuberkulosis paru kepada

orang di sekitarnya.HDengan demikian, penularan penyakit ini terjadi

melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular

(terinfeksi), yaitu berada di dalam ruangan yang sama (Ginanjar, 2014).

Pencegahan dapat dilakukan dengan mengobati penderita

tuberkulosis paru secara rutin sesuai jadwal pengobatan, bila dirawat di

rumah penderita harus ditempatkan pada ruangan dengan segala peralatan


4

tersendiri dan lantai dibersihkan dengan desinfektan yang cukup kuat.

Selain itu diperlukan upaya untuk perbaikan status gizi pada penderita dan

waktu istirahat yang cukup. Peningkatan daya tahan tubuh penderita harus

dijaga karena mereka rentan terhadap penyakit. Sulitnya pemberantasan

penyakit ini karena dalam pemberantasannya bukan hanya masalah bakteri

atau obat-obatan saja, melainkan melengkapi aspek sosial, budaya,

ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan penderita dan keluarga, serta

lingkungan masyarakat sekitar (Eka Wahyudi, 2015).

Penularan tuberkulosis dari pasien ke orang lain dapat terjadi bila

kuman tuberkulosis terhirup ke orang lain. Kuman yang terhirup terkandung

dalam “droplet”, yaitu bercak-bercak ludah yang berterbangan di udara.

Droplet yang berterbangan terjadi jika penderita batuk dan bersin.

Bagaimana jika pasien tuberkulosis meludah? Ya? Kuman tuberculosis

akan mati dalam waktu 1 jam bila terkena sinar matahari jika tidak terkena

matahari kuman tuberkulosis tersebut dapat bertahan hidup sampai 2 tahun.

Kuman tuberkulosis akan mati dalam 5 menit bila terkena zat antiseptik,

misalnya karbol. Karena itu seorang pasien tuberkulosis, kalau meludah di

anjurkan dimasukkan dalam suatu tempat yang tertutup dan didalamnya

mengandung karbon.

Untuk mengatasi masalah tersebut, peran serta keluarga sangat

dibutuhkan, dimana keluarga sebagai unit pertama dalam masyarakat.

Apabila salah satu anggota keluarga terkena penyakit tuberkulosis paru akan

berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain.OMewujudkan keluarga


5

yang sehat terhindar dari resiko penularan, maka harus memberikan

pengetahuan tentang bahayanya bakteri tuberkulosis paru. Pengetahuan

yang baik mempengaruhi tindakan keluarga untuk bertindak dalam hal

pencegahan penularan dan proses kesembuhan penderita. Sebaliknya makin

rendah pengetahuan keluarga tentang bahaya penyakit tuberkulosis paru,

makin besar pula resiko terjadi penularan dan proses kesembuhan penderita

kurang optimal.

Dari survey awal yang dilakukan di UPT Puskesmas Delitua

Kabupaten Deli Serdang tahun 2019 terdapat 2.342 penderita tuberkulosis

paru dan dari jumlah tersebut didapatkan 1.146 penderita merupakan BTA

(+).

Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap penderita

tuberculosis paru terhadap kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis di

UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

Dapat diduga bahwa di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli

Serdang terdapat hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberculosis

paru terhadap kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas

Delitua Kabupaten Deli Serdang perlu diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Banyak faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita

tuberkulosis paru, sehingga peneliti membatasi pada hubungan pengetahuan

dan sikap penderita tuberculosis paru terhadap kepatuhan minum Obat Anti
6

Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun

2020.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuannya untuk menganalisis hubungan pengetahuan serta sikap

penderita tuberculosis paru dengan kepatuhan minum Obat Anti

Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun

2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan penderita tuberculosis paru dengan

kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua

Kab Deli Serdang Tahun 2020.

2. Untuk mengidentifikasi sikap penderita tuberculosis paru dengan

kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua

Kab Deli Serdang Tahun 2020.

3. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum

Obat Anti Tuberkulosis Tahun 2020.

4. Untuk menganalisis hubungan sikap dengan kepatuhan minum Obat Anti

Tuberkulosis Tahun 2020.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

informasi serta menambah wawasan dan pengetahuan perawat tentang

hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis paru terhadap

kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis.

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Bagi Puskesmas

Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap penderita dan keluarga

terhadap kepatuhan pengobatan tuberkulosis paru sehingga Puskesmas

diharapkan mampu memberikan pengobatan yang lengkap untuk

menunjang tingkat kepatuhan pengobatan tuberkulosis paru di

masyarakat.

b) Bagi institusi pendidikan

Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa terkhusus kepada

mahasiswa ilmu keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan

di UPT Puskesmas Delitua maupun dilingkungan pendidikan.

c) Bagi Penderita dan Masyarakat

Memberi masukan kepada penderita dan masyarakat tentang pentingnya

pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis paru sehingga penderita

mampu menjalani pengobatan secara maksimal didukung keluarga dan

masyarakat lingkungan sekitarnya.


8

d) Bagi Peneliti

Sebagai penambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan serta

menjadi pengalaman peneliti dalam melaksanakan perannya sebagai

tenaga kesehatan sekaligus menerapkan hubungan pengetahuan dan sikap

penderita tuberculosis paru dengan kepatuhan minum Obat Anti

Tuberkulosis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi

Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit menular granulomatosa

kronik yang telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dan paling sering

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman

tuberculosis menyerang paru, 95% dari seluruh kasus tuberculosis adalah

tuberculosis paru, sisanya 5% menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit,

tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak dan lainnya. Kuman ini

memiliki dinding sel dengan penyusun struktur dinding sel paling tinggi

adalah lipid. Pada pengecatan gram, kuman ini resisten, namun dengan

pengecatan fuchsin, kuman ini dapat menyerang warna dan tidak mudah

diuraikan warnanya dengan asam-alkohol. Karena itu, bakteri ini disebut

sebagai bakteri tahan asam (Aditama, 2016).

Kuman ini berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan

terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil

Tahan Asam (BTA), kuman tuberculosis ini cepat mati bila kena sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang

gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant (tertidur

lama) selama beberapa tahun (Mutia, 2018).

9
10

2.1.2 Klasifikasi Tuberkulosis Paru

Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,

radiologis, dan makro biologis:

a. Tuberkulosis paru

b. Bekas tuberculosis paru

c. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:

1). Tuberkulosis tersangka yang terobati: sputum BTA (-), tetapi

tanda-tanda lain (+).

2). Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati: sputum BTA (-), tetapi

tanda-tanda lain juga meragukan.

Klasifikasi menurut WHO (2016) tuberculosis dibagi dalam 4 kategori

yaitu:

a. Kategori 1 ditunjukkan terhadap:

1). Kasus baru dengan sputum (+)

2). Kasus baru dengan bentuk tuberculosis berat

b. Kategori 2 ditunjukkan terhadap:

1). Kasus kambuh

2). Kasus gagal dengan sputum BTA (+)

c. Kategori 3 ditunjukkan terhadap:

1). Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang luas

2). Kasus tuberculosis ekstra paru selain dari yang disebut

dalam

kategori 1
11

d. Kategori 4 ditunjukkan terhadap: tuberculosis kronik(Sudoyo,

2015)

2.1.3 Patofisiologi Tuberkulosis Paru

Patofisiologi tuberkulosis paru dibagi menjadi 2 proses antara lain:

1. Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan

kuman tuberkulosis. Droplet nuclei yang terhirup sangat kecil ukurannya,

sehingga dapat melewati sistem pertahanan muskuler bronkus, dan terus

berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai

saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan

diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe

akan membawa kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru,

dan ini disebut sebagai komplek primer yang memakan waktu sekitar 4-6

minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan

reaksi tuberculin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman

yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada

umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan

perkembangan kuman tuberkulosis paru. Meskipun demikian ada beberapa

kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur).

Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan

perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan

akan menjadi penderita tuberkulosis paru. Masa inkubasi yaitu waktu yang
12

diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6

bulan.

2. Tuberkulosis Paru Pasca Primer

Tuberculosis paru pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh

lemah akibat terinfeksi HIV atau gizi yang buruk. Ciri khas dari terjadinya

tuberkulosis paru pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura.

2.1.4 Menifestasi Klinis

Menurut Mukty (2016) tanda dan gejala tuberculosis dibagi 2

golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.

1. Gejala Sistemik adalah:

a. Panas Badan

Panas badan merupakan gejala pertama dari tuberculosis paru, panas

badan sering kali sedikit meningkat pada siang maupun sore hari.

Panas badan meningkat lebih tinggi bila proses berkembang menjadi

progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat atau muka

terasa panas.

b. Menggigil

Menggigil dapat terjadi jika panas badan naik dengan cepat, tetapi

tidak desrtai pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau

dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.

c. Keringat Malam
13

Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit

tuberculosis paru. Keringat malam biasanya baru timbul jika proses

telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat

malam timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul bila

ada panas.

d. Malaise

Karena tuberculosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa

tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin

kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang

terjadi gangguan menstruasi.

2. Gejala Respiratorik

a. Batuk

Batuk mulai timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronchus.

Batuk mulai terjadi oleh karena iritasi bronchus, selanjutnya akibat

adanya peradangan pada bronchus, batuk akan menjadi produktif.

Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi

peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.

b. Sekret

Suatu cairan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar dalam

jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau

kuning hijau sampai purulen dan perlunakan.

c. Nyeri dada
14

Gejala ini timbul apabila system persyarafan yang terdapat di pleura

terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.

d. Ronchi

Suatu bunyi tembahan yang terdengar gaduh terutama terdengar

selama ekspirasi disertai adanya sekret.

2.1.5 Komplikasi

Menurut Suardi (2016) komplikasi yang mungkin timbul pada

penderita tuberkulosis dapat berupa:

a. Meningitis

b. Spondilitis

c. Pleuritis

d. Bronkopneumoni

e. Atelektasi

2.1.6 Diagnosis Tuberkulosis Paru

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan

dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga

spesimen SPS BTA hasilnya positif Bila hanya 1 spesimen yang positif

perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau

pemeriksaan dahak SPS diulang.

1. Kalau hasil rontgen mendukung Tuberkulosis, maka penderita di

diagnosis sebagai penderita Tuberkulosis BTA positif.


15

2. Kalau hasil rontgen tidak mendukung Tuberkulosis maka pemeriksaan

dahak SPS diulangi.

Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan

lain, misalnya biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif,

diberikan antibiotik spectrum luas selama 1-2 minggu. Bila tidak ada

perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan Tuberkulosis, ulangi

pemeriksaan dahak SPS.

1. Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita Tuberkulosis BTA

positif.

2. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,

untuk mendukung diagnosis Tuberkulosis.

Bila hasil rontgen positif mendukung Tuberkulosis, diagnosis sebagai

penderita Tuberkulosis BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen

dirujuk ulang tidak ada mendukung Tuberkulosis, penderita dapat dirujuk

ulang untuk foto rontgen dada.

2.1.7 Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru

Penemuan penderita Tuberkulosis dilakukan secara pasif, artinya

penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang

berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut

didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan

maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka

penderita. Cara ini biasa dikenal dengan sebutan Passive Case Finding.

Selain itu semua kontak penderita Tuberkulosis Paru BTA positif dengan
16

gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan

diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian.

Semua tersangka penderita harus diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2

hari berturut-turut, yaitu SPS.

2.1.8 Cara Penularan

Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis BTA positif, Pada

waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk percikan dahak (Droplet Nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan

sekitar 3000 percikan dahak. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut

terhirup dalam saluran pernafasan. Umumnya penularan terjadi dalam

ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi

dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung

dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam

dalam keadaan yang gelap dan lembab.

Daya penularan seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan

hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Faktor yang

memungkinkan seseorang tertular kuman tuberkulosis paru ditentukan

oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara

tersebut. Sehingga bila dalam satu rumah ada satu anggota keluarga

dengan BTA Positif maka kemungkinan untuk tertular makin besar.

2.1.9 Pengobatan Tuberkulosis Paru


17

Tujuan Pengobatan Tuberkulosis paru untuk menyembuhkan

penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti

Tuberkulosis.

Pengobatan Tuberkulosis Paru dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

1. Obat Anti Tuberkulosis harus diberikan dalam bentuk kombinasi

beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan

kategori pengobatan. Jangan gunakan Obat Anti Tuberkulosis tunggal

(monoterapi) Pemakaian OAT - Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)

lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

2. Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh

seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

3. Pengobatan Tb paru dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap Intensif dan

lanjutan.

A. Tahap awal (Intensif)

1. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan

perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi

obat.

2. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,

biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun

waktu 2 minggu.
18

3. Sebagian besar penderita Tb paru Basil Tahan Asam (BTA) Positif

(konvensi) dalam 2 bulan.

B. Tahap Lanjutan

1. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

2. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

2.2 Teori Perilaku

Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Karena perilaku terjadi melalui proses adanya

stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons

(Notoatmodjo, 2010).

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Di peroleh

menggunakan alat indra manusia seperti mata (penglihatan), telinga

(pendengaran), hidung (penciuman) dengan rasa dan juga raba dengan

sendiri. Saat penginderaan sampai dihasilkannya pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas kekuatan perhatian, pendapat maupun


19

persepsi mengenai suatu objek. Sebagian besar pengetahuan dari manusia

didapatkan dengan kontak mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2016).

2.3.1. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

bentuknya tindakan seseorang. Dari penelitian dan juga dari pengalaman

ternyata perilaku yang berlandaskan pengetahuan akan lebih baik dan lama

dari pada perilaku yang tidak dilandasi oleh pengetahuan. (Notoadmodjo,

2015).

Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan –

pertanyaan.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpresentasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (Application)
20

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen–

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram

(bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponenkomponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain,

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat.

2.3.2. Cara Memperoleh Pengetahuan


21

Cara memperoleh suatu pengetahuan yang di kutip dari pendapat


Notoadmojo, 2015 adalah sebagai berikut:

1. Cara memperoleh kebenaran non ilmiah

a. Cara coba salah ( trial and error )

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin

sebelum adanya peradaban.Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan ini dapat bersumber atau diperoleh dengan cara berupa

pimpinan-pimpinan masyarakat baik formal ataupun yang tidak

formal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan berbagai prinsip

orang lain yang menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu atau membuktian kebenarannya baik berdasarkan

fakta nyata/empiris maupun penalaraan sendiri atau pendapat sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman hidup individual atau pribadi juga dapat digunakan

sebagai upaya agar memperoleh pengetahuan menggunakan cara

mengulang kembali pengalaman-pengalaman yang pernah dilalui

untuk memecahkan masalah atau sesuatu hal yang terjadi masa lalu.

2. Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan ini disebut metode

penelitian ilmiah atau lebih yang lebih kita kenal dinamakan dengan
22

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon. Kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen. Akhirnya

lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang pada masa sekarang

ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

Mencapai 3 hal pokok, yaitu:

a. Segala sesuatu yang positive, yakni gejala tertentu yang muncul pada

saat dilakukan pegamatan.

b. Segala sesuatu negative, yakni gejala tertentu yang tidak muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah pada kondisi-kondisi tertentu.

2.3.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk

memperoleh informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dikutip Notoadmojo

(2015) didapatkan dari pedapat YB Mantra, Pendidikan mampu

mempengaruhi seseorang termasuk juga prilaku dari seseorang

mengenai pola hidup terutama dalam hal memotivasi untuk sikap


23

ketika berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2015) pada

umumnya makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2014). Pekerjaan

adalah suatu kegiatan yang disukai atau tidak disukai yang dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari

nafkah yang membosankan, tentang dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja

bagi perempuan yang sudah berkeluarga akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarganya.

3. Usia

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2014), usia adalah

umur individu yang terhitung mulai saat dlahirkan sampai berulang

tahun. Semakin tua umur seseorang maka tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih baik dalam hal berfikir dan bekerja,

Huclock (1998). Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

dewasa lebih dipercaya dari pada yang belum tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini dianggapi sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan
24

Dikutip dari Nursalam (2015) diambil dari pendapat Ann. Mariner

mengatakan bahwa lingkungan merupakan seluruh keadaan maupun

kondisi yang ada disekitar manusia yang dimana efek dari lingkungan

tersebut mempengaruhi perkembangan dan prilaku seseorang maupun

kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

reaksi dari sikap dalam menerima informasi.

Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau

kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

1. Penyebab penyakit

2. Gejala atau tanda-tanda penyakit

3. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan

4. Bagaimana cara penularannya

5. Bagaimana cara pencegahannya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi:

1. Jenis makanan yang bergizi

2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya

3. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

4. Penyakit atau TB Paru


25

5. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi

kesehatan

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan:

1. Manfaat air bersih

2. Cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran

yang sehat, dan sampah

3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

4. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan

sebagainya.

2.4 Sikap

Pengertian sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap

dirinya sendiri, orang lain, objek atau issue. Atau kecenderungan bertindak

dari individu, berupa respons terhadap stimulus ataupun objek tertentu.

“Sikap ini bisa juga berupa kecenderungan seseorang terhadap suatu objek

adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut”. (Sunaryo, 2015).

2.4.1. Komponen Sikap

Menurut Azwar struktur sikap terdiri atas 3 komponen yaitu:

a. Komponen kognitif meliputi segala sesuatu hal mengenai apa yang

diyakini oleh individu yang memiliki sikap tersebut, komponen kognitif

berisi keyakinan stereotype yang dipunyai oleh individu mengenai atau

terkait suatu hal dapat disamakan penanganan (opini) terutama jika

menyinggung masalah isu atau problem yang sedang controversial.


26

b. Komponen afektif adalah segala hal mengenai perasaan yang

menyangkut aspek emosi ini yang biasanya merupakan komponen atau

pembentuk paling dalam sebagai komponen sikap dan juga merupakan

aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang juga

mungkin saja dapat mengubah sikap individu, komponen afektif dinilai

sama dengan perasaan yang dimiliki individu terhadap sesuatu.

c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan dalam komponen

ini juga memuat tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi

terhadap sesuatu hal dengan cara-cara tertentu. Dimana juga berkaitan

dengan objek yang dihadapinya adalah hal yang logis untuk berharap

bahwa sikap individu tersebut dicerminkan kedalam bentuk tendensi atau

kecendrungan dalam berperilaku.

Apabila salah satu diantara ketiga komponen sikap tidak konsisten

dengan sikap yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang

menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sedemikian rupa

sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Konsistensi internal diantara

bagian-bagian sikap lebih terasa perlu dipertahankan kepada sikap yang

intensitasnya berlebihan atau ekstrim, seperti sikap sangat setuju (sangat

positif) dan sikap yang sangat tidak setuju (sangat negatif). Semakin ekstrim

intensitas sikap seseorang maka akan semakin terasa apabila ada semacam

serangan terhadap salah satu komponen sikapnya. Dari segi lain, sikap yang

ekstrim biasanya tidak mudah untuk diubah.


27

2.4.2. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo S (2015) sikap terdiri dari berbagai tingkatan


yaitu:
a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus/ rangsangan yang diberikan (objek).

b. Memberikan (responding)

Memberikan respon ketika diberi pertanyaan, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan salah satu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau

salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengikutsertakan orang lain dalam mengerjakan atau mendiskusikan

mengenai sesuatu masalah adalah salah satu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Mampu mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang sudah dulakukan

atau dipilihnya dengan segala resiko merupakan komponen dari sikap

yang paling tinggi.

2.4.3. Sifat Sikap

Sikap kemungkinan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negative

(Sarlito, 2010).

a. Sikap positif (favourable)


28

Kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan

objek tertentu.

b. Sikap negatif (unfavourable)

Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak

menyukai suatu objek tertentu.

2.4.4. Cara Pembentukan Sikap

Menurut purwanto (1998) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4


macam yaitu:

a. Adopsi: keadaan suatu hal atau peristiwa yang dimana hal tersebut

terjadi berulang dan terus menerus, dan lama kelamaan secara perlahan

dan bertahap diserap kedalam diri seseorang sehingga mempengaruhi

pembentukan sikap dari seseorang.

b. Diferensiasi: seiring dengan perkembangan kemampuan pengetahuan,

serta meningkatnya pengalaman individu, sejalan dengan bertambahnya

usia, maka ada hal-hal yang awalnya dianggap sejenis, malahan saat ini

dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Objek ini mampu membentuk

sikap tersendiri pula.

c. Integrasi: merupakan pembentukan dari sikap individu, dimana disini

terjadi secara bertahap, dimulai dari berbagai pengalaman yang berkaitan

dengan satu hal tertentu.

d. Trauma: adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang bersangkutan.

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan

terbentuknya sikap.
29

Kaitan pengetahuan dengan sikap menurut Notoatmodjo (2003)

adalah untuk mempunyai sikap yang positif diperlukan pengetahuan yang

baik, demikian sebaiknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan dalam

menjalani atau bersikap akan kurang.

2.5 Konsep Kepatuhan

Menurut Sarfino (2015) yang dikutip oleh Suparyanto (2016)

mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita dalam

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya

atau yang lain.

Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan

terapi. Menurut Decision theory 1985, penderita adalah pengambil

keputusan dan kepatuhan sebagai hasil pengambilan keputusan (Suparyanto,

2016).

Menurut Taylor 1991, perilaku ketat sering diartikan sebagai usaha

penderita untuk mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bias

menimbulkan resiko mengenal kesehatannya (Suparyanto, 2016).

Menurut Ali 1999, patuh adalah suka menurut perintah, taat pada

perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan

dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke

petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah

ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas

(Suparyanto, 2016).
30

2.5.1 Proses perubahan sikap dan perilaku

Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai

dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi

mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan

untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari

hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang

dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan,

biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya

bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi

begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan

(Suparyanto, 2016).

Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh

otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku,

jika individu tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh

tekanan kelompok sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan

mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya dia tidak

menyetujui. Namun segera setelah dia keluar dari kelompok tersebut,

kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi perilakunya sendiri.

Kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman

tentang pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan

yang berbeda, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan

petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut

(change agent).
31

Biasanya kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau

mengagumi petugas atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang

dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan

manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi.

Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini

lebih baik daripada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat

menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat

menghubungkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya,

sehingga jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia

merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut (Suparyanto, 2016).

Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika

perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku

yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan

dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.

Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh

merupakan seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang

dapat membuat individu memahami makna dan penggunaan perilaku

tersebut serta membuat mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut

bagi kehidupan mereka sendiri.

Model kepercayaan kesehatan adalah suatu bentuk penjabaran

dari teori Sosial-Psikologi, model ini didasarkan pada kenyataan bahwa

problem kesehatan ditandai oleh kegagalan orang atau masyarakat untuk


32

menerima usulan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang

diselenggarakan oleh provider.

Model kepercayaan kesehatan ini menyatakan, apabila individu

bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada 5 (lima) variabel

kunci yang terlibat dalam tindakan tersebut, yaitu:

1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived Susceptibility) Seseorang akan

melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu

penyakit bila individu merasa rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (Perceived Seriousness) Seseorang akan

terdorong untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan

terhadap suatu penyakit oleh karena keseriusan penyakit yang

dirasakannya.

3. Manfaat yang dirasakan (Perceived Benefits) Seseorang akan terdorong

untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu

penyakit oleh karena adanya manfaat yang dirasakannya dalam

mengambil tindakan tersebut bagi penyakitnya.

4. Ancaman yang dirasakan (Perceived Threat) Seseorang akan terdorong

untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu

penyakit oleh karena adanya ancaman yang dirasakan dari penyakitnya.

5. Isyarat atau petunjuk untuk bertindak (Cues to Action) Untuk dapat

meningkatkan penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan

dan keuntungan, perlu adanya isyarat atau petunjuk dari orang lain,
33

misalnya: media massa, nasehat petugas kesehatan atau anggota

keluarga.

2.5.2 Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Dalam hal kepatuhan Carpenito L.j. (2014) berpendapat bahwa factor-

faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang

dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi

mempertahankan kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak

patuh (Suparyanto, 2016).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:

1. Pemahaman tentang instruksi.

Tidak seorangpun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang

instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967 menemukan

bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu

dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada

mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional

kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah medis

dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita.

2. Tingkat pendidikan.

Menurut Stein 1986, tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan

yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu

(Suparyanto, 2016).
34

Menurut Gunarso 1990 mengemukakan bahwa semakin tua umur

seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan

tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini

tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat

disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur tertentu dan akan

menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan

usia semakin lanjut. Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan

yang rendah (Suparyanto, 2016).

3. Kesakitan dan pengobatan

Menurut Dikson 1992, perilaku kepatuhan lebih rendah untuk

penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau

resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama,

pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku

yang tidak pantas (Suparyanto, 2016).

4. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal, orang

yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat

memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan

memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian kepada

dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya

penguasaan terhadap lingkungannya. Menurut Tylor 1991, variabel

demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidakpatuhan. Sebagai


35

contoh, di Amerika Serikat para wanita kaum kulit putih dan orang-orang

tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Suparyanto, 2016).

5. Dukungan Keluarga

Menurut Baekeland dan Lundawall, dukungan keluarga dapat menjadi

faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan

mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan

mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang

terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif

berhubungan dengan kepatuhan (Suparyanto, 2016).

6. Tingkat ekonomi

Menurut Park 2002, tingkat ekonomi merupakan kemampuan

finansial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya

penderita Tb paru sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada

sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua

program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi

menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat

ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan (Suparyanto, 2016).

7. Dukungan sosial

Menurut Meichenbaun 1997, dukungan sosial dalam bentuk

dukungan emosional dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang

merupakan faktor penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika


36

tidak ada transportasi dan biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita.

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan

oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada

ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung

untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial nampaknya efektif di negara

seperti Indonesia yang memiliki status sosial lebih kuat, dibandingkan

dengan negara-negara barat (Suparyanto, 2016).

8. Perilaku sehat

Menurut Dimatteo 1984, Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh

kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan

hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga dapat mempertahankan

perubahan tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan

terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri

terhadap perilaku yang baru tersebut (Suparyanto, 2016).

9. Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)

Menurut Meichhenbaum 1997, dukungan profesi kesehatan

merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan

penderita. Dukungan mereka terutama berguna pada saat penderita

menghadapi kenyataan bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal

yang penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita

dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari

penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif bagi penderita
37

yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya (Suparyanto,

2016).

2.6 Kerangka Teori

Kerangkan Teori dari penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Penderita TB Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

Tuberculosis Di UPT Puskesmas Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun

2020” adalah seperti gambar d bawah ini (Notodmodjo, 2015).

Hubungan pengetahuan dan sikap penderita Tb paru


dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis di
UPT Puskesmas Deli Tua Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2020.

Penderita Tb paru di Puskesmas Deli Tua

Pengetahuan Penderita Tb paru Sikap Penderita Tb paru dengan


dengan kepatuhan minum Obat Anti kepatuhan minum Obat Anti
Tuberkulosis Tuberkulosis

1. Tahu (know) a. Sikap positif (favourable)


2. Memahami
(comprehention) b. Sikap negatif (unfavourable)
3. Aplikasi (aplication)
4. Analisis (analysys)
5. Sintesis (syntesis)
6. Evaluasi (evaluation)
38

Gambar 1. Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ialah suatu hubungan atau kaitan antara konseptual

atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian.

Adapun kerangka konsep penelitian ini mengenai Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Penderita TB Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

Tuberculosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun

2020 dengan variabel Independen yaitu Pengetahuan dan Sikap Penderita

Penyakit Tb paru serta variabel dependennya ialah Kepatuhan Minum Obat

Anti Tuberkulosis. Untuk lebih jelasnya terdapat skema kerangka konsep

yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
Kepatuhan Minum
Obat Anti Tuberkulosis
Sikap

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara (Nonoatmadjo, 2012), adapun

yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:


39

Ha: 1. Ada hubungan antara pengetahuan penderita Tb paru dengan

kepatuhan

Minum Obat Anti Tuberkulosis.

2. Ada hubungan antara sikap penderita Tb paru dengan kepatuhan

Minum

Obat Anti Tuberkulosis.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian analitik observasional.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik karena penelitian ini menguji

hipotesis dan mengadakan interprestasi lebih mendalam tentang hubungan-

hubungan (Nazir, 2016). Sedangkan disebut sebagai penelitian

observasional karena dalam penelitian ini hanya dilakukan pengukuran-

pengukuran tanpa memberikan perlakuan atau intervensi.

Berdasarkan waktu pelaksanaannya penelitian ini bersifat Cross

Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat

akan dikumpulkan dalam waktu yang sama. Dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberculosis

paru dengan kepatuhan minum Obat Anti Tuberculosis di wilayah kerja

UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang tahun 2020.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten

Deli Serdang tahun 2020. Wilayah ini si pilih karena pasien tuberkulosis

paru masih belum mengetahui tentang kepatuhan minum Obat Anti

Tuberculosis sehingga memiliki resiko penularan tuberkulosis paru terhadap

orang lain.

39
3.2.2 Waktu

Waktu penelitian ini dilakukan dari penyusunan proposal yaitu bulan

November 2019 sampai Juni 2020.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen atau objek riset yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien

penderita tuberkulosis paru yaitu 40 orang di UPT Puskesmas Delitua

Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling

yaitu teknik pegambilan sampel sama dengan populasi, karena populasi

yang digunakan relatif kecil (Sugiono, 2014). Menurut (Sugiono, 2014) alas

an mengambil teknik accidental sampling karena berdasarkan kebetulan,

yaitu responden yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data atau kriteria responden yaitu

sebanyak 25 responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan

wawancara untuk mendapatkan data mengenai hubungan pengetahuan dan

sikap penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan minum Obat Anti


Tuberculosis. Diisi langsung oleh pasien yang datang berobat ke UPT

Puskesmas Delitua. Caranya, kuesioner dibagikan dan diberikan penjelasan

secukupnya dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang

kurang mengerti.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen dan informasi yang

ada di UPT Puskesmas Delitua dengan mengambil laporan bulanan

penanggulangan tuberkulosis paru selama 3 tahun diperlukan untuk melihat

gambaran secara garis besar tentang Puskesmas Delitua, diantaranya

mengenai jumlah pasien.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasioal

3.5.1 Variabel Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh sekelompok lain.

Defenisi lain mengatakan bahwa variabel adalah suatu yang digunakan

sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan

penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmojo, 2014).

Dalam penelitian ini ada 2 jenis variabel yaitu variabel independen

(variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel ini sering disebut stimulus, input, prediktor, dan atecendent.

Atau variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel


terikat. Adapun variabel independen dari penelitian ini adalah

pengetahuan dan sikap penderita penyakit tuberkulosis paru.

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel ini sering disebut variabel respon, ouput, kriteria, konsekuensi.

Variabel terikat merupakan variabel dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya

adalah kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis.

3.5.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan batasan ruang lingkup suatu variabel

yang diamati atau di ukur. Defenisi operasional ini berguna untuk

mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument.

Tabel 3.1. Defenisi Operasional

Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala


Independen Wawancara Kuesioner 1. Baik Ordinal
a. Pengetahuan (6-10>50%)
0. Kurang baik
(1-5<50%)
b. Sikap Wawancara Kuesioner 1. Positive Ordinal
(6-10>50%)
0. Negative
(1-5<50%)
Dependen Wawancara Kuesioner 1. Patuh Ordinal
Kepatuhan 0. Tidak patuh

3.6 Aspek Pengukuran


Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner yang di gunakan pada penelitian ini dikembangkan

oleh peneliti sendiri. Kuesioner terdiri atas dua bagian yaitu:

1. Bagian pertama berisi karakteristik responden yang meliputi umur, jenis

kelamin, pekerjaan, dan pendidikan responden.

2. Bagian kedua berisi kuesioner tentang hubungan pengetahuan dan sikap

penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan minum Obat Anti

Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang.

