Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Pembimbing Akademik: Ns. Dwi Susilawati, S.Kep., M.Kep., Sp. Mat

Oleh :
EVA C.A.PANGGABEAN
22020119210010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXIV


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Jurnal 1
1. Informasi Sitasi
a. Pengarang : Slimani Olfa, Nabil Mathlouthi, Imen Znagui,
Moez Attia, Riadh Ben temime, Tahar Makhlouf and Leila Atti
b. Tahun : 2017
c. Judul Artikel : Laparoscopic Management of Large Benign
Ovarian Cysts
d. Penerbit/ Nama Jurnal: Department of Gynaecology and Obstetrics,
Charles Nicolle Teaching Hospital, El-Manar University-Tunis, Tunisia
e. Volume :5
f. Issue (No) :4
g. Halaman : 1-3
2. Latar Belakang
Laparoskopi adalah teknik bedah untuk kista ovarium dan
dilakukan dengan anestesi umum. Laparoskopi adalah sebuah prosedur
pembedahan minimal/invasive dengan memasukkan gas CO2 ke dalam
rongga peritoneum untuk membuat ruang antara dinding depan perut dan
organ viscera sehingga memberikan akses endoskopi ke dalam
peritoneum. Kista ovarium jinak adalah salah satu penyebab paling umum
dari pembedahan di ginekologi. Tindakan laparoskopi dari kista ovarium
jinak besar merupakan tantangan bagi ahli bedah. Bahkan, hal itu
menimbulkan banyak masalah mengenai sifat kista dalam kasus
keganasan, dimuali dari teknis, lokasi trocars, risiko pecahnya kista jika
dimobilisasi . Keunggulan laparoskopi meningkatkan kualitas hidup
setelah operasi dengan sedikit rasa sakit dan dengan mengurangi risiko
perlengketan pasca operasi yang mengoptimalkan hasil kesuburan pada
wanita usia subur.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui managemen
laparoskopi pada kista ovarium.
4. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana managemen laparoskop pada kista ovarium ?
5. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu a prospective study.
6. Metodologi Penelitian
a. Lokasi Penelitian : Di department of Gynecology and Obstetrics "A" at
Charles Nicolle’s hospital.
b. Karakteristik Responden:
- Diameter kista maksimum lebih dari 10cm dan kurang dari 20 cm
- Tanda-tanda USG kista jinak seperti : kista unilokular, dinding
tipis
- CA 125<30 UI/I
- Tidak ada indikasi terhadap laparoskopi seperti gagal napas/gagal
jantung
- Menandatangai persetujuan pasien dilakukan laparoskopi
c. Jumlah Responden : 42 pasien
d. Teknik Sampling : -
e. Variable yang diukur: Karakteristi secara umum adalah BMI,
keseimbangan, nyeri panggul, lingkar perut meningkat, ukuran kista,
menopause, pra-menopause
f. Prosedur Tindakan :
Sebelum dilakukan tindakan laparoskopi semua pasien memiliki
persiapan khusus sebelum operasi dilakukan dan diberikan antibiotic
prophylaxis sebelum intervensi dilakukan dan dicek apakah ada alergi
pada pasien tersebut. Laparoskopi dilakukan dengan anestesi umum
dan dilakukan oleh dokter yang sudah berpengalaman dengan teknik
yang sama. Track vagina dipasang, untuk membantu memobilisasi
uterus selama prosedur. Semua pasien mengalami tusukan primer
kista. Operasi dilakukan dengan tekanan pneumoperitoneum antara
12-15 mmHg. Langkah pertama yang dilakukan untuk tindakan
laparoskopi adalah mengeskplorasi rongga perut dan panggul untuk
asites, lesi peritoneum, dan penampilan apendiks. Jika ada lesi yang
mecurigakan dalam kista seperti kelainan perut atau panggul
diperlukan pengecekkan kembali. Jika penampilan kisat diyakinkan,
pertama yang dilakukan adalah tusukan kista kemudia menyelesaikan
eksplorasi dan kistektomi panggul atau adneksektomi.Pada kasus
kistektomi tidak ada dilakukan jahitan dalam ovarium
g. Reliabilitas dan Validitas Instrumen yang digunakan: -
h. Uji statistik yang digunakan: : -
7. Hasil Penelitian
Delapan pasien menjalani laparoskopi darurat karena dugaan
torsi adneksa. Eksplorasi laparoskopi menunjukkan kista ovarium kanan
pada 63% kasus dan kista ovarium kiri pada 35% pasien tanpa vegetasi
ekstra-kistik. Sistektomi dilakukan pada 42% dan adneksektomi pada
semua kasus lainnya. Adnexectomy bilateral dilakukan pada 25% kasus.
Diperlukan laparokonversi pada 32,7% kasus. Tidak ada komplikasi
vaskular, pencernaan atau infeksi yang diamati. Durasi rata-rata dari
prosedur operasi adalah 115 menit. Pasien menginap di rumah sakit rata-
rata adalah 3 hari. Pemeriksaan patologis dari spesimen bedah
menunjukkan sistadenoma serosa pada 33 kasus.
8. Implikasi Hasil Penelitian
Tindakan laparoskopi sangat diperlukan untuk wanita dengan kista
ovarium.
9. Kekuatan Penelitian : -
10. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak menjelaskan secara lengkap prosedur
laparaskopi untuk pasien dengan kista ovarium dan hanya menjelaskan
hasil dari tindakan tersebut.
11. Kesimpulan
Laparoskopi adalah pilihan pertama yang aman dan tindakan
yang tepat untuk kista ovarium jinak besar daripada tindakan laparotomy,
sebelum melakukan tindakan laroskopi sebaiknya memperhatikan kriteria
kondisi pasien terutama berdasarkan CA 125 dan hasil USG dari kista
tersebut.
Jurnal 2
1. Informasi Sitasi
a. Pengarang : C. Itoua, R. M. Locko-Mafouta, G. F.
Otianbanda, F. M. Mitsomoy, P. S. Koko And L. H. Ilok
b. Tahun : 2015
c. Judul Artikel : Laparoscopic Surgery Of Ovarian Cyst In
Comparison With Laparotomy At University Hospital Of Brazzaville
d. Penerbit/ Nama Jurnal: East african MEdical Journal
e. Volume :-
f. Issue (No) :-
g. Halaman : 305-307
2. Latar Belakang
Operasi laparoskopi adalah satu tindakan yang dipilih tenaga medis
untuk kasus kista ovarium. Tindakan ini juga merupakan tindakan yang
dipilih dan prioritas khususnya di Negara maju seperti Prancis. Tindakan
laparoskopi merupakan tindakan yang memiliki signifikan yang lebih dari
tindakan laparatomi dan tindakan laparoskopi lebih banyak manfaatnya.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifnya operasi
laparoskopi pada kasus kista ovarium di UHB.
4. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana efektivitas laparaskopi dan laparatomi ?
5. Desain Penelitian
Retrospective comparative study
6. Metodologi Penelitian
a. Lokasi Penelitian : SVMCH dan RC, Ariyur, Pondicherry
b. Karakteristik Responden: : Semua pasien dioperasi di UHB dengan
diagnosa kista ovarium.
c. Jumlah Responden : -
d. Teknik Sampling :
Teknik yang dilakukan adalah studi perbandingan dengan
pengumpulan data yang transversal. Sampel terdiri dari pasien kista
ovarium dan dibagi menajdi 2 kelompok yaitu laparoskopi dan
laparotomy. Dalam operasi laparoskopi: sebelum dilakukan jarum
pneumoperitoneum VERESS menutup perut setelah uji keamanan, atau
Buka laparoskopi. Yang diikuti oleh pengenalan trocar (Optical 10mm
penambahan trocar umbilical, trocar operasi 10mm dan di atas
kemaluan dan 5mm di fossa iliaka kiri). Satu kemudian melanjutkan ke
pengiriman loop usus dengan forsep atraumatic, yang sebelum
mengeksplorasi rongga perut-panggul. Dua prosedur operasi yang
dilakukan mungkinadalah kistektomi intraperitoneal (kista di bawah 10
cm), melalui sayatan dan detasemen peritoneum yang memungkinkan
pelepasan kista, diikuti oleh tusukan dan ekstraksi oleh pubik trocar di
atas 10 mm atau kistektomi transparietal ketika kista berukuran besar
dari 10 cm, ini dengan menusuk kista, diikuti dengan
mengeksternalisasi dinding setelah ekspansi pada 3-4 cm dari port
trocar 10 mm, dan diakhiri oleh enukleasi dan pengangkatan shell.
Dalam laparotomi: Ini melakukan sayatan kulit menggunakan teknik
Pfannestiel atau Mouchel diikuti dengan eksplorasi rongga perut-
panggul dan kemudian untuk melakukan prosedur bedah.
e. Variable yang diukur: Karakteristik umum (usia, paritas, riwayat
indikasi), per parameter operasi (jenis anestesi, pendarahan, bahan
habis pakai yang digunakan, dan durasi operasi dalam hitungan menit),
parameter pasca operasi (rasa sakit dalam skala verbal, total lama
tinggal) dan biaya tindakan.
f. Prosedur Tindakan : Penilaian kualitas diperiksa oleh sistem bintang
sembilan berdasarkan metode skala Newcastle-Ottawa (Ofek Shlomai,
Rao, & Patole, 2015), dan skor total ≥7 (skor maksimum 9)
menunjukkan kualitas tinggi. OR yang dikumpulkan dihitung
menggunakan invers-variance weighted dari logaritma OR dengan 95%
CI untuk menilai hubungan stres psikologis kronis dengan risiko UF.
Mempertimbangkan kemungkinan tinggi varians antara-studi yang
disebabkan oleh desain penelitian yang berbeda dan kualitas studi,
model efek-acak DerSimonian dan Laird digunakan untuk
menggabungkan studi-spesifik OR (95% CI; DerSimonian & Laird,
1986).
g. Reliabilitas dan Validitas Instrumen yang digunakan: ear 3.1 software
data and informasti analisi pada Epi Info 3 .5.3.
h. Uji statistik yang digunakan: -
7. Hasil Penelitian
Operasi laparoskopi untuk kista ovarium mewakili 30,3% dari kasus yang
dioperasikan. Usia rata-rata pasien adalah 32,2 tahun versus 33 tahun
dalam laparoskopi hingga laparotomi. Tingkat rata-rata adalah serupa pada
kedua kelompok (1,78 ± 1,57 vs 2,17 ± 1,8; p> 0,05). Operasi yang paling
banyak adalah kistektomi intraperitoneal pada kedua kelompok, tanpa
perbedaan yang signifikan. Durasi rata-rata operasi berkurang dengan
tindakan laparoskopi (45,7 ± 17 menit vs 30 ± 7 menit, p <0,05); serta
rawat inap (4,2 ± 0,2 vs 1,5 ± 0,5; p <0, 05). Nyeri pasca operasi
diminimalkan dengan laparoskopi, secara signifikan mengurangi
penggunaan pembunuh rasa sakit. Biaya langsung rata-rata intervensi
dikurangi dengan laparoskopi (123 445 ± 46 berbanding 192 ± 78 (160
CFA franc) (p <0,05). Kelebihan dari tindakan laparoskkopi ini adalah
menghasilkan penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan
laparotomi
8. Implikasi Hasil Penelitian
Tindakan laparoskopi lebih signifika digunakan untuk kista ovarium.
9. Kekuatan Penelitian : -
10. Keterbatasan Penelitian : -
11. Kesimpulan
Tindakan laparoskopi secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan
laparatomi untuk pengobatan kista ovarium. Oleh karena itu, tindakan
laparoskopi menjadi prioritas yang dilakukan tenaga medis dan memiliki
manfaat untuk pasien
Jurnal 3
1. Informasi Sitasi
a. Pengarang : Vivek Patre, Abha Singh, Tripti Nagaria,
Renuka Gahine, Satya Bhuwan Singh Netam, Vibha Patre, Naresh
Vatwani
b. Tahun : 2015
c. Judul Artikel : Management of Simple Ovarian Cyst with
Ultrasonography Guided Aspiration and Sclerotherapy with
Tetracycline
d. Penerbit/ Nama Jurnal: International Journal of Scienti fi c Study
e. Volume :3
f. Issue (No) :8
g. Halaman : 24-27
2. Latar Belakang
Kista ovarium merupakan kumpulan cairan berdinding tipis
yang lebih besar dari 2-3 cm. Sebagian besar mengalami tanpa gejala dan
mengalami regresi secara spontan. Beberapa pasien memerlukan
perawatan dalam bentuk pil kontrasepsi oral. Jika komplikasi yang tidak
diobati seperti pecah, puntir, transformasi maligna dapat terjadi. Oleh
karena itu, diperlukan perawatan bedah atau sesuia intervensi yang
dianjurkan. Sampai saat ini, operasi dalam bentuk laparotomi atau
laparoskopi telah menjadi pilihan pertama. Namun, aspirasi kista yang
dipandu ultrasonografi sebagai pengobatan alternatif adalah proses yang
cepat dan bahkan mungkin menjadi prosedur pilihan dalam pengelolaan
kista ovarium. Pada kelompok wanita tertentu karena memiliki tingkat
kekambuhan yang rendah, risiko rendah, biaya lebih rendah dan dalam
kebanyakan kasus tidak ada rawat inap di rumah sakit. Bedah bahkan
dapat dianggap sebagai alasan selama perawatan karena sebagian besar
kista adalah jinak atau fungsional. Aspirasi kista tanpa penggunaan zat
sclerosing menghasilkan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi dan
karenanya penggunaan agen sclerosing, seperti tetrasiklin, metotreksat,
atau etanol, lebih dianjurkan. Berbagai penelitian telah mengevaluasi
kelayakan tetrasiklin sebagai agen sclerosing dengan hasil yang baik.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk untuk mengevaluasi efektivitas terapi aspirasi
dan skleroterapi dengan tetrasiklin kista ovarium.
4. Pertanyaan Penelitian
terapi yang lebih baik dengan harapan meningkatkan kualitas hidup dan
hasil uterus pada pasien ini.
5. Desain Penelitian : Prospective study
6. Metodologi Penelitian
a. Lokasi Penelitian : In the Department of Radio diagnosis, Pt. J. N. M.
Medical College, Raipur, India
b. Karakteristik Responden:
Kriteria inklusi:
- Unilokular
- Anechoic
- Ketebalan dinding (<5mm)
- Ukuran (>5,0 cm)
- Tanpa pemisahan
- Tanpa proyeksi papiler atau nodul mural
- Lama kista 2 bulan
Kriteria Eksklusi
- Kista multilokular
- Kista dengan pemisahan
- Kista ovarium yang mengalami poyeksi papielr atau nodul mural
- Ketebalan dinding kista >5mm
- Ukuran <5cm
- Hasil pertanda tumor (CA 125>35ml/U/1)
- Wanita hamil
- Wanita yang memiliki alergi terhadap tetrasiklin
c. Jumlah Responden : 70 wanita yang memiliki kista ovarium sederhana.
d. Teknik Sampling : -
e. Variabel yang diukur: Diagnosa pra operasi, diagnosis pasca operasi,
jenis opera yang dilakukan, pendarahan, lama tinggal di rumah sakit
f. Prosedur Tindakan :
Setelah semalam, pasien puasa dibawa sesuai prosedur.
Persiapan dilakukan anestesi lokal (xylocaine 2%) diinfiltrasi di tempat
tusukan. Jarum pungsi lumbal 18-gauge diarahkan di bawah bimbingan
sonografi menggunakan transduser 3,5 MHz (Prosound 4000, Aloka);
transabdominally ke kista ovarium tertusuk dengan teknik freehand. Isi
kista disedot. Isi yang disedot dikirim untuk pemeriksaan sitologi.
Kemudian, 5% tetrasiklin disuntikkan ke dalam rongga kista, yang
merupakan 10% dari volume yang disedot. Pasien dikelola berdasarkan
rawat jalan, dan semua wanita menerima analgesik dan antibiotik
setelah prosedur untuk jangka waktu 3 hari. Pasien disarankan untuk
melakukan kunjungan tindak lanjut rutin. Pemeriksaan ultrasonografi
dilakukan dua kali seminggu sampai tetrasiklin diserap, dan kemudian
setiap 3 bulan selama satu tahun untuk memeriksa kekambuhan. Kista
dianggap berulang jika diameternya lebih dari 5.0 cm.
g. Reliabilitas dan Validitas Instrumen yang digunakan: -
h. Uji statistik yang digunakan: -
7. Hasil Penelitian
Dari 70 wanita semuanya memiliki aspirasi serosa. Hasil
evaluasi sitologis menunjukkan lesi jinak. Pada tindak lanjut, 60 wanita
menunjukkan resolusi lengkap kista pada ultrasonografi. 10 wanita
menunjukkan kekambuhan pada berbagai interval yang kemudian
selanjutnya diangkat kembali. Pada tindak lanjut, tidak ada kekambuhan
yang tercatat pada mereka. Uji shows2 menunjukkan bahwa ukuran kista
memiliki hubungan yang signifikan (P = 0,01) dengan kekambuhan kista.
8. Implikasi Hasil Penelitian
Disarankan bahwa pasien memerlukan kontrol rutin untuk memeriksakan
kista ovarium dan melihat ada kekambuhan atau tidak dengan melihat
diameter dari kista tersebut.
9. Kekuatan Penelitian : -
10. Keterbatasan Penelitian : -

11. Kesimpulan
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa aspirasi kista ovarium
sederhana yang diikuti oleh skleroterapi tetrasiklin aman, layak dan efektif
dengan peluang kambuh minimal dan merupakan alternatif yang valid
untuk pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai