Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GAGAL JANTUNG

PENGERTIAN
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat memompakan
cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan atau tanpa penyakit jantung.
Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan
irama jantung, atau ketidaksesuaian preload dan afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan
kematian pada pasien.2 Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal
jantung kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal jantung
kronis dekompensasi, serta gagal jantung kronis. Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat
untuk mempermudah dalam pengenalan dan penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi
tersebut antara lain pembagian berdasarkan Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut,
klasifikasi berdasarkan tampilan klinis yaitu klasifikasi Forrester, Stevenson dan NYHA.2
Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut, dengan
pembagian:
 Derajat I : tanpa gagal jantung
 Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus dibasal paru, S3 galop dan
peningkatan tekanan vena pulmonalis
 Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.
 Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik 90 mmHg)
dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis)

Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda kongesti dan
kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki basah,
refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau
square wave blood pressure pada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan berdasarkan
adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin
dan penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut basah (wet) yang tidak
disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak
disebut panas (warm). Berdasarkan hal tersebut penderta dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
 Kelas I (A) : kering dan hangat (dry – warm)
 Kelas II (B) : basah dan hangat (wet – warm)
 Kelas III (L) : kering dan dingin (dry – cold)
 Kelas IV (C) : basah dan dingin (wet – cold)

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gagal jantung pada keseluruhan populasi antara 2-30%. Angka prevalensi
meningkat tajam pada populasi usia 75 tahun sehingga prevalensi pada kelompok usia 70-80
tahun sekitar 10-20%. Empat puluh persen yang datang ke rumah sakit dengan diagnosis
gagal jantung, meninggal atau mendapat perawatinapan kembali dalam waktu satu tahun
pertama.
Secara epidemiologi cukup penting untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung, di
negaraberkembang penyakit arteri koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak
sedangkan di negara berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung
katup dan penyakit jantung akibat malnutrisi.
Secara garis besar penyebab gagal jantung dapat diklasifikasikan ke dalam enam kategori
utama: (1) abnormalitas miokardium, misalnya pada kehilangan miosit (infark miokard),
gangguan kontraksi (misal pada blok left bundle branch), lemahnya kontraksi (kardiomiopati,
kardiotoksisitas), disorientasi sel (misalnya hipertrofi kardiomiopati); (2) kegagalan terkait
beban kerja jantung yang berlebihan (misalnya hipertensi atau stenosis aorta); (3) kegagalan
terkait abnormalitas katup; (4) gangguan ritme jantung (takiaritmia); (5) abnormalitas
perikardium / efusi perikardium (tamponade jantung); dan (6) kelainan kongenital jantung.
Dikarenakan bentuk penyakit jantung apapun dapat mengakibatkan gagal jantung, maka tidak
ada mekanisme tunggal yang menyebabkan gagal jantung itu sendiri

ETIOLOGI
Penyakit jantung koroner pada Framingham Study dikatakan sebagai penyebab gagal jantung
pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok
juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung.
Selain itu berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga
dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung. Hipertensi telah
dibuktikan meningkat-kan risiko terjadinya gagal jantung pada beberapa penelitian.
Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme, termasuk
hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi ventrikel kiri
sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard, serta memudahkan
untuk terjadinya aritmia baik itu aritmia atrial maupun aritmia ventrikel. Ekokardiografi yang
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan perkembangan gagal jantung.
Kardiomiopati didefinisikan sebagai penyakit pada otot jantung yang bukan disebabkan oleh
penyakit koroner, hipertensi, maupun penyakit jantung kongenital, katup ataupun penyakit
pada perikardial. Kardiomiopati dibedakan menjadi empat kategori fungsional : dilatasi
(kongestif), hipertrofik, restriktif dan obliterasi. Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit
otot jantung dimana terjadi dilatasi abnormal pada ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi
ventrikel kanan. Penyebabnya antara lain miokarditis virus, penyakit pada jaringan ikat
seperti SLE, sindrom Churg-Strauss dan poliarteritis nodosa. Kardiomiopati hipertrofik dapat
merupakan penyakit keturunan (autosomal dominan) meski secara sporadik masih
memungkinkan. Ditandai dengan adanya kelainan pada serabut miokard dengan gambaran
khas hipertrofi septum yang asimetris yang berhubungan dengan obstruksi outflow aorta
(kardiomiopati hipertrofik obstruktif). Kardiomiopati restriktif ditandai dengan kekakuan
serta compliance ventrikel yang buruk, tidak membesar dan dihubungkan dengan kelainan
fungsi diastolic (relaksasi) yang menghambat pengisian ventrikel. Penyakit katup sering
disebabkan oleh penyakit jantung rematik, walaupun saat ini sudah mulai berkurang
kejadiannya di negara maju. Penyebab utama terjadinya gagal jantung adalah regurgitasi
mitral dan stenosis aorta. Regusitas mitral (dan regurgitasi aorta) menyebabkan kelebihan
beban volume (peningkatan preload) sedangkan stenosis aorta menimbulkan beban tekanan
(peningkatan afterload). Aritmia sering ditemukan pada pasien dengan gagal jantung dan
dihubungkan dengan kelainan struktural termasuk hipertofi ventrikel kiri pada penderita
hipertensi. Atrial fibrilasi dan gagal jantung seringkali timbul bersamaan. Alkohol dapat
berefek secara langsung pada jantung, menimbulkan gagal jantung akut maupun gagal
jantung akibat aritmia (tersering atrial fibrilasi). Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat
menyebabkan kardiomiopati dilatasi (penyakit otot jantung alkoholik). Alkohol menyebabkan
gagal jantung 2 – 3% dari kasus. Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan
defisiensitiamin. Obat – obatan juga dapat menyebabkan gagal jantung. Obat kemoterapi
seperti doxorubicin dan obat antivirus seperti zidofudin juga dapat menyebabkan gagal
jantung akibat efek toksik langsung terhadap otot jantung.

PATOFISIOLOGI
Berbagai faktor bisa berperan menimbulkan gagal jantung. Faktor - faktor ini kemudian
merangsang timbulnya mekanisme kompensasi, yang apabila berlebihan dapat menimbulkan
gejala-gejala gagal jantung. Gagal jantung paling sering mencerminkan adanya kelainan
fungsi kontraktilitas ventrikel (suatu bentuk gagal sistolik) atau gangguan relaksasi ventrikel
(suatu bentuk gagal sistolik) (Sitompul dan Sugeng, 1996). Pada disfungsi sistolik terjadi
gangguan pada ventrikel kiri yang menyebabkan terjadinya penurunan cardiac output. Hal ini
menyebabkan aktivasi mekanisme kompensasi neurohormonal, sistem Renin – Angiotensin –
Aldosteron (system RAA) serta kadar vasopresin dan natriuretic peptide yang bertujuan
untuk memperbaiki lingkungan jantung sehingga aktivitas jantung dapat terjaga. Sedangkan
disfungsi diastolik merupakan akibat gangguan relaksasi miokard, dengan kekakuan dinding
ventrikel dan berkurangnya compliance ventrikel kiri menyebabkan gangguan pada pengisian
ventrikel saat diastolik (Mariyono dan Santoso, 2007). Gagal jantung kiri sejauh ini adalah
penyebab umum dari edema hidrostatik yang kemudian disebut sebagai “cardiogenic” edema
pulmonal. Apabila ventrikel kiri oleh karena sesuatu kelemahan, gagal mengeluarkan darah
yang sama banyaknya dengan venous return maka banyaknya darah yang berkumpul dalam
jantung bertambah. Hal ini menyebabkan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat,
tekanan ini diteruskan secara retrograde ke atrium kiri, vena pulmonalis, venule dan akhirnya
ke kapiler paru. Dalam keadaan ini, tekanan vena paru – paru meninggi di atas maximal
(normal ± 10 mmHg). Bila tekanan hidrostatik melebihi 25 – 35 mmHg, yaitu tekanan
osmotik dari protein plasma, maka terjadi kebocoran cairan melalui pembuluh darah kapiler
paru – paru masuk ke dalam jaringan interstitial paru – paru. Penderita dapat mengalami
dyspnea d’effort, batuk dan menggah – menggah. Pada pemeriksaan fisik tidak terdengar
ronkhi di paru – paru, terkecuali bila terjadi eksudasi atau transudasi di dalam alveoli. Di
dalam keadaan ini, kegagalan jantung kiri dapat dikenal radiologis, sebelum ada gejala -
gejala klinis, juga sebelum ada pembesaran jantung yang nyata (Gondokusumo, 1973; Miller,
2006). Gagal jantung kanan biasanya disebabkan karena kongesti paru pada gagal jantung
kiri (Gray et al, 2005)

PENANGANAN
Tujuan umum penanganan gagal jantung adalah meniadakan tanda klinik seperti batuk dan
dispne, memperbaiki kinerja jantung sebagai pompa, menurunkan beban kerja jantung, dan
mengontrol kelebihan garam dan air. Obat yang digunakan untuk penanganan gaga ljantung
bervariasi tergantung pada etiologi, keparahan gagal jantung, spesies penderita, dan faktor
lainnya. Untuk mencapai tujuan dalam penanganan gagal jantung dapat dilakukan dengan
cara: Membatasi aktivitas fisik. Latihan/aktivitas akan meningkatkan beban jantung dan juga
meningkatkan kebutuhan jaringan terhadap oksigen. Pada pasien yang fungsi jantungnya
mengalami tekanan, latihan dapa tmenimbulkan kongesti.Karena itu maka kerja jantung
harus diturunkan dengan istirahat atau membatasi aktivitas. Membatasi masukan garam.
Pada pasien yang mengalami CHF, aktivitasrenin-angiotensi aldosterone mengalami
peningkatan. Hal tersebut akan merangsang ginjal untuk menahann atrium dan air sehingga
ekskresinatrium dan air akan berkurang. Bila ditambah pakan yang mengandung natrium
tinggi maka retensi air dan peningkatan volume darah akans emakin parah,dan pada
gilirannya akan menimbulkan kongesti dan edema. Menghilangkan penyebab atau faktor
pemicu gagal jantung. Menghilangkan penyebab gagal jantung merupakan tindakan yang
paling baik .Malformasi kongenital seperti patent ductus arteriosus dapa tdiperbaiki dengan
cara operasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Ballon valvuloplasti telah berhasil
digunakan untuk menangani stenosis katup pulmonik. CHF yang disebabkan oleh penyakit
pericardium dapat ditangani sementara atau permanen dengan perikardio sentesis atau
perikardektomi. Tetapi sayangnya halter sebut sering tidak mungkin dilakukan dengan
berbagai alasan. Menurunkan preload. Karena adanya retensi garam dan air oleh ginjal pada
pasien CHF, maka preload jantung pada umumnya tinggi. Halter sebutakan mengakibatkan
kongesti pada sistem sirkulasi. Oleh karena itu, penurunan preload akan menurunkan
kongesti dan edema pulmoner, yang akan memperbaiki pertukaran gas pada paru paru pada
kasus CHF jantungkiri, dan menurunkan kongesti vena sistemik dan asites pada CHF jantung
kanan. Preload ditentukan oleh volume cairan intravascular dan tonusvenasistemik.

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR


1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dimana pada tahap ini
perawat melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil : observasi,
wawancara, pemeriksaan fisik, catatan keperawatan atau tim kesehatan lainnya serta
analisa data. Adapun data subyektif dan obyektif dari hasil pengkajian pada klien
dengan gagal jantung secara teoritis sebagai berikut:
A. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit gagal jantung adalah
Umur         : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardiovaskuler yang
banyak terjadi pada orang dewasa.
Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan klien tentang penyakit gagal jantung.
Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat
menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah
dan mudah jatuh sakit. 
b) Identitas penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Pada umumnya klien dengan penyakit gagal jantung keluhan yang paling
utama adalah penurunan cardiac output, dispnu, edema, mudah lelah,
anoreksia dan kegelisahan atau kecemasan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke RS dan keluhan pada saat
pengkajian yang dikembangkan dengan menggunakan PQRST
P : Provokatif / Paliatif ( Apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan keluhan serta memperberat keluhan. )
Q : Quantiti / Qualiti ( Qualitas berat ringannya keluhan )
R : Radiasion / Region ( Lokasi keluhan dirasakan dan arah penyebaran
keluhan sejauh mana. )
S : Scale ( Intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan, sedang
dan berat. )
T : Timing (Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-
ulang, dimana hal ini menentukan waktu atau durasi, keluhan dirasakan
menetap atau tidak. )
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji kebiasaan klien : merokok, jarang berolah raga, kebiasaan minum
kopi dan kebiasaan minum alcohol
Riwayat  penyakit : hipertensi, anemia, infark miocard.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga apakah ada yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien, riwayat penyakit menular atau keturunan.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem pernafasan
Gejala yang ditemukan biasanya dispnu terjadi akibat penimbunan cairan
dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas, sesak disertai dengan
nyeri dada, suara paru ralles, dispnu bahkan dapat terjadi saat istirahat atau
dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.
b) Sistem cardiovaskuler
Suara jantung S3,S4, adanya penurunan tekanan darah , tachicardi,
berkeringat dingin, cianosys pada kuku dan bibir, CRT lebih dari 3 detik,
peningkatan JVP.
c) Sistem pencernaan
Ditemukan perut ascites, anoreksia, mual, hepatomegali, abdomen teraba
keras, perkusi ditemukan dalnes, terjadi peningkatan berat badan karena
oedema dan ascites.
d) Sistem perkemihan
Penurunan output urine, meningkatkan renin angiotensin sehingga
menimbulkan retensi cairan, urine warna kuning pekat, penurunan perfusi
ke ginjal timbul oliguri dan nokturia.
e) Sistem persyarapan
Penurunan cardiak output, suplay O2 ke otak menurun terjadi hipoksia,
menyebabkan pusing, sakit kepala dan mimpi buruk, gelisah dan
kecemasan.
f) Sistem Integumen
Akral dingin, kulit bersisik, adanya edema, keringat dingin, suhu 36-37oC.
g) Sistem musculoskeletal
Edema dimulai pada kaki dan tumit, (edema dependen), dan secara
bertahap bertambah keatas tungkai pada dan akhirnya ke genetalian
ekterna dan tubuh bagian bawah, kelemahan pada kedua kaki, kekuatan
otot terganggu, aktivitas di bantu.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi
Biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, nyeri tekan kuadran kanan
atas abdomen, terjadi akibat pembesaran vena di hepar (hepatomegali).
b) Eliminasi
Klien merasakan ingin kencing pada malam hari (oliguri) terjadi karena
perfusi ginjal dan di dukung oleh posisi penderita pada saat berbaring,
terjadi penurunan output urine, warna urine kuning pekat.
c) Istirahat tidur
Istirahat klien terganggu akibat sesak nafas, nyeri abdomen. Hal ini
merupakan mecanoreseptor terhadap reticulate aktivity sistem (RAS)
sebagai pusat tidur terjaga.
d) Personal hygiene
Biasanya mengalami gangguan akibat edema dan kelemahan otot, serta
sesak nafas bila banyak bergerak sehingga aktivitas terganggu.
5) Aspek Psikologis
Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas karena perawatan
yang lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di rumah sakit akibat
hospitalisasi, dan juga karena kurangnya pengetahuan tentang prosedur dan
penyakit yang dialami klien.
6) Aspek Sosial
Pada umumnya klien akan mengalami gangguan dalam berhubungan karena
klien mengalami perubahan kondisi dan merasa dirinya tidak bisa memenuhi
perannya di keluarga maupun di masyarakat.
7) Aspek Ketuhanan
Pada umumnya kepercayaan klien tidak terganggu,  tetapi biasanya klien
kurang dapat memenuhi kewajibannya secara optimal karena sakit, dan klien
percaya bahwa dengan perawatan dan pengobatan penyakitnya akan sembuh.
8) Data Penunjang
a) Laboratorium
Hipokalemia, peningkatan BUN dan kreatinin, penurunan piltrasi
glomerulus, peningkatan glukosa serum, proteinuria, glukosuria.
b) Arteri gas darah
Hipoksia, penurunan suturasi oksigen.
c) Pemeriksaan EKG
Abnormalitas ST – T : depresi ST dan inversi gelombang T pada lead V 1-
V4  dan II, III, dan AVF.
d) Radiologi dengan thorak photo
Radiologi dada menunjukan adanya kongesti pulmonal, bayangan
pembesaran jantung area hilus yang kabur dan berkabut, terdapat garis
kerley B karena adanya edema intraseptal, efusi pleura.

B. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan dan mengabungkan data dengan
konsep teori dan prinsif yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Merupakan suatu proses
berfikir yang meliputi kegiatan pengelompokan data dan menginterprestasikan
kelompok data dan membandingkan dengan standar yang normal serta
menentukan masalah atau penyimpangan yang merupakan suatu kesimpulan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gagal jantung, menurut
( Barbara Engram, 1999 : 457 ).
a. Intoleran aktiviti berhubungan dengan penurunan curah jantung.
b. Kelebihan cairan berhubungan dengan menurunnya filtrasi glomerulus
(berkurangnya cardiak output) atau meningkatnya ADH sodium cairan.
c. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan perawatan
secara mandiri, tidak efektifnya mekanisme pertahanan diri dan perubahan gaya
hidup mengakibatkan  suatu kondisi kronis.
d. Ansietas berhubungan dengan perasaan mati lemes dan kurangnya pengetahuan
tentang kondisi, pemeriksaan dioagnostik, serta rencana keperawatan.
   (Menurut Doengoes 1993 : 55)
e. Curah jantung menurun sehubungan dengan perubahan kontraktilitas myocardial,
perubahan frekwensi, rate, irama, konduksi listrik dan perubahan struktur (mis :
kelainan katup, aneurisma ventrikuler).
f. Resiko tinggi gagal pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar misalnya pengumpulan cairan atau pertukaran pada ruang interstitial
alveoli.
g. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan bedrest yang  lama.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan merumuskan intervensi dan rasional
secara sistematis dan spesifik di sesuaikan dengan kondisi situasi dan lingkungan
klien.
a. Intoleran aktiviti sehubungan dengan penurunan curah jantung
Tujuan: Mendemontrasikan perbaikan terhadap aktivitas.
Kriteria: Sedikit melaporkan adanya nafas pendek, berdebar-debar, kelelahan dan
kelemahan ketika melakukan aktivitas sehari-hari,tidak ada nyeri dada, hilangnya
tachicardi
No Intervensi Rasional
1 Pantau toleransi terhadap aktivitas Ketahanan fisik dapat di
selama fase akut, periksa denyut tingkatkan ketika aktivitas yang
nadi sebelum dan setelah aktivitas. dilakukan bertambah. Temuan-
Mulai aktivitas secara progresif bila temuan ini sebagai indikasi bahwa
mungkin, rencanakan aktivitas yang pasien mempunyai batas aktivitas
memungkinkan untuk periode maksimal
istirahat lama tanpa gangguan.
Mengurangi aktivitas jika pasien
mempunyai pengalaman denyut
nadi 20x/menit (dpm) melebihi
denyut nadi pada saat istirahat,
nafas pendek dan nyeri dada
2 Bantu AKS sesuai keperluan. Tirah baring mengurangi beban
Pertahankan tirah baring sesuai kerja jantung dengan mengurangi
pesanan dan