Anda di halaman 1dari 8

PRINSIP-PRINSIP ATAU ASAS EKOSISTEM

karena itu yang dimaksud dengan pendidikan lingkungan dalam skripsi ini adalahpendidikan formal
ataupun non formal yang kurikulumnya biasa sepertipendidikan sewajarnya, namun dalam proses
pengajarannya selalu menekankantentang arti kesadaran pelestarian lingkungan. Jadi bukan pendidikan
lingkunganyang mempunyai kurikulum atau mata pelajaran tentang lingkungan sehinggamelahirkan
gelar dari disiplin ilmu lingkungan secara khusus. Namun untuk lebih jelasnya pendidikan lingkungan
atau ekologi diartikan di bawah ini.Pendidikan lingkungan (pendidikan ekologi) menurut kamus
pendidikankarya ST. Vembriarto dan kawan

kawan adalah pendidikan yang membantupeserta didik memahami hubungan antara mahkluk hidup dan
lingkunganalaminya serta meningkatkan kesadaran untuk melestarikan dan
menjagakeseimbangannya.Dari pengertian pendidikan lingkungan di atas dapat diambil tiga katapokok
yaitu membantu peserta didik memahami hubungan mahkluk hidup danlingkungannya, meningkatkan
kesadaran untuk melestarikan, dan menjagakeseimbangan. Tiga kata di ataslah yang menjadi inti dari
pendidikan lingkungandan semuanya kembali kepada manusia.

B. Asas-Asas Ilmu Lingkungan

Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataankesimpulan secara umum, yang
kemudian digunakan sebagai landasan untukmenguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih
spesifik. Asas dapat terjadimelalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus menerus
danmatang, sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi adapula asas yang hanya
diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asasini hanya merupakan penyamarataan secara
empiris saja dan hanya benar padasituasi dan kondisi yang lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini
menjadi bahanpertentangan.Namun demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kalidan
hasilnya terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnyamenjadi hukum. Begitu pula
apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan

ilmiah seorang peneliti, biasa disebut hipotesis, Hipotesis ini dapat menjadi asasapabila diuji secara terus
menerus sehingga memperoleh kesimpulan adanyakebenaran yang dapat diterapkan secara
umum.Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebutcara induksidan
kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimiadan fisika. Asas baru juga dapat diperoleh
dengan carasimulasi komputer danpenggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan
keadaan dialam (mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metodeperbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu denganyang lainnya. Cara-cara untuk mendapatkan asas
tersebut dapat dikombinasikansatu dengan yang lainnya.Ada beberapa asas dalam ilmu lingkungan,
yaitu:

ASAS 1

menyatakan bahwa semua energi yang memasuki sebuahorganisme, populasi, atau ekosistem yang
dianggap sebagai energitersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuklain,
serta tidak dapat hilang, dihancurkan, maupun diciptakan.

ASAS 2

menyatakan bahwa tidak ada sistem perubahan energi sangatefisien. Misalnya pada Hukum
Termodinamika II yaitu "Semua sistembiologi kurang efisien, kecenderungan umum, energi berdegradasi
ke dalambentuk panas yang tidak balik dan beradiasi menuju angkasa."

ASAS 3

menyatakan bahwa materi, energi, ruang, waktu dankeanekaragaman, semuanya termasuk pada
sumber alam.

ASAS 4

menyatakan bahwa semua kategori sumber alam, jikapengadaannya telah maksimal, pengaruh unit
kenaikannya sering menurundengan penambahan sumber alam sampai ke tingkat maksimum.

ASAS 5

menyatakan bahwa terdapat dua jenis sumber alam, yaitu sumberalam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan, dan tidakmempunyai daya rangsang penggunaan.

ASAS 6

menyatakan bahwa Individu dan spesies yang mempunyai lebihbanyak keturunan daripada saingannya,
cenderung akan berhasilmengalahkan saingannya tersebut.
6

ASAS 7

menyatakan bahwa kemantapan pada keanekaragaman suatukomunitas lebih tinggi di alam lingkungan
yang mudah diramal.

ASAS 8

menyatakan bahwa sebuah habitat dapat jenuh atau tidak olehkeanekaragaman takson. Hal tersebut
bergantung kepada bagaimana niciadalam lingkungan hidup dapat memisahkan takson.

ASAS 9

menyatakan bahwa keanekaragaman komunitas apa saja sebandingdengan biomasa dibagi


produktivitasnya. Terdapat hubungan antarabiomasa, aliran energi, dan keanekaragaman dalam suatu
sistem biologi.

ASAS 10

menyatakan bahwa lingkungan yang stabil perbandingan antarabiomasa dengan produktivitas dalam
perjalanan waktu naik mencapaisebuah asimtot. Sistem biologi menjalani evoluasi yang mengarah
padapeningkatan efisiensi penggunaan energi pada lingkungan fisik yang stabil.

ASAS 11

menyatakan bahwa sistem yang telah mantap mengeksploitasisistem yang belum mantap. Contohnya
seperti pada hama tikus, seranggadari hutan rawa menyerang tanaman pertanian dilahan transmigran.


ASAS 12

menyatakan bahwa kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiattergantung kepada kepentingan
relatifnya pada keadaan lingkungan.

ASAS 13

menyatakan bahwa ingkungan yang secara fisik telah mantapmemungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi padaekosistem yang mantap, serta kemudian dapat menggalakkan
kemantapanpopulasi lebih jauh.

ASAS 14

menyatakan bahwa derajat pola keteraturan naik-turunnyapopulasi tergantung kepada jumlah


keturunan dalam sejarah populasisebelumnya yang akan mempengaruhi populasi tersebut.

Prinsip-Prinsip yang Terkandung dalam Ekologi


Pembahasan selanjutnya adalah prinsip-prinsip ekologi, dari beberapa sumber yang telah
kami baca prinsip ekologi ada 14, antara lain:
1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme (jasad hidup), populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul cermat.
3. Materi, Energi, Ruang, Waktu, dan Keaneka-ragaman adalah kategori sumber alam.
4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaan sumber itu sudah cukup tinggi,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke
suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini, takkan ada pengaruh yang
menguntungkan lagi. Untuk semua kategori sumber alam (Kecuali Keaneka-ragaman dan
Waktu) kenaikan pengadaan sumber alam yang melampaui batas maksimum, bahkan akan
mempunyai pengaruh yang merusak karena kesan peracunan. Ini adalah prinsip penjenuhan.
Untuk banyak fenomena sering berlaku kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh
pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
5.  Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat merangsang
penggunaan seterusnya dan ada pula sumber alam yang tidak mempunyai daya rangsang
penggunaan lebih lanjut.
6.  Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.
7.  Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah
diramal.
8. Bahwa sebuah habitat (Lingkungan hidup) itu dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman
takson. Hal itu bergantung pada bagaimana niche dalam lingkungan hidup itu dapat
memisahkan takson tersebut.
9.  Keaneka-ragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitasnya.
10.  Perbandingan (rasio) antara biomasa dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan
waktu pada lingkungan yang stabil hingga mencapai sebuah asimtot.
11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum
dewasa).
12.Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya
dalam keadaan suatu lingkungan.
13. Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan berlakunya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap (dewasa), yang kemudian dapat
menggalakkan kestabilan kepada populasi.
14.  Derajat pola keteraturan naik turun populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam
sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Pembahasan:
Prinsip pertama ini sama dengan hukum termodinamika I dan sering pula disebut sebagai
hukum Konservasi Energi. Pada dasarnya energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, namun
energi dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lainnya. Hal ini terjadi dalam
suatu sisitem kehidupan. Oleh karena itu, sistem kehidupan dianggap sebagai pengubah energi.
Sehingga dalam sistem kehidupan tersebut akan dijumpai berbagai strategi untuk
mentransformasikan energi. Tiap organisme, populasi atau ekosistem memiliki energi yang
tersimpan atau terlepas.
Contoh : Energi yang diperoleh seekor binatang, misalnya kerbau yang berasal dari
rumput akan diubah menjadi energi gerak/mekanik yang dihasilkan melalui proses pencernaan
makanan. Sebagian energi itu akan dirubah juga menjadi energi panas atau kalor.
Prinsip yang ke-2 merupakan hukum termodinamika II. Artinya, meskipun energi itu
tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi itu akan terus mengalami perubahan (diubah-ubah) ke
dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Hal ini menyebabkan terjadinya kecendurang alamiah
