Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU KALAM

MURJI’AH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ilmu Kalam
Dosen Pengampu: Dr. Amat Zuhri, M. Ag

Disusun Oleh:

1. ROBI HARUN 3121038


2. DEWI VIRDIARINI 3121040
3. ULYA MUSYARAFAH 3121057
KELAS - B

PROGAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
MURJI’AH

PENDAHULUAN
Islam pada awal mula perjalannya belum menghadapi begitu banyak masalah internal,
meskipun Raasulullah saw menemui berbagai rintangan dalam dakwahnya, kebanyakan
penyebabnya merupakan sebab-sebab eksternal, hal ini nampak sampai pemerintahan Abu
Bakar dan Umar bin Khattab. Bersamaan dengan berjalannya waktu, denan semakin luasnya
wilayah kaum Muslimin, semakin banyak pula masalah yang timbul di tengah-tengah kaum
Muslimin, hal ini pun menyebabkan munculannya beberapa kelompok yang masing-masing
menganggap kelompoknya yang paling benar.1 Terlebih lagi setelah terjadinya pembunuhan
Uṡman bin Affān, dan munculnya perselisihan antara pasukan yang dipimpin oleh Ali bin
Abi Thalib.
Dengan munculnya sebuah kelompok yang disebut dengan Khawarij, yang memiliki
keyakinan bahwa para pelaku dosa besar adalah kafir serta menghukumi mereka akan kekal
dineraka, muncul pula kelompok yang pada awalnya hanya berlepas diri dari urusan
pertikaian tersebut, yang kemudian selanjutnya terjatuh pada kesalahan yang sangat fatal,
yang sebenarnya adalah upaya mereka menandingi Khawarij, yaitu kaum Murji’ah. Oleh
karena itu sangat penting untuk melihat perkembangan dari setiap kelompok-kelompok ini.
Berdasarkan hal tersebut penulis menyusun makalah ini dengan judul “Murji’ah” dengan
membatasi pembahasannya pada beberapa poin, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan Murji’ah?
2. Bagaimana timbulnya kaum Murji’ah?
3. Bagaimana pemikiran-pemikiran kaum Murji’ah?
4. Siapakah tokoh-tokoh penganut ajaran Murji’ah?
5. Bagaimana pengaruh ajaran Murji’ah terhadap kehidupan umat islam?
Dengan demikian, penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Murji’ah,
2. Untuk mengetahui asal-usul Murji’ah,
3. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran kaum Murji’ah,
4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang menganut paham Murji’ah,
5. Untuk mengetahui pengaruh ajaran Murji’ah terhadap kehidupan umat islam.

1
Sariah, Murji'ah dalam Perspektif Theologis, Toleransi: Jurnal Media Ilmiah Komuniasi Umat
Beragama, Vol. 4, No. 1, 2012.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Murji'ah
Asal kata Murji'ah adalah arja'a, yang mempunyal beberapa pengertian, yaitu:
1. Membuat sesuatu, mengambil tempat dibelakang dengan makna memandang kurang
pentingnya amal perbuatan (yang penting adalah iman).
2. Memberi pengharapan, yakni bagi orang Islam yang melakukan dosa besar tidak
dihukum kafir, jadi masih tetap mukmin dan masih ada harapan untuk memperoleh
pengampunan dari Allah.2
3. Menangguhkan, misalnya menangguhkan hukum perbuatan seseorang dimuka Tuhan
dikemudian hari.
4. Menyerahkan, misalnya menyerahkan persoalan siapa yang benar dan siapa yang
salah kepada keputusan Tuhan kelak.3
B. Timbulnya kaum Murji'ah
Kelompok Murji’ah muncul pertama kali pada masa sahabat yaitu di akhir
pemerintahan Usman bin Affan, setelah tersebarnya berita akan adanya sebagian
kelompok yang ingin menurunkannya dari kepemimpinan dan muncul fitnah-fitnah,
sehingga menyebabkan terbunuhnya Usman. Kaum Murji’ah ditimbulkan oleh persoalan
politik sama halnya dengan kaum Khawarij dan Syi’ah sebelumnya. Kaum Khawarij pada
mulanya adalah penyokong Ali tetapi kemudian menjadi musuhnya. Karena adanya
perlawanan ini, kelompok yang setia pada Ali bertambah keras dan kuat membelanya dan
merupakan satu golongan lain yang disebut Syi’ah. Khawarij dan Syi’ah sama-sama
menentang kekuasaan Bani Umayyah, tetapi dengan motif yang berbeda. Teori inilah
yang pertama kali dikembangkan oleh sebagian sahabat dengan tujuan menjamin
persatuan dan kesatuan umat ketika terjadi pertikaian.
Karena tidak bisa menentukan (mengakhirkan) siapa diantara kelompok-kelompok
yang saling beselisih itu yang paling benar, sebagian sahabat Rasulullah tersebut menarik
diri dari pertikaan yang terjadi dengan berdalilkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari
Abu Bakar dimana Rasulullah bersada: “Akan terjadi huruhara (fitnah) dimana ketika itu
orang yang duduk lebih baik dari pada yang berjalan, yang berjalan lebih baik dari yang
berlari lari kecil (ikut dalam kekacauan). Jika saja kalian mendapati zaman tersebut,
maka barangsiapa yang memiliki onta maka sebaiknya dia mengembala ontanya,
barangsiapa yang memiliki kambing hendaknya dia mengembalakan kambingnya, dan

2
Harun Nasution, Teologi Islam, Universitas Indonesia, 1987, hlm. 21.
3
Siradjuddin Abbas, Teologi Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah, hlm. 181.
barangsiapa yang memiliki sebidang tanah maka hendaknya dia menggarap tanahnya.”
Kemudian salah seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapat
anda bagi orang yang tidak memiliki onta, kambing, dan sebidang tanah?” Beliau
menjawab: “Hendaknya dia mengambil pedangnya dan memukulkannya ke sebuah batu,
kemudian mencari tempat yang lebih baik untuknya.”.4
Dengan begitu, muncullah Murji’ah, satu aliran baru yang bersikap netral yang tidak
ikut dalam kafir-mengkafirkan yang terjadi pada golongan tersebut. Bagi mereka
golongan yang bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak
keluar dari jalan yang benar. Oleh karena itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa
yang salah dan benar dan lebih baik menunda penyelesaian hingga hari perhitungan di
depan Allah. Dengan demikian, kaum Murji’ah adalah kaum yang tidak ikut campur
dalam pertentangan tersebut dan mengambil sikap menyerahkan penentuan kafir atau
tidaknya orang-orang yang bertentangan tersebut kepada Allah.
C. Pemikiran Kaum Murji'ah
Seperti yang telah diterangkan dimuka bahwa timbulnya kaum Murji'ah mula-mula
karena persoalan politik, kemudian berkembang kebidang teologi. Dibawah ini akan
diuraikan pokok pikiran kaum Murji'ah tentang kedua bidang tersebut.
1. Bidang Politik.
Prinsip-prinsip politik dari kaum Murji'ah dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Dilarang menantang khalifah yang zhalim. sebab masalah khalifah bukanlah
urusan manusia, tetapi urusan Tuhan semata-mata.
b. Baik buruknya sesuatu pemerintahan atau khalifah bukanlah urusan manusia,
tetapi terserah kepada Tuhan, karena masalah itu adalah urusan Tuhan.
c. Tidak mau menjatuhkan hukuman terhadap Ali maupun Mu'awiyah. sebab
keduanya adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw.
Dipandang dari segi politik, kaum Murji'ah ini menguntungkan Pemerintah pada
waktu itu, yakni Bani Umayyah, karena dengan dogmatik Ini dapat mencegah umat
Islam melakukan pemberontakan terhadap pemerintah.5
2. Bidang Teologi

4
Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Al Mazahib Al Islamiayah fi Al Siasyah wa Al Aqaid wa Tarikh al
Mazahib Al Fiqhiyah, (Cet. Mesir: Dār Al Fikr Al Arabi), hlm. 133.
5
Muhamad Nurudin, Peranan Aliran Murji'ah dalam Membangun Kehidupan Toleransi di Masa
Modern, Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan, Vol. 5, No. 1, 2017.
Dalam bidang teologi, kaum Murji'ah mempunyal paham tersendiri, berbeda
dengan paham kaum Khawarij dan kaum Syi'ah yang telah ada sebelumnya. Pokok-
pokok pikiran kaum Murji'ah dalam bidang teologi antara lain:
a. Iman ialah mengenal Tuhan dan rasul-rasul-Nya. Apabila seseorang telah
mengenal Tuhan dan rasul, orang tersebut sudah dinamakan mukmin. Sebagian
kaum Murji'ah yang ekstrim bahkan ada yang beri'tikad bahwa asal seseorang
sudah mengakui dalam hati atas wujud Tuhan dan rasul maka orang itu telah
disebut mukmin meskipun la berbicara hal-hal yang menjadikan seseorang kafir,
seperti menghina Nabi, menghina al-Qur'an dan sebagainya.
Dengan i'tikadnya ini, kaum Murji'ah menentang kaum Khawarij yang
mengatakan bahwa iman itu ialah mengenal Allah dan Rasul, mangerjakan
segenap perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Bagi kaum Khawarij,
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi tidak mau shalat,
tidak mau berpuasa, dan tidak mau mengerjakan amal-amal ibadah lainnya maka
orang tersebut hukumnya kafir, dan halal darahnya.6
Kaum Murji'ah juga menentang kaum Syi'ah yang mempunyai paham bahwa
percaya Imam, adalah sebagian dari iman, tidak cukup hanya iman kepada Allah
dan Rasul-Nya saja.
b. Orang yang telah beriman dalam hatinya, bila berbuat dosa besar, orang tersebut
masih tetap mukmin. Menurut pandangan kaum Murji'ah, orang yang beriman
dalam hati bila melakukan perbuatan dosa tidak apa-apa, sama halnya perbuatan
baik yang tidak ada gunanya bila sudah ada kekafiran dalam hatinya.
c. Orang yang beriman bila la berbuat dosa, maka hukum baginya ditangguhkan atau
menunggu sampai kehadapan Tuhan pada hari kiamat.
Argumen yang dipakai Murji'ah dalam bidang teologi ini berdalilkan atas ayat Al-
Qur’an dan hadis Rasullullah sebagai berikut:
a. QS. az-Zumar ayat 53
Artinya: “Katakanlah,"Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang
Maha Pengampun, Maha Penyayang”.”
b. QS. an-Nisa' ayat 48

6
Syandri, Al Khawarij dan Al Murjiah Sejarah dan Pokok Ajarannya, Nukhbatul Ulum: Jurnal Bidang
Kajian Islam, Vol. 3, No. 1, 2017.
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena
mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain
(syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah,
maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.”
Ayat di atas menandung makna bahwa semua dosa manusia akan diampuni oleh
Allah Swt, kecuali berbuat syirik. Dengan demikian setiap orang beriman akan
dijamin masuk syurga meskipun pernah melakukan dosa besar.
c. Sabda Rasulullah saw
Artinya: "Dari Abu Said Al Khudri RA bahwa Rasulullah saw bersabda, "Setelah
penduduk surga masuk surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah
pun berfirman, "Keluarkan dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat
iman walaupun sebesar biji sawi." Mereka pun dikeluarkan dari neraka, hanya saja
tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka
dilemparkan ke sungai Haya' qtau Haya'a (terdapat keraguan dalam diri Imam
Malik). Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah
banjir. Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan
berlipat-lipat." Wuhaib berkata, "Amru menceritakan kepada kami, "Sungai Al
Hayat (kehidupan)," dan Wuhaib berkata, "kebaikan sebesar biji sawi." (HR
Bukhori).7
Meskipun jika seseorang mengikuti paham Murji'ah ini maka ayat-ayat hukum dalam
Al-Qur'an, seperti manghukum pencuri dengan memotong tangan, hukuman rajam
bagi orang yang berzina, hukum kifarat dan sebagainya tak ada gunanya lagi, sebab
semua kesalahan akan ditangguhkan oleh Tuhan saja, namun ajaran Murji'ah tentang
dosa besar tidak bertentangan dengan ayat Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Masalah keakhiratan adalah perkara yang hanya diketahui Allah semata, maka
dasar penetapannya harus memakai dalil naqli. Sebab tak satupun makhluk-Nya
mengetahui secara pasti tentang hal ini, sifatnya supra rasional (di luar wilayah akal).
Hal ini tidak terjangkau akal budi manusia dikarenakan keterbatasan ilmu yang
dimiliki, seperti disebutkan dalam QS. Al-Isra' ayat 85: "Dan kamu tidak diberi ilmu
(keakuratan) kecuali sangat sedikit.
D. Tokoh-Tokoh Kaum Murji'ah

7
Muhammad Nurudin, Op.cit.
Pemimpin utama kaum Murji’ah lalah Hasan bin Bilal al-Muzni. Abu Salat as-
Samman, Tsauban dan Dhirer bin Umar.8 Untuk mendukung perjuangan pemimpin-
pemimpin Murji'ah ini, seorang tokoh ahll sya'ir yang terkenal pada masa Bani Umayyah
bernama Tsabiti Quthnah, telah berhasil mengarang sebuah sya'ir tentang I'tiqad dan
kepercayaan kaum Murji'ah.9 Pada proses selanjutnya dikalangan kaum Murji'ah terjadi
perpecahan dan perbedaan pendapat. Pada garis besarnya keum Murji’ah terbagi dalam
dua golongan yaitu:
1. Golongan moderat,
Golongan ini berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar tidaklah menjadi
kafir, tidak keluar dari Islam, dan tidak pula kekal dalam neraka. Hukuman di neraka
akan diberikan oleh Tuhan sesuai dengan besamya dosa yang dikerjakannya, bahkan
ada kemungkinan Tuhan akan mengampuni dosanya, sehingga tidak perlu masuk
neraka sama sekali. Pengikut golongan Murji'ah moderat ini diantaranya Al Hasan bin
Muhammad bin Abi Thalib, Abu Hanifah, dan Abu Yusuf.
2. Golongan ekstrim
Golongan ekstrim ini terpecah lagi menjadi beberapa aliran, diantaranya:
a. Al-Jahmiah, yakni pengikut Jahm bin Sofwan. Menurut pendapatnya bahwa orang
Islam yang percaya kepada Tuhan, kemudian menyatakan dirinya kafir secara
lisan, la tidak menjadi kafir, karena iman dan kafir tempatnya hanya didalam hati.
b. Al-Sahiliyah, merupakan pengikut Abu Hasan al-Salahi, berpendapat bahwa iman
adalah mengetahui Tuhan, sedangkan kufur adalah tidak tahu Tuhan. Shalat bukan
merupakan ibadah kepada Allah. Yang disebut ibadah adalah iman kepada-Nya
dalam arti mengetahui Tuhan. Begitu pula zakat, puasa, dan haji bukanlah ibadah,
melainkan sekedar menggambarkan kepatuhan.
c. Al-Yunusiyah, merupakan pengikut Yunus bin Aun al-Numairi melontarkan
penyataan bahwa melakukan maksiat atau perbuatan jahat tidaklah merusak iman
seseorang. Mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat yang
dikerjakan tidaklah merugikan orang yang bersangkutan. Dalam hal ini Mutaqil
bin Sulaiman berpendapat bahwa perbuatan jahat banyak atau sedikit, tidak
merusak iman seseorang sebagai musyrik.

