11
11
M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS STRKE NON HEMORAGIK
DI RUANG ICU RSUD TUGUREJO SEMARANG
Oleh:
NURUL JANNAH
G3A020193
menit. Bila tidak ada alirandarah lebih dari 30 detik gambaran EEG
bila lebih dari 5 menit maka kerusakan jaringan otak dimulai, dan
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang
G. KOMPLIKASI
1. Berhubungan dengan imobilisasi: infeksi pernafasan, nyeri pada
daerah tertekan, konstipasi.
2. Berhubungan dengan paralise: nyeri punggung, dislokasi sendi,
deformitas, terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak: epilepsy, sakit kepala,
Hidrosefalus.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan
atau obstruksi arteri.
b. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang
juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke
(sebelum nampak oleh pemindaian CT).
c. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia dan posisinya secara pasti.
d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan
posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak.Hasil yang
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
e. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
f. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah
biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-
hari pertama.
b.Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum,
kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi
hiperglikemia.
d.gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam
serum dan kemudianberangsur-rangsur turun
kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari
kelainan pada darah itusendiri
I. PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan Konservati, Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk. (2007) :
a. Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang
mencapai tingkatmaksimum 3 sampai 5 hari setelah
infark serebral.
b. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan
embolisasi daritempat lain dalam kardiovaskuler.
c. Anti trombosit: dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peransangat penting dalam pembentukan
thrombus dan embolisasi.
2. Pengobatan pembedahan, Menurut Arif Muttaqin(2008), tujuan
utama adalah memperbaiki aliran darah serebral
a. Endosteroktomi, karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakaN
pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh klien
Konsep Askep Gadar Stroke Non Hemorargik
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Umur
Stroke ditemukan pada semua golingan usia,
namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di
Fatas 55 tahun. Kejadian stroke secara eksposional
meningkat pada usia yang sudah lanjut, dimana akan
terjadi peningkatan 100 kali lipat pada usia 80-90
adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000
pada golongan usia 30-40 tahun (Bustan, 2015).
b. Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar
untuk terkena stroke dibandingkan dengan wanita,
hal ini terjadi karena laki-laki memiliki hormon
testoteron yang bisa meningkatkan kadar LDL darah
(Bushnell dalam Laily, 2017)
c. Alamat / Tempat tinggal
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
(Ghani,dkk, 2016) bahwa penderita stroke paling
banyak terjadi yang tinggal di perkotaan daripada di
perdesaan
2. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada penderita stroke yang mengalami
penurunan kesadaran umumnya mengalami
hambatan jalan napas (Jauhar, Bararah & 2013),
sekret berbuih (Mubarak, dkk, 2015).
b. Breathing
1) Inspeksi
Terdapat retraksi otot pernapasan, pernapasan lebih dari 20
x/menit (Mubarak, dkk, 2015), kesulitan bernapas, sesak napas
atau apnea, kemungkinan pernapasan cheynestokes
2) Palpasi
Focal fremitus umumnya tidak seimbang antara kanan dan kiri
selama ada penumpukan sekret
3) Perkusi
Terdapat bunyi hipersonor jika terdapat sekret pada lapang
paru
Auskultasi
Terdapat suara napas tambahan ronkhi,
wheezing jika pasien stroke mengalami
penurunan kesadaran (Mubarak, dkk, 2015)
c. Circulation
1) Tekanan darah
Dapat ditemukan tekanan darah
tinggi/hipertensi dengan tekanaan darah >200
mmHg (Nurarif & Kusuma, 2015)
2) Nadi
Frekuensi nadi dapat bervariasi (Bararah & Jauhar,
2013)
3) Suhu
Hipertermia (Lemone, dkk, 2016)
4) Capilary Refill Time
Kapiler refill time > 1-2 detik (Mubarak, dkk, 2015)
5) Sianosis/pucat
Pada pasien stroke non hemorargik yang
mengalami perfusi serebral tidak efektif
menyebabkan kadar PaO2 < 95% sehingga
menyebabkan sianosis (Mubarak, dkk, 2015)
6) Akral
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami
diaforesis sehingga dapat ditemukan akral dingin
(Nurarif & Kusuma, 2015)
7) Kelembapan
Pada pasien stroke non hemorargik mengalami
diaforesis dan akral dingin sehingga mengalami
kelembapan pada kulitnya.
8) Disability
a) GCS/AVPU
Pada klien yang mengalami stroke non hemorargik akan
mengalami gangguan tingkat kesadaran jika terjadi
ketidakseimbangan perfusi ventilasi (Bararah & Jauhar,
2013)
9) Pupil
Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak mata yang
terkena (Chang, dkk, 2010)
10) Gangguan motorik
Hemiplegia, hemiparesis, flasiditas (tidak
adanya tonus otot), spastisitas (peningkatan tonus
otot) (Lemone, dkk, 2016)
11) Gangguan sensorik
Defisit dalam penglihatan, pendengaran, rasa
dan indra penciuman (Lemone, dkk, 2016, hal.
1802)
12) Exposure/Enviromental/Event
Pada pasien stroke non hemorargik biasanya
akan terjadi ketika selama tidur atau segera
setelah bangun tidur sehingga jarang adanya
trauma.
d. Secondary Survey
1) Pemeriksaan Fisik Head to Toe:
a) Kepala
Pasien stroke akan mengeluh Pusing,
sakit kepala (Bararah & Jauhar, 2013).
Pemeriksaan 12 saraf kranial pasien stroke
non hemorargik;
b) Nervus I olfaktorius
Defisit indra penciuman (Lemone, dkk, 2016)
a) Nervus II opticus
Defisit penglihatan, hemianopia,
homonomus, diplopia, penurunan ketajaman
penglihatan (Lemone, dkk, 2016),
berulangnya serangan kebutaan atau
penglihatan kabur pada ipsilateral mata.
b) Nervus III oculomotoris
Pupil kecil dan ptosis pada sisi kelopak
mata yang terkena, paralisis tatapan mata
(Chang, dkk, 2010)
c) Nervus IV throclearis
Jarang terjadi gangguan pergerakan mata
(motorik).
d) Nervus V thrigeminus
Tidak lancar atau tidak dapat bicara, bicara pelo.
e) Nervus VI abdusen
Gangguan gerakan tangkas atau
gerakan tidak
terkoordinasi (Masriadi,
2016)
f) Nervus facialis
Paralisis wajah (Chang, dkk, 2010),
muka tidak simetris (Masriadi, 2016),
hilangnya sensasi pada wajah.
g) Nervus VII auditorius
Pada pasien dengan stroke non
hemorargik akan mengalami tuli dan tinnitus
jika mengenai arteri serebral inferior anterior
sisi ipsilateral.
h) Nervus IX glosopharingeal
Gangguan menelan atau bila minum sering
sering tersedak (Masriadi,
2016)
i) Nervus X Vagus
Muntah (Chang, dkk, 2010)
j) Nervus XI accesorius
Terdapat bendungan vena jugularis (Mubarak,
dkk, 2015)
k) Nervus XII hypoglosus
Mulut dan lidah mencong bila
diluruskan (Masriadi, 2016) hilang sensasi
pengecapan pada lidah.
l) Leher
Tidak ada kaku kuduk (Nurarif & Kusuma, 2015).
m) Dada
Paru-paru:
Inspeksi : terdapat retraksi otot pernapasan (Mubarak,
dkk, 2015)
Palpasi : focal fremitus umumnya tidak
seimbang antara kanan dan kiri selama ada
penumpukan sekret
Perkusi : terdapat bunyi hipersonor jika
terdapat sekret dalam lapang paru
Auskultasi : ronkhi, wheezing (Mubarak,
dkk, 2015)
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak pada
pasien yang mengalami obesitas Palpasi :
ictus cordis pada teraba pada ICS 5-6
bergeser ke kiri
B. PEMANTAUAN TEKANAN
INTRAKRANIAL (I.06198
Observasi
o Observasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati
ruang, gangguan metabolism, edema sereblal, peningkatan
tekanan vena, obstruksi aliran cairan serebrospinal, hipertensi
intracranial idiopatik)
o Monitor peningkatan TD
o Monitor pelebaran tekanan nadi (selish TDS dan TDD)
LeMone, dkk (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta: EGC
Alchuriyah, S & Wahjuni (2016). Faktor Risiko Kejadian StrokeUsia MudaPada
Pasien
Rumah Sakit Brawijaya Surabaya. Departemen Epidemiologi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
Bustan, (2015). Manajemen pengendalian penyakit tidak menular. Jakarta : Rineka
Cipta. Taufiqurrahman, dkk. 2016. Manfaat Pemberian Sitokoline Pada Pasien
Stroke Non
Hemoragik (SNH). Jurnal. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D., 2010, Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik
Keperawatan, 112-113, Jakarta, EGC.
Masriadi. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media
Nair M., and Peate I. (2015). Pathophysiology for nurse at a Glance. John Wiley & Sons.
Chapter 15: 36-37.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Ghani L, Laurentia K M & Delima,(2016) Faktor Risiko Dominan Penderita Stroke
Di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Maret 2016. Vol. 44, No. 1,: 49-58
Bararah, T dan Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Mubarak WI., Nurul C., Joko S. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur
Tetap dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang : Binarupa
Aksara