bahwa hampir semua bentuk energi mengalami degradasi kedalam bentuk panas tanpa balik, dari
pemuaian beradiasi keangkasa lepas.
Contoh : Energi yang diambil oleh seekor hewan yang dimanfaatkan untuk memenuhi
keperluan hidupnya berupa makanan yag padat dan bemanfaat. Tetapi energi yang dihasilkan
dari makanan tersebut berupa panas yang disebabkan karena aktitas seperti berlari, terbang atau
berenang adalah terbuang percuma.
Prinsip yang ke-3, ruang merupakan sesuatu yang dapat menjadi pemisah antara jasad
hidup (organsime) dari bahan makanan yang dibutuhkannya. Jauh dekatnya ruang yang
memisahkan organsime dari bahan makanannya akan sangat menentukan perkembangan
populasi organsime tersebut. Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan
energi sebagai sumber alam. Waktu merupakan sumber alam yang sangat berharga dan bukan
merupakan besaran yang berdiri sendiri.
Contoh : Waktu berkaitan dengan sejauh mana suatu organisme dapat bertahan hidup.
Misalnya, seekor pemangsa katakanlah singa harus menahan lapar yang cukup lama dalam
melakukan pengintaian terhadap mangsanya sebelum benar-benar yakin dapat menerkam
mangsanya itu. Karena apabila sudah melewati batas waktu maksimum kemampuan menahan
lapar, kemudian tidak berhasil menangkap mangsa, maka singa itu akan mati.
Prinsip ke-4, pengadaan sumber alam itu mempunyai batas optimum, artinya bahwa
bukan saja batas maksimum, tetapi juga batas minimum pengadaan sumber alam itu akan
mengurangi daya kegiatan suatu sistem. Konsekuensinya, karena adanya ukuran optimum
pengadaan sumber alam suatu populasi, maka naik turunnya individu populasi bergantung pula
pada pengadaan sumber alam itu pada suatu jumlah tertentu. Maka, di dalam suatu keadaan
lingkungan yang sudah stabil, populasi tumbuhan/hewannya cenderung naik turun daripada terus
naik atau terus turun. Akan terjadi pengintensifan perjuangan untuk hidup, bila persediaan
sumber alam berkurang, sebaliknya akan terjadi ketenangan bila sumber alam bertambah.
Akibatnya, kepadatan populasi yang berlebih akan membawa penurunan jumlah populasi dan
sebaliknya. Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan pengaturan populasi karena faktor
yang bergantung kepada kepadatan itu (density dependent faktor).
Contoh : Seekor harimau akan berjuang lebih keras dalam melakukan perburuan terhadap
binatang yang menjadi mangsa, ketika populasi binatang yang jadi mangsa itu berkurang.
Prinsip ke-6 merupakan pernyataan teori Darwin dan Wallace. Bila terjadi perbedaan
sifat keturunan dalam tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik dan biologi, kemudian
timbul kenaikan dalam kepadatan populasi sehingga timbul persaingan, maka organisme yang
kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan tersebut. Oleh karena itu, organisme
yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap keadaan lingkungannya (adaptif) akan mampu
pula menghasilkan keturunan daripada organisme non adaptif. Namun, meskipun demikan, bila
kondisi lingkungan berubah, beberapa spesies lain mungkin akan lebih adaptif daripada spesies
yang lainnya.
Contoh : Kepunahan yang terjadi pada hewan-hewan purba yang disebabkan karena
faktor perubahan lingkungan yang sangat drastis, namun ada beberapa organisme yang dapat
bertahan karena memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubuhan yang terjadi itu.
Prinsip ke-7, alam lingkungan yang mudah diramal artinya adanya keteraturan yang pasti
pada pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang realtif lama. Lingkungan yang stabil
secara fisik merupakan sebuah lingkungan yang terdiri atas banyak spesies dari yang umum
hingga yang jarang dijumpai, yang dapat melakukan penyesuaian (secara evolusi) kepada tingkat
optimum daripada keadaan lingkungannya. Lingkungan yang tidak stabil, hanya baik dihuni oleh
spesies yang relatif sedikit jumlahnya dan umumnya kepadatannya pun kurang lebih serupa.
Contoh : ekosistem padang pasir hanya dihuni oleh beberapa spesies yang memilki
kemampuan adaptif terhadap kondisi lingkungan yang panas dan kering.
Prinsip ke-8, tiap spesies mempunyai niche (relung) tersendiri, sehingga antar spesies
dapat hidup berdampingan tanpa persaingan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan
fungsi yang berbeda-beda di alam. Seandainya ada sekelompok taksonomi lain yang terdiri atas
spesies yang mempunyai cara makan serupa dan mempunyai toleransi terhadap lingkungan yang
bermacam ragam serta luas, maka alam lingkungan itu hanya akan ditempati oleh spesies yang
kecil saja keanekaragamannya.
Prinsip ke-9, ada hubungan antara biomasa, aliran energi dan keanekaragaman dalam
suatu sistem biologi. Bila suatu sistem menyimpan sejumlah materi B (untuk biomasa) dan
mengandung aliran energi melalui materi itu P (untuk produktivitas yaitu ukuran aliran energi
dalam waktu tertentu), lalu aliran energi itu telah berasosiasi sebanding dengan aliran materinya,
dan materi itu bebas tukar menukar dengan materi yang tersimpan, maka jumlah waktu rata-rata
(t) yang diperlukan bagi penggunaan materi dalam sisitem itu dapat dinyatakan dengan rumus : t
= K . B/P, dengan K adalah koefisien tetapan. Keanekaragaman atau kompleksitas suatu sistem
(D) sebanding dengan t. Artinya, kecermatan penggunaan aliran energi dalam sistem biologi
akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi itu dalam suatu
komunitas.
Prinsip ke-10 ini merupakan kelanjutan dari prinsip 7 dan 9. Kalau D meningkat dalam
perjalanan waktu serta habitat yang stabil dan sebanding dengan B/P, maka B/P harus meningkat
pula dalam habitat yang stabil itu. Prinsip 10 ini sangat penting, sebab berarti sistem biologi itu
menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan kecermatan penggunaan energi dalam
lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan
kata lain, jika kemungkinan P maksimum itu sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk
ke dalam ekosistem, sedangkan D dan B masih dapat meningkat dalam perjalanan waktu, maka
kuantum (jumlah) energi yang tersedia dalam sistem biologi itu dapat digunakan untuk
menyokong biomasa yang lebih besar melalui kompleksitas organisasinya.
Prinsip ke-11 ini berarti bahwa ekosistem, populasi, atau tingkat makanan yang sudah
dewasa memindahkan energi biomasa dan keanekaragaman tingkat organisasi di dekatnya yang
belum dewasa. Energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu gradasi yang menuju
ke arah organisme yang kompleks, atau dari sub sistem yang tinggi keanekaragamannya. Prinsip
11 merupakan kelanjutan dari prinsip 5 dan 9 yang pada prinsipnya menyatakan bahwa satu cara
untuk menigkatkan kecermatan penggunaan energi, ialah dengan mengeksploitasi sistem lain
yang menghabiskan energinya untuk mengumpulkan materi dan energi yang dibutuhkan.
Prinsip yang ke-12 ini merupakan kelanjutan dari prinsip 6 dan 7. Jika pemilihan (seleksi)
berlaku, tetapi keanekaragaman terus-menerus meningkat dalam perjalanan waktu di lingkungan
yang sudah stabil, maka dapat diharapkan akan adanya perbaikan yang terus menerus dalam sifat
adaptasi terhadap lingkungan. Dalam sebuah ekosistem yang sudah mantap dalam habitat
(lingkungan) yang sudah stabil, keperluan untuk memiliki sifat responsif terhadap fluktuasi
faktor alam yang tak diduga-duga ternyata tak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi
peka dari perilaku dan biokimiawi lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu.
Prinsip yang ke-13, dalam komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk
melalui ekosistem meningkat, dan bila sesuatu yang buruk berlaku pada satu jalur, maka
kemungkinan jalur lain mengambil alih adalah lebih besar (prinsip 7). Jika kestabilan lingkungan
fisik itu merupakan syarat bagi penimbunan kompleksitas organisasi dan keanekaragaman
biologi, maka kestabilan faktor fisik akan mendukung kestabilan populasi dalam ekosistem yang
mantap (prinsip 7). Adaptasi yang peka dan kompleks serta sistem kontrol akan berevolusi
sebagai tangggapan terhadap lingkungan biologi dan sosial daripada komunitas yang stabil
(prinsip 12). Kecermatan energi berarti pemborosan minimum, serta amplitude yang luas
daripada populasi dilakukan dengan peningkatan pembalikan keturunan yang merupakan ukuran
dari pemborosan dan amplitude yang luas daripada naik turun populasi merupakan karakteristik
ekosistem yang belum mantap.
Prinsip ke-14, populasi yang berbeda-beda memang mempunyai pola keteraturan naik-
turun populasi yang berlainan. Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip 13. Tidak ada
keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap,
menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi. Jika sifat ktidakstabilan itu
sedemikian rupa sehingga sejumlah kecil spesies berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam
satu cara tertentu sampai terjadi perpanjangan waktu, maka fluktuasi populasi yang sangat tinggi
mungkin saja berlaku.

Anda mungkin juga menyukai