Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI MODEL SELF CARE PADA USIA LANJUT HIPERTENSI

Minarti, M.Kep, Sp.Kom


Prodi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya
Abstrak
Hipertensi merupakan penyakit yang menempati urutan ke 5 (lima) dari penyakit yang menyebabkan
kematian di dunia dan membuka peluang 12 kali lebih besar bagi penderitanya untuk terserang stroke, 6
kali lebih besar untuk serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal
jantung Kejadian hipertensi di Indonesia, teridentifikasi 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan negara
maju. Kondisi ini memerlukan pelaksanaan pelayanan khususnya keperawatan yang terkait dengan
pelayanan asuhan keperawatan Hipertensi. Salah satu landasan berpikir landasan berfikir dalam
memberikan solusi terhadap masalah tersbut adalah model konseptual self care. Model ini terdiri dari
tiga bentuk hubungan yaitu self care, self care defisit dan nursing system yang bertujuan agar individu
yang menderita hipertensi mampu mandiri secara bertahap dalam mengelola penyakitnya. Tingkat
kemampuan perawatan pada individu dengan hipertensi, terdapat tiga klasifikasi yang meliputi: 1)
Wholly compensatory nursing system. Sistem keperawatan ini diperlukan jika individu hipertensi yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Wholly compensatory nursing system
diberikan kepada individu dengan tingkat ketergantungan yang tinggi, yaitu yang tidak mampu
melakukan berbagai aktivitas akibat adanya komplikasi dari penyakit hipertensi, misalnya stroke; 2)
Partly compensatory nursing system. Sistem ini adalah untuk situasi dimana perawat dan individu serta
keluarga bersama – sama melakukan tindakan keperawatan agar mampu melakukan pengelolaan
terhadap penyakit hipertensi. 3) Supportive educative nursing system. Pada situasi ini individu telah
mampu dan dapat belajar untuk melakukan perawatan diri secara mandiri (therapeutic self care) tetapi
masih memerlukan bantuan.
Key word: Usia lanjut, Hipertensi, Model Self care
Pendahuluan
Pertambahan penduduk usia lanjut dan peningkatan usia harapan hidup memberikan dampak yaitu
terjadinya peningkatan penyakit pada usia lanjut akibat degeneratif atau penyakit tidak menular, salah
satunya adalah hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang menempati urutan ke 5 (lima) dari
penyakit yang menyebabkan kematian di dunia dan membuka peluang 12 kali lebih besar bagi
penderitanya untuk terserang stroke, 6 kali lebih besar untuk serangan jantung, serta 5 kali lebih besar
kemungkinan meninggal karena gagal jantung (Sustrani; Alam; & Hadibroto, 2004). Kejadian hipertensi
di Indonesia, teridentifikasi 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan negara maju (Wiryanto, 2004).

Pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas yang terkait dengan usia lanjut yang menderita
hipertensi mempunyai sifat yang berkelanjutan bukan bersifat episodik, sehingga memerlukan
keterlibatan di berbagai tatanan mulai dari individu, keluarga, masyarakat bahkan tingkat institusi
(Schubert & Thomas, 1999). Oleh karena itu diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor
sehingga masyarakat mampu secara mandiri dalam mencegah dan mengatasi penyakit hipertensi
khususnya pada usia lanjut.
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada usia lanjut dengan hipertensi perlu memiliki
landasan berfikir dalam memberikan solusi terhadap masalah usia lanjut dengan hipertensi (Andrew &
Boyle, 1995). Salah satu model konseptual keperawatan yang berfokus terhadap analisis kemandirian
untuk usia lanjut dengan hipertensi adalah model konseptual self care (Orem, 1991). Model konseptual
tersebut mempunyai pandangan bahwa keperawatan diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan
perawatan diri bagi individu, keluarga dan masyarakat yang tidak mampu melakukannya, yang dapat
diintervensi sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan penyakitnya.
Aplikasi Model Self Care
Asuhan keperawatan komunitas pada agregat usia lanjut dengan hipertensi dilakukan melalui
pendekatan proses keperawatan dengan mengunakan framework atau model konseptual keperawatan
self care. Model konseptual self care tersebut berfokus terhadap analisis kemandirian untuk usia lanjut
dengan hipertensi. Model konseptual keperawatan self care mempunyai pandangan bahwa
keperawatan diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan perawatan diri bagi individu, keluarga dan
masyarakat yang tidak mampu melakukannya (Orem, 2001).
Perawat membantu usia lanjut dengan hipertensi untuk mempertahankan kebutuhan perawatan diri
dengan memberikan bimbingan, pengarahan, dan ketrampilan secara individual maupun kelompok
sehingga usia lanjut yang menderita hipertensi mampu mandiri secara bertahap dalam mengelola
penyakitnya. Perawat komunitas mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan status
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Anderson, 2000).
Model Self Care
Hubungan self care dan tingkat keperawatan self care pada usia lanjut dengan hipertensi berdasarkan
model konseptual keperawatan menurut Orem (2001). Model ini terdiri dari tiga bentuk hubungan yaitu
self care, self care defisit dan nursing system.
Self care
Self care adalah kegiatan praktik yang diprakarsai oleh usia lanjut dan dilakukan untuk memelihara
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Orang sakit dan orang yang mengalami ketidakmampuan
memerlukan bantuan keperawatan secara penuh atau sebagian dalam melakukan aktivitas self care. Self
care berhubungan dengan self care agency dan therapeutic self care demand. Self care agency adalah
kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri selama proses kehidupan, mempertahankan atau
meningkatkan integritas struktur, fungsi dan perkembangan tubuh serta meningkatkan kesejahteraan.
Self care agency pada usia lanjut dengan hipertensi adalah kemampuan untuk merawat diri sendiri
sesuai kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan sehari – harinya. Self care agency berkaitan dengan
kekuatan individu untuk melakukan perawatan mandiri.

Therapeutic self care demand adalah keseluruhan tindakan self care yang harus dilakukan oleh usia
lanjut dengan hipertensi untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Terdapat tiga kategori dalam
pemenuhan kebutuhan perawatan diri pada usia lanjut dengan hipertensi meliputi:
1) Universal self care requisites.
Terdapat delapan kebutuhan self care pada manusia yaitu : pemeliharaan keseimbangan pemasukan
udara, pemeliharaan keseimbangan pemasukan air, pemeliharaan keseimbangan dalam pemasukan
nutrisi, pengeluaran melalui proses eliminasi, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, pemenuhan
interaksi dengan keluarga dan interaksi sosial, pencegahan pencemaran dari kehidupan manusia, fungsi
manusia dan kesejahteraan manusia, serta peningkatan fungsi dan perkembangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensi, keterbatasan dan keinginan manusia agar tetap normal.
Kebutuhan self care dapat dijabarkan bahwa secara umum kebutuhan pada usia lanjut dengan
hipertensi adalah menghadapi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dalam pemeliharaan
keseimbangan dalam pemasukan nutrisi yaitu berkaitan dengan diet makanan yang harus dilakukan oleh
usia lanjut.
2) Developmental self care requisites
Perkembangan manusia terdiri dari dimensi psikis termasuk kognitif dan afektif serta dimensi personal
yang ditunjukkan dengan karakter pribadi dan kesehatan mental. Kebutuhan dalam perawatan diri
sesuai dengan proses perkembangan dan kematangan seseorang untuk menuju fungsi yang optimal dan
mencegah kondisi yang dapat menghambat perkembangan dan kematangan serta penyesuaian diri.
Setiap individu selama siklus hidupnya mengalami berbagai tahap perkembangan. Melalui tahapan
perkembangan ini menjadikan individu berkembang kearah kematangan. Hipertensi pada usia lanjut
dapat disebabkan karena menurunnya fungsi tubuh akibat dari proses degeneratif. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh peningkatan stres serta pola makan yang tidak sehat.
3) Health deviation self care requisites
Kebutuhan ini berkaitan dengan penyimpangan status kesehatan yang terjadi pada usia lanjut dengan
hipertensi yang dapat menurunkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tindakan pencegahan dan
pengobatan secara mandiri. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pada usia lanjut dengan hipertensi
diakibatkan karena adanya berbagai masalah yang meliputi risiko ketidakadekuatan perfusi jaringan
serebral (Smeltzer & Bare, 2004; Hudak & Gallo, 1994). Dari permasalahan tersebut, maka terdapat
enam kategori kebutuhan untuk membantu usia lanjut dengan hipertensi agar mampu mengatasi
penyimpangan kesehatan yang dialami yaitu :
a) Mencari pengobatan yang tepat dan aman
Usia lanjut dengan hipertensi dan keluarga berupaya mencari pengobatan yang tepat dan aman ke
tempat pelayanan kesehatan baik rumah sakit, Puskesmas, klinik atau Posbindu sehingga usia lanjut dan
keluarga dapat memperoleh pengetahuan tentang pengelolaan penyakit hipertensi.
b) Menyadari efek dari patologi penyakit
Usia lanjut dan keluarga perlu menyadari dampak yang terjadi pada penyakit hipertensi, sehingga dapat
mengambil suatu keputusan yang positif dalam melakukan perawatan.
c) Memilih prosedur diagnostik, terapi dan rehabilitatif secara efektif.
Usia lanjut dan keluarga mempunyai kesempatan untuk menentukan hal yang terbaik bagi kesembuhan
penyakitnya. Berbagai upaya dapat dilakukan mulai dari pengobatan dari dokter maupun pengobatan
yang tradisional atau alamiah untuk mengendalikan tekanan darah usia lanjut.
d) Menyadari dan memahami efek dari pengobatan dan ketidaknyamanan

Pengobatan untuk usia lanjut dengan hipertensi merupakan pengobatan seumur hidup dan
membutuhkan kepatuhan dalam melaksanakan terapi, sehingga perlu kesadaran dari dan keluarga
bahwa pengobatan yang dilakukan dapat menimbulkan berbagai efek dan akan merasakan
ketidaknyamanan.
e) Memodifikasi konsep diri dalam menerima status kesehatan
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut dengan hipertensi dapat mengakibatkan suatu krisis konsep diri,
oleh karena itu usia lanjut memerlukan sumber pendukung untuk membantu mempelajari cara baru
agar dapat mengatasi dan berespon terhadap situasi yang dihadapi, sehingga dapat mempertahankan
konsep diri yang positif (Potter & Pery, 1997).
f) Belajar hidup dengan keterbatasan sebagai dampak dari kondisi patologis
Adanya situasi yang baru, akan mengalami proses belajar secara self directed, yaitu akan berusaha
beradaptasi dengan keterbatasannya. Bantuan yang dapat diberikan oleh perawat berupa pengarahan
dan bimbingan (Suliha, Herawani, Sumiati, & Resnayati, 2002).
Self care defisit
Self care defisit merujuk pada hubungan antara self care agency dan therapeutic self care demand dari
individu mengenai kemampuan self care akibat dari adanya keterbatasan, ketidakmampuan dalam
memenuhi beberapa atau semua komponen therapeutic self care demand. Teori ini merupakan inti dari
teori Orem dalam keperawatan sebab menggambarkan kapan perawatan dibutuhkan oleh seseorang.
Keperawatan dibutuhkan ketika seseorang mengalami ketidakmampuan atau keterbatasan dalam
memenuhi perawatan diri yang berkaitan dengan pengelolaan hipertensi.
Nursing System
Nursing System yang didesain oleh perawat berdasarkan pada kebutuhan pengelolaan terhadap
penyakit hipertensi pada usia lanjut. Apabila terdapat ketidakmampuan atau kekurangan dalam
melakukan perawatan terhadap pengelolaan penyakit hipertensi maka akan terjadi self care deficit
berarti ada kesenjangan antara kemampuan individu dalam, melakukan perawatan diri (self care
agency) dengan apa yang dibutuhkan agar dapat berfungsi secara optimal (self care demand), sehingga
perawatan diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai