Anda di halaman 1dari 31

PENUNTUN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK III

PENYUSUN
DGD. DHARMA SANTHI
DAP. RASMIKA DEWI
AAN. SANTA AP

BAGIAN PATOLOGI KLINIK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Buku
Petunjuk Praktikum Kimia Klinik untuk analis non reguler ini tepat pada waktunya. Buku
ini dimaksudkan untuk menuntuk mahasiswa analis non regular dalam melakukan
praktikum kimia klinik.
Kami sebagai penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan – rekan yang
telah membimbing dan meluangkan waktunya dalam tiap kesempatan sehingga buku
petunjuk praktikum kimia klinikini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari buku petunjuk praktikum kimia klinik ini jauh dari sempurna,
sehingga kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak
untuk kesempurnaan buku petunjuk praktikum kimia klinik ini. Semoga buku petunjuk
praktikum kimia klinikini dapat diterima dan bermanfaat.

Denpasar, 1 Mei 2015

Penulis
DAFTAR ISI

I. Pemeriksaan Cholesterol ............................................................ 1


II. Pemeriksaan BUN ...................................................................... 3
III. Pemeriksaan Creatinin ............................................................... 6
IV. Pemeriksaan Cairan Otak (Liquor Cerebro Spinalis)/ LCS .............. 9
V. Pemeriksaan Analisa Cairan Lambung ........................................ 16
VI. Pemeriksaan Asam Urat ............................................................ 19
VII. Pemeriksaan Analisa Cairan Sendi .............................................. 22
VIII. Pemeriksaan Billirubin Urine ...................................................... 24
IX. Pemeriksaan Urobilin ................................................................. 26
X. Pemeriksaan Urobilinogen Urine ................................................. 28
Pemeriksaan Cholesterol

A. Metode
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kolorimetrik enzimatik CHOD-
PAP

B. Prinsip
Kolesterol ditentukan secara hidrolisis dan oksidasi enzimatik. Indikator kolorimetri
adalah quinoneimine yang dihasilkan dari 4-aminoantipyrine dan fenol dengan
katalisator peroksidase membentuk quinoneimine yang berwarna merah.
Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi kolesterol dan dapat ditentukan
secara fotometrik. Absorbansi warna diukur pada panjang gelombang 546 nm.

CHE
Cholesterol ester + H2O Cholesterol + Fatty Acid

CHO
Cholesterol + O2 Cholesterol + Fatty Acid

POD
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinoneimein + 4H2O

C. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet ukur
4. Ball pipet
5. Mikropipet 10 µl
6. Yellow tip
7. Gelas beaker 50 mL
8. Kuvet
9. Spektrofotometer
10. Stopwatch

b. Bahan
1. Sampel
2. Standar 168 mg/dL
3. Aquades

D. Cara Kerja
1. Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label “blanko”,
“standar”, dan “test”
2. Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :
Blanko Standar Test
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Aquades 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Serum - - 10 µl

3. Campuran dalam masing-masing tabung dihomogenkan


4. Campuran diinkubasi pada suhu ruang (20˚-25˚ C) selama 20 menit
5. Masing-masing campuran dituang ke dalam kuvet
6. Absorbansi campuran tadi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 546 nm dengan titik nol sebagai blanko
7. Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar kolesterol total.

E. Interpretasi Hasil
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Nilai rujukan normal < 200
Resiko sedang 200 – 240
Resiko tinggi >240
Pemeriksaan BUN (Blood Urea Nitrogen)

A. Metode
Metode yang digunakan adalah metode enzimatik UV Test (Urea-GLDH)

B. Prinsip
Reaksi Enzimatis :

Urease
Urea + 2H2O 2NH4+ + HCO3

GLDH
2 – Oxoglutarat + NH4+ + NADH L – glutamate + NAD++ H2O

C. Alat dan Bahan


a. Alat :
- Yellow tip
- White tip
- Mikropipet
- Spektrofotometer ERBA
- Pipet Ukur 1 ml
- Stopwatch
- Tabung serologi
- Beaker glass
b. Bahan :
- Aquadest
- Reagen Diasys Urean FS monoreagen (dibuat dengan
mencampurkan 4 bagian R1 dengan 1 bagian R2 (20 ml R1 + 5
ml R2).
- Sampel serum

D. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel

Aquadest 5 µl - -
Standar - 5 µl -
Sampel - - 5 µl
Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl

4. Campuran dihohomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit pada


suhu 25o/30oC atau selama 30-40 detik pada suhu 37oC.
5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 340 nm.
6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar urea pada sampel.
E. Nilai Rujukan
 Dewasa
Umum : 17 – 43 mg/dl
Wanita < 50 tahun : 15 – 40 mg/dl
Wanita > 50 tahun : 21 – 43 mg/dl
Laki-laki < 50 tahun : 19 – 44 mg/dl
Laki-laki > 50 tahun : 18 – 55 mg/dl
 Anak-anak
1 – 3 tahun : 11 – 36 mg/dl
4 – 13 tahun : 15 – 36 mg/dl
14 – 19 tahun : 18 – 45 mg/dl
Pemeriksaan Creatinin

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar kreatinin
dalam serum.
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar kreatinin
dalam sampel serum dengan metode Jaffe.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar kreatinin dalam sampel
serum
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan.

B. Metode
Metode yang digunakan adalah metode jaffe reaction

C. Prinsip
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana alkali
membentuk senyawa kompleks yang berwarna kuning jingga. Intensitas
warna yang terbentuk setara dengan kadar kreatinin dalam sampel,
yang diukur dengan Fotometer dengan panjang gelombang 490 nm.

D. Alat dan Bahan


a. Alat :
 Spektrofotometer
 Tabung reaksi dan rak tabung
 Tip
 Mikropipet 10 ul dan 1000 ul
 Beaker glass

b. Bahan :
 Tissue
 Sampel Serum
 Reagen Kreatinin : R1 : Sodium hidroksida 0,2 mol/L
R2 : Asam pikrat 20 mmol/L
 Standart kreatinin 2 mg/dL
 Aquades

E. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel

Aquadest 25µl - -
Standar - 25 µl -
Sampel - - 25 µl
Monoreagent 500 j 500µl 500µl

4. Campuran dihohomogenkan, lalu diinkubasi selama 1 menit.


5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 490 nm.
6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar kreatinin pada sampel.
F. Nilai Rujukan
Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah:
Laki-laki : 0,6 - 1,1 mg / dL
Wanita : 0,5 - 1,9 mg / dL
Pemeriksaan Cairan Otak
(Liquor Cerebro Spinalis)/ LCS

A. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan none-apelt dan
pandy serta memahami cara hitung jumlah dan jenis sel pada
cairan otak.
1.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan none-apelt dan
pandy untuk mengetahui kenaikan kadar globulin dan
albumin pada sampel LCS (Liquior Cerebro Spinalis)
b. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan cara hitung jumlah
dan jenis sel pada sampel cairan otak untuk mengetahui
jumlah sel serta dapat membedakan jenis sel mononuklear
dan polinuklear dalam cairan otak.

B. Metode
2.1 Pemeriksaan None-Apelt dan Pandy
a. Metode pemeriksaan None adalah none-apelt
b. Metode pemeriksaan Pandy adalah pandy
2.2 Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan Otak
Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah dan jenis sel
pada cairan otak adalah bilik hitung/ kamar hitung Improved
Neubaure.
C. Prinsip
3.1 Pemeriksaan None-Apelt
Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam
bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan
cincin berhubungan dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya
maka cincin yang terbentuk makin tebal.
3.2 Pemeriksaan Pandy
Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan
globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak
terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
3.3 Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan Otak
Liquor Cerebro Spinalis diencerkan dengan larutan turk pekat akan
ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya
dalam kamar hitung di bawah mikroskop.

D. Alat dan Bahan


1. Test None-Apelt dan Pandy
Alat:
 Tabung kecil diameter 7 mm
 Pipet ukur 1 ml
 Ball pipet
 Pipet tetes
 Stopwatch
 Gelas arloji
Bahan
1. Reagen nonne : Larutan (NH4)2SO4 jenuh
2. R 1 : 85 g (NH4)2SO4 netral dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dipanaskan pada suhu 90ºC, dibiarkan beberapa hari
3. Reagen Pandy
- Fenol kristal : 10 g
- Aquadest : 100 ml
- Dikocok, diinkubasi pada suhu 37ºC selama beberapa hari,
reagen harus sering dikocok

2. Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan


Otak
Alat
 Pipet thoma leukosit
 Kamar hitung Improved Neubauer
 Glass beaker
 Mikroskop
Bahan
 Sampel cairan otak
 Reagen larutan turk pekat (turk rosental)
 Aquadest
 Tissue
E. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Makroskopis
No Parameter Penilaian Normal
1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning
coklat, merah, hitam coklat
2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, Jernih
sangat keruh, keruh kemerahan
3. Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan Tidak ada
bekuan
4. pH 7,3 atau setara dengan pH
plasma/serum
5. BJ 1.000 – 1.010 1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan :
 Warna
Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding
air.
 Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi
 Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis
dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge
 Hijau atau keabu-abuan → pus
 Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural
kronik
 Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari
eritrosit yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga
disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200 mg/dl)
 Kekeruhan
Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS
yang jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis,
poliomyelitis, dan meningitis tuberkulosa.
Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika :
– lekosit 200-500/ul3
– eritrosit > 400/ml
– mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
– aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi
– media kontras radiografi.
 Konsistensi bekuan
– Bekuan banyak darah masuk
– Normal → tidak terlihat bekuan
– Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.
Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis
tuberkulosa.
Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-
24 jam.

2. Pemeriksaan Mikroskopis
Syarat pemeriksaan :
Dilakukan dlm waktu < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan
berkurang yang disebabkan:
 Sel mengalami sitolisis
 Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang
homogen
 Sel terperangkap dalam bekuan
 Sel cepat mengalami perubahan morfologi
Jenis Pemeriksaan:
a. Hitung Jumlah Sel
b. Hitung Jenis Sel
c. Bakterioskopi
Cara kerja:
1. Cairan otak yang diperiksa dikocok dahulu agar homogen
2. Larutan turk dihisap sampai angka 1
3. Larutan cairan otak dihisap sampai angka 11
4. Dikocok perlahan selama lebih kurang 3 menit dengan
menggerakkan pipet tegak lurus sumbu panjang pipet
5. Lalu dibuang 3 tetes cairan pertama
6. Diteteskan pada bilik hitung Improved Neubauer
7. Dibiarkan selama 5 menit agar sel mengedap
8. Dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit
di mikroskop lensa objektif 10x/ 40x serta dihitung jenis
selnya (hitung dalam 3 kamar hitung, kemudian kalikan 3)
Dengan perhitungan : Jumlah sel/ mm3 = 10/9 X N sel/ mm3

3. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan rutin yang dilakukan :
 penetapan protein secara kualitatif
 kadar protein
 kadar glukosa
 kadar klorida
Pemeriksaan None-Apelt
- Tabung serologi diisi dengan 1 ml larutan ammonium sulfat
jenuh
- Dituang 0,5 ml LCS dengan cara pelan-pelan lewat dinding
tabung sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas
adalah LCS
- Diamkan selama 3 menit
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar
belakang gelap
Pemeriksaan Pandy
 Gelas arloji diisi dengan 1 ml reagen Pandy
 Ditetesi dengan 1 tetes LCS
 Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan
F. Interpretasi hasil dan Nilai Rujukan
1. Pemeriksaan None-Apelt
Negatif : tidak terbentuk cincin putih
+1 : terbentuk cincin putih sangat tipis, hanya dapat
dilihat dengan atar belakang hitam, bila dikocok
akan kembali jernih
+2 : cincin putih tampak agak jelas, bila dikocok cairan
jadi opalescent
+3 : cincin putih tampak jelas, bila dikocok jadi keruh
+4 : cincin putih sangat jelas, bila dikocok cairan
menjadi keruh sekali

2. Pemeriksaan Pandy
Negatif : bila tidak terjadi kekeruhan (berkabut/ opalescent)
+1 : opalescent (kadar protein 50-100 mg%)
+2 : keruh (kadar protein 100-300 mg%)
+3 : sangat keruh (kadar protein 300-500 mg%)
+4 : Keruh seperti susu (kadar protein > 500 mg%)

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan


Otak
 Hitung Jumlah Sel
Normal = 0-5/ mm3
Borderline = 6-10/ mm3
Abnormal = > 10/ mm3
Anak - anak umur < 5 tahun, Normal = < 20/ mm3
 Hitung Jenis Sel
MN 100% dan PMN 0%
Pemeriksaan Analisa Cairan Lambung

A. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan cairan lambung.
1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menilai motilitas lambung, yaitu
kemampuan lambung untuk meneruskan isinya ke arah
duodenum.
2. Mahasiswa dapat menilai kemampuan sekresi lambung, yaitu
HCl secara kualitatif dan kuantitatif serta enzim-enzimnya.
3. Mahasiswa dapat mendeteksi adanya unsur-unsur abnormal
seperti darah, pus, jamur, dan bakteri.
4. Mahasiswa dapat mendeteksi adanya racun-racun untuk
pemeriksaan forensik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan sitologi terhadap
sel-sel tumor.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan cairan lambung yaitu :
a. Pemeriksaan Makroskopis
b. Pemeriksaan Mikroskopis

C. Prinsip
Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel
mukosa lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptic
fundus dan kelenjar pilorik. Kelenjar peptic mensekresi pepsin, lipase,
dan HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses
fermentasi.

D. Alat dan Bahan


4.1 Alat
 Wadah sampel
 Pipet ukur
 Tabung sentrifuge
 Rak tabung
 Label
 Pipet tetes
 Centrifuge
 Objek glass
 Cover glass
 Mikroskop
4.2 Bahan
 Sampel cairan lambung
 pH stick
E. Cara Kerja
1. Alat pelindung diri digunakan dengan baik, benar dan lengkap.
2. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
3. Dihomogenkan sampel cairan lambung yang akan diperiksa
4. Dilakukan pemeriksaan makroskopis pada sampel cairan lambung
meliputi : volume, bau, pH, warna, lender, sisa makanan, pus, dan
potongan jaringan.
5. Diambil 3 ml sampel dan dimasukkan pada tabung sentrifuge
6. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1600 rpm selama 10 menit
7. Dibuang bagian supernatannya dan diambil sedimen pada dasar
tabung
8. Diambil 1 tetes sedimen cairan lambung yang terbentuk kemudian
diteteskan pada objek glass dan ditutup dengan cover glass
9. Dilakukan pengamatan mikroskopis dibawah mikroskop dengan
pembesaran lensa objektif 40 x
10. Diamati dibawah mikroskop adanya epitel, leukosit, eritrosit, bakteri
dan adanya butiran – butiran albumin.

F. Interpretasi Hasil
1. Makroskopis
- Volume : ≤ 75 ml
- Warna : abu – abu mutiara ( putih kerus)
- Bau : agak asam
- Lendir : tanpa lendir
- pH : Puasa ( 1,2 ± 0,2) ;
setelah makan (1,3 – 2,5)
- Sisa makanan : tanpa sisa makanan
- Pus : tanpa pus
- Potongan jaringan: tanpa potongan jaringan
2. Mikroskopis
- Epitel : tidak ada ( - )
- Eritrosit : tidak ada ( - )
- Leukosit : tidak ada ( - )
- Yeast/ jamur : tidak ada ( - )
- Bakteri : tidak ada ( - )
Pemeriksaan Asam Urat

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan kadar asam urat
dalam serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa dapat melakukan pemeriksaan kadar asam urat
dalam sampel serum dengan metode TBHBA.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar asam urat dalam sampel
serum
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan

B. Metode
Metode yang digunakan adalah enzimatis fotometri menggunakan
TBHBA (2,4,6-tribromo 3-hodroxybenzoic acid)

C. Prinsip
Prinsip dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang
bereaksi dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh adanya
urikase, selanjutnya hidrogen peroksida sebagai hasil samping reaksi
tersebut akan bereaksi dengan 4- aminoantipyrine dan 2,4,6–tribomo–
3-hydroxybenzoic acid (TBHBA) membentuk quinimine yang berwarna
merah muda dengan bantuan peroksidase warna yang terbentuk
selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel
pada panjang gelombang maksimal.
Uricase
Asam urat + H2O + O2 Allantoin + CO2 + H2O2
POD
TBHBA + 4-aminoantipyrine + 2 H2O2 Quinoneimine + 3H2O
D. Alat dan Bahan

Alat:
 Spektrofotometer
 Tabung reaksi dan rak tabung
 Tip
 Mikropipet 10 ul dan 1000 ul
 Beaker glass
 Kuvet
Bahan:
 Tissue
 Serum
 Reagen asam urat (R1 dan R2)
 Standar asam urat
 Aquades

E. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu ruang.
2. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko
,standar, test.
3. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

Blanko Standar Sampel

Aquadest 10 µl - -
Standar - 10 µl -
Sampel - - 10 µl
Monoreagent 500 µl 500 µl 500 µl

4. Campuran dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 10 menit.


5. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 520 nm.
6. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar asam urat pada sampel

F. Interpretasi Hasil

Wanita (mg/dL) Laki-laki (mg/dL)


Dewasa 2,6 – 6,0 3,5 – 7,2
Anak-anak
0- 5 hari 1,9 -7,9 1,9 – 7,9
1-4 tahun 1,7 – 5,1 2,2 – 5,7
5-11 tahun 3,0 – 6,4 3, 0 – 6,4
12 – 14 tahun 3,2 – 6,1 3,2 – 7,4
15 – 17 tahun 3,2 – 6,4 4,5 – 8,1
Pemeriksaan Analisa Cairan Sendi

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui cara pemeriksaan cairan sendi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan cairan sendi
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
cairan sendi secara makroskopis dan mikroskopis

B. Metode
Metode yang digunakan adalah metode makroskopis dan mikroskopis.

C. Prinsip
Sampel cairan sendi di homogenkan lalu diperiksa secara makroskopis,
cairan sendisebanyak 3 ml disentrifuge dan diambil endapannya dan
diteteskan pada objek glas dan ditutup dengan menggunakan cover
glass kemudian diamati pada mikroskop dengan pembesaran objektif
40X.

D. Alat dan Bahan


Alat:
 Centrifuge
 Objek glass
 Cover glass
 Pipet tetes
 Mikroskop
 Tabung centrifuge
Bahan:
 Sampel cairan sendi
 pH stick
 Aquadest
 Giemsa

E. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiakan
2. Cairan sendi diperiksa secara mikroskopis meliputi :
a. Warna
b. pH
c. Bekuan
d. Viskositas
3. Sampel cairan sendi sebanyak 3 ml dimasukan kedalam tabung
sentrifuge.
4. Disentrifuge dengan kecepatan 1600 rpm selama 5 menit.
5. Supernatan dibuang dan diambil bagian pellet (endapan)
6. Diteteskan pada objek glass lalu ditutup dengan cover glass.
7. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10X
untuk mencari lapang pandang, kemudian diganti keperbesaran
objektif 40X.
8. Dibaca hasil.

Pewarnaan:
1. Diteteskan pewarna giemsa pada pellet sebanyak 1 tetes.
2. Diteteskan pada objek glass dan ditutup dengan cover glass.
3. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif 40X.
4. Hasil diinterpretasikan
Pemeriksaan Billirubin Urine Cara Harrison

A. Prinsip:
Bilirubin dapat mereduksi feri klorida menjadi senyawa yang berwarna
hijau. Sebelumnya bilirubin diabsorpsikan pada endapan BaCl2 dalam
urine.

B. Alat & Bahan :


 Tabung reaksi
 Kertas saring
 Pipet Pasteur
 BaCl2 10%
 Reagen Fouchet, dengan komposisi :
Trichloro acetic acid (TCA) 25g
Aquadest ad 100 ml
Larutan feri klorida 10 ml
(10 g FeCl3 dalam 100 ml aquadest)
C. Cara Kerja :
1. Ambil 3 ml urine dan campur dengan larutan BaCl2 10% dengan
volume yang sama banyak
2. Saring
3. Filtratnya disimpan untuk percobaan urobilin
4. Residunya yang berada pada kertas saring kemudian ditetesi
dengan reagen Fouchet 1-2 tetes dan perhatikan perubahan warna
yang terjadi
D. Interpretasi Hasil :
 Negatif: tidak terjadi perubahan warna atau agak coklat
 Positif: terbentuk warna hijau yang makin lama makin
jelas
Pemeriksaan Urobilin Urine Cara Schlezinger

A. Prinsip
Urobilin + Zinc Acetat dalam alkohol  fluoresensi warna hijau

B. Alat dan Bahan


 Tabung reaksi
 Kertas saring
 Reagen Schlezinger yang terdiri dari:
Suspensi jenuh zinc acetat dalam alkohol (Reagen
Schlezinger)
Ammonia liquidum
Tinctura iodii sipirit 1%

C. Cara Kerja
1. Ambil filtrat dari reaksi Harrison sebanyak 3 ml
2. Tambahkan reagen Schlezinger dalam jumlah yang sama
3. Kemudian tetesi dengan 1-2 tetes ammonia
4. Kocok, lalu saring sampai jernih
5. Filtrat yang diperoleh amati dengan sinar tidak langsung dalam
kotak urobilin

D. Interpretasi
Positif (+) : fluoresensi berwarna hijau
CATATAN
- Urobilin setelah dioksidasi akan menajdi urobilin sehingga juga
akan memberikan reaksi positif. Oleh karena itu setelah ditetesi
iodium seringkali akan tampak lebih jelas warna hijaunya.
- Untuk pemeriksaan urobilinogen tes hendaknya segera dikerjakan,
paling tidak 30 menit setelah sampling.
- Garam-garam empedu sering akan mengganggu reaksi ini.
Dengan penambahan BaCl2 maka akan terjadi endapan yang
mengabsorpsi garam ini
- Forfobilinogen juga memberikan reaksi positif
Tambahkan 2 ml khloroform lalu kocok.
Bila warna merah pindah dibagian bawah khloroform berarti
urobilinogen. Tetapi bila tetap dibagian atas berarti forfobilinogen.
Pemeriksaan Urobilinogen Urine Cara Ehrlich

A. Prinsip
Urobilinogen + paradimethyl aminobenzaldehyde dalam HCl  warna
merah

B. Alat dan Bahan


Tabung reaksi
Reagen Ehrlich (paradimethyl aminobenzaldehyde 2% dalam HCL 50%)

C. Cara kerja
1. Ambil sebanyak 5 ml urine, masukkan ke dalam sebuah tabung
reaksi
2. Tambahkan ke dalamnya 10-12 tetes reagen Ehrlich
3. Kocok, tunggu selama 5 menit

D. Interpretasi
Positif (+) : terbentuk warna merah

Anda mungkin juga menyukai