Anda di halaman 1dari 19

Azas-Azas Pengetahuan Lingkungan

Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat
untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar
ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami
pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung,
sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya). Azas-azas ilmu lingkungan itu antara lain :
ASAS 1: (HUKUM THERMODINAMIKA I)

Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai
energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi
tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan. Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hukum
Thermodinamika I, yang sangat fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi
energi dalam persamaan matematika. Contoh: Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk
makanan diubah oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses
metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.

ASAS 2: Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.

Azas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah hilang dari alam
raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Asas ini sama
dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun energi itu tidak pernah
hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara
keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian
beradiasi ke angkasa.

ASAS 3: Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman.

Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan
adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan
materi dan energi sebagai sumber alam.

ASAS 4: Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu sampai ke suatu
tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.

Untuk semua kategori sumberalam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang
melampui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah
asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan
oleh pengadaan sumberalam yang sudah mendekati batas maksimum.

ASAS 5: Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan
rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan
rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.

ASAS 6: Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung
berhasil mengalahkan saingannya.
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat
keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul
kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu
beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif akan
mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif.

ASAS 7 : Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang “mudah diramal”.

“Mudah diramal”: adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu periode yang
relatif . lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan
sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain.

Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka
perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan.

ASAS 8 : Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.

Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas
(niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain
tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di alam.

ASAS 9 : Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.

T = K x (B/P) ; D ≈ T, T = waktu rata-rata penggunaan energi; K = koefisien tetapan ; B = biomassa; P =


produktivitas; D = keanekaragaman.

Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem biologi akan
meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas. Pada
asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan
keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

ASAS 10 :Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam
perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.

Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam
lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.

ASAS 11 : Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).

Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan
keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan
keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks.
(Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi keanekaragamannya).

ASAS 12 : Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.

Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan
fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap. Populasi dalam
lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi untuk meningkatkan
kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.

ASAS 13: Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman
biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih
jauh lagi.

Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi
yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu
jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga
kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman
biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang
mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada
hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

ASAS 14 : Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.

Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai
makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang
tinggi
ariodimasya
This WordPress.com site is the cat’s pajamas

Search
Main menu
Skip to primary content
 Home
 About
Post navigation
← PreviousNext →

Azas-Azas Lingkungan (Ekologi dan


Ilmu Lingkungan)
Posted on April 17, 2016
AZAS-AZAS PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Inti permasalahan lingkungan hidup pada hakekatnya adalah ekologi yakni hubungan makluk hidup,
khususnya manusia dengan lingkunganya. Komponen- komponen tersebut berada pada suatu tempat
dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium,
ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik,
sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut
dalam air.
 

ILMU LINGKUNGAN
Ilmu lingkungan adalah ekologi yang menerapkan berbagai azas dan konsepnya kepada masalah
yang lebih luas,yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Ilmu
Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu lingkungan ini mengintegrasikan berbagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik anatara jasad hidup (termasuk manusia) dengan dengan
lingkungannya.
Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology) adalah ilmu yang mempelajari tentang
lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan adalah suatu studi yang sistematis mengenai lingkungan hidup
dan kedudukan manusia yang pantas di dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi
adalah dengan adanya misi untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh
tentang alam sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk
menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap manusia dan
lingkungan hidup secara menyeluruh.
Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu (terutama ekologi, ilmu
lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi, meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi,
ekonomi dan sebagainya), yang bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang
menyangkut hubungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan
penjabaran atau terapan dari ekologi.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari
jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi,
kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat berbagai asas
dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan
antara jasad hidup dengan lingkungannya.

Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang
kemudian digunakan sebagai landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih
spesifik. Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus
menerus dan matang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula
asas yang hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang lebih terbatas,
sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian sebaliknya apabila suatu
asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah
statusnya menjadi hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah
seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus
menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum.
Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan
kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini metode
pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas untuk membuat kesimpulan
yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan
umum untuk menerangkan kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan
cara simulasi komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan
keadaan di alam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya
dengan membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan
asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat
untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas
dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah
dipahami pola dan organisasi pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan
didukung, sehingga asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
 
 
ASAS-ASAS ILMU LINGKUNGAN
 
REPORT THIS AD

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
REPORT THIS AD

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar.     Hubungan logis di antara 14 asas ilmu lingkungan (Watt,1973)

 
 
 
ASAS 1: (HUKUM THERMODINAMIKA I)

Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.

Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hokum Thermodinamika I, yang sangat fundamental
dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan matematika.

Contoh:

Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup menjadi
energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas.

Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.

Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa materi.

ASAS 2
Tak ada system pengubahan energi yang betul- betul efisien.

Pengertian:
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi yang tak pernah hilang dari
alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat.

Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini berarti meskipun
energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut akan diubah dalam bentuk yang
kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas
tanpa balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa.
 

 
ASAS 3
Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, termasuk kategori sumberdaya alam.
Pengertian:
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan
adanya materi dan energi di lingkungannya. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan
materi dan energi sebagai sumber alam.
 ASAS 4:

Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah mencapai optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumberalam itu sampai ke
suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumberalam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya
yang melampui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini
adalah asas penjenuhan.

Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan
sumberalam yang sudah mendekati batas maksimum.

Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam mempunyai batas optimum, yang
berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi
daya kegiatan sistem biologi.

ASAS 5:
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang tidak dapat menimbulkan
rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut, sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan
rangsangan untuk dapat digunakan lebih lanjut.

Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu jenis
tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada
penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam (makanan) merangsang
kenaikan pendayagunaan.

 
 
 
 
 
 
ASAS 6:
Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung
berhasil mengalahkan saingannya.

Pengertian:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat
keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul
kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu
beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad hidup yang adaptif akan
mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-adaptif.

 
ASAS 7 :
Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebihtinggi di alam yang “mudah diramal”.
Pengertian :
“Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan pada suatu periode
yang relatif . lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi
mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu spesies, maka
perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan.

Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor
lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya kondisi
lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua
habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-beda
kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan
pengurangan individu yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-
individu spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang
mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian terhadap
lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang tidak stabil adalah lingkungan
yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas
fauna dasar laut mempunyai keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang
sudah stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan Sanders (!
969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil). Maksudnya ialah semakin lama
keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang
muncul disitu sebagai akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim
yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang tinggi,
tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan populasi

 
REPORT THIS AD

 
ASAS 8 :
Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian:
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas
(niche), tiap spesies mempunyai niche tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies
lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda di
alam.

ASAS 9 :
Keanekaragaman komunitas sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas.
T = K x (B/P) ; D ≈ T
T = waktu rata-rata penggunaan energi

K = koefisien tetapan

B = biomassa

P = produktivitas

D = keanekaragaman

Pengertian:
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energidalam sistem biologi akan
meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas.

Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan
keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.

 
 

ASAS 10 :
Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P) dalam
perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian:
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi
dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.

ASAS 11 :
Sistem yang sudah mantap (dewasa) akan mengekploitasi yang belum mantap (belum dewasa).
Pengertian:
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomasa, dan
keanekaragaman dari tingkat organisasi yang belum dewasa.

Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju
ke arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari subsistem yang rendah keanekara-gamannya
subsistem yang tinggi keanekaragamannya).

Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa. Dengan kata lain,
energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi
yang lebih kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang
lebih tinggi keanekaragamannya

REPORT THIS AD

ASAS 12 :
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya dalam
keadaan suatu lingkungan.
Pengertian:
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan
fisikokimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap.

Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama, tak perlu berevolusi
untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.

 
 
ASAS 13 :
Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur
energi yang masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada
salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap
terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi
keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi
dalam ekosistem yang mantap dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat
kompleks. Disini ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.

REPORT THIS AD

 
ASAS 14 :
Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai
makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang
tinggi.

Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:


Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat (banyak)
 Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
 Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
 Efisiensi penggunaan energi
 Tingkat keanekaragaman tinggi
 
Sumber Daya Alam
 

Pandangan Terhadap Sumberdaya Alam


Dalam memahami sumberdaya amam, ada dua pandangan yang umumnya
Digunakan:

1) Pandangan konservatif atau sering disebut juga pandangan pesimis atau perspektif
Malthusian.
Pandangan ini, resiko akan terkurasnya sumberdaya alam menjadi perhatian utama. Dengan
demikian, pandangan ini sumberdaya alam harus dimanfaatkan secara hati-hati karena
adanya faktor ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi terhadap sumberdaya alam
untuk generasi mendatang. Pandangan ini berakar dari pemikiran Malthus yang
dikemukakan sejak tahun 1987 ketika ”Principle of Population” dipublikasikan. Dalam
perspektif Malthus, sumberdaya alam yang terbatas tidak akan mampu mendukung
pertumbuhan penduduk yang cenderung tumbuh secara eksponensial. Produksi dari
sumberdaya alam akan mengalami apa yang disebut sebagai diminishing return dimana
output perkapita akan mengalami kecenderungan yang menurun sepanjang waktu. Lebih
jauh lagi, perspektif Malthus melihat bahwa ketika proses diminishing return ini terjadi,
standar hidup juga mempengaruhi reproduksi manusia. Kombinasi kedua kekuatan ini
dalam jangka panjang akan menyebabkan ekonomi berada dalam kondisi keseimbangan
atau steady state.

1) Pandangan eksploitatif atau sering juga disebut sebagai perspektif Ricardian .


Dalam pandangan ini dikemukakan antara lain:
Sumberdaya alam dianggap sebagai ”mesin pertumbuhan” (engine of growth) yang
mentransformasikan sumberdaya ke dalam “manmade capital) yang pada gilirannya akan
menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi dimasa mendatang. Keterbatasan suplai dari
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dapat disubstitusikan dengan cara
intensifikasi (eksploitasi sumberdaya secara intensif) atau dengan cara ekstensifikasi
(memanfaatkan sumberdaya yang belum dieksploitasi). Jika sumberdaya menjadi langka, hal
ini akan tercermin dalam dua indikator ekonomi, yakni meningkatnya baik harga output
maupun biaya ekstraksi persatuan output. Meningkatnya harga output akibat meningkatnya
biaya per satuan output akan menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sumberdaya alam. Disisi lain, peningkatan harga output menimbulkan insentif
kepada produsen sumberdaya alam untuk berusaha meningkatkan suplai. Naumn karena
ketersediaan sumberdaya yang terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan
menimbulkan insentif untuk mencari sumberdaya substitusi dan peningkatan daur ulang.
Selain itu, kelangkaan juga akan memberikan insentif untuk mengembangkan inovasi-inovasi
seperti pencarian deposit baru, peningkatan efisiensi produksi, peningkatan teknologi daur
ulang sehingga dapat menurangi tekanan terhadap pengurasan sumberdaya alam.

2. Klasifikasi Sumberdaya Alam


1. Klasifikasi sumberdaya alam menurut Owen
REPORT THIS AD
Berdasarkan sifatnya Owen (1980):

Inexhaustible dan Exhaustible. Sumberdaya alam Inexhaustible adalah sumberdaya alam yang tidak
akan habis. Akan tetapi tidak berarti ketersediaannya tidak terbatas, bahkan apabila salah kelola
maka sumberdaya alam tersebut dapat mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara
optimal. Misalnya, jika terjadi kerusakan lahan di daerah aliran sungai (DAS) menyebabkan air tidak
dapat meresap kedalam tanah, maka air akan lebih banyak mengalir sebagai aliran permukaan yang
akan menimbulkan erosi, sedimentasi, banjir pada musim hujan, dan kurangnya air pada musim
kemarau dan banyak lagi dampak terusannya.

Sumberdaya alam Exhaustible merupakan sumberdaya yang dapat habis, sekali kita gunakan habis
maka sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi (setidaknya diperlukan ratusan bahkan ribuan tahun
untuk pembentukannya, misalnya pembentukan tanah 41 memerlukan waktu 500.000 tahun)
(Alikodra 2000). Suatu sumberdaya alam Exhaustible dikelompokkan menjadi sumberdaya alam
maintainable dan non maintainable.

1. Klasifikasi sumberdaya alam menurut Barlow


Barlow (1972) membagi sumberdaya alam menjadi tiga kelompok yaitu :

1). Sumberdaya alam yang tak dapat pulih

Sumberdaya alam yang tak dapat pulih atau tak dapat diperbaharui mempunyai sifat bahwa volume
fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat diperbaharui atau diolah kembali. Untuk terjadinya
sumberdaya jenis ini diperlukan waktu ribuan tahun. Metal, batu bara, minyak bumi, batu-batuan
termasuk dalam kategori ini. Batu bara, minyak tanah, dan gas alam dapat dicarikan penggantinya
tetapi dalam jangka waktu yang lama, sehingga kita tidak dapat mengharapkan adanya tambahan
volume secara fisik dalam jangka waktu tertentu. Sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaiki ini
dapat digolongkan lagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. Sumberdaya seperti batu bara dan mineral yang sifatnya dapat dipakai habis atau
berubah secara kimiawi melalui penggunaan.
2. Sumberdaya seperti logam dan batu-batuan yang mempunyai umur penggunaan
yang lama dan seringkali dapat dipakai ulang.
REPORT THIS AD

2) Sumberdaya alam yang pulih

Sumberdaya alam yang pulih atau yang dapat diperbaharui ini mempunyai sifat terus-menerus ada,
dan dapat diperbaharui baik oleh alam sendiri maupun dengan bantuan manusia. Yang termasuk
dalam kelompok sumberdaya jenis ini adalah sumberdaya air (baik yang mengalir di sungai, maupun
yang tidak mengalir seprti danau dan di laut), aingin, cuaca, gelombang laut, sinar matahari dan
bulan. Aliran sumberdaya alam jenis ini entah dipakai atau tidak, terus-menerus ada dan dapat
diperkirakan. Walaupun demikian, kita harus dapat menggunakannya sebaik mungkin, sebab
kesalahan dalam memanfaatkan 42 sumberdaya yang dapat diperbaharui ini dapat mengakibatkan
kerugian yang sifatnya kontinyu pula. Sebagai contoh bila terjadi pencemaran lingkungan baik
terhadap air maupun udara, hal ini akan mengakibatkan hilangnya manfaat yang seharusnya dapat
kita peroleh.

Kalau air itu tidak tercemar, maka dapat digunakan sebagai air minum. Kadang-kadang sumberdaya
yang dapat pulih ini dapat pula disimpan untuk digunakan pada waktu yang akan datang. Jika
sumberdaya alam yang dapat pulih ini disimpan, maka akan mempunyai sifat sifat seperti
sumberdaya alam yang tak pulih. Sebagai misal adalah energi matahari yang disimpan sebagai energi
dalam tanaman maupun zat-zat kimia tertentu.

3). Sumberdaya Alam yang Mempunyai Sifat Gabungan

Sumberdaya alam yang ada dalam kelompok ini masih dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1. Sumberdaya biologis
ang termasuk sumberdaya biologis adalah hasil panen, hutan, margasatwa, padang rumput, perikanan
dan peternakan. Sumberdaya alam jenis ini mempunyai ciri

seperti sumberdaya alam yang dapat diperbaharui karena dapat diperbaiki setiap saat, asal ada
perawatan untuk melindunginya dan pemakaiannya sesuai dengan persediaan mereka dan kebutuhan.
Dalam waktu-waktu tertentu sumberdaya alam ini dapat digolongkan ke dalam sumberdaya alam
yang tak dapat diperbaharui, yaitu pada saat mereka menjadi sangat berkurang pertumbuhannya
sebagai akibat dari pemakaian yang boros dan kurang bertanggung jawab.

2. Sumberdaya tanah
REPORT THIS AD

Sumberdaya tanah ini menggambarkan gabungan antara sifat sumberdaya alam yang dapat
diperbaharui, yang tak dapat diperbaharui maupun sumberdaya biologis. Sebagai contoh adalah
kesuburan tanah. Kesuburan tanah dapat terjadi karena perbuatan akar tanaman, dan adanya
organisme-organisme yang mengeluarkan bermacam-macam nutrisi tanah untuk diserap untuk
tanaman. Keadaan ini merupakan sifat dari sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui, walaupun
manusia dapat menggunakan kesuburan tanah tersebut sampai ratusan 43 tahun. Tetapi dapat juga
sumberdaya tanah itu mempunyai sifat seperti sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, yaitu bila
petani menggunakan pupuk, tanaman-tanaman penolong dan tanaman-tanaman untuk pupuk hijau
lainnya.
Sedangkan sifat yang menyerupai sumberdaya biologis adalah bila sumberdaya tanah ini
ditingkatkan, atau dipertahankan atau dipakai sehingga bertambah atau berkurang kesuburannya
sebagai akibat dari tingkah laku manusia.

1. Pengelompokan lain sumberdaya alam


Sumberdaya alam dapat dikelompokkan lagi atas dasar pengelolaannya, yaitu

sumberdaya yang dikelola oleh pemerintah atau dikelola oleh swasta, atau seharusnya dikelola oleh
swasta tetapi pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah. Sumberdaya alam seperti batu bara,
minyak, dan biji besi dapat diperlakukan sebagai barang pribadi (private goods), sedangkan udara
dan air sebagai barang publik (public goods). Pengelolaan lain sumberdaya alam dapat dilihat dari
sudut penguasaan terhadap sumberdaya (property right) yaitu dibedakan menjadi sumberdaya milik
individu (private property resources) dan sumberdaya milik umum (common property resources).
Sumberdaya alam milik individu jelas penguasaannya dibawah seseorang atau badan, sedangkan
sumberdaya alam milik umum penguasaannya menjadi jelas apabila sumberdaya tersebut sudah
ditangkap atau dikuasai oleh seseorang atau suatu badan. Common property is no one property and
no one property is every one property (sumberdaya milik umum adalah sumberdaya bukan milik
siapapun dan berarti pula sumberdaya milik setiap orang). Oleh karena itu sumberdaya milik umum
memiliki kecenderungan untuk segera habis atau punah karena adanya tragedi dari kepemilikan
secara bersma (tragedy of the common).

REPORT THIS AD

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Bank Dunia membedakan sumberdaya alam ke dalam tiga golongan
yaitu :

1). Sumberdaya alam yang dapat diperdagangkan seperti mineral, minyak, hutan dan sebagainya.

2). Sumberdaya alam yang tak dapat diperdagangkan seperti udara, lingkungan alami dan
sebagainya.

3) keahlian manusia Karakteristik penting lain dari sumberdaya alam adalah penyebarannya tidak
merata di permukaan atau di dalam perut bumi. Dibeberapa tempat terdapat poensi sumberdaya yang
beranekaragam dengan jumlah yang banyak. Sementara di daerah lain jenis dan jumlahnya sedikit.
Perbedaan mendasar antara sumberdaya yang dapat diperbaharui dan sumberdaya alam yang tak
dapat diperbaharui hanya bergantung pada derajat keberadaannya. Dalam penggunaannya kedua
sumberdaya alam tersebut dapat saling melengkapi (komplementer), saling menggantikan (substitusi)
dan dapat bersifat netral.

3. Implikasi Dari Penggolongan Sumberdaya Alam


Sesungguhnya perbedaan antara sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui dan sumberdaya alam
yang dapat diperbaharui hanya tergantung pada derajat keberadaannya. Sumberdaya alam yang tak
dapat diperbaharui karena adanya penemuan-penemuan baru hasil eksplorasi, akan bertambah
volume persediannya, dan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui akan dapat punah bila
dimanfaatkan dengan tidak mempertimbangkan unsur kelestariannya.

Dalam hal sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui, jumlahnya secara fisik

tidak dapat meningkat secara berarti dengan berkembangnya waktu dilihat dari sudut pandang
ekonomi. Memang persediaan beberapa sumberdaya alam itu selalu meningkat dari waktu ke waktu,
namun tingkat pertumbuhan dan penemuannya sangat lamban sehingga kurang berarti secara
ekonomis. Dari sudut pandang geologis, pembentukan batu bara dan minyak masih terus
berlangsung. Dengan persediaan yang terbatas maka penggunaan sumberdaya alam itu akan semakin
menurun dan ini sangat ditentukan oleh kondisi harga dan biaya yang berkaitan dengan ambilan dan
penjualan barang sumberdaya tersebut.

1. Alternatif Mengatasi Kelangkaan Sumberdaya Alam


REPORT THIS AD

Kemampuan dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya ini merupakan salah satu upaya penting dan
strategis menuju ke pembangunan berkelanjutan. Kelangkaan sumberdaya sesungguhnya bisa diatasi
jika diupayakan dengan sungguh-sungguh. Menurut Addinul (1997) paling tidak ada empat cara
utama yang bisa diupayakan untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya yaitu ;

1. Eksplorasi dan Penemuan


Cara ekslorasi ini dilakukan untuk memperoleh sumberdaya baru yang belum diketahui dan digali
sebelumnya. Penemuan baru tentang sumberdaya baru memungkinkan ketersediaan sumberdaya
relatif tersebut meningkat. Namun demikian, pada dasarnya terjadi pula proses berkurangnya stok
yang tersedia di alam. Metode untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya seperti ini tidaklah
merupakan cara yang terbaik, karena hal ini hanyalah untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya
jangka pendek. Dengan kata lain dengan habisnya sumber-sumber penemuan itu maka berakhir
pulalah sumberdaya yang tersedia, terutama bagi sumber-sumber daya yang tidak bisa diperbaharui.

1. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi memungkinkan untuk bisa mengurangi biaya ekstraksi sumberdaya dengan
menemukan cara-cara baru yang lebih efisien dalam mengekstrak, mengelola, memproses, dan
menggunakan sumberdaya. Dengan sendirinya tingkat dan jenis teknologi yang dikembangkan harus
disesuaikan dengan tingkat kelangkaan sumberdaya dengan kemungkinan menekan biaya
eksplorasinya. Meningkatnya biaya penemuan dan ekstraksi sumberdaya menimbulkan kesempatan-
kesempatan dan peluang keuntungan baru bagi pengembangan teknologi baru. Peluang terbesar
adalah bagi teknologi-teknologi yang bisa menekan biaya penemuan dan ekstraksi sumberdaya
langka serta yang bisa mendayagunakan sumberdaya yang melimpah.

1. Penggunaan sumberdaya substitusi


Cara penting untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya yaitu dengan cara substitusi. Dalam hal ini,
sumberdaya yang berlimpah dimanfaatkan untuk subsitusi sumberdaya yang langka. Semakin mudah
proses substitusi sumberdaya yang bisa diperbaharui atau sumberdaya yang tidak bisa diperbaharui
yang melimpah, maka semakin kecil dampaknya terhadap proses terjadinya kelangkaan atau
berkurangnya ketersediaan sumberdaya serta kenaikan biaya.

1. Pemanfaatan kembali dan daur ulang


Penerapan dua metode ini sedikitnya dapat mengatasi tingkat ekstaksi sumberdaya dan bisa
merupakan salah satu alternatif dalam mengatasi masalah kelangkaan sumberdaya dalam jangka
panjang. Dua alternatif ini telah berkembang sebagai suatu cara tidak hanya untuk mengurangi
tingkat sumberdaya dan konsumsi energi sekarang ini, tetapi juga mengurangi tingkat limbah atau
residu yang kembali ke alam yang selanjutnya menjadi masalah lingkungan tersendiri. Pemanfaatan
kembali adalah penggunaan kembali barang-barang yang tidak dipakai lagi oleh produsen atau
konsumnen tertentu, tetapi karena masih layak dan berfungsi maka masih bisa dipergunakan lagi oleh
produsen atau konsumen lainnya. Sedangkan daur ulang dapat didefinisikansebagai perubahan dan
proses kembali dari bahan limbah atau residu dari sektor produksi dan konsumsi dari suatu sistem
ekonomi ke dalam barang-barang sekunder.

Anda mungkin juga menyukai