Disusun Oleh :
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NURTANIO
BANDUNG
2021
1. Penjelasan terkait tentang permasalahan terkini FIR ( Flight Information
Region)
Flight Information Region (FIR) merupakan wilayah udara yang dikuasai atau
dikelola oleh suatu negara dalam mengatur lalu lintas udara untuk mencegah
terjadinya kecelakaan penerbangan yang digunakan dalam keperluan operasi
penerbangan dan media ruang gerak yang didasarkan pertimbangan keselamatan
penerbangan.1 Pembagian FIR bertujuan untuk menjamin keamanan dan keselamatan
penerbangan yang ditetapkan oleh negara-negara yang tergabung dalam International
Civil Aviation Organization (ICAO). Tujuan dari konferensi penerbangan sipil ini
sendiri dijelaskan bahwa pertumbuhan penerbangan sipil yang akan datang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan persahabatan, memelihara perdamaian, dan saling
mengerti antarbangsa dan dapat mencegah perang dunia.1
Dalam aspek kedaulatan masalah navigasi udara adalah hal yang sangat
penting karena menyangkut kedaulatan suatu Negara. Meskipun FIR di Natuna
dikelola oleh Singapura, tetapi Singapura yang sering melakukan pelanggaran
kedaulatan akibat otoritasnya di wilayah tersebut. Pelanggaran kedaulatan yang
dimaksud seperti manuver-manuver pesawat militer Singapura yang dilakukan tanpa
izin Indonesia, yang lama-kelamaan dapat membahayakan keamanan Negara.
Kemudian dari aspek keamanan wilayah Kepentingan Indonesia dalam menjaga
wilayahnya tentu saja untuk mengantisipasi adanya gangguan asing terhadap wilayah
Indonesia. Seperti yang dijelaskan Chappy Hakim sebelumnya, bahwa pelanggaran
pesawat asing yang terjadi sejak 2015 hingga 2017 mengalami penurunan. Namun
pelanggaran yang ada tetap menjadi sinyal bahaya bagi wilayah NKRI sendiri. Serta
dari aspek ekonomi Indonesia tidak mengetahui pasti rincian penerimaan dari RANS
fee yang diberikan Singapura. Meskipun Singapura memberikan kompensasi kepada
Indonesia, tetapi jumlahnya tidak sebesar apabila Indonesia mengelola FIR secara
madiri untuk mengoperasikan wilayah udara tersebut. Namun pada tahun 2015,
Jokowi mengintruksikan Kementerian Luar Negeri dan Kementeraian Perhubungan
Indonesia untuk bisa segara mengambilalih FIR dalam kurun waktu 3 hingga 4 tahun.
Namun di tahun periode 2016-2019 Indonesia kembali gagal untuk menjadi Anggota
Dewan ICAO yang kelima kali nya, sehingga hal itu mempersulit Indonesia untuk
mengatur ruang udaranya, dibanding Singapura yang menjadi Anggota Dewan ICAO.
Indonesia melakukan berbagai upaya untuk dapat mengelola FIR di Natuna, salah
satunya dengan diplomasi bilateral. Diplomasi yang dilakukan antara Singapura,
Malaysia serta menjalin hubungan baik dengan ICAO. Setelah proses upaya
pengambilalihan FIR di Natuna, maka Indonesia semakin meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia dan teknologi untuk menyeimbangkan langkah diplomasi yang
dilakukan. Serta berdasarkan UU No 1 Tahun 2009, tentang Penerbangan dikatakan
bahwa pemerintah harus melakukan evaluasi paling lama 15 tahun untuk bisa
mengambil alih FIR di Natuna, yang berarti pada 2024 adalah waktu terakhir
Indonesia untuk dapat mengelola sendiri FIR di Natuna.
2
Widyargo ikoputra, (2021). Kerjasama dan Diplomasi Internasional Dalam Rangka Melindungi Kedaulatan
Negara di Ruang Udara Guna Mewujudkan TNI Angkatan Udara Yang Disegani di Kawasan. (Seminar, Markas
Besar Tni Angkatan Udara Sekolah Staf Dan Komando, 2021)
Sebagai catatan saja, selama ini wilayah udara kedaulatan Indonesia di
kawasan selat Malaka dan sekitar kepulauan Riau berada dibawah otoritas
penerbangan Singapura. Alasan yang selalu dikemukakan adalah karena air traffic di
sana sangat "crowded" dan bahwa otoritas penerbangan Indonesia belum mampu
mengendalikan International Air Traffic dengan standar International Aviation Safety.
Di tengah pandemi covid-19 yang telah menurunkan secara drastis jumlah air traffic
yang melintas, maka jumlah penerbangan dikawasan tersebut telah menjadi amat
sangat “sepi”. Kiranya sekarang ini adalah saat yang paling tepat bagi Indonesia
meningkatkan persahabatan dengan Singapura dalam kerangka hubungan
internasional yang bermartabat. Kita sudah harus segera menghentikan “permintaan
bantuan” kepada pihak Singapura dalam kegiatan pengaturan lalulintas udara di selat
Malaka dan kepulauan Riau.
Sebagai negara besar sudah sepantasnya Indonesia menganut kebijakan luar
negeri yang tidak selalu “memohon bantuan” dan juga tidak selalu “merepotkan”
sampai puluhan tahun negara lain yang jauh lebih kecil untuk mengerjakan sesuatu
yang kita sendiri sudah sangat mampu mengerjakannya. Indonesia harus senantiasa
menghormati negara-negara tetangga kita di kawasan. Lebih-lebih bagi satu kegiatan
yang secara hukum berada dibawah kekuasaan teritorial NKRI sendiri. Sebuah
kawasan yang merupakan bagian integral dari kekuatan nasional di udara atau
National Air Power.