Anda di halaman 1dari 11

Pengembangan Matrik Lepas Lambat Berbasis

EC – PVP K30 Menggunakan Teknik Dispersi Solida Dengan Model


Obat Natrium Diklofenak

Yulistia Budianti Soemarie1, Arina Swastika Maulita2

1
SMKN 17 Samarinda (Jurusan Farmasi)
2
Program Studi Farmasi Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRACT

This research is a modification of controlled release which beneficially to optimize the


medicine reaction and to minimize the fluctuation of blood level in a certain period of the
release. The aim of research is to develop the matrix system in ethylcellulose basic PVP K30
which applies dispersion solid method using sodium diclofenac as sample. Resulted four
formulas consist of PVP K30 percentages as follow 0%, 5%, 10% and 20%. The different
percentages of PVP K30 is aimed to know the formula which produces the releasing result of
ND more optimal. This research produces in each formula significant differences (p<0,05).
The formula whole percentages of PVP K30 10% has completed the requirements of control
release better than the other one, shown the better resistance characteristics and release profile.

Key words : Matrix System, Solid Dispersion, Ethylcellulose, PVP K30, Sodium Diclofenac

ABSTRAK

Penelitian ini adalah modifikasi terkontrol dengan manfaat meningkatkan reaksi obat dan
meminimalisir fluktuasi kadar dalam darah saat pelepasannya. Tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan sistem matrik dalam etilselulosa dasar PVP K30 dengan menerapkan metode
dispersi padat menggunakan sampel sodium diklofenac. Formula PVP K30 dengan persentase
0%, 5%, 10% dan 20%. Perbedaan persentase PVP K30 tersebut ditujukan untuk mengetahui
kadar yang paling optimal melepaskan sodium diclofenac. Hasil yang didapatkan diketahui
bahwa kadar 10% adalah kadar yang paling baik dalam proses pelepasan dibandingkan kadar
yang lain.

Kata Kunci: sistem matriks, dispersi padat, etilselulosa,VP K30, Sodium Diclofenac

PENDAHULUAN
umum dapat meningkatkan kenyamanan
Bentuk sediaan lepas lambat banyak
bagi pasien (Welling, 1997).
mendapat perhatian karena selain dapat
Tujuan dasar dari rancangan bentuk
mengurangi efek samping, juga dapat
sediaan obat adalah untuk mengoptimalkan
memberikan fungsi lain yaitu mengurangi
penyampaian obat dan untuk mengurangi
atau menjarangkan jumlah penggunaan,
fluktuasi kadar obat darah dalam periode
mengurangi fluktuasi kadar obat dan secara
waktu tertentu selama pelepasan obat berinteraksi dengan air, dimana relaksasi
berlangsung. Dengan demikian akan tersebut menyebabkan sistem terdisintegrasi.
diperoleh hasil terapi yang efektif dan aman. Hal ini menyebabkan pelepasan bahan aktif
Bentuk sediaan lepas lambat merupakan tidak lepas lambat (Agrawal Dkk, 2003 dan
bentuk sediaan obat yang dirancang untuk Wicaksono, 2005).
memenuhi tujuan tersebut. Pada sediaan Relaksasi EC dalam sistem matrik
lepas lambat pelepasan obat dari sediaan dapat diturunkan apabila EC dikombinasi
terjadi secara bertahap dan terus menerus dengan PVP K30 (Wicaksono, 2005). PVP
untuk periode waktu tertentu. didalam matr ik akan meningkatkan
Sediaan lepas lambat yang ideal kekerasan matrik sehingga porositas matrik
dirancang untuk dapat melepaskan suatu menurun. Hal ini menyebabkan disintegrasi
dosis terapeutik awal untuk menghasilkan matrik pada uji disolusi tidak terjadi.
efek terapeutik yang diinginkan secara cepat, Dari penelitian lain disebutkan
dan diikuti pelepasan dosis penjagaan yang bahwa metode pembuatan matrik EC dengan
lebih lambat dan konstan untuk teknik dispersi solida juga dapat membentuk
mempertahankan efek terapeutik selama sistem lepas lambat (Iqbal, Z Dkk, 2003 dan
periode waktu tertentu, misalnya 12 - 24 Sadeghi Dkk, 2003). Bahkan diketahui
jam. Dengan adanya pelepasan yang konstan bahwa dengan teknik dispersi solida, jumlah
tersebut maka terjadinya fluktuasi kadar polimer EC yang diperlukan 33% lebih
obat dalam plasma dapat dihindari. sedikit jika dibandingkan dengan teknik
Metode umum yang digunakan untuk granulasi basah (Iqbal, Barbar dan Ashraf,
membuat sediaan lepas lambat adalah sistem 2002).
matrik, sistem membran polimer dan sistem Berdasarkan uraian tersebut diatas
pompa osmotik. Pembuatan matrik sediaan maka dalam proposal penelitian ini akan
lepas lambat untuk obat yang mudah larut diteliti pengembangan sediaan lepas lambat
dalam air umumnya lebih sesuai jika sistem matrik berbasis EC – PVP K30
digunakan polimer-polimer hidrofobik, menggunakan teknik dispersi solida. Sebagai
karena polimer hidrofobik dapat mencegah model obat digunakan natrium diklofenak
atau mengurangi larutan media disolusi yang (ND) karena mempunyai sifat-sifat antara
berpenetrasi kedalam sistem matrik sehingga lain : (1) waktu paruh pendek, (2) dosis
proses difusi obat akan berjalan dengan terapi kecil, dan (3) tidak memiliki masalah
lambat. Sedangkan matrik hidrofilik dalam absorpsi sehingga memenuhi
umumnya tidak sesuai sebagai matrik lepas persyaratan untuk diformulasi menjadi
lambat untuk obat yang mudah larut dalam sediaan lepas lambat.
air karena media disolusi mudah
berpenetrasi kedalam matrik sehingga akan METODOLOGI PENELITIAN
terjadi difusi yang cepat dari bahan obat Alat
terlarut melewati jaringan gel hidrofilik yang Alat-alat yang digunakan dalam
terbentuk dari matrik (Reddy Dkk, 2003). penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-
Penggunaan EC sebagai pembentuk vis, Neraca analitik, Alat uji dissolusi,
matrik lepas lambat, diketahui matrik akan Lemari pengering, Sieve analyzer, Alat
mengalami relaksasi. Hal ini karena EC penguji kadar lembab granul, PH meter,
walaupun hidrofobik namun masih dapat waterbath, Mortir dan stamper dan Alat-alat
kaca yang umum digunakan dalam alat. Kemudian alat dinyalakan pada suhu
laboratorium. 100 0 C selama 10 menit. Diakhiri
Bahan pemerikasaan kadar lembab matrik yang
Bahan-bahan yang digunakan dapat dibaca pada layar alat. Persyaratan
dalam penelitian ini adalah Natrium kadar lembab matrik yang ditentukan dengan
diklofenak (PT. Kimia Farma), Etil selulosa 2% - 4% (Rani dan Mishra, 2004).
10 Cps, PVP K30 (PT. Coronet Crown),
Natrium fosfat tribasik(Merck), Etanol
96%, Aqua destilata. Pembuatan Kurva Baku ND dalam Etanol
Tempat Penelitian 96%
Penelitian dilakukan di Dari larutan baku induk ND dalam
Laboratorium Teknologi Farmasi Bagian etanol 96% dibuat pengenceran sehingga
Farmasetika Program Studi Far masi didapatkan larutan dengan konsentrasi
Universitas Jember kurang lebih 5 ppm; 10 ppm; 15 ppm; 20
Prosedur ppm dan 25 ppm. Masing-masing larutan
Dalam penelitian ini dibuat beberapa kemudian ditentukan serapannya dengan
formula untuk membuat matrik dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
teknik dispersi solida dari ND dengan maksimum yang telah didapat sebelumnya.
menggunakan EC dan PVP K30. Susunan Kemudian dibuat kurva baku dari hasil
formula dapat dilihat dalam Tabel 1 : pengukuran tersebut.
Pembuatan Matrik dengan Teknik
Dispersi Solida Penentuan Kadar ND dalam Matrik
Dilakukan teknik dispersi solida Penentuan kadar ND dalam matrik
dengan metode penguapan pelarut antara dilakukan sebagai berikut : ditimbang
ND, EC dan PVP K30 dengan cara sebagai sejumlah tertentu matrik yang diperkirakan
berikut : ND, EC dan PVP K30 dicampur mengandung ND sekitar 25 mg. Matrik
sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan etanol 96% sedikit demi sedikit ditambah etanol 96% ± 50 mL, labu dikocok
sampai melarutkan campuran tersebut. sampai granul larut semua. Kemudian
Campuran kemudian dikeringkan dengan ditambahkan etanol 96% sampai garis tanda,
oven pada suhu 600C. Matrik dispersi solida dikocok sampai homogen. Larutan ini
kemudian direduksi ukurannya dan diayak mengandung ± 25µg ND/mL (± 25 ppm).
dengan pengayak ukuran mesh 20 dan Diamati serapannya dengan
ditampung dengan pengayak ukuran mesh spektrofotometer pada panjang gelombang
80. maksimum. Dihitung kadar ND dengan
menggunakan kurva baku ND dalam etanol
Penentuan Kadar Lembab Matrik 96%.
Kadar lembab ditentukan dengan alat
Ohaus MB 200 dengan cara sebagai berikut Pengujian Pelepasan ND dari Matrik
: Profil pelepasan ND dari matrik
Piringan tempat bahan dari alat ditentukan secara in vitro dengan uji disolusi
dibersihkan dan ditara. Sejumlah tertentu menggunakan media dapar fosfat pH 6,8
matrik (± 5 gram) diletakkan diatas piringan
selama 8 jam. Tahap-tahapnya adalah disolusi dan diisi dengan 900 ml media
sebagai berikut : disolusi (dapar fosfat pH 6,8). Ditentukan
suhu, waktu dan kecepatan putaran basket
Pembuatan Dapar Fosfat pH 6,8 uji disolusi yaitu pada 37 ± 0,5oC selama 8
Pembuatan dapar fosfat pH 6,8 jam dengan kecepatan putaran 50 rpm.
dilakukan dengan cara sebagai berikut : Setelah suhu stabil dispersi solida dengan
dilarutkan 76 gram natrium fosfat tribasik kandungan ND 100 mg dimasukkan
dalam air sehingga dihasilkan 1000 ml kedalam labu disolusi dan alat uji disolusi
larutan. Diambil dari larutan tersebut dijalankan. Sampling dilakukan pada waktu
sebanyak 250 ml kemudian dicampurkan ½, 1, 2, 3, 4, 6, dan 8 jam dengan cara
dengan 750 ml larutan HCL 0,1 N dan mengambil 5,0 ml larutan media disolusi.
dilakukan adjust dengan larutan HCL 2 N Untuk setiap kali selesai sampling dilakukan
atau larutan NaOH 2 N sehingga didapatkan penambahan 5,0 ml larutan media yang baru
pH 6,8 ± 0,05 (Bravo, Lamas dan Salomon, 2002).
Tentukan serapan sampel dengan
Penentuan Panjang Gelombang spektrofotometer pada panjang gelombang
Maksimum ND dalam Dapar maksimum. Dihitung kadar ND untuk setiap
Fosfat pH 6,8 sampel dan dibuat kurva % pelepasan ND
Prosedur penentuan panjang – waktu.
gelombang maksimum ND dalam dapar
fosfat pH 6,8 sama dengan prosedur Analisis Data Hasil Uji Pelepasan Natrium
penentuan panjang gelombang maksimum Diklofenak
ND dalam etanol 96%, dimana pelarut yang Data hasil uji pelepasan natrium
digunakan diganti dengan menggunakan diklofenak kemudian dianalisis dengan
larutan dapar fosfat pH 6,8. tahap-tahap sebagai berikut :
Analisis Kesesuaian Pelepasan dengan
Pembuatan Kurva Baku ND dalam Dapar Persyaratan Pelepasan Sediaan
Fosfat pH 6,8 Lepas Lambat
Prosedur pembuatan kurva baku ND Kesesuaian pelepasan masing-masing
dalam dapar fosfat pH 6,8 sama dengan formula untuk sediaan lepas lambat
prosedur pembuatan kurva baku ND dalam ditentukan dengan menggunakan ketentuan
etanol 96%, dimana pelarut yang digunakan sebagai berikut (Banakar, 1992) :
diganti dengan dapar fosfat pH 6,8. · Pada waktu sebanding 0,25 D :
jumlah obat yang dilepaskan 20-
Uji Pelepasan ND dari Matrik 50%
Uji disolusi dari matrik dilakukan · Pada waktu sebanding 0,5 D :
dengan media dapar fosfat pH 6,8 ± 0,05 jumlah obat yang dilepaskan 45 –
selama 8 jam. Peralatan yang digunakan tipe 75%
1 (konstruksi basket, kecepatan putaran 50 Keter angan : D = interval
rpm). Prosedur yang dilakukan adalah pemakaian
sebagai berikut :
Dimasukkan air dalam bak alat uji
dissolusi sampai tanda, dipasang labu
Analisis Perbedaan Kadar Lembab pengukuran serapan larutan ND dalam
Matrik dan Pelepasan Na Diklofenak dari etanol 96% dapat dilihat pada Tabel 5.
Masing-masing Formula Secara Statistik.
Untuk mengetahui perbedaan pada Hasil Penentuan Kadar ND dalam Matrik
pengujian kadar lembab dan uji pelepasan Penentuan kadar ND matrik
ND dari matrik yang signifikan atau tidak dilakukan dengan cara melarutkan sejumlah
secara statistik maka dilakukan uji anova. tertentu matrik dalam etanol 96% dan
Uji kadar lembab matrik dan uji pelepasan dilakukan pengenceran sehingga didapatkan
dianggap berbeda signifikan jika nilai kadar ND ± 25 ppm. Kadar ND ditentukan
p<0,05 dan tidak signifikan jika nilai dengan cara mengukur serapan larutan ND
p>0,05. Untuk uji pelepasan, yang diuji dengan spektrofotometer dan
adalah pelepasan ND pada t 3 jam dan t 6 membandingkannya dengan kurva baku.
jam (Rani dan Mishra, 2004). Hasil penentuan kadar ND dalam matrik F1,
F2, F3 dan F4 dapat dilihat pada Tabel 6.
HASIL PENELITIAN
Hasil Pembuatan Matrik F1, F2, F3 dan Hasil Pengujian Pelepasan ND dari
F4 Matrik
Matrik dibuat dengan metode dispersi Hasil Profil pengujian pelepasan ND
solida. Jumlah masing – masing bahan yang dari matrik ditentukan secara in vitro dengan
ditimbang dapat dilihat pada Tabel 2. uji disolusi menggunakan media dapar fosfat
pH 6,8 selama 8 jam.
Hasil Penentuan Distribusi Ukuran
Matrik Hasil Pembuatan Kurva Baku ND dalam
Penentuan distribusi ukuran matrik Dapar Fosfat pH 6,8
dilakukan dengan menggunakan alat sieve Kurva baku ND dalam dapar fosfat
shaker. Hasil penentuan distribusi ukuran pH 6,8 dibuat dengan mengukur serapan
matrik F1, F2, F3 dan F4 dapat dilihat pada suatu seri pengenceran larutan ND dalam
Tabel 3 dan Gambar 1. dapar fosfat pH 6,8. Hasil pengukuran
serapan suatu seri larutan ND dan
Hasil Penentuan Kadar Lembab Matrik pembuatan kurva baku ND dalam dapar
Penentuan kadar lembab matrik fosfat pH 6,8 dapat dilihat pada Tabel 7.
dilakukan dengan alat Ohaus MB200. Hasil
penentuan kadar lembab dapat dilihat pada Hasil Uji Pelepasan ND dari Matrik
Tabel 4. Hasil uji pelepasan dari matrik F1,
F2, F3 dan F4 dapat dilihat pada Tabel 8
Hasil Pembuatan Kurva Baku ND dalam dan Gambar 2.
Etanol 96%
Pembuatan kurva baku ND dalam Hasil Analisis Pelepasan ND dari Matrik
etanol 96% dilakukan dengan cara Hasil analisis kesesuaian pelepasan ND
mengukur serapan beberapa larutan ND dengan persyaratan pelepasan matrik. Hasil
dalam etanol 96% yang memiliki kadar yang analisis kesesuaian pelepasan ND dengan
berbeda (suatu seri pengenceran). Hasil
persyaratan pelepasan matrik dapat dilihat lembab, uji kandungan ND dalam matrik dan
pada Tabel 9. uji pelepasan ND.
Dilakukan pula uji kadar lembab
PEMBAHASAN matrik pada masing-masing formula F1, F2,
Dalam penelitian yang ber sifat F3 dan F4. Dimana, kadar lembab matrik
eksperimental laboratoris ini, dilakukan di tentukan dengan range antara 2% sampai
pengembangan matrik lepas lambat berbasis 4%. Hasil penentuan kadar lembab matrik
untuk formula F1, F2, F3 dan F4 masing –
masing adalah 1,47% ± 0,08, 1,53 ± 0,08
EC dan PVP K30 menggunakan teknik %, 1,67 ± 0,07 %, 2,2 ± 0,0 %. Dari hasil
dispersi solida dengan model obat natrium penelitian didapatkan bahwa F4 merupakan
diklofenak. Disusun formula lepas lambat formula yang memenuhi persyaratan uji
ND – EC dengan perbandingan 1:3 dan kadar lembab. Hal ini dikarenakan jumlah
dilakukan penambahan dengan PVP K30 PVP K30 yang lebih banyak dibandingkan
yang bertujuan untuk meningkatkan dengan formula lainnya. Pengaruh dari
kekerasan matrik sehingga sifat pelepasan penambahan PVP yang besar
dari matrik memenuhi persyaratan sediaan mengakibatkan kadar lembab F4 paling
lepas lambat. Kadar PVP K30 yang tinggi, hal ini karena PVP bersifat
ditambahkan pada masing-masing formula higroskopis sehingga menyerap air dari
berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar udara dilingkungan sekitar. Sedangkan
didapatkan formula yang paling baik untuk untuk F1, F2 dan F3 tidak memenuhi
sistem lepas lambat. persyaratan, hal ini bisa diakibatkan karena
Proses pembuatan matrik dilakukan terlalu lama dilakukan penguapan pelarut
dengan menggunakan metode dispersi di oven. Sehingga kadar air yang terdapat
solida. Dalam metode ini, pembuatan matrik didalam matrik terlalu sedikit.
dilakukan dengan cara penguapan pelarut Berdasarkan hasil penentuan kadar
dan pelarut yang digunakan adalah etanol ND matrik maka didapatkan % recovery ND
96%. Penguapan pelarut ini dibantu dengan untuk matrik F1, F2, F3 dan F4 berturut-
oven, agar etanol yang terjebak dalam matrik turut adalah 146,183% ± 0,05; 107,211%
ikut menguap semua. Teknik pembuatan ± 0,02; 118,252% ± 0,05; 101,169% ± 0,06.
matrik memegang peranan penting didalam Setelah diketahui % recovery masing –
proses pelepasan ND sebagai model obat masing formula maka didapatkan rata-rata
karena mengatur laju pelepasan ND dari matrik yang ditimbang untuk pengujian
matrik. Teknik pembuatan matrik yang pelepasan matrik dengan dosis ND 100 mg
berbeda akan dapat menghasilkan pelepasan untuk tiap formula.
ND yang berbeda pula. Oleh karena itu Selanjutnya dilakukan uji pelepasan
perlakuan antar formula didalam proses matrik F1, F2, F3 dan F4 secara in vitro
pembuatan harus benar-benar sama. Matrik dengan uji disolusi dalam media dapar fosfat
yang telah terbentuk akan melewati beberapa pH 6,8. Jumlah ND yang dilepaskan dari
proses pengujian sebelum dilakukan uji matrik ditentukan pada waktu ½, 1, 2, 3, 4,
pelepasan ND. Pengujian yang dilakukan 6 dan 8 jam. Uji pelepasan matrik
yaitu uji distribusi ukuran matrik, uji kadar menggunakan dapar pH 6,8 ini bertujuan
untuk melihat mekanisme pelepasan dan
profil pelepasan ND dari matrik, dimana melepaskan bahan obat dalam media
media dapar fosfat tersebut dikondisikan disolusi. Karena PVP K30 selain memiliki
sebagai kondisi fisiologis cairan usus dari sifat higroskopis juga bersifat hidrofilik,
tubuh. dimana dalam kadar yang besar akan lebih
Persyaratan uji disolusi yang mudah berinteraksi dengan media disolusi.
dilakukan mengacu pada PG Welling (1997) Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
yaitu persen bahan obat terlarut pada waktu yang didapat.
– waktu tertentu. Berdasarkan kriteria Dari data yang dihasilkan matrik F1
tersebut dapat diketahui formula yang tidak memberikan penghambatan yang
memberikan pelepasan total yang ideal untuk sesuai untuk suatu sediaan lepas lambat.
matrik lepas lambat. Analisis kesesuaian Pelepasan ND pada t 3 jam dan t 6 jam
pelepasan masing- masing formula untuk berturut – turut adalah 63,636 ± 0,03% dan
matrik lepas lambat ditentukan dengan 77,465 ± 0,05%. Hal ini dikarenakan pada
menggunakan ketentuan dari Banakar formula F1 tidak ada penambahan PVP
(1992), yaitu jumlah obat yang dilepaskan K30, sehingga terjadinya interaksi antara
berturut-turut pada t 3 jam dan t 6 jam media disolusi dengan ND sangat cepat. EC
adalah 20 – 50% dan 45 – 75%. sebagai basis tunggal dari matrik F1,
Hasil yang didapatkan pada walaupun bersifat hidrofobik tetapi masih
pengujian disolusi dalam dapar fosfat pH mampu berinteraksi dengan air karena
6,8 menunjukkan bahwa semakin besar adanya gugus hidroksi yang tidak
kadar PVP K30 yang ditambahkan pada tiap tersubtitusi. Sehingga EC tidak dapat
– tiap formula, maka semakin besar pula memberikan hambatan yang baik terhadap
pelepasan ND dari matrik. Hal ini masuknya media kedalam matrik dan
dikarenakan PVP K30 bersifat higroskopis mengakibatkan ND terlepas segera dari
yang akan meningkatkan kekerasan matrik matrik.
setelah jangka waktu tertentu. Tetapi Hasil yang didapatkan dari formula
walaupun PVP K30 dapat meningkatkan F2 juga tidak memberikan penghambatan
kekerasan matrik, PVP K30 juga mudah yang baik untuk sediaan lepas lambat.
Pelepasan ND pada t 3 jam dan t 6 jam yang ditambahkan pada masing – masing
berturut-turut adalah 21,912 ± 0,03 % dan formula maka proses difusi ND dari matrik
29,625 ± 0,04%. Dimana untuk t 3 jam akan semakin besar pula.
masuk kedalam rentang yang dipersyaratkan Dari hasil uji pelepasan ND dalam
20 – 50%, tetapi untuk t 6 jam tidak masuk matrik F1, F2, F3 dan F4, formula F3 dipilih
kedalam rentang yang dipersyaratkan 45 – sebagai formula yang dapat dikembangkan
75%. Hal ini dikarenakan penambahan PVP untuk menjadi formula lepas lambat.
K30 dalam jumlah yang sedikit, sehingga Pemilihan ini didasarkan atas sifat
PVP K30 tidak mampu memberikan pori – penghambatan F3 lebih besar dari pada F1
pori yang cukup bagi media untuk dan F2 dan profil pelepasan F3 lebih baik
berpenetrasi kedalam matrik EC yang dari pada F4.
menghambat pelepasan ND pada t 6 jam. Hasil uji anova untuk uji kadar
Untuk formula F3 memberikan lembab matrik pada F1, F2, F3 dan F4
penghambatan yang sesuai untuk sediaan menunjukkan bahwa hanya pada F4 yang
lepas lambat. Pelepasan ND pada t 3 jam memberikan hasil berbeda bermakna
dan t 6 jam berturut-turut adalah 34,163 ± terhadap F1, F2 dan F3 (p<0,05).
0,07% dan 45,701 ± 0,07%. Hal ini sesuai Sedangkan untuk F1, F2 dan F3 memberikan
dengan rentang penghambatan yang hasil tidak berbeda secara bermakna. Hal
dipersyaratkan. Dari hasil yang didapat ini dapat dilihat bahwa hasil uji kadar
diketahui bahwa EC yang dikombinasi lembab dari ketiga formula tersebut tidak
dengan PVP dapat menurunkan relaksasi EC berbeda jauh.
didalam sistem matrik yang mengakibatkan
disintegrasi matrik pada uji disolusi tidak DAFTAR PUSTAKA
terjadi. Kar ena itulah PVP mampu
menghambat pelepasan ND dari matrik
Agrawal,A.M., Manek,R.V., Kolling,W.M.,
dengan baik. Hasil yang sama didapatkan
Neau, S.H., 2003. Studies on the
oleh Wicaksono (2005), dimana PVP yang
Inter action of Water with
terdapat didalam matrik akan meningkatkan
Ethylcellulose : Effect of Polymer
kekerasan matrik sehingga porositas matrik
Particle Size. Pharm Sci Tech 4 (4)
menurun.
article 60.
Sedangkan untuk formula F4, tidak
dapat memberikan penghambatan yang baik. Banakar, U.V., 1992. Pharmaceutical
Hal ini dikarenakan pelepasan ND pada t 3 Disslution Testing, Marcel Dekker
jam dan t 6 jam berturut – turut adalah Inc. New York, p.322
52,008 ± 0,02 dan 60,482 ± 0,05%, karena Bravo A.S, Lamas M.C, Salomon J.C.,
keberadaan PVP K30 yang bersifat 2002. In Vitro Studies Of Dichlofenac
hidrofilik akan meningkatkan penetrasi Sodium Controlled Release From
media disolusi kedalam matrik. Penambahan Biopolymeric Hydrophilic Matrices.
PVP K30 dengan konsentrasi 20% juga J Pharm Sci. p.215.
dapat membuat hambatan matrik EC rusak.
Iqbal,Z., Babar,A., Ashraf,M., 2002.
Peristiwa ini dapat diketahui dengan tingkat
Controlled Release Naproxen Using
pelepasan ND dari matrik yang tinggi.
Micronized Ethylcellulose by Wet-
Sehingga, semakin besar kadar PVP K30
granulation and Solid-Dispersion
(Abstract). Drug Dev and Ind Pharm,
Volume 28.

Rani,M., Mishra,B.,2004. Comparative In


Vitro and In Vivo Evaluation of
Matrix, Osmotic Matrix, and Osmotic
Pump Tablets for Controlled Delivery
of Diclofenac Sodium. Pharm Sci
Tech 5(4) article 71.

Reddy, K.R., Mutalik,S., Reedy, S., 2003.


Once – Daily Sustained – Release
Matr ix Tablet of Nicorandil :
Formulation and In Vitro Evaluation.
Pharm Sci Tech 4 (4).
Sadeghi, F., Garekani, H.A., M.K., 1996.
Modern Pharmaceutics : Tablet
Dosage Forms, Marcel Dekker Inc.
New York.
Welling,P.G., 1997. Phrmanacokinetics:
Processes, Mathematics, and
Applications. 2"edition,Washington
DC. p83.
Wicaksono, Yudi., 2005. Pengembangan
Sediaan Lepas Lambat Na
Diklofenak Berbasis Matrik Etil
selulosa - PVP K30, Tidak
Dipublikasikan. Tesis. Universitas
Airlangga, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai