PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua
atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat)
terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam
larutan disebut pelarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan. Salah satu sifat penting dalam
Adsorpsi digunakan untuk menyatakan bahwa ada zat lain yang terserap
pada zat itu, misalnya karbon aktif bisa menyerap molekul-molekul asam asetat
dalam larutanya karbon aktif biasanya dibuat dengan cara membakar tempurung
kelapa atau kayu dengan persediaan udara yang terbatas tiap artikel adsorben
kecepatan adsorbsi arang aktif terhadap molekul asam asetat dalam larutanya
pada tekanan dan temperatur tetap tergantung pada kosentrasi asam asetat
tersebut.
yang diadsorpsi, kosentrasi adsorben dan zat yang diadsorpsi, luas permukaan,
larutan dan kinetika adsorpsi karbon aktif dalam larutan asam asetat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Kalor reaksi ditentukan dengan jalan mengukur banyaknya seluruh energi yang
diserap oleh lingkungannya. Kalor yang diserap oleh air adalah hasil kali massa, kalor
jenis, dan kenaikan suhu air. Kerja yang terjadi karena turunnya beban,
mengakibatkan kenaikan energi-dalam dari air atau larutan lain yang digunakan, dan
sebagai hasilnya terdapat peningkatan suhu cairan. Pada percobaan lain yang terpisah
kenaikan suhu yang sama dihasilkan oleh perpindahan energi melalui kalor jumlah
joule kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu yang yang
diberikan ternyata kurang lebih 4,15 kali lebih besar dari jumlah kalor yang
Struktur yang terjadi pada akhir suatu proses laku panas, selain ditentukan oleh
komposisi kimia dari material dan proses laku panas yang dialami juga ditentukan
oleh struktur awal material. Variasi tipe proses perlakuan panas adalah sama karena
pemanasan dan kecepatan laju pendinginan ini sangat mempengaruhi hasil akhir dari
proses perlakuan panas. Di dalam proses perlakuan panas ada tiga tahapan yang
paling utama di antaranya tahap pemanasan, tahap penahanan, dan tahap pendinginan.
Proses ini sangat dipengaruhi oleh parameter tertentu seperti : temperatur pemanasan,
seragam pada material; waktu pemanasan, yaitu lamanya waktu yang diperlukan
untuk mencapai temperatur pemanasan tertentu (temperatur austenisasi); dan waktu
treatment) yang diikuti pendinginan cepat (quenching) dan panas penuaan (aging),
dimana pendinginan cepat setelah perlakuan rasa martensit yang berupa pelat-pelat
tersimpan di dalam material akan menghilang clan berubah menjadi rasa austenit
yang disertai dengan proses pengambilan bentuk (shape recovery) (Panjaitan dkk.,
2010).
reaksi lain. Penerapan Hukum Pertama itu disebut Hukum Hess:“Entalpi reaksi secara
bagian dari suatu reaksi”. Tahap-tahap individua ltidak perlu direalisasikan dalam
reaksi-reaksi itu harus seimbang. Dasar termodinamika hukum ini adalah nilai AHo
tidak bergantung pada jalannya, dan pengertian bahwa kita dapat mereaksikan reaktan
(Atkins,1999).
Perlakuan panas dapat didefinisikan sebagai kombinasi operasi pemanasan dan
pendinginan terhadap logam atau paduan, dalam keadaan padat dengan waktu tertentu
dan dengan maksud untuk mendapatkan sifat tertentu. Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi sifat mekanik suatu paduan adalah: komposisi kimia, perlakuan panas
(heat treatment), proses pengecoran dan proses pengerjaan. Jadi dengan mengubah
komposisi kimia sampai batas tertentu, dan memberi perlakuan panas, maka sifat
mekanik paduan akan menjadi lebih baik sesuai dengan yang diinginkan (Anzip dkk.,
2006).
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 12 Maret 2015 pukul 07.30-10.00
WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia fisika II. Fakultas Matematika dan
a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret 50 ml, erlenmeyer
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah CH 3COOH 1 N dan 0,5
C. ProsedurKerja
a. Untuk CuSO4.5H2O
serbuk CuSO4.5H2O
- ditimbang secara kasar sebesar 5
gram
- disimpan pada cawan porselen
5 gr CuSO4.5H2O
100 ml air
- dimasukkan 5 gr CuSO4.5H2O
pada menit ke-4 dan diaduk kuat-kuat
- dicatat suhunya ketika
CuSO4.5H2O dimasukkan
- dicatat suhunya tiap 30 detik sampai
menit ke-5 yang dilanjutkan dari
menit ke-4 tadi
5 gr CuSO4.5H2O
100 ml air
- dimasukkan 5 gr serbuk
CuSO4 anhidrat pada menit ke-4
- diaduk kuat-kuat
- dicatat suhunya ketika
serbuk anhidrat dimasukkan
- dicatat suhunya tiap 30
detik hingga menit ke-5 yang
Panas pelarutan CuSO4 anhidrat = -913,8234J
A. Hasil Pengamatan
1. Tabel Data Hasil Pengamatan
1 0 31 31
2 0,5 31 31
3 1 31 31
4 1,5 31 31
5 2 31 31
6 2,5 31 31
7 3 31 31
8 3,5 31 31
Penambahan Penambahan
9 4 31 34
10 4,5 31 34
2. Analisis Data
air = 1 g/mL
Vair = 25 mL
Cair = 4,81 J/goC
= 1 g/mL x 25 mL
= 25 g
Ditanyakan:
c. Hreaksi = ....?
Penyelesaian:
T2 = 31oC
=0
T2 = 34oC
= 3oC
g 2,5 g
n CuSO4.5H2O = CuSO4 .5 H 2 O = 0,01002 mol
Mr 249,5 g / mol
=0
= - 657,3468 J
Qreaksi1 Qreaksi 2
Hreaksi =
nCuSO4 .5 H 2 O
0 J (- 657,3468 ) J
= 0,01002 mol
B. Pembahasan
perpindahan energi sebagai akibat dari adanya perbedaan temperatur diantara dua
medium misalnya: sesama medium padat atau medium padat dengan fluida. Energi
yang berpindah tersebut dinamakan kalor atau panas (heat). Panas akan berpindah
dari medium yang bertemperatur lebih tinggi ke medium dengan temperatur yang
lebih rendah. Perpindahan ini berlangsung terus sampai terjadi kesetimbangan
temperatur diantara kedua medium tersebut atau tidak terjadi perbedaan temperatur
Dalam percobaan panas pelarutan ini akan dicari panas pelarutan dari
CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat. Biasanya panas pelarutan sulit untuk ditentukan
tetapi dengan menggunakan hukum Hess dalam reaksi dapat dihitung secara tidak
langsung. Dalam percob’aan ini digunakan pelarut air yang dimana air mempunyai
sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan melarutkan berbagai
jenis zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut yang dapat melarutkan
semua zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik
dan anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang
Salah satu penyebab mengapa air itu dapat melarutkan zat-zat ionik adalah
karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion-ion itu dapat
terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya
tetapan dielektrik yang dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu tetapan yang
mengatur muatan listrik yang terdapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa
disekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik-menarik muatan yang berlawanan akan
perubahan entalpi untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak
bergantung pada lintasan, tetapi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi jika
suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua tahap atau lebih maka kalor reaksi
totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya. Oleh karena itu Hukum
Hess juga disebut hukum penjumlahan kalor. Dalam kalor reaksi dikenal dua reaksi
yaitu reaksi eksoterm merupakan reaksi yang melapaskan kalor dari sistem
kelingkungan dan reaksi endoterm dimana reaksi yang menyerap kalor dari
lingkungan kesistem. Dalam praktikum ini yang menjadi sistem adalah larutan air
Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO 4.5H2O setelah air dalam
kalorimeter suhunya telah konstan maka serbuk CuSO4.5H2O yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam kalorimeter dan tepat pada saat itu juga suhunya diukur ternyata
ditimbang kemudian CuSO4.5H2O ini dipanaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah
agar air hidrat yang terdapat dalam CuSO 4.5H2O ini hilang yang mengahasilkan
CuSO4 anhidt. Setelah itu CuSO4 ini dimasukkan kedalam desikator agar suhunya
dingin dan juga menghindarkannya agar tidak terkontaminasi dengan udara luar.
Setelah suhu air dalam desikator konstan maka serbuk CuSO4 anhidrat ini
dimasukkan kedalam kalorimeter dan suhunya diukur ternyata suhu air mengalami
karena disini sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga suhu mengalami
kenaikan. Naiknya suhu larutan ini disebabkan karena pada CuSO 4 anhidrat tidak
mengandung air seperti pada CuSO4.5H2O sehingga pada saat CuSO4 anhidrat
dimasukkan antara air dan CuSO4 anhidrat mengalami tarik menarik yang
dan CuSO4 anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada CuSO4
anhidrat tidak.
Sesuai dengan hukum Hess bahwa hukum hess juga dikenal dengan hukum
penjumlahan kalor maka setelah diketahui kalor pada reaksi pertama dan kedua maka
anatara kedua kalor tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah molnya sehingga
V. KESIMPULAN
panas pelarutan CuSO4.5H2O adalah 0 dan panas pelarutan CuSO4 anhidrat adalah
sebesar - 657,3468 J yang menunjukkan bahwa proses yang terjadi adalah eksoterm.
Panas reaksi atau nilai entalpi reaksi CuSO4.5H2O dan CuSO4 dengan menggunakan
Hukum Hess adalah sebesar - 65, 60347305 kJ/mol. Nilai ini juga menunjukkan
bahwa reaksi yang terjadi adalah berifat eksoterm atau melepas kalor.
DAFTAR PUSTAKA
Anzip, Arino dan Suhariyanto. 2006. “Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium
A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6”. Vol.
8. No.2.
Panjaitan, Elman dan Sulistioso G., Sukarjo. “Pengaruh Waktu Penuaan Terhadao
SifaSuperelastisitas Paduan Shape Memory Ti-50. 85% at. Ni”. Bidan Bahan
lndustri –Pusat Penelitian dan Pengembangan IImu Pengetahuan Teknologi
Bahan-BATAN.
PERCOBAAN VII
“PANAS PELARUTAN”
NAMA : HERDIANTO
KELOMPOK : II
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012