Untuk mengukur variabel penelitian ini diberi 10 pertanyaan dengan

menggunakan Skala Guttman, yaitu skala yang menginginkan jawaban

tegas seperti jawaban yang alternatif 10 pertanyaan jika Ya = 1 jika

Tidak = 0. Skala ini dapat pula dibentuk checklist, 6 – 10 > 50 % =

Baik, sedangkan 1 – 5 < 50 % = Kurang baik.

Baik = jika mampu menjawab 6 – 10 pertanyaan dengan benar.

Kurang baik = jika mampu menjawab 1 – 5 pertanyaan dengan benar

Sikap Penderita tuberkulosis paru dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

Tuberculosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2020. Untuk sikap menggunaan kuesioner berupa 10 pertanyaan

dengan menggunakan Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan

jawaban tegas seperti jawaban yang alternatif 10 pertanyaan jika Ya = 1

jika Tidak = 0. Skala ini dapat pula dibentuk checklist, 6 – 10 >50 % =

Positif, sedangkan 1 – 5 < 50 % = Negatif.

Positive = jika mampu menjawab 6 – 10 pertanyaan dengan benar.


Negative = jika mampu menjawab 1 – 5 pertanyaan dengan benar.

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.7.1 Uji Validitas

Mengenai uji validitas adalah suatu uji yang digunakan untuk

mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Teknik uji validitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teknik analisis factor dengan bantuan software

SPSS. Adapun caranya adalah dengan mengkorelasikan antara skor yang

diperoleh pada masing-masing item pertanyaan dengan skor total individu.

Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan terhadap 25 responden

menurut Imam Ghozali (2018).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Mengenai reliabilitas digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian

yang valid variabel dan digunakan untuk mengukur berkali kali untuk

menghasilkan data yang sama (konsisten), menurut Sugiyono (2017).

Koefisien raliabilitas instrumen yang dimaksudkan untuk melihat konsisten

jawaban butir-butir pertanyaan yang diberikan oleh responden.

3.8 Pengolahan Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan komputer

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing
Hasil kuesioner sari responden dilakukan (editing) terlebih dahulu.

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat menjadi

bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam

memasukkan data (data entry).

3. Entry

Data yang diperoleh kemudian dimasukkan untuk di olah menggunakan

program software computer.

4. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan kemudian di cek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya

kemudian di koreksi.

3.9 Posedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan

oleh seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-

tujuan penelitian. Ada 3 prosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara, yaitu studi lapangan yang

meliputi:

a. Survei awal
Survei awal dilakukan sebagai pengamatan awal terhadap kondisi UPT

Puskesmas Delitua yang menjadi obyek penelitian dan menggali masalah

yang ada di dalamnya guna memperoleh data yang terkait dengan

penelitian.

b. Wawancara

Mengadakan wawancara langsung dengan narasumber dari penderita

tuberkulosis paru di UPT Puskesmas Delitua untuk mengetahui secara

umum pengetahuan dan sikap penderita tuberculosis paru di UPT

Puskesmas Delitua.

c. Penyebaran kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mendapatkan bukti langsung dari obyek

penelitian dalam hal ini penderita tuberkulosis paru. Cara memperoleh

data dari kuesioner dengan mendatangi penderita tuberkulosis paru yang

data ke UPT Puskesmas Delitua satu persatu.

3.10 Etik Penelitian

Peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika

penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Informed consent, saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti

meminta izin kepada responden secara lisan atas ketersediaannya menjadi

responden.

2. Anonymity (tanpa nama) pada lembar persetujuan maupun lembar

pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tapi hanya

memberi symbol saja.


3. Confidentiality (kerahasiaan) pembenaran informasi oleh responden tidak

akan disebarluaskan kepada orang lain tanpa seizin responden (Nursalam,

2015).

3.11 Metode Analisa

3.11.1 Analisa univariat

Untuk menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui

karakteristik dan variabel yang akan diteliti dari subyek penelitian.

Katakteristik penderita tuberkulosis paru meliputi umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan pekerjaan akan didiskripsikan dalam bentuk

frekuensi distribusi dan persentase.

3.11.2 Analisa bivariat

Analisa bivariat ini dalam penelitian ini bertujuan untuk

menganalisa hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis paru

dengan kepatuhan minum obat anti tuberculosis di UPT Puskesmas

Delitua Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan acuan tersebut maka

digunakan teknik uji chi Square dengan tingkat kepercayaan 95%.

Perhitungan dilakukan dengan program SPSS dengan p < α=0,05 maka

ada hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis paru dengan

kepatuhan minum obat anti tuberkulosis, sedangkan p > 0,05 tidak ada

hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis paru dengan

kepatuhan minum obat anti tuberculosis.


BAB IV

HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Setelah dilakukan pengumpulan data tentang Hubungan Pengetahuan Dan

Sikap Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

Tuberculosis Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

Data kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk distribusi sebagai berikut:

4.1.2. Keadaan Geografi Puskesmas

Kecamatan Delitua merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Deli Serdang.

Kecamatan Delitua terletak pada posisi : 2, 57’ dan 3, 16’ LU

Luas Kecamatan : 9, 36 km2

Batas-Batas Wilayah :

1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor

2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Patumbak

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Namorambe

4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sibiru-biru

4.1.3. Kependudukan

1. Jumlah Desa : 3 Desa


2. Jumlah Kelurahan : 3 Kelurahan
3. Jumlah Dusun : 45 Dusun
4. Jumlah Penduduk : 70097 Orang

4.2 Hasil Penelitian


Dari hasil penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan Dan Sikap

Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas

Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020, didapatkan responden

sebanyak 25 orang. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah

ini.

4.2.1. Karakteristik Responden

Pada bagian ini akan dijelaskan karakteristik responden berdasarkan

umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

4.2.2. Analisa Univariat

Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini adalah 25 orang.

Analisa univariat adalah untuk melihat distribusi dari masing – masing

variabel. Variabel – variabel yang akan dianalisi dalam uji univariat yaitu:

1. Umur

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di UPT


Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
Umur Frekuensi Keterangan %
5-14 Tahun 2 8,0
15-44 Tahun 14 56,0
>45 Tahun 9 36,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.1. dapat di lihat bahwa umur responden mayoritas yaitu umur

15 – 44 tahun sebanyak 14 orang (56,0 %) dan umur responden yang minoritas

yaitu umur 5 – 14 tahun sebanyak 2 orang (8,0 %).

2. Jenis Kelamin
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di
UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Keterangan %
Laki-laki 13 52,0
Perempuan 12 48,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.2. Dapat di lihat bahwa jenis kelamin responden mayoritas

yaitu laki-laki sebanyak 13 orang (52,0%) dan jenis kelamin responden minoritas

yaitu perempuan sebanyak 12 orang (48,0%).

3. Pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di


UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
Pendidikan Frekuensi Keterangan %
Tidak Sekolah 4 16,0
SD 5 20,0
SMP 11 44,0
SMA 5 20,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.3. Dapat di lihat bahwa pendidikan responden mayoritas SMP

sebanyak 11 orang (44,0%) dan pendidikan responden minoritas tidak sekolah

sebanyak 4 orang (16,0%).

4. Pekerjaan

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden Di


UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
Pekerjaan Frekuensi Keterangan %
Tidak Bekerja 7 28,0
Petani 5 20,0
Tukang/Buruh 8 32,0
Wiraswasta 5 20,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.4. Dapat di lihat bahwa pekejaan responden mayoritas sebagai

tukang/ buruh sebanyak 8 orang (32,0%) dan pekerjaan responden minoritas

sebagai petani dan wiraswasta sebanyak 5 orang (20,0%).


5. Pengetahuan

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden


Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
Pengetahuan Frekuensi Keterangan %
Baik 9 36,0
Kurang Baik 16 64,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.3. Dapat di lihat bahwa pengetahuan responden mayoritas

kurang baik sebanyak 16 orang (64,0%) dan pengetahuan responden minoritas

baik sebanyak 9 orang (36,0%).

6. Sikap

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Responden Di


UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020
Sikap Frekuensi Keterangan %
Positive 14 56,0
Negative 11 44,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.6. Dapat di lihat bahwa sikap responden mayoritas positive

sebanyak 14 orang (56,0%) dan sikap responden minoritas negative sebanyak 11

orang (44.0%).

7. Kepatuhan

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Responden Di


UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.
Kepatuhan Frekuensi Keterangan %
Patuh 8 32,0
Tidak Patuh 17 68,0
Total 25 100,0
Pada tabel 4.7. Dapat di lihat bahwa kepatuhan responden mayoritas tidak

patuh sebanyak 17 orang (68,0%) dan minoritas patuh sebanyak 8 orang (32,0%).

4.2.3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah untuk melihat hubungan dari masing-masing

variabel independen. Variabel independen antara lain:

1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti


Tuberculosis

Tabel 4.8. Distribusi Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Kepatuhan


Minum Obat Anti Tuberculosis Di Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2020

Kepatuhan Minum Obat Anti Tubeculosis


N Pengetahuan Patuh Tidak Patuh Jumlah P
o F % F % F %
.
1 Baik 4 44,4 5 55,6 9 100,0 0,017
.
2 Kurang Baik 4 25,0 12 75,0 16 100,0
Total 8 32,0 17 68,0 25 100,0
Hasil uji statistik yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dengan

α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,017 maka p 0,017 < α (0,05) atau Ho ditolak dan

Ha diterima, dengan demikian terdapat Hubungan Pengetahuan Penderita

Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Di UPT

Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

2. Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti


Tuberculosis

Tabel 4.9. Distribusi Hubungan Antara Sikap Dengan Kepatuhan Minum


Obat Anti Tuberculosis Di Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2020

Kepatuhan Minum Obat Anti Tubeculosisi

No. Sikap Patuh Tidak Patuh Jumlah P


F % F % F %

1. Positive 8 57,1 6 42,9 14 100,0 0,002

2 Negative 0 0,0 11 100 11 100,0


Total 8 32,0 17 68,0 25 100,0

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dengan

α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,002 maka p 0,002 < α (0,05) atau Ho ditolak dan

Ha diterima, dengan demikian terdapat Hubungan Sikap Penderita Tuberkulosis

Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Di UPT Puskesmas

Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020

BAB V

PEMBAHASAN
5.1 Hubungan antara Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru dengan

Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Delitua

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berdasarkan hubungan

pengetahuan penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan minum Obat Anti

Tuberkulosis adalah Mayoritas berpengetahuan mayoritas kurang baik sebanyak

16 orang (64,0%) dan pengetahuan responden minoritas baik sebanyak 9 orang

(36,0%).

Pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum

obat anti tuberculosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang.

Responden yang memiliki pengetahuan tinggi cenderung patuh dalam minum obat

anti tuberculosis.

Hasil analisa menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan minum obat anti tuberculosis, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Fitria & Mutia, (2016) bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan

kepatuhan minum obat anti tuberculosis.

Baiknya pengetahuan responden penderita tuberkulosis didukung dengan

latar belakang pendidikan (Fitria & Mutia, 2016). Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan sebagian besar responden memiliki pendidikan terakhir SMA, maka

dapat disimpulkan bahwa mayoritas pendidikan responden dalam penelitian ini

adalah baik, dalam penelitian ini pengetahuan penderita tuberkulosis juga

didukung dengan adanya penyuluhan kesehatan mengenai tuberkulosis yang rutin

dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan juga dilakukan kunjungan dari rumah ke
rumah. Teori menjelaskan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka akan

semakin patuh dalam menjalankan program pengobatan dan minum obat anti

tuberculosis.

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dengan

α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,017 maka p 0,017 < α (0,05) atau Ho ditolak dan

Ha diterima, dengan demikian terdapat Hubungan Pengetahuan Penderita

Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Di UPT

Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

5.2. Hubungan antara Sikap Penderita Tuberkulosis paru dengan Kepatuhan

Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Delitua Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2020.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berdasarkan hubungan

sikap penderita tuberkulosis paru terhadap kepatuan minum Obat Anti

Tuberkulosis memiliki responden dalam keadaan mayoritas positive sebanyak 14

orang (56,0%) dan sikap responden minoritas negative sebanyak 11 orang

(44.0%). Sikap memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan minum

obat anti tuberculosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli Serdang.

Hasil analisa menunjukkan adanya hubungan antara sikap dengan

kepatuhan minum obat anti tuberculosis, hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Fitria & Mutia, (2016) bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan

minum obat anti tuberculosis.

Baiknya sikap responden penderita dilihat dari prilaku. Jika prilaku

seseorang bersikap positif atau setuju terhadap suatu pengobatan dan tidak berniat
untuk menghentikan pengobatan serta mendorong penderita tersebut untuk

berprilaku patuh dalam berobat ulang maupun dalam hal minum obat. Rosiana

(2015). Perilaku berobat akan terjadi bila hilangnya atau kurangnya gejala

penyakit merupakan ukuran kesembuhan bagi penderita yang mempengaruhi

kepatuhan penderita berobat. Jika prilaku seseorang bersikap negative atau tidak

setuju terhadap suatu pengobatan dan berniat untuk menghentikan pengobatan,

akan mendorong penderita tersebut untuk berprilaku tidak patuh dalam berobat

ulang maupun dalam hal minum obat. Rosiana (2015).

Hasil uji statistik yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dengan

α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,002 maka p 0,002 < α (0,05) atau Ho ditolak dan

Ha diterima, dengan demikian terdapat Hubungan Sikap Penderita Tuberkulosis

Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberculosis Di UPT Puskesmas

Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

BAB VI

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Tuberkulosis Paru

Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas

Delitua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

1. Distribusi pada pengetahuan penderita tuberkulosis paru dengan

kepatuhan minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020. Hasil univariatnya yaitu

mayoritas kurang baik sebanyak 16 orang (64,0%) dan pengetahuan

responden minoritas baik sebanyak 9 orang (36,0%).

2. Distribusi pada sikap penderita tuberkulosis paru dengan kepatuhan

minum Obat Anti Tuberkulosis di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2020 hasil data univariatnya yaitu mayoritas

positive sebanyak 14 orang (56,0%) dan sikap responden minoritas

negative sebanyak 11 orang (44.0%).

3. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,017 maka p 0,017 < α (0,05)

atau Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terdapat Hubungan

Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum

Obat Anti Tuberculosis Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2020.

4. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%

dengan α = 0,05 diperoleh nilai p = 0,002 maka p 0,002 < α (0,05)


atau Ho ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terdapat Hubungan

Sikap Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat

Anti Tuberculosis Di UPT Puskesmas Delitua Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2020.

6.2 Saran

1) Bagi Puskesmas, diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan

terbaik tentang penyakit tuberkulosis dan rutin minum Obat Anti

Tuberkulosis pada penderita tuberkulosis paru dan masyarakat sekitar.

2) Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan dapat memberikan ilmu

pengetahuan dalam melaksanakan praktik keperawatan tentang penyakit

Tuberkulosis serta manfaat Obat Anti Tuberkulosis bagi penyakit

Tuberkulosis di RS maupun dilingkungan sekitar.

3) Bagi Penderita dan Masyarakat di wilayah Puskesmas Delitua diharapkan

penderita dan masyarakat lebih perhatian terhadap kesehatannya dan

lebih ingin tahu untuk mencari tahu tentang penyakit Tuberkulosis dan

rutin minum Obat Anti Tuberkulosis dengan anjuran tenaga medis.

4) Bagi peneliti, diharapkan peneliti dapat memberikan pendidikan

kesehatan tentang penyakit Tuberkulosis dan pengobatan serta rutin

minum Obat Anti Tuberkulosis bagi penderita tuberkulosis paru.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, T.Y. 1994. Rokok dan Tuberkulosis Paru. Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi FK UI/RS Persahabatan. Jakarta.

Azwar, Azrul. 2010. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara.

Buchori Lapau. Konsep Modern Epidemiologi Medika,7, 1981

Depkes, RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.

Eddy Pranowo Soedibyo. Sejarah dan Epidemiologi Penyakit Tuberkulosa,

Simposim Tuberkulosa, Surabaya, 1992.

