Anda di halaman 1dari 18

BAB III

ASAS – ASAS PEGETAHUAN LINGKUNGAN

1. Kompetensi Dasar

Mahasiswa mampu memahami asas-asas dalam pengetahuan lingkungan

memecahkan permasalahan lingkungan berdasarkan asas-asas tersebut.

2. Indikator

Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa didalam ekosistem terjadi proses

transformasi energy

2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa di dalam ekosistem terjadi Aliran

energy.

2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa materi, energy, ruang, waktu dan

keanekaragaman adalah merupakan sumber alam

2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan daya dukung habitat dengan

toleransi organisme terhadap habitat tersebut.

2.4 Mahasiswa mampu menggolongkan sumber daya alam yang termasuk

kategori dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui.

2.5 Mahasiswa mampu menjelaskan interaksi antara organisme dengan

lingkungannya.

2.6 Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor pendukung dan pembatas

kehidupan organisme.

2.7 Mahasiswa mampu menjelaskan bahwa setiap organisme mempunyai nicia

tertentu.

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 1


2.8 Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan keanekaragaman dengan

bioma/produktivitas dalam suatu sistem biologi.

2.9 Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana biomassa dan produktivitas

suatu lingkungan.

A. Uraian dan contoh

1. Pengertian asas, teori dan hukum dalam ilmu pengetahuan lingkungan

Salah satu sifat yang unik dari manusia yang tak dimiliki oleh makhluk

lain adalah keinginannya untuk mengetahui beberapa fenomena yang terjadi atau

berlangsung dalam lingkungan hidupnya. Keinginan ini bisa dipenuhi, karena

manusia bisa memiliki kemampuan untuk melakukan pengamatan, penelaahan,

serta penelitian. Kemudian kelebihan lainnya dari makhluk lain, manusia mampu

menganalisa apa yang diamati, ditelaah, atau ditelitinya itu dalam suatu rangkaian

sebab dan akibat. Karena itu semua hasil pengamatan, penelaahan dan

penelitiannya itu bisa dijadikan kumpulan pengetahuan untuk memahami

fenomena-fenomena yang terjadi di alam atau lingkungannya. Tidak hanya

pengetahuan yang lahir dari hasil pengamatan, penelaahan dan penelitian, tetapi

juga keterampilan (untuk menggunakannya), serta menambah pengalaman yang

membuat manusia menjadi lebih arif dan mempunyai sikap yang lebih bijaksana.

Lebih dari itu, manusia bisa melakukan rangkaian tindakan dalam

upayanya menambah pengetahuan alam (lingkungan) yang kemudian

disistematisasikannya secara berturut-turut ke dalam pengetahuan yang diperoleh.

Ini terlihat nyata sekali dalam ilmu pengetahuan alam (science) umumnya, dan

ilmu (pengetahuan) lingkungan khususnya, misalnya pada saat manusia akan

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 2


melakukan sesuatu pengamatan tentu harus ada dasarnya mengapa dia tertarik

untuk mengadakan pengamatan. Tentu ada sesuatu hal yang tidak diketahui

hanya berdasar dugaan belaka. Untuk meyakinkan bahwa dugaannya itu benar,

dia harus melakukan pengamatan, penelaahan dan atau penelitian.

Pengetahuan yang baru berupa dugaan itu disebutnya sebagai dasar duga,

atau dikenal sebagai hipotesis. Hipotesis yang telah diuji kebenarannya dan

menghasilkan tingkat kebenaran yang konsisten, sehingga dapat dilakukan suatu

penyemerataan kesimpulan secara umum disebut asas. Dengan asas-asas yang

dihasilkan dari pengamatan, penelaahan dan penelitiannya itu manusia dapat

mempunyai landasan pengetahuan untuk menerangkan fenomena alam, sehingga

dapat menuntun dan membimbing berbagai tindakan dan kegiatannya yang lebih

tepat. Asas yang sudah jenuh oleh pengujian akan menjadi teori. Bahkan teori-

teori yang konsisten kebenarannya hampir secara universal dapat ditingkatkan

menjadi hukum alam (Law of Nature).

Jadi ilmu yang sudah berkembang seperti ilmu pengetahuan alam (science)

dan ilmu pengetahuan lingkungan “environmental science” tentunya memiliki

kumpulan hasil pengamatan, penelaahan dan penelitian yang sudah

disistematisasikan menjadi asas, teori atau bahkan hukum alam.

2. Pengenalan beberapa asas ilmu pengetahuan lingkungan

Sebetulnya banyak asas maupun teori dan hukum yang penting diketahui

dalam pengetahuan lingkungan, tetapi dalam kesempatan ini akan dibahas

beberapa contoh asas yang penting saja dalam buku “ ilmu lingkungan “ karangan

R.E.Soeriaatmadja yang dijadikan salah satu buku pegangan untuk pengetahuan

lingkungan dapat dipelajari lebih banyak lagi tentang asas pengetahuan

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 3


lingkungan ini. Sebagai gambaran singkat mengenai beberapa asas ilmu

lingkungan berikut ini disajikan beberapa asas yaitu:

ASAS 1

Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi,

ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi

dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat dihilangkan,

dihancurkan, atau diciptakan.

Asas ini dalam ilmu fisika dan kimia sudah menjadi hukum, yang dikenal

dengan Hukum Termodinamika Pertama, atau dikenal juga sebagai Hukum

Konservasi Energi yang dikemukakan dalam bentuk persamaan matematika yang

menunjukkan ekivalensi berbagai energy. Dengan asas ini dapat diterangkan

bahwa dalam sistem kehidupan, berbagai energy yang masuk diubah ke dalam

berbagai bentuk. Bahkan makhluk hidup memiliki berbagai strategi untuk

mentranformasikan energy yang diterimanya. Strategi ini diperlukan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya sehubungan dengan kemampuannya

memanfaatkan energy yang masuk ke dalam sistem kehidupannya itu. Ikan paus

biru, umpamanya lebih banyak memanfaatkan energy yang masuk ke dalam

tubuhnya itu untuk tumbuh dari pada untuk berbiak. Seekor induk ikan paus

hanya melahirkan anak satu ekor tiap dua tahun. Tetapi anak ikan paus ini cepat

sekali tumbuh menajdi besar, sehingga mampu secara cepat mempertahankan

hidupnya dari berbagai ancaman yang datang disekitar lingkungannya.

Lain halnya dengan tikus (atau umumnya serangga). Induk berbiak banyak

dan sering, energy yang masuk dalam tubuhnya lebih banyak dipergunakan untuk

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 4


berbiak dari pada tumbuh, tetapi dengan strategi yang sama, yakni untuk

mempertahankan kelangsungan dari jenisnya.

ASAS 2

Tak ada sistem pengubah energi yang betul-betul efisien.

Asas ini dalam fisika dan kimia dikenal sebagai Hukum Termodinamika Kedua.

Memang terdapat kecenderungan yang kuat di planet bumi ini bahwa semua

bentuk energi terdegradasi ke dalam bentuk panas, yang kemudian akan

tereadiasikan ke angkasa hamper tanpa “guna”. Demikian pula halnya dalam

makhluk hidup. Semua energy yang diterimanya dimanfaatkan secara kurang

efisien, dalam arti kata hanya sebagian kecil saja energy yang masuk ke dalam

ekosistem itu dapat dimanfaatkan. Karena itu kemampuan ekosistem

memanfaatkan masukan energy di laur merupakan suatu hal yang sangat

menentukan kelangsungan dan kelestarian ekosistem itu. Apabila kita berbicara

tentang energy yang dapat dimanfaatkan oleh ekosistem (terutama oleh

komponen biotiknya) pada hakekatnya kita berbicara tentang Sumber Daya

Alam. Defenisinya kurang lebih sebagai berikut : Sumer Daya Alam adalah

segala sesuatu yang diperlukan oleh makhluk hidup, atau ekosistem yang

pengadaannya hingga ketingkat yang optimum akan meningkatkan daya

peubahan energi. Atau dengan kata lain pada tingkat yang mencukupi (tak kurang

dan tak lebih) akan meningkatkan kegiatan hidup dari makhluk atau ekosistem

itu. Dari sini, kita bisa meningkatkan pada asas lain, yakni:

Asas 4.
Bila semua pengadaan semua kategori SDA sudah mencapai optimum, pengaruh

kenaikan berikutnya justru akan menurunkan pertumbuhan suatu populasi

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 5


organisme. Kenaikan yang melampaui batas maksimum, bahkan akan

menimbulkan kesan merusak atau meracuni

melimpah atau terlampau kurang akan membahayakan pertumbuhan populasi

tersebut, contoh mengenai hal ini banyak diperhatikan oleh para peneliti ekologi

terutama dari beberapa jenis tanaman rumputan.

ASAS 5

Ada dua jenis sumber daya alam dasar, yaitu sumber daya alam yang

pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tak

mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.

Ada dua hal pada asas ini. Disatu pihak dapat kita bayangkan suatu

keadaan atau situasi, dimana jenis sumber daya alam tidak akan menimbulkan

rangsangan untuk penggunaannya lebih lanjut. Di pihak lain dapat juga kita

bayangkan adanya paling sedikit dua situasi yang mempunyai kesan merangsang

itu.

Dalam hal tersebut di atas dapat dipahami melalui ilustrasi yang

ditunjukkan pada hubungan antara suatu jenis parasit Nasonia vitrivenis dengan

kepompong lalat Musca domestica yang diserangnya. Dalam hal ini kepompong

merupakan makanan (sumber daya alam) bagi parasit tersebut. Jadi dalam situasi

ini dilukiskan berapa banyak kepompong yang diserang parasit dibandingkan

dengan kepadatannya. Dalam arti kata lain, jumlah penggunaan sumber daya alam

dibandingkan dengan pengadaan sumber daya alamnya. Ternyata penambahan

jumlah kepompong yang diserang tak menunjukkan kesan merangsang

penggunaan, karena memang parasit sebagai penggunanya nampak tak belajar

bagaimana menaikan daya guna sumber makanannya. Pada kasus ini ditunjukkan

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 6


bagaimana jumlah suatu jenis kepompong serangga lain meningkat drastis

penggunaannya oleh sejenis tikus sebagai sumber makanannya sebagai akibat

tambahan kepadatan kepompong. Pada kasus ini tikus berhasil meningkatkan daya

guna kepompong tersebut sebagai sumber daya alam, tetapi jika tikus itu

diperkenalkan sejenis makanan (sumber daya alam) lain, maka daya guna

kepompong oleh tikus tadi tidak mempunyai kesan merangsang pendayagunaan

lagi.

ASAS 6

Individu dan species yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada

saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya itu.

Asas ini sebenarnya berangkat dari pernyataan teori Darwin dan Wallace.

Apabila pada jasad hidup terdapat perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat

adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau biologi dan kemudian timbul

kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan, maka jasad hidup

yang kurang mampu beradaptasi akan kalah dalam persaingan tadi. Jadi dengan

beberapa kekecualian, dapat selalu diharapkan, bahwa jasad hidup yang dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan lah yang akan lebih berhasil daripada

mereka yang tak dapat menyesuaikan diri. Dalam hal ini dapat dartikan juga,

bahwa jasad hidup yang adaptif itu akan mampu pula menghasilkan lebih banyak

keturunan daripada yang non adaptif. Individu yang lebih adaptif itu adalah

mereka yang mempunyai lebih banyak kesan merusak kepada yang lain, darpada

yang lain kepadanya. Atau mereka itu paling adaptif terhadap pengadaan makanan

terhadap penyakit dan keadaan lingkungan pada umumnya. Pendek kata, species

yang paling adaptif menggunakan sumber daya alamnya yang ada di sekitar

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 7


lingkungannya seefisien mungkin. Umumnya suatu species atau komunitas yang

dapat bertahan dalam suatu keadaan lingkungan tertentu, ialah yang dalam

keseimbangan alam secara keseluruhan mempunyai daya pembiakan yang lebih

tinggi daripada species atau komunitas yang ingin mencoba untuk mengambil

alih. Meskipun demikian, jika kemudian keadaan lingkungan berubah, beberapa

species lain mungkin akan lebih adaptif daripada species yang sudah ada

sebelumnya. Sebagai contoh ialah, kalau mula-mula di bukit pasir di tepi pantau

atau di bongkahan batu lapang masuk tumbuhan pelopor, maka tumbuhan pelopor

itu kemudian berhasil mengubah keadaan lingkungan. Pada perkembangan

berikutnya, serangkaian species lain lebih adaptif dengan kedaan lingkungan

barulah yang datang mengganti, dan tumbuhan pelopor kemudian tersisihkan.

Proses penggantian species secara berurutan inilah yang dikenal sebagai proses

suksesi. Individu species dan ekosistem mempunyai cara serta mekanisme untuk

melakukan proses evolusi, sehinggamereka dapat mendaya-gunakan energy yang

ada di sekitarnya seefisien mungkin. Ikan yang memangsa jenis ikan lain

mempunyai mulut tepat di bagian depan kepalanya. Ikan yang memangsa

serangga yang hidup di permukaan air mempunyai mlut di bagian atas kepalanya.

Ikan yang memakan fauna di dasar perairan mempunyai mulut di bagian bawah

kepalanga. Ikan yang mencari makan hewan yang bersembunyi di batu-batu

karang mempunyai mulut yang runcing. Hewan yang hidup di lingkungan pada

rumput yang tinggi mempunyai kaki yang kuat untuk mudah meloncat-loncat

seperti kanguru, antlop, kelinci liar dsb.

Implikasi yang penting bagi manusia mengenai semua gejala alam yang

diuraikan di atas, ialah bahwa kita harus berhati-hati dalam memperkenalkan jenis

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 8


tumbuhan atau hewan baru ke suatu tempat atau wilayah. Hewan ternak dan

tanaman pertanian baru, dari luar daerah, belum tentu akan selalu menguntungkan

dan sesuai dengan lingkungan di daerah kita. Seringkali hal itu bahkan akan

menurunkan produksi hewan atau tanaman asal. Sebagai contoh yang pernah

terjadi di Amerika Serikat orang mengenalkan jenis domba Australia ke daerah

ternak sapinya. Ternyata kemudian diketahui, cara domba memakan daun rumput

sedemikian pendeknya, sehingga sapi tak dapat turut makan. Tentu saja hal itu

mengakibatkan jatuhnya produksi ternak sapi. Di Afrika telah diketahui, ternak

yang susah paya diimpor dari daerah lain mempunyai poduksi yang jauh lebih

rendah dari pada ternak asalnya, dihitung dalam kilogram/hektar/tahun

ASAS 7

Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam

lingkungan yang mudah diramal. Mudah diramal dalam asas 7 artinya ialah

adanya keteraturan yang pasti pada pola factor lingkungan dalan suatu perioda

yang relatif lama. Perlu diakui, bahwa memang terdapat fluktuasi turun naiknya

kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi besarnya dan sukar mudahnya untuk

diramal berbeda-beda dari satu habitat ke habitat lain. Dengan adanya keadaan

optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan suatu species, maka perlu kita

ketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan. Di tiap lingkungan dapat

kita harapkan adanya penyebaran species yang berbeda-beda kepadatannya, dari

yang paling padat sampai kepada yang jarang sekali. Kalau factor lingkungan

berubah sedemikian rupa (sampai tak dapat diramal lagi) sehingga terjadi

pengaruh pengurangan jumlah individu, akan terancamlah species yang

populasinya jarang. Bahaya ancaman itu dapat sampai menghapus kehadiran

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 9


species itu lebih lanjut. Uraian tersebut dapat mengarahkan kita kepada

pemahaman bahwa lingkungan yang stabil secara fisik merupakan sebuah

lingkungan yang terdiri atas banyak species, dari yang umum hingga yang jarang

dijumpai. Semuanya itu dapat melakukan penyesuaian secara evolusi kepata

tingkat optimum kepada lingkungannya. Sedangkan lingkungan yang tak stabil,

hanya dihuni oleh species yang relatif sedikit jumlahnya, dengan kepadatan rata-

rata yang kurang lebih serupa. Asas ini telah diterangkan panjang lebar oleh

Valentine (1969) berdasarkan beberapa bukti fosil, yang dikenal sebagai hipotesis

waktu stabilitas Sanders (1969). Ditemukan olehnya, bahwa di dalam komunitas

fauna dasar laut, keanekaragaman species yang terbesar (varietas species per

sampel dalam suatu luas tertentu) dijumpai pada habitat yang sudah stabil

sepanjang masa yang lama sekali. Slobodkin dan Sander (1969)

menginterpretasikan hal ini sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal

(stabil) terhadap species. Maksudnya ialah, makin lama suatu keadaan lingkungan

dalam keadaan stabil, makin banyak keanekaragaman spesies yang muncul di situ

sebagai akibat berlangsungnya evolusi. Hal ini tak usah diartikan, bahwa keadaan

lingkungan itu harus mempunyai iklim yang bersuhu hangat dengan fluktuasi naik

turunnya suhu yang tidak besar setiap hari selama satu tahun, atau dari tahun ke

tahun seperti Indonesia. Bisa juga suhu sangat rendah dengan keadaan gelap

seperti di dasar lautan, asal stabil.

Keadaan iklim yang stabil sepanjang waktu yang lama sekali tidak saja

akan melahirkan keanekaragaman species yang tinggi, tetapi juga akan

menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran ke satuan populasi (Pilou, 1969).

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 10


ASAS 8

Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson,

bergantung kepada bagaimana nichia dalam lingkungan hidup itu dapat

memisahkan takson tersebut. Memang cukup wajar untuk mengharapkan, bahwa

kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan

lingkungannya yang khas (nichia). Jadi, tiap spesies mempunyai nichia tertentu.

Dengan demikian, species itu dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa

persaingan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang berbeda

di alam. Tetapi, seandainya ada suatu kelompok taksonomi lain yang terdiri atas

spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang beragam

serta luas, maka jelas lingkungan alam itu hanya akan ditempati oleh spesies yang

kecil saja keanekaragamannya. Whittaker (1969) mencatat, bahwa reaksi nichia

burung terhadap sifat struktur komunitas relatif luas, juga mempunyai kesamaan

keperluan akan jenis makanannya. Oleh karena itu burung dapat hidup dalam

suatu keadaan lingkungan yang luas dengan spesies yang kurang beranekaragam.

Sebaliknya, tumbuhan dan serangga mempunyai kebutuhan amat terbatas dalam

suatu keadaan lingkungan. Banyak spesies serangga, misalnya, hanya memakan

beberapa jenis tumbuhan. Hal ini disebabkan karena gerakannya terbatas,

sehingga hanya dapat memanfaatkan bahan makanan yang khas dijumpai di

lingkungan tempat mereka hidup saja. Oleh sebab itu tumbuhan dan serangga

lebih responsif terhadap lingkungan yang terbatas (mikro) dibandingkan dengan

burung. Jadi, dalam dunia tumbuhan dan serangga, perbedaan biokimia yang

halus saja menyebabkan perbedaan tersebut dapat terus berkembang secara

berlebihan yang kemudian dapat membawa perbedaan genetika dalam perjalanan

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 11


evolusinya. Jadi dalam waktu yang lama keanekaragaman tumbuhan dan serangga

itu meningkat, yang kemudian hidup dalam bermacam bentuk nichia suatu

lingkungan.

ASAS 9

Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi

produktivitas. Morowitz (1968) merasa yakin, adanya hubungan antara biomassa,

aliran energy, dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi. Seandainya suatu

sistem menyimpan sejumlah materi B (untuk biomassa), dan mengandung aliran

energy melalui materi itu P (produktivitas, suatu ukuran aliran energi dalam

jangka waktu tertentu). Apabila, aliran energi itu telah berasosiasi sebanding

dengan aliran materinya, dan juga materi itu bebas tukar menukar dengan materi

yang tersimpan, maka jumlah waktu rata-rata yang diperlukan bagi penggunaan

materi dalam sistem itu dapat dinyatakan dengan rumus :

t = K (R/P) (K= koefisien tetapannya)

Keanekaragaman atau kompleksitas organisme suatu sistem (D)

sebenarnya juga sebanding dengan t, sebab D ialah ukuran jumlah rata-rata waktu

yang diperlukan oleh energi pada sistem itu sampai ke tujuan akhirnya (Hukum

Termodinamika). Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran

energi dalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas

organisme sistem biologi itu dalam suatu komunitas. ( kompleksitas memberikan

efisiensi penggunaan energi). Monokultur dengan komunitas yang lebih

kompleks.

ASAS 10

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 12


Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomassa dengan

produktivitas dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot. Dengan asas

ini tersimpul bahwa sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada

peningkatan efisiensi penggunaan energy dalam lingkungan fisik yang stabil, yang

memungkinkan berkembangnya keanekaragaman (diversitas, D). Dengan kata

lain, kalau kemungkinan P maksimun sudah ditetapkan oleh energy matahari yang

masuk ke dalam ekosistem. Sedangkan D dan B masih dapat meningkat dalam

perjalanan waktu, maka kuantum energy yang tersedia dalam sistem biologi itu

dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar melalui

kompleksitas organisasinya.

Salah satu implikasi asas ini adalah : Sebuah komunitas dapat dibuat tetap

muda dengan memperlakukan fluktuasi iklim atau cuaca yang tidak teratur, atau

dengan pemungutan hasil panen dari komunitas itu oleh manusia (seperti dalam

komunitas tanaman pertanian); atau dengan eksploitasi oleh hewan untuk

keperluan makanannya; atau oleh banjir yang sewaktu-waktu melanda secara

tidak teratur dan sebagainya.

Pada fenomena kemanusiaan, kita sudah melanggar asas ini. Apabila suatu

masyarakat berkembang makin maju, memang secara keseluruhan ada penurunan

harga energy per unit produksi kotor nasional, tetapi pada waktu yang sama

produksi kotor nasional per kapita naik dengan sangat cepat, sehingga terdapat

pengeluaran energi per orang.

ASAS 11

Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum

mantap (belum dewasa). Hal ini berarti energy, materi dan keanekaragaman

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 13


mengalir melalui suatu gradasi yang menuju kea rah organisasi yang lebih

kompleks.

Asas ini dipakai untuk menerangkan bagaimana banyak orang muda di

desa dan di kota kecil mengalir berkenalan ke kota besar karena keanekaragaman

kehidupan kota besar melebihi tempat asalnya. Demikian juga para cendekiawan

yang berasal dari berbagai daerah enggan kembali ke kampung halamannya

karena taraf kenakaragaman penghidupan di kota besar tempat mereka belajar

lebih tinggi dari di desa kota asalnya. Di bidang ekonomi, asas ini juga dapat

menjelaskan bahwa hampir semua transaksi ekonomi antara Negara yang sedang

berkembang dan Negara yang sudah maju, meskipun seharusnya menolong

Negara yang sedang berkembang, tetapi hasil akhirnya akan tetap menguntungkan

Negara yang sudah maju. Di daerah reklamasi pasang surut di Sumatera dan

Kalimantan, asas ini juga menerangakn bagaimana hama pertanian seperti babi

hutan, kera, tikus, serangga, dari hutan dan rawa menyerang tanaman pertanian

yang diolah transmigran yang sangat kurang keanekaragaman jenisnya.

ASAS 12

Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada

kepentingan relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan.

Asas ini merupakan kelanjutan asas 6 dan 7. Kalau pemilihan (seleksi)

berlaku tetapi keanekaragaman terus menerus eningkat di lingkungan yang sudah

stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan terus-

menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi dalam sebuah ekosistem

yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan) yang sudah stabil, saifat

rensponsif terhadap fluktuasi factor alam yang tak diduga-duga ternyata tak

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 14


terperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia

lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu.

Adaptasi semacam ini lebih jelas terlihat, terutama pada serangga atau ikan

yang berwarna semarak di daerah tropika yang kaya akan keanekaragaman.

Evolusi dalam lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya

cenderung memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi dalam

lingkungan adalah mantap, jadi secara biologi komplek (benekaragaman),

cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk bereaksi terhadap bermacam

ragam kemungkinan perubahan. Implikasi yang terpenting dari asas ini adalah,

bahwa sesungguhnya tak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan mandiri di

muka bumi ini. Semua lebih bergantung kepada keadaan lingkungan fisik.

Kesimpulan asas ini adalah bahwa populasi dalam ekosistem yang belum matap,

kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan

populasi dalam ekosistem yang sudah mantap. Perlu berovolusi untuk

meningkatkan kemampuannya berdaptasi dengan keadaan yang tak stabil.

Sungguhpun demikian, kalau terjadi suatu perubahan yang drastik dan

katastropik, ekosistem yang telah mantap akan lebih terancam bahaya, karena

secara genetik populasinya sangat rapuh terhadap perubahan. Jadi, kerugian hidup

di tempat atau lingkungan yang stabil, menyebabkan perubahan tak terbalik bagi

sifat populasinya, sebab tekanan seleksi menempatkan pengutamaan kepada

kesempurnaan, tetapi sifatnya kaku.

ASAS 13

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 15


Lingkungan secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbuhan

keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap (dewasa), yang kemudian

dapat menggalakkan kemantapan populasi.

Asas ini telah dikemukakan pula seorang pengarang arsitektur, Jene Jacob

(1969) tampa tahu menahu tentang dasar ekologinya. Ia menunujukkan kontraks

antara kota-kota Manchester (di Inggris) dan Detroit (di Amerika), dengan

Birmingham dan Cambridge (di Inggris), Massachusett atau Palo Alto (di

Amerika). Ekonomi kota yang disebut terdahulu dikuasai oleh ketidak mantapan

kondisi pemasaran industry tersebut. Sedangkan kota yang disebut kemudian

mempunyai industry kecil yang banyak ragamnya, yang dapat membawa

kemantapan.

Asas ini juga menunjukkan perlunya deprisitas komoditi pertanian di

suatu wilayah, karena di daerah pertanian monokultur yang luas sering

timbul serangan hama yang tiba-tiba dan eksplosif.

ASAS 14

Derajat pola keteraturan naik turunnya populasi bergantung kepada jumlah

keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi

poipulasi itu. Populasi yang berlainan menang mempunyai pola keteraturan naik

turunnya populasi yang berbeda. Asas 14 ini sebenarnya merupakan kebalikan

asas 12. Tak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam

ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidaksatbilan populasi

yang tinggi.

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 16


Kalau keadaan itu sedemikian rupa, sehingga jumlah kecil spesies yang

berinteraksi yang satu dengan yang lain dalam satu cara tertentu sampai terjadi

perpanjangan waktu, maka fluiktasi populasi yang sangat tinggi mungkin saja

berlaku. Misalnya, burung elang sangat bergantung kepada tikus tanah sebagai

makan utama, dan tikus tanah sangat bergantung kepada suatu spesies tumbuhan,

tumbuhan itu juga bergantung kepada jenis tanah tertentu utnuk keperluan hidup.

Andaikan tikus tanah kemudian sangat padat populasinya pada tahun t, sehingga

terjadi bahaya kelaparan yang hebat, dan terjadi penurunan jumlah tikus tanah

pada tahun t – 1. Penurunan ini dapat dinaikkan jumlah bahan makanan pada

tahun t + 3 dan menaikkan produktivitas tumbuhan pada tahun t + 4. Kenaikkan

produktivitas tumbuhan dapat meningkatkan populasi tikus pada tahun t + 5. Serta

meningkatkan populasi burung elang pada tahun t + 6 atau tahun t + 7. Inilah yang

dimaksud dengan ketidakstabilan atau turun naiknya populasi (burung elang) itu

berdada dalam pengaruh perpanjangan waktu atau suatu derajat tinggi momentum,

atau energy suatu sistem. Sama saja dengan seorang ahli niaga atau ahli ekonomi

yang akan menaikkan atau menurunkan harga hasil produktivitas, ia harus

melakukan analisis serta memperhatikan dulu naik turunnya harga bahan mentah

yang membentuk hasil produksinya.

Soal Latihan:

1. Jelaskan fungsi rasa ingi thu manusia sebagai alat untuk mengembangkan

pengetahuan?

2. Energi dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat hilang (hukum termodinamika

I). Jelaskan bagaimana hukum ini dapat terjadi dalam kehidupan manusia dan

beri contoh yang jelas?

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 17


3. Jelaskan faktor pembatas dari sumber daya alam yang penggunaanya

berkelanjutan?

4. Upaya apa yang dilakukan terhadap mahluk non adaptif dalam

mempertahnkan jenisnya?

5. Apa yang terjadi bila suatu lingkungan berubah akibat pengurangan jumlah

individu pada beberapa spesies?

6. Jelaskan upaya yang dapat dilakukan bila sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui semakin menipis persediaanya di alam?

7. Jelaskan akibat yang ditimbulkan dari kemampuan tumbuhan yang lebih

responsive terhadap lingkungan terbatas?

8. Sistem yang sudah mantap mengeploitasi sistem yang belum mantap. Jelaskan

dengan contoh makna dari pernyataan tersebut?

9. Berikan batasan tentang suatu populasi yang mantap?

10. Ekosistem yang sudah mantap dalam lingkungan yang sudah stabil mudah

terancam bahaya akibat suatu perubahan. Jelaskan mengapa demikian?

Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan Edisi 2018 III- 18

Anda mungkin juga menyukai