Anda di halaman 1dari 6

STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN PERMUKIMAN BERKELANJUTAN

DI KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS


PROVINSI RIAU

Latar Belakang
Kecamatan Mandau merupakan kawasan strategis dalam pengembangan wilayah karena
berada pada wilayah yang diarahkan sebagai kota dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa,
industri dan teknologi tinggi. Keterbatasan lahan di Kecamatan Mandau tidak dapat
mengimbangi kebutuhan akan pembangunan fisik seperti perumahan, perkantoran, kegiatan
komersial, dan lain-lain. Tingginya pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,34% per tahun
(BPS Kabupaten Bengkalis, 2018) membuat daya dukung lingkungan permukiman melampui
batas di Kecamatan Mandau.
Wilayah Kecamatan Mandau telah mengalami proses pertumbuhan fisik secara cepat
namun tidak teratur (acak), tidak terkendali dan tidak terencana yang ditandai dengan munculnya
kawasan-kawasan permukiman baru yang tidak tertata. Pertumbuhan fisik kawasan permukiman
dalam pengelolaannya belum memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan ekologi yang
terintegrasi. Akibat dari pengabaian ini menjadikan kawasan permukiman mengalami degradasi
lingkungan. Pesatnya perkembangan kawasan permukiman mengakibatkan tingginya tekanan
dan konflik kepentingan dalam pengelolaan kawasan permukiman.
Kondisi Kecamatan Mandau juga semakin padat dengan pendatang untuk mencari kerja
dari berbagai daerah. Tingginya tingkat urbanisasi di Kecamatan Mandau menjadi permasalahan
tersendiri terhadap wilayah tersebut. Hingga saat ini perkembangan kawasan permukiman yang
terjadi cukup merisaukan yang ditunjukkan dengan gejala-gejala seperti terjadinya kemacetan,
banjir, kekumuhan, polusi udara ataupun kekeringan. Permasalahan ini menjadi penting dalam
pengelolaan ruang dan terhadap pemanfaatan ruang berdasarkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan kondisi wilayah yang semakin padat terutama kawasan permukiman sehingga
diperlukan suatu pengelolaan yang memuat kebijakan yang efektif dan komprehensif secara
terintegrasi.

Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah diungkapkan tersebut maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Menganalisis kondisi kawasan permukiman penduduk di Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kawasan permukiman
penduduk di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.
3. Merumuskan strategi yang tepat untuk keberlanjutan kawasan permukiman penduduk di
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Kerangka Pemikiran
Perkembangan Kawasan Permukiman

· Konversi Lahan
· Degradasi Lingkungan
· Konflik antar Stakeholder
· Ketidakberlanjutan Pembangunan

Pengelolaan Kawasan Permukiman Berkelanjutan

Fungsi dan Peran Kualitas Lingkungan Peran dan Sinergi


Kawasan Fisik Kawasan Stakeholder

Status Keberlanjutan Kawasan Permukiman

· Ekologi · Sosial · Ekonomi · Kelembagaan

Alternatif Strategi Pengelolaan


Kawasan Permukiman Berkelanjutan

Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2021. Lokasi penelitian
adalah wilayah administrasi Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Definisi Operasional Variabel


Skala
Konsep Operasional Variabel Indikator
Ukur
Ekologi Keadaan fisik a) Kepadatan penduduk di Ordinal
lingkungan yang dapat permukiman
memberikan daya b) Kepadatan bangunan
dukung yang optimal c) Luas lahan terbangun
dan selaras bagi d) Laju perkembangan lahan
kelangsungan hidup terbangun
masyarakat e) Kondisi drainase dan sanitasi
lingkungan
f) Kondisi lalu lintas (kemacetan)
g) Ketersediaan air bersih
h) Pengelolaan persampahan
i) Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
j) Kondisi aksesibilitas
Sosial Keadaan yang a) Laju pertumbuhan penduduk Ordinal
mempengaruhi aspek b) Tingkat pendidikan penduduk
sosial masyarakat dan c) Tingkat keamanan/kriminalitas
memiliki pengaruh d) Tingkat pelayanan kesehatan
terhadap kelangsungan e) Tingkat pelayanan pendidikan
hidup masyarakat di f) Tingkat pelayanan fasilitas sosial
suatu kawasan g) Konflik sosial
permukiman h) Partisipasi masyarakat dalam
mengelola sampah
i) Persepsi masyarakat terhadap
lingkungan hidup
j) Pemberdayaan masyarakat di
bidang lingkungan hidup
Ekonomi Keadaan yang a) Jumlah penduduk miskin Ordinal
mempengaruhi aspek b) Jumlah penduduk di sektor
ekonomi masyarakat pertanian
dan memiliki pengaruh c) Jumlah penduduk di sektor
terhadap kelangsungan perdagangan dan jasa
hidup masyarakat di d) Ketersediaan angkutan umum
suatu kawasan e) Akses ke pusat kegiatan
permukiman f) Luas lahan yang dapat
dikembangkan untuk permukiman
g) Ketersediaan jaringan dan
infrastruktur
h) Peningkatan PAD
i) Nilai ekonomi lahan
Skala
Konsep Operasional Variabel Indikator
Ukur
Kelembagaan Stakeholder yang dapat a) Kerjasama antar pemerintah daerah Ordinal
memberikan suatu b) Koordinasi di bidang lingkungan
kebijakan dan dapat hidup
mempengaruhi c) Koordinasi di bidang penyediaan
kelangsungan hidup sarana dan prasarana
masyarakat di suatu d) Ketersediaan RTRW
kawasan permukiman e) Ketersediaan rencana rinci (RDTR)
f) Penegakan sanksi dalam
pelanggaran tata ruang
g) Ketersediaan mekanisme perizinan

Analisis Data
1. Analisis kondisi kawasan permukiman
Analisis kondisi kawasan permukiman penduduk di Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis diperoleh dari data dimensi ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Data dianalisis
secara deskriptif kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dan dibandingkan
dengan Rapfish (Tesfamichael dan Pitcher, 2006).

2. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kawasan permukiman


Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutan kawasan permukiman adalah
analisis indeks dan status keberlanjutan kawasan permukiman di Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis. Analisis status keberlanjutan menggunakan metode penilaian cepat multidisiplin
(multi disiplinary rapid appraisal) yaitu Multi Dimensional Scaling (MDS) dengan perangkat
lunak Rap-fish (Fauzy dan Anna, 2005) yang dimodifikasi menjadi Rap-urbanfringesett (Hidajat
et al., 2013). Dimensi keberlanjutan yang dianalisis adalah dimensi ekologi, sosial, ekonomi dan
kelembagaan.
Analisis ordinasi MDS ini akan menunjukkan status keberlanjutan kawasan permukiman
secara multidimensi dan status keberlanjutan masing-masing dimensi. Dimensi yang menjadi
variabel penelitian ini, meliputi: dimensi ekologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan. Nilai skor
yang merupakan nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi ditafsirkan dalam skala 0 hingga 100
pada 4 (empat) kategori nilai indeks, sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Keberlanjutan Berdasarkan Nilai Indeks Hasil Analisis MDS
No Nilai Indeks Tafsiran Kategori
1. 0,00 – 24,99 Buruk/tidak berkelanjutan
2. 25,00 – 49,99 Kurang berkelanjutan
3. 50,00 – 74,99 Adequate/Cukup berkelanjutan
4. 75,00 – 100,00 Good/berkelanjutan
Sumber: Fauzi dan Anna (2005)
Selanjutnya dilakukan uji sensitivitas Leverage (daya ungkit) dengan tujuan untuk
mengetahui atribut yang paling sensitif dan intervensi yang perlu dilakukan. Faktor pengungkit
adalah atribut yang keberadaannya berpengaruh sensitif terhadap peningkatan atau penurunan
status keberlanjutan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan melihat bentuk perubahan Root
Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar nilai RMS maka semakin besar
peranan atribut tersebut terhadap sensitivitas status keberlanjutan (Kavanagh dan Pitcher, 2004).
Uji selanjutnya adalah uji sensitivitas Monte Carlo. Menurut Kavanagh (2001), analisis
Monte Carlo dilakukan guna menduga pengaruh galat pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini
merupakan metode simulasi statistik untuk mengetahui pengaruh random error pada proses
pendugaan dan diperlukan untuk mempelajari efek ketidakpastian dari beberapa faktor, seperti
pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi
penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara
pembuatan skor atribut, pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian
peneliti yang berbeda, stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan pemasukan
data atau adanya data yang hilang (missing data).
3. Analisis perumusan strategi keberlanjutan kawasan permukiman
Atribut-atribut sensitif hasil analisis MDS dijadikan dasar dalam penentuan alternatif
strategi kebijakan yang selanjutnya dilakukan analisis kebijakan dengan menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan AHP dalam penelitian ini dilakukan dengan
langkah-langkah (Saaty, 2008), sebagai berikut:
(a) Tingkat pertama adalah tujuan (goal) yang harus dicapai.
(b) Tingkat kedua adalah kriteria yang terdiri kelompok yang diperoleh dari faktor-faktor yang
melatarbelakangi partisipasi masyarakat.
(c) Tingkat ketiga adalah sub-kriteria yang didasari oleh faktor-faktor yang termasuk dalam
elemen dari kelompok tingkat sebelumnya.
(d) Tingkat keempat adalah alternatif yang didasari oleh strategi yang harus dievaluasi dan
dibandingkan.
Untuk mendeskripsikan penyusunan struktur hirarki dalam proses ini dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Representasi hirarki AHP (Sumber: Saaty, 2008)

Penggunaan prinsip kerja AHP melalui perbandingan berpasangan (pairwise


comparisions) sehingga tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lainnya dapat
dinyatakan dengan jelas. Perbandingan didasarkan “judgement” dari pengambil keputusan
dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Pendekatan
AHP menggunakan Skala Saaty mulai dari bobot 1 hingga 9, sebagaimana disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3. Skala Saaty dalam Analytical Hierarchy Process

Intensitas Skala Tingkat Kepentingan


1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lain
5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen lain
7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lain
9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lain
2, 4, 6, 8 Nilai diantara dua nilai
Sumber: Saaty (2008)
Hasil analisis dijabarkan dalam strategi program prioritas berdasarkan skala bobot
kepentingannya dan dikembangkan dalam bentuk indikasi program pengelolaan keberlanjutan
kawasan permukiman di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Anda mungkin juga menyukai