Hiswani. 2016. Tuberkulosis merupakan Penyakit Infeksi yang Masih menjadi


Masalah Kesehatan Masyarakat. E-USU: Sumatera Utara
Griffin, A.P. 2012. Philosophy and Nursing. Journal of Advandced Nursing,
5:261-72.
Griffin, A.P. 2014 A Philosophical Analysis of Caring in Nursing. Journal of
Advandced Nursing 8:289-95
Kabupaten Deli Serdang. 2015. Profil Kesehatan Deli Serdang tahun 2015
Kotler, P. (2015). Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation
And Control. New Jersey: Prentice Hall.
Niven, Niil. (2014). Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan
Profesional Kesehatan Lain. Jakarta. EGC.
Nurachmah, E. (2015). Asuhan keperawatan bermutu di rumah sakit. Seminar
Keperawatan RS Islam Cempaka Putih Jakarta.
Nursalam. (2014). Management keperawatan: Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Potter & Perry, (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk.
Jakarta: EGG

Rasyid R. Penemuan Kasus Tuberkulosis di Indonesia, Kumpulan Naskah KPPIK


ke X, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1979

Sumatera utara. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015.

Suyono, S. 2015. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Edisi Ketiga Jakarta: FKUI.

Toman,s Tuberkulosis. Case detection, treatment, and monitoring. Word Health

Organization, Geneva 2014

Trihono. 2016. Arrimes Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat.

Jakarta: Sagung Seto.

Yuliawan, Hendra. (2016). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surakarta. Pustaka

Mandiri.

Wardita, Yulia (2014). Model Prediksi Kejadian Konversi Bakteri Tahan Asam

Penderita Tuberculosis Paru Pasca Pengobatan Fase Intensif di

Kabupaten Sampang Tahun 2014.

W.F Maramis, 2013, ilmu kedokteran jiwa, Jakarta. EGC.

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di Tempat

Dengan Hormat,
Dengan perantaraan surat ini saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Shynta Armenia Sembiring
NPM : 16.11.162
Alamat : Jl. Bunga Rampai IV Gg. Ersada No.1 LK-IV Medan Kel
Simalingkar B
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana (S1) yang
sedang mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Penderita Tb Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis Di UPT Puskesmas Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun
2020.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak akan menimbulkan


kerugian terhadap calon responden, segala informasi yang diberikan oleh
responden kepada peneliti akan dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian semata.

Peneliti sangat mengharapkan kesediaan individu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini tanpa adanya ancaman dan paksaan. Apabila
saudara/saudari/keluarga bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini,
peneliti memohon kesediaan responden untuk menandatangani surat persetujuan
untuk menjdai responden dan bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan
peneliti guna pelaksanaan penelitian.

Atas segala perhatian dan kerjasama dari seluruh pihak saya mengucapkan
banyak terima kasih.

Hormat Saya,

Peneliti

Shynta Armenia Sembiring

INFORMED CONSENT
(SURAT PERSETUJUAN)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini yang merupakan
responden/keluarga responden telah diminta untuk ikut berperan dalam penelitian
yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita Tb Paru
Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Di UPT Puskesmas Deli
Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020” oleh peneliti, saya diminta untuk
mengisi data yang telah disediakan dan nformasi yang dibutuhkan untuk
penelitian.

Sebelumnya peneliti telah menjelaskan hal-hal yang berkaitan seputar


persediaan yang meliputi judul penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan penjelasan bahwa penelitian yang akan dilakukan terhadap responden tidak
akan menimbulkan kerugian apapun baik dari segi fisik maupun psikis terhadap
responden. Saya juga memiliki hak untuk mengundurkan diri menjadi responden
penelitian jika penelitian yang dilakukan dirasa merugikan terhadap responden.
Seluruh informasi yang diberikan terkait data penelitian akan dijaga kerahasiaanya
oleh peneliti. Saya telah memahami penjelasan yang diberikan oleh peneliti,
karenanya saya sebagai responden/keluarga responden bersedia dengan sukarela
tanpa paksaan dari siapapun untuk berperan dalam penelitian ini.

Responden/Keluarga

Tanda Tangan

( )

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB PARU


DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS
DI UPT PUSKESMAS DELI TUA KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2020

Petunjuk:

1. Mohon Pertanyaan dijawab dengan jujur.

2. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda dengan

tanda Check List (√) pada salah satu jawaban yang tersedia.

I. Identitas Responden

Isilah nomor 2 sampai dengan 5 dengan mengisi tanda silang (X) pada huruf

yang sesuai!

1. Nama Inisial :

2. Umur

a. 5-14 Tahun

b. 15 - 44 Tahun

c. > 45 Tahun

3. Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

4. Pekerjaan

a. Tidak bekerja

b. Petani

c. Tukang/ buruh

d. Wiraswasta

5. Pendidikan
a. Tidak sekolah

b. Lulus SD

c. Lulus SMP

d. Lulus SMA

e. Perguruan tinggi

6. Alamat :

II. Pengetahuan Penderita Tentang Tuberkulosis Paru


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Penderita Tuberkulosis Paru mengambil obat harus
tepat waktu
2. Dengan minum obat secara teratur dan rutin penyakit
TB ini dapat disembuhkan
3. Efek samping dari obat membuat malas untuk minum
obat
4. Proses penyembuhan penyakit TB selain pengobatan
yang rutin perlu juga makanan yang bergizi
5. Penderita Tuberkulosis Paru diperkenankan berhenti
minum obat ketika rasa sakit hilang
6. Terinfeksi TB bisa diketahui dengan pemeriksaan
sputum/dahak di laboratorium dan rontgen
7. Daya tahan tubuh yang baik akan mempercepat proses
pertumbuhan penyakit TB
8. Kebiasaan merokok yang berlebihan dapat
memperparah penyakit TB
9. Penyakit TB ini mudah proses penularannya bisa lewat
udara misalnya:bersin, batuk dan air liur
10. Minum obat anti tuberculosis berfungsi untuk
meredakan batuk saja

III. Sikap Penderita Tentang Tuberkulosis Paru


No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya yakin pengobatan yang saya jalani bermanfaat
bagi hidup saya
2. Walaupun efek samping OAT sangat tidak nyaman,
saya akan tetap melakukan terapi obat
3. Penyakit tuberkulosis paru akan lebih parah dan lebih
sulit diobati jika penderita tidak teratur minum obat
4. Pengambilan obat tuberculosis paru harus tepat waktu
5. Setelah rasa sakit saya hilang saya diperbolehkan
berhenti minum obat tuberkulosis
6. Saya yakin dengan minum obat secara teratur dan rutin
penyakit TB ini dapat disembuhkan
7. OAT harus diminum sebanyak 3x seminggu selama 4-
5 bulan pada tahap pengobatan
8. Pada tahap awal pengobatan saya harus minum obat
setiap hari selama 2-3 bulan

9. Apabila saya mengalami batuk darah, saya merasa


malu menceritakan kepada dokter
10. Saya merasa keberatan apabila menjalani pengobatan
Tuberkulosis tanpa didampingi PMO (Pengawasan
Minum Obat)
LEMBAR KONSUL SKRIPSI

NAMA : Shynta Armenia Sembiring

NPM : 16.11.162

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Selamat Ginting S.Kep, M.Kes

JUDUL PENELITIAN : Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Penderita

Tb Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti

Tuberkulosis Di UPT Puskesmas Delitua

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020

N TANGGAL MATERI YANG SARAN PARAF


O DIKONSULKAN PEMBIMBING

1 15 November 2019 Konsul Judul ACC

2 08 Februari 2020 Konsul Bab I dan II ACC

3 17 Februari 2020 Konsul Bab III Perbaikan Bab III

4 4 Maret 2020 Konsul Bab III ACC dan disetujui


sidang proposal

5 20 Mei 2020 Sidang Proposal Perbaiki sesuai saran


penguji

6 4 Juli 2020 Konsul Bab IV,V,VI Disetujui untuk sidang


hasil

7 15 Juli 2020 Sidang Hasil ACC dengan perbaikan

BERITA ACARA PROPOSAL


Nama : Shynta Armenia Sembiring
NPM : 16.11.162
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Tb Paru
Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di
UPT Puskesmas Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Tahun
2020.
Pembimbing : Ns.Selamat Ginting S.kep, M.kes

NO SARAN / PERTANYAAN TANDA TANGAN


.