8
Syandri, Ibid.
9
Ahmad Amin, Dhuhal Islam, Maktabah Nahdah Misriah, 1936, Jilid III, hlm. 328.
d. Al-Ubaidiyah, yaitu pengikut dari Ubaid al-Muktaib. Berpendirian sebagaimana
al-Yunusiyah dengan menambahkan jika sesorang mati dalam iman, dosa-dosa,
dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak merugikan bagi yang bersangkutan.
e. Al-Ghassaniyah, merupakan pengikut Ghassan Al-Kafi, menyebutkan bahwa jika
seorang mengatakan, "Saya tahu Tuhan melarang makan babi, tetapi saya tidak
tahu apakah babi yang diharamkan itu adalah kambing ini." Orang tersebut tetap
mukmin, bukan kafir. Begitu pula orang yang tidak haji dan mengatakan, "Saya
tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah, tetapi saya tidak tahu apakah
Ka’bah di India atau di tempat lain.”.10
Pendapat-pendapat golongan Murji'ah ekstrim diatas timbul karena adanya pengertian
bahwa perbuatan atau amal manusia tidak sepenting Iman. Selanjutnya dari titik tolak
pengertian ini meningkat pengertiannya menjadi lebih ekstrim lagi, yakni bahwa
hanya Imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin atau tidaknya seseorang.
Dengan kata lain bahwa perbuatan tidak penting dan tidak mempengaruhl Iman atau
tidaknya seseorang.
Iman terletak dalam hati, sedang apa yang ada dalam hati seseorang tidak dapat
diketahui dan perbuatan manusia tidak selamanya mencerminkan apa yang ada dalam
hatinya. Oleh karena itu ucapan dan perbuatan seseorang tidak bisa menentukan
bahwa ia tidak beriman. Dalam hal ini yang penting adalah Iman yang ada di dalam
hati. Maka ucapan dan perbuatan sama sekali tidak merusakkan iman.
E. Pengaruh Paham Murji'ah dalam Kehidupan Umat Islam
Ajaran Murji'ah terutama golongan ekstrim terasa pengaruh negatifnya dalam
kehidupan masyarakat, yaitu berupa sikap memperlemah ikatan-ikatan moral. Dengan
kata lain masyarakat mentolerir penyimpangan-penyimpangan dari kaidah-kaidah akhlak
yang ada. Hal ini disebabkan karena mereka hanya mementingkan iman yang ada didalam
hati, sedang amal perbuatan termasuk akhlak bisa dipandang kurang penting, sehingga
diabaikan oleh para penganut paham tersebut.
Hal tersebut menjadikan nama Murji'ah kurang baik dan tidak mendapat simpati dari
masyarakat. Tetapi sebenarnya tidak semua ajaran Murji'ah itu membahayakan dan
ditolak, karena ajaran Murji'ah moderat masih diterima dikalangan muslim saat ini.
Contohnya adalah ada ajaran Murji'ah moderat yang identik dengan pendapat al-Asy'ari
dari golongan Ahlissunnah wal Jama'ah dalam masalah akhirat. Meskipun definisi iman
menurut al-Asy'ari berbeda dengan definisi milik kaum Murji’ah, yaitu iman adalah
10
Syandri, Op.cit.
pengakuan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengerjakan dalam perbuatan,
namun menurut al-Asy’ari orang yang melakukan dosa besar, bila meninggal dunia
sebelum taubat, nasibnya terserah kepada Tuhan. Dalam hal ini terdapat dua
kemungkinan, yaitu:
1. Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya.
2. Tuhan tidak akan mengampuni dosa-dosanya, tapi akan menyiksanya sesuai dengan
perbuatannya, kemudian berulah la dimasukkan ke Surga.11
Pendapat al-Asy'ari ini memiliki kesamaan dengan pendapat Murji’ah moderat yang
mengatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar tidaklah menjadi kafir, tidak keluar
dari Islam, dan tidak pula kekal dalam neraka.
Dari contoh tersebut jelaslah bahwa pendapat kaum Murji’ah moderat pada dasarnya
memiliki kesamaan dengan pendapat Ahlissunnah wal Jamaah.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa golongan Murji'ah moderat, selaku golongan
yang berdiri sendiri telah lenyap dalam sejarah, namun ajaran-ajarannya tentang kufur
dan dosa besar masih bersatu dalam aliran lain yang masih ada hingga saat ini. Golongan
Murji'ah ekstrim sebagai golongan yang sama-sama berdiri sendiri juga telah hilang
dalam sejarah, namun dalam prakteknya masih ada sebagian umat Islam yang masih
melakukan ajaran-ajarannya. Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka mengikuti
ajaran-ajaran Murji'ah ekstrim.12

KESIMPULAN
Asal kata Murji'ah adalah arja'a, yang mempunyal beberapa pengertian, yaitu membuat
sesuatu, memberi pengharapan, menangguhkan, dan menyerahkan. Kelompok Murji’ah
muncul pertama kali pada masa sahabat yaitu di akhir pemerintahan Usman bin Affan,
setelah tersebarnya berita akan adanya sebagian kelompok yang ingin menurunkannya dari
kepemimpinan dan muncul fitnah-fitnah, sehingga menyebabkan terbunuhnya Usman. Kaum
Murji’ah ditimbulkan oleh persoalan politik sama halnya dengan kaum Khawarij dan Syi’ah
sebelumnya, namun akhirnya berkembang sampai ke bidang teologi.
Dipandang dari segi politik, kaum Murji'ah ini menguntungkan Pemerintah pada waktu
itu, yakni Bani Umayyah, karena dengan dogmatik Ini dapat mencegah umat Islam
melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Dari segi teologi, Kaum Murji’ah memiliki
ajaran bahwa iman ialah mengenal Tuhan dan rasul-rasul-Nya. Apabila seseorang telah
mengenal Tuhan dan rasul, orang tersebut sudah dinamakan mukmin. Hal tersebut
11
Muhamad Nurudin, Op.cit.
12
Sariah, Op.cit.
menjadikan nama Murji'ah kurang baik dan tidak mendapat simpati dari masyarakat. Tetapi
sebenarnya tidak semua ajaran Murji'ah itu membahayakan dan ditolak, karena ajaran
Murji'ah moderat masih diterima dikalangan muslim saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Siradjuddin. Teologi Islam Ahlussunnah Wal-Jamaah.
Amin, Ahmad. 1936. Dhuhal Islam, Maktabah Nahdah Misriah. Jilid III.
Nasution, Harun. 1987. Teologi Islam. Universitas Indonesia.
Nurudin, Muhamad. 2017. Peranan Aliran Murji'ah dalam Membangun Kehidupan
Toleransi di Masa Modern. Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan. Vol.5.
No.1.
Sariah. 2012. Murji'ah dalam Perspektif Theologis. Toleransi: Jurnal Media Ilmiah
Komuniasi Umat Beragama. Vol. 4. No.1.
Syandri. 2017. Al Khawarij dan Al Murjiah Sejarah dan Pokok Ajarannya. Nukhbatul Ulum:
Jurnal Bidang Kajian Islam, Vol. 3, No.1.
Zahrah, Muhammad Abu. Tarikh Al Mazahib Al Islamiayah fi Al Siasyah wa Al Aqaid wa
Tarikh al Mazahib Al Fiqhiyah. Cet. Mesir: Dar Al Fikr Al Arabi.

Anda mungkin juga menyukai