SKILLS LAB
TA : 2016/2017
SEMESTER VII
i
Copyright@2016 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Dicetak di Darussalam
Cetakan Pertama : Agustus 2016
ii
EDITOR
Rahmawati, S.Si
Tim Kurikulum
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala
iii
PENYUSUN BUKU
iv
KATA PENGANTAR
Editor
v
DAFTAR ISI
vi
.
vii
1. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
dr. Hasanuddin, SpOG, K (Onk) / dr. Roziana, M. Ked, SpOG
Bagian Ilmu Kebidanan dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA
Tujuan pembelajaran:
- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan IVA (Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat) secara sistematis dan benar
Prior knowledge:
- Anatomi genitalia eksterna dan interna wanita
Pendahuluan
Lesi Prakanker
Tujuan utama skrining pada serviks adalah menemukan
adanya lesi prakanker yang bila mendapat penatalaksanaan yang
tepat dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Kemampuan untuk
melakukan deteksi lesi prakanker ditentukan oleh kemudahan untuk
melakukan akses ke daerah serviks dan kemampuan untuk
melakukan penilaian patologi yang ditemukan. Untuk hal tersebut
diperlukan pengertian tentang proses karsinogenesis dan perubahan
dari lesi prakanker menjadi lesi kanker. Kemampuan untuk
melakukan deteksi lesi prakanker ditentukan oleh kemudahan untuk
melakukan akses ke daerah serviks dan kemampuan untuk
melakukan penilaian patologi yang ditemukan. Untuk hal tersebut
diperlukan pengertian tentang proses karsinogenesis dan perubahan
dari lesi prakanker menjadi lesi kanker.
Meskipun dikenalkan lebih dahulu oleh Pappinicolaou dan
Traut, Reagan dan Hamonic telah membedakan karsinoma insitu
dengan lesi anaplastik lain yang dikenal sebagai displasia. Menurut
WHO, displasia didefinisikan sebagai sebuah lesi yang ditandai
dengan terjadinya perubahan atipik pada permukaan epitel. Displasia
dibagi menjadi 3 bagian yaitu: displasia ringan, sedang dan berat.
Tapi panduan klinis pastinya belum jelas.
1
Klasifikasi lesi yang dimulai dari displasia ringan hingga
karsinoma insitu tidak merefleksikan progresivitas penyakit.
Diagnosis ini sangatlah subjektif dan sangat tergantung dari
pemeriksa. Sarjana Richart mengenalkan terminologi Neoplasia
Intraepitelial Serviks (NIS/CIN) untuk menggambarkan kelainan sel
skuamosa serviks prainvasif, terdapat 3 derajat perubahan yaitu, NIS
1(displasia ringan), NIS 2 (displasia sedang), dan NIS 3 (displasia
berat/karsinoma insitu). Proses perubahan serviks ini, terjadi pada
zona transformasi.
2
Pemeriksaan Visual Serviks dengan Menggunakan Asam Asetat
Definisi
Pemeriksaan visual dengan asam asetat (VIA/Visual
Inspection with Acetic Acid) merupakan pemeriksaan pada mulut
rahim (serviks) dengan mengoleskan asam asetat 3-5% pada serviks
dan mengamati selama lebih kurang1-2 menit. IVA merupakan suatu
tes yang secara visual digunakan untuk mendeteksi lesi praganas
pada serviks. Pada pemeriksaan IVA, lesi pra kanker akan tampak
putih setelah aplikasi asam asetat selama beberapa waktu (temporer).
IVA dilakukan dengan menggunakan speculum untuk melihat seviks
dan ostium serviks. Adanya daerah abnormal akan memberikan
penampakan putih.
IVA dapat diterapkan pada berbagai situasi dan kondisi,
karena tidak memerlukan pemeriksaanlaboratorium, dan hasilnya
akan cepat didapat. Terapi dapat langsung dilakukan bersama dengan
pemeriksaan.
IVA pertama kali diperkenalkan oleh sarjana Hinselman
(1925), dengan memberikan larutan asam asetat 3-5% pada serviks
dengan menggunakan lidi kapas. Tes ini mudah dilaksanakan, dan
dapat dilaksanakan oleh dokter umum, bidan dan paramedis yang
telah dilatih pemeriksaan IVA. Pemeriksaan IVA memiliki tingkat
spesifisitas 54-96% dan sensitivitas 65-96%.
3
nampak keabu-abuan. Pertemuan antara kedua macam epitel ini
berada di Sambungan Skuamo-Kolumnar (SSK). SSK merupakan
suatu garis tegas, dan lokasinya tergantung dari usia, status hormon,
trauma persalinan dan kehamilan. Padaumumnya, pada masa anak
akan berada didalam/dekat dengan ostium serviks. Sedangkan pada
masa pubertas akan berada di ektoserviks yang pada pengamatan
visual tampak berwarna kemerahan. Sedangkan saat menopause akan
berada didalam kanalis endoserviks karena penyusutan dari serviks
uteri.
4
Prinsip Dasar Pemeriksaan IVA
Pemeriksaan dengan mata telanjang pada serviks setelah
penggunaan asam asetat 3-5% merupakan prosedur yang mudah
untuk mendeteksi adanya lesi praganas serviks. Semakin putih dan
jelas, semakin tinggi tingkat abnormalitasnya. Dibutuhkan 1-2 menit
untuk melihat perubahan pada epitel. Dengan menggunakan asam
asetat 5% memberikan respon lebih cepat dibanding 3%. Efek ini
akan menghilang dalam waktu 50-60 detik kemudian dan akan
nampak seperti semula. Lesi putih yang nampak sebelum pemakaian
asam asetat bukan merupakan epitel putih, tapi disebut sebagai
leukoplakia, yang biasanya disebabkan oleh proses keratosis.
Asam asetat akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler pada epitel yang abnormal. Cairan ekstraseluler menjadi
hipertonis dan menyebabkan cairan intraseluler berpindah ke
ekstraseluler, hal ini menyebabkan terjadinya koagulasi dan
presipitasi dari protein sel dan kolaps dari membran sel dan jarak
antar sel akan memendek. Hasilnya, jika sel epitel ini menerima
cahaya (sinar lampu), maka sinar ini tidak dapat menembus tapi akan
direfleksikan kembali dan menyebabkan permukaan sel epitel
berwarna putih, karena itu disebut sebagai epitel putih (white
epithelium). Sel yang normal akan berwarna merah muda (epitel
skuamous) dan epitel kolumnar akan berwarna merah, akibat refleksi
dari stroma yang mengandung banyak pembuluh darah.
5
asli dan SSK fungsional, dimana merupakan daerah yang sering
mengalami metaplasi (perubahan epitel).
I. Persiapan alat:
- Meja periksa (meja ginekologi)
- Sumber cahaya yang baik, tersedia lampu halogen
yang terang yang dengan mudah dapat diarahkan pada
serviks
- Desinfektan
- Sarung tangan
- Lidi kapas, Kassa
- Tampon kassa
- Larutan asam asetat 5%
II. Pelaksanaan IVA
- Ibu pada posisi litotomi
- Desinfeksi
- Menggunakan spekulum untuk melihat serviks
- Evaluasi serviks, bila perlu dilakukan pap tes
- Pemberian asam asetat 5%, evaluasi perubahan yang
terjadi pada serviks
Secara teliti, memeriksa:
1. Intensitas warna putih dari lesi acetowhite
2. Batas dari lesi
3. Warna uniform/bervariasi
4. Lokasi lesi
5. Ukuran
6. Jika masih ragu, ulangi prosedur awal
7. Kesimpulan dari pemeriksaan
8. Dekontaminasi alat yang telah digunakan
6
Cara membuat asam asetat 5% dan 3% :
2. IVA positif
- tampakareaacetowhitedenganjelas, dense, batas
regular/iregular
- area acetowhite dengan jelas tampak pada
epitelkolumnar
- seluruh lapisanser viks menjadi dense setelah aplikasi
asam asetat
- Kondiloma/leukoplakia dekat SSK, berubah menjadi
putih setelah aplikasi asam asetat.
7
Bercak acetowhite
Gambar 2. Gambaransebelumdansesudahpemberianasamasetat
Penatalaksanaan
I. Lesi Prakanker
Sarjana Kolstad dan Klem memperlihatkan bahwa biopsi
kerucut memberikan harapan yang sama dalam mencegah
terjadinya progresivitas kanker serviks pada karsinoma
insitu. Stafl dan Mattingly mengemukakan bahwa biopsi
langsung dalam arahan kolposkopi akan memberikan
ketepatan yang samadengan biopsi kerucut jika dilakukan
ahlinya. Angka penyembuhan yang tinggi juga
diperlihatkan pada tindakan cryosurgery, electrosurgical
diatermi dan laser. Pada tahun 1990 mulai dikenalkan
Loop Electrosurgical Excision Procedures (LEEP).
Cryotherpy merupakan salah satu metode terapi efektif
pada lesi derajat rendah tetapi tidak pada derajat tinggi.
Lesipadaserviksterli Biopsi
hatjelas
Sitologiserviksataup Frekuensiskriningb
apsmearnegatif erdasarstandar
Sitologiserviksatauh Ulangi
asiltes pap pemeriksaan
tidakmemuaskan setelah 3 bulan dan
obati infeksi bila
ada indikasi
Gambar 3.Teknik penelusuran pada pemeriksaan skrining
8
Daftar Pustaka
Putra AD, Moegni EM. Lesi prakanker serviks. Dalam Buku Acuan
Nasional Onkologi Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2006:399-412
9
Checklist: Pemeriksaan IVA(Inspeksi Visual dengan Asam asetat)
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi kurang sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Observer
12
2. Triase Pasien (Paper Based)
dr. Meilia Sylvalila, SpEM
Bagian Anastesiologi dan Reanimasi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA
Tujuan Belajar
Mengetahui konsep triage.
Mengetahui macam-macam sistem trige.
Mampu melakukan triage baik di unit gawat darurat maupun pada
situasi bencana.
Pendahuluan
Proses triase ini pertama kali dijelaskan oleh Baron
Dominique Jean-Larrey pada abad ke 18. (Goransson, 2005). Berasal
dari kata “trier” yang diambil dari bahasa Perancis yang berarti
memilah/menyortir. Triase didefinisikan sebagai proses pemilihan
dan prioritisasi pasien yang akan dirawat berdasarkan penyakit,
cedera, keparahan, prognosis, dan sumber daya yang tersedia.
Konsep triase digunakan di medan perang, unit gawat darurat,
dan kondisi bencana atau yang menyebabkan banyak korban. Triase
dapat dilakukan baik pada pasien trauma maupun pasien medis.
Triase pada pasien trauma lebih mudah dilakukan jika dibandingkan
dengan pasien medis (Kondo,et.al, 2011).
Sistem Triase
Ada beberapa sistem triase yang terkenal, diantaranya
Australian Triage Scale, Manchester Triage Scale, Canadian Triage
and Acuity Scale, Patient Acuity Category Scale (PACS), dan
Emergency Severity Index (ESI). Sistem-sistem ini mengkategorikan
pasien dalam level-level yang berbeda. Jumlah level pasien dalam
sistem-sistem tersebut beragam, dari 2 level hingga 5 level. Beberapa
bukti menunjukkan bahwa sistem triase 5 level-lah yang lebih efektif
dibandingkan sistem triase 3 level.
13
Emergency Severity Index
Sistem triase yang banyak digunakan saat ini adalah ESI,
yang menggunakan 5 (lima) level dalam memprioritaskan pasien
yang datang ke Instalasi Gawat Darurat. ESI tidak menggunakan
ekspektasi interval waktu untuk mengevaluasi perawatan.
Keuntungan penggunaan ESI adalah mengidentifikasi dengan cepat
pasien yang membutuhkan perawatan segera, dengan fokus
memberikan respon cepat setelah penentuan level dan pengkajian.
14
ESI level 2 : Risiko tinggi untuk terjadinya kehilangan nyawa,
dan kerusakan organ secara permanen dan/
hemodinamik tidak stabil tanpa penyulit ABC.
ESI level 3 : Hemodinamik stabil, membutuhkan pemanfaatan
sumber daya minimal 2 atau lebih selama evaluasi.
Tidak
Situasi resiko tinggi ? B
atau
ya
Bingung / letargi / disorientasi?
atau
Nyeri hebat / distress?
B. Situasi RisikoTinggi
a. Pasien dengan prioritas untuk perawatan dan
membutuhkan observasi intensif di IGD.
b. Nyeri yang berat / distress ditentukan dengan observasi
klinis dan/atau derajat nyeri yang lebih besar atau sama
dengan 7 dari skala nyeri antara 0-10.
C. Sumber Daya
Hitung jumlah sumber daya yang dibutuhkan, bukan
pemeriksaan secara individu atau X-rays
contoh : Darah lengkap, elektrolit, atau pemeriksaan
koagulasi darah merupakan satu sumber pemeriksaan; darah
lengkap dan X-rays baru merupakan dua sumber daya.
16
Sumber daya Bukan Sumber daya
Laboratorium (darah, urine) Anamnesa dan pemeriksaan
EKG, X-Rays fisik (termasuk pelvis)
CT – MRI – USG – Pemeriksaan status lokalis
Angiografi
Cairan Intra Vena (hidrasi) Saline atau plug intravena.
IV atau IM atau pengobatan Pengobatan peroral
dengan nebul Imunisasi tetanus
Pemberian resep
Konsultasi Spesialis Telepon ke dokter jaga
Prosedur sederhana = 1 (repair Perawatan luka yang sederhana
kebocoran, pemasangan (pembebatan, pengecekan
kateter) kembali)
Prosedur komplek = 2 kruk, splint, sling
(Prosedur sedasi analgesik)
17
diresusitasi. Prinsipnya adalah menyelamatkan nyawa sebanyak
mungkin.
Ada beberapa sistem triase yang digunakan pada kondisi bencana,
diantaranya :
• SALT (Sort, Assess, Life saving interventions,
Treatment/transport),
• START (Simple Triage and Rapid Treatment)
18
19
Triage Tag
20
Daftar Pustaka
21
Check List : Triase di Unit Gawat Darurat
Skor
No. Aspek yang Dinilai
0 1 2
1. Mengucapkan salam dan menyapa pasien
atau pengantar pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan identitas pasien
4. Melakukan penilaian cepat terhadap
keadaan umum pasien
a. apakah pasien bergerak-gerak atau
tidak berespon (terlihat diam saja)
b. apakah pasien terlihat distress nafas
berat?
c. apakah pasien terlihat gasping?
d. apakah pasien terlihat pucat dengan
perdarahan yang sangat banyak?
e. apakah pasien terlihat memegang dada
bagian kiri?
f. apakah pasien terlihat
bingung/disorientasi/lethargi?
g. apakah pasien terlihat kesakitan?
h. apakah pasien terintubasi?
5. Melakukan anamnesa singkat terhadap
pasien atau pengantar pasien
a. keluhan utama
b. riwayat perjalanan penyakit
c. riwayat penyakit terdahulu
6. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
a. tekanan darah
b. nadi; jumlah, irama, kualitas
c. laju pernafasan
d. temperatur
7. Memperkirakan sumber daya yang
dibutuhkan
8. Memutuskan level triase pasien
22
Keterangan :
0: tidak dilakukan
1: dilakukan berurutan tetapi kurang sempurna
2: dilakukan berurutan dengan sempurna
23
Check List Triase Pada Kondisi Bencana atau Korban Massal
No. Aspek yang Dinilai Skor
1. Memastikan situasi aman bagi penolong 0 1 2
2. Memperkirakan jumlah korban
3. Memutuskan perlu tidaknya memanggil
tim tambahan untuk membantu
4. Menyapa korban
5. Meminta korban yang dapat berjalan
untuk berkumpul di satu sisi tertentu,
menjauh dari lokasi kejadian
6. Meminta korban yang sadar namun tidak
dapat berjalan sendiri untuk memberikan
respon
7. Mendatangi korban yang tidak
memberikan respon
8. Memberikan intervensi penyelamatan
nyawa :
a. membuka jalan nafas
b. mengontrol perdarahan
c. melakukan dekompresi jarum
9. Memberikan label hitam jika pasien yg
tidak berespon tadi tetap tidak
memberikan respon setelah dilakukan
intervensi atau memberikan label merah
jika pasien yang tidak berespon tadi
memberikan respon yang baik setelah
intervensi.
10. Mendekati korban yang sadar namun
tidak bisa berjalan sendiri dan
melakukan pemeriksaan;
a. memeriksa pernafasan korban
b. mengontrol perdarahan
c. memeriksa capillary refill
d. memeriksa level kesadaran korban
11. Memberikan label merah atau kuning
sesuai dengan hasil pemeriksaan.
24
Keterangan :
0: tidak dilakukan
1: dilakukan berurutan, tetapi kurang sempurna
2: dilakukan berurutan dengan sempurna
Banda Aceh,...........2016
Observer
25
3. PENULISAN RESEP
Suryawati, S.Si, APT, M.Sc/ Dr. Hanifah yusuf, M. Kes, APT
Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/ RSUDZA
Tujuan pembelajaran :
Mahasiswa mampu menulis resep secara sistematis dan benar
Pendahuluan
Resep adalah Permintaan tertulis darid okter, dokter hewan,
dan dokter gigi kepada apoteker untuk membuat dan atau
memberikan obat kepada pasien. Peresepan rasional menurut WHO
adalah pemberian obat sesuai dengan keperluan klinik, dosis sesuai
dengan kebutuhan pasien, diberikan dalam jangka waktu yang sesuai
dengan penyakit, dan dengan biaya termurah menurut pasien dan
komunitasnya.
26
Sebuah resep harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah
dokter, no. telepon dokter dan hari serta jam praktek
2. Nama kota dan tanggal penulisan resep
3. Superscriptio
Ditulis dengan simbol R/ berasal dari Recipe yang artinya
harap diambil. Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan
obat, maka R/ ditulis sebanyak jumlah sediaan obat yang
dibutuhkan.
4. Inscriptio
Di belakang lambang R/ dituliskan nama generik obat,
kekuatan dan jumlah obat yang diperlukan. Sangat dianjurkan
untuk menuliskan nama generik (nama umum). Hal ini lebih
mendidik dan informatif. Ini juga menunjukkan bahwa Anda
tidak berpihak kepada suatu nama dagang tertentu yang
mungkin mahal bagi pasien.
Kekuatan obat adalah jumlah obat yang terkandung dalam
setiap sediaan padat (miligram), atau dalam larutan (mililiter).
Untuk obat yang peresepannya diawasi atau obat yang
cenderung disalahgunakan, lebih aman untuk menuliskan
kekuatan dan jumlah totalnya dalam huruf untuk mencegah
penyalahgunaan.
5. Subscriptio
Bentuk sediaan dan jumlah total
6. Label: cara pakai, peringatan
7. Nama, alamat, umur pasien
8. Paraf atau tanda tangan dokter
27
3. Interaksi Obat
Pasien mengalami masalah kesehatan sebagai hasil dari interaksi
obat-obat yang digunakan
4. Overdosis atau dosis subterapeutik
5. Durasi Pengobatan lama
6. Untreated Condition
7. Kontraindikasi
8. Duplikasi terapi
29 April 2011
Ket:
Omemox 500mg tab No. XII
Signa : tandailah
S . 3 . d.d tab I 3 : tiga
paraf Dd : de die : sehari
1 : satu
Pro : Irma
Umur : 20 th
Alamat : Jl. T. Nyak Arief, B. Aceh
29
dr. Intan
No. Ijin Dokter
Alamat : Jl. Nikmat No. 2
Telp :
29 Mei 2011
Ket:
Misce fac: campur dan Interhistin tab 1
Buatlah
Prednison 5mg tab 1
Pulv (pulvis) : serbuk
dtd (da tales doses): Acid Ascorbat 75 mg
berilah sekian takaran m.f. pulv d.t.d No XX
No (numero): sebanyak
S . 3. d. d pulv I
XX : 20
Signa: tandailah paraf
3 : tiga
Pro : Yasmin
Dd : de die sehari
1 : satu Umur : 10 th
Alamat : Jl. Pocut Baren,
B. Aceh
Kasus:
31
Daftar Pustaka
32
Check List : Penulisan Resep
Nilai
No ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Menulis Kop Resep (inscriptio) yang terdiri atas :
Nama dokter
Nomor Surat Izin Praktek
Alamat praktek
No telepon/HP dokter yang bisa dihubungi
Menulis tempat dan tanggal penulisan resep
2 Menulis tanda R/ pada bagian kiri di setiap
penulisan obat (superscriptio)
3 Menuliskan obat yang dibutuhkan sesuai urutan :
Baris pertama (Subcriptio)
Bentuk sediaan, nama obat dan kemasan
yang tersedia, jumlah obat yang diminta
(Angka Romawi)
Baris Kedua (signatura)
Cara obat dibuat atau aturan pemakaian
obat (etiket) ditandai dengan tanda S,
frekuensi pemberian (angka), dd, jumlah
yang digunakan perkali penggunaan (angka
Romawi)
4 Menulis batas/garis penutup antara satu resep obat
dengan obat lainnya
5 Membuat paraf pada akhir setiap satu jenis obat
yang diresepkan
33
6 Menulis identitas pasien yang terdiri atas :
Nama Pasien
Umur pasien (bila pasien dewasa :
Tn/Ny/Nn/dewasa, bila pasien anak
dituliskan umur anak disertai berat
badannya)
Alamat pasien
7 Mengetahui hal-hal penting dalam penulisan resep
meliputi:
Urutan penulisan resep obat sesuai jenis
obat
Penghitungan dosis obat
Pemilihan sediaan obat
Penggunaan tanda tertentu dalam penulisan
obat
Skor Total
Keterangan :
0: Tidak dilakukan
1: Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan > 50%)
2: Dilakukan tetapi kurang benar (kesalahan < 50%)
Observer
34