Anda di halaman 1dari 3

Nama : Komang Trisita Cipta Dewi

Absen/NIM : 29/1902013753
Kelas : V Manajemen Sore
Mata Kuliah : Koperasi & UKM

1. Analisis omnibus law undang-undang cipta kerja terhadap dasar hukum


pembentukan koperasi yang baru:
Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang disahkan pada rapat Paripurna DPR RI pada 5
Oktober lalu tak lepas membahas mengenai Koperasi. Pembahasan terkait koperasi
dijabarkan dalam Bab V tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan,
Koperasi, Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah.
✓ Pasal 6 (1) Koperasi Primer dibentuk paling sedikit oleh 9 (sembilan) orang. Pada
UU sebelumnya yaitu UU No 25 tahun 1992 mengenai Perkoperasian diatur
bahwa Koperasi Primer dibentuk sekurang-kurangnya 20 orang.
Sektor Koperasi dan UMKM menjadi salah satu materi yang diatur dalam RUU Cipta
Kerja untuk menciptakan kepastian regulasi serta memberikan kemudahan, keadilan dan
perlindungan berusaha di Indonesia. Pada sektor perkoperasian, akan diatur agar
berkembang lebih cepat dengan didukung kemudahan persyaratan pendirian serta
memperluas jangkauan usaha pada berbagai sektor ekonomi di Indonesia. Perizinan
koperasi dalam RUU Cipta Kerja akan mengatur syarat minimal pendirian koperasi
minimal menjadi hanya tiga orang, atau dimudahkan dari aturan sebelumnya yang
mensyaratkan jumlah pendiri koperasi minimal 20 orang dimana perubahan syarat ini
akan mengatasi kesulitan masyarakat untuk mendirikan koperasi.
Masalah permodalan koperasi juga akan diatasi RUU Cipta Kerja dengan memperluas
peluang memulai bisnis dengan modal kecil, sehingga memperlebar kesempatan
masyarakat untuk meningkatkan kinerja sektor perkoperasian di dalam negeri.
Berikut dasar hukum pembentukan koperasi, yakni:
1) Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 01/Per/M.KUKM/I/2006 tanggal 9 Januari 2006 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan
AnggaranDasar Koperasi.
2) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor : 98/Kep/KEP/KUKM/X/2004 tanggal 24 September 2004
tentang Notaris Sebagai Pembuat Akte Pendirian Koperasi.
3) UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian Koperasi : badan usaha yang
beranggotakan orangseorang atau badan hokum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. (pasa 1, ayat [1] ) (UU ini disahkan
di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 1992, ditandatangani oleh Presiden RI
Soeharto, dan diumumkan pada Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 116.
Dengan terbitnya UU 25 Tahun 1992 maka dinyatakan tidak berlaku UU Nomor
12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, Lembaran Negara RI Tahun
1967 Nomor 23, dan Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 2832).
4) UU No. 9 Tahun 1995 ttg Pelaksanaan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Kegiatan usaha simpan pinjam : kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun
dana dan menyalurkan melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota
koperasi ybs, calon anggota koperasi ybs, koperasi lain dan atau anggotanya,
(pasa 1, ayat [1] ). Calon anggota koperasi sebagaimanadimaksud dalam waktu
palig lama 3 bulan setelah simpanan pokok harus menjadi (pasal 18 ayat [2] ).
5) Dasar hukum operasional Koperasi Indonesia adalah UU Nomor 25 Tahun 1992.
Tentang fungsi, peran, dan prinsip koperasi, diatur dalam bab 3 pasal 4 (fungsi
dan peran koperasi) dan pasal 4 UU Nomor 25 tahun 1995.
6) Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM nomor 15/Per/M.KUKM
/XII/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara operasi dan UKM
Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksana.

2. Anlisis omnibus law undang-undang cipta kerja terhadap syarat dan tata cara
pembentukan koperasi:
✓ Pada Pasal 44 dan Pasal 45 disisipan satu pasal, yakni Pasal 44A yang berisi
mengenkoperasi dengan prinsip Syariah diakomodir penuh dari perangkat
organisasi, kegiatan usaha koperasi hingga dewan pengawas Syariah. Adapun
pasal tersebut berbunyi sebagai berikut; Pasal 44A
1) Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
2) Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai dewan
pengawas syariah.
3) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas 1 (satu) orang atau lebih yang memahami syariah dan diangkat oleh
Rapat Anggota.
4) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada Pengurus serta mengawasi
kegiatan Koperasi agar sesuai dengan prinsip syariah.
5) Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
selanjutnya mendapatkan pembinaan atau pengembangan kapasitas oleh
Pemerintah Pusat dan/atau Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Koperasi yang menjalankan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3. Analisis tingkatan koperasi dan daerah kerja koperasi, yakni:


Undang-undang No.25 tahun 1992 pasal 4 menjelaskan, koperasi memiliki fungsi dan
peranan yang mampu mengembangkan potensi dan kemampuan anggotanya dan
masyarakat.Jenis-jenis koperasi sendiri ada banyak yaitu jenis koperasi berdasarkan
fungsinya, Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja, Jenis Koperasi
menurut status keanggotaannya, hingga jenis koperasi berdasarkan usahanya.
1) Koperasi primer, sebuah koperasi yang minimal terdiri dari 20 orang anggota
yang tergabung dalam koperasi tersebut dengan tujuan yang sama. Biasanya, ada
di tingkat kecamatan, desa, hingga sekolah. Contoh dari koperasi primer yaitu
KUD.
2) Koperasi pusat, koperasi ini merupakan sebuah gabungan dari koperasi primer.
Setidaknya harus ada 5 koperasi primer berbadan hukum. Koperasi ini biasanya
berkedudukan di ibukota, kabupaten atau kota
3) Koperasi gabungan, koperasi ini merupakan gabungan dari koperasi pusat.
Setidaknya harus ada 3 koperasi pusat yang berbadan hukum dengan satu daerah
tingkat provinsi. Contoh dari koperasi gabungan yaitu Gabungan Koperasi Batik
Indonesia.
4) Koperasi induk, koperasi ini minimal harus ada 3 koperasi gabungan yang
berbadan hukum. Biasanya koperasi ini berkedudukan di ibukota negara. Contoh
dari koperasi induk yaitu Pusat Koperasi Unit Desa atau Puskud.

4. Analisis struktur intern dan ektern oragnisasi koperasi


Dimana dalam penyusunan struktur koperasi seluruhnya didasarkan pada amanat
Undang-undang (UU) No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Anggaran Dana dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi dan hasil keputusan rapat. Dalam UU No. 25 Tahun
1992 dijelaskan bahwa perangkat organisasi koperasi terdiri dari Rapat Anggota (RA),
pengurus dan pengawas, dan bila diperlukan pengurus dapat mengangkat pengelola
(manager atau karyawan) yang diberi wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha.
Semua organisasi tersebut memiliki tugas dan perannya masing-masing dalam sebuah
struktur koperasi. Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi, Koperasi harus
memiliki perangkat (struktur) yang jelas. Dimana, struktur koperasi dibagi menjadi
struktur internal koperasi dan struktur eksternal koperasi.
1) Struktur Internal Koperasi
Struktur internal koperasi merupakan struktur pelaksana kegiatan atau tugas di
dalam sebuah lembaga koperasi, yang meliputi rapat anggota, pengurus koperasi,
dan pengawas koperasi.
2) Struktur Eksternal Koperasi
Struktur eksternal koperasi adalah struktur koperasi berdasarkan jenjang koperasi
itu sendiri, yang di dalamnya meliputi koperasi induk, koperasi gabungan,
koperasi pusat, koperasi primer, dan anggota koperasi primer sendiri.

Anda mungkin juga menyukai