1. Masukan dan saran: Penguji I


Sesuai saran penguji

Ns.Selamat Ginting, S.kep, M.kes

2. Masukan dan saran: Penguji II

1. Perbaikan penulisan
2. Perbaikan tujuan penelitian
3. Perbaikan jumlah responden
4. Perbaikan kuesioner
5. Perbaikan bab 4 dan 5
6. Perbaikan tujuan penelitian Ns. Herri Novita Tarigan, M.Kep

3. Masukan dan saran: Penguji III

1. Perbaikan pada defenisi


operasional tetap terbuka
2. Perbaikan kuesioner
3. Perbaikan bab 4
4. Perbaikan penulisan
Nurul Aini Siagian, S.ST, M.Keb

HASIL OUTPUT
Jenis
No Umur Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Sikap Kepatuhan
15-44
1 Tahun Perempuan SMP Tidak Bekerja Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
2 Tahun Perempuan SMP Tukang/Buruh Kurang Baik Positive Patuh
>45 Tidak Tidak
3 Tahun Laki-laki Sekolah Petani Kurang Baik Negative Patuh
15-44 Tidak
4 Tahun Perempuan SMA Tidak Bekerja Kurang Baik Negative Patuh
>45 Tidak
5 Tahun Laki-laki SD Tukang/Buruh Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
6 Tahun Laki-laki Sekolah Tukang/Buruh Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
7 Tahun Perempuan SMP Tukang/Buruh Kurang Baik Negative Patuh
>45 Tidak
8 Tahun Perempuan SMP Wiraswasta Kurang Baik Negative Patuh
>45 Tidak
9 Tahun Perempuan SD Tidak Bekerja Baik Positive Patuh
15-44
10 Tahun Laki-laki SMA Wiraswasta Kurang Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
11 Tahun Laki-laki Sekolah Petani Kurang Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
12 Tahun Laki-laki SMP Wiraswasta Kurang Baik Negative Patuh
>45 Tidak
13 Tahun Laki-laki SMP Tukang/Buruh Baik Negative Patuh
5-14
14 Tahun Perempuan SD Tidak Bekerja Baik Positive Patuh
>45 Tidak Tidak
15 Tahun Perempuan Sekolah Petani Kurang Baik Negative Patuh
15-44
16 Tahun Laki-laki SD Wiraswasta Kurang Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
17 Tahun Laki-laki SMP Tukang/Buruh Kurang Baik Positive Patuh
>45
18 Tahun Laki-laki SMP Petani Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
19 Tahun Perempuan SMA Tidak Bekerja Baik Negative Patuh
15-44 Tidak
20 Tahun Perempuan SMA Tidak Bekerja Kurang Baik Negative Patuh
>45 Tidak
21 Tahun Perempuan SMP Wiraswasta Kurang Baik Positive Patuh
>45
22 Tahun Laki-laki SMA Tukang/Buruh Kurang Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
23 Tahun Laki-laki SD Petani Baik Positive Patuh
15-44 Tidak
24 Tahun Laki-laki SMP Tidak Bekerja Kurang Baik Negative Patuh
5-14 Tidak
25 Tahun Perempuan SMP Tukang/Buruh Kurang Baik Negative Patuh
MASTER DATA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP
PENDERITATB PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI
TUBERKULOSIS DI UPT PUSKESMAS DELI TUA KABUPATEN
DELI SERDANG TAHUN 2020

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

5-14 Tahun 2 8,0 8,0 8,0

15-44 Tahun 14 56,0 56,0 64,0


Valid
>45 Tahun 9 36,0 36,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Laki-laki 13 52,0 52,0 52,0

Valid Perempuan 12 48,0 48,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Tidak Sekolah 4 16,0 16,0 16,0

SD 5 20,0 20,0 36,0

Valid SMP 11 44,0 44,0 80,0

SMA 5 20,0 20,0 100,0

Total 25 100,0 100,0


Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Tidak Bekerja 7 28,0 28,0 28,0

Petani 5 20,0 20,0 48,0

Valid Tukang/ Buruh 8 32,0 32,0 80,0

Wiraswasta 5 20,0 20,0 100,0

Total 25 100,0 100,0


Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Baik 9 36,0 36,0 36,0

Valid Kurang Baik 16 64,0 64,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Positive 14 56,0 56,0 56,0

Negative 11 44,0 44,0 100,0


Valid

Total 25 100,0 100,0

Kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Patuh 8 32,0 32,0 32,0

Valid Tidak Patuh 17 68,0 68,0 100,0

Total 25 100,0 100,0


Pengetahuan * Kepatuhan

Crosstab
Kepatuhan Total

Patuh Tidak Patuh

Count 4 5 9

% within Pengetahuan 44,4% 55,6% 100,0%

Baik % within Kepatuhan 50,0% 29,4% 36,0%

% of Total 16,0% 20,0% 36,0%

Residual 1,1 -1,1


Pengetahuan
Count 4 12 16

% within Pengetahuan 25,0% 75,0% 100,0%

Kurang Baik % within Kepatuhan 50,0% 70,6% 64,0%

% of Total 16,0% 48,0% 64,0%

Residual -1,1 1,1

Count 8 17 25

% within Pengetahuan 32,0% 68,0% 100,0%


Total
% within Kepatuhan 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 32,0% 68,0% 100,0%

Chi-Square Testsc
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,001a 1 ,017 ,394 ,287

Continuity Correctionb ,307 1 ,580

Likelihood Ratio ,983 1 ,321 ,394 ,287

Fisher's Exact Test ,394 ,287

Linear-by-Linear Association ,961d 1 ,327 ,394 ,287

N of Valid Cases 25
Chi-Square Testsc
Point Probability

Pearson Chi-Square

Continuity Correctionb

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association ,212d

N of Valid Cases

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,88.

b. Computed only for a 2x2 table

c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

d. The standardized statistic is ,980.

Directional Measures
Value

Pengetahuan Dependent ,200


Nominal by Interval Eta
Kepatuhan Dependent ,200

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig. Monte Carlo
Errora Sig.

Sig.

Measure of Agreement Kappa ,199 ,202 1,000 ,317 ,394c


N of Valid Cases 25

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Measure of Agreement Kappa ,384 ,403

N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Pengetahuan


2,400 ,423 13,601
(Baik / Kurang Baik)
For cohort Kepatuhan =
1,778 ,580 5,447
Patuh
For cohort Kepatuhan =
,741 ,387 1,418
Tidak Patuh

N of Valid Cases 25

Sikap * Kepatuhan

Crosstab
Kepatuhan Total
Patuh Tidak Patuh
Count 8 6 14
% within Sikap 57,1% 42,9% 100,0%
Positive % within Kepatuhan 100,0% 35,3% 56,0%
% of Total 32,0% 24,0% 56,0%
Residual 3,5 -3,5
Sikap
Count 0 11 11
% within Sikap 0,0% 100,0% 100,0%
Negative % within Kepatuhan 0,0% 64,7% 44,0%
% of Total 0,0% 44,0% 44,0%
Residual -3,5 3,5
Count 8 17 25
% within Sikap 32,0% 68,0% 100,0%
Total
% within Kepatuhan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 32,0% 68,0% 100,0%

Chi-Square Testsc
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9,244a 1 ,002 ,003 ,003

Continuity Correctionb 6,804 1 ,009

Likelihood Ratio 12,222 1 ,000 ,003 ,003

Fisher's Exact Test ,003 ,003


d
Linear-by-Linear Association 8,874 1 ,003 ,003 ,003

N of Valid Cases 25

Chi-Square Testsc
Point Probability

Pearson Chi-Square

Continuity Correctionb

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association ,003d

N of Valid Cases
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,52.

b. Computed only for a 2x2 table

c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.

d. The standardized statistic is 2,979.

Directional Measures
Value
Sikap Dependent ,608
Nominal by Interval Eta
Kepatuhan Dependent ,608

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Monte
Errora Sig. Carlo Sig.

Sig.

Measure of Agreement Kappa ,540 ,145 3,040 ,002 ,003c

N of Valid Cases 25

Symmetric Measures
Monte Carlo Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Measure of Agreement Kappa ,002 ,004

N of Valid Cases

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.


Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort Kepatuhan =


,429 ,234 ,785
Tidak Patuh

N of Valid Cases 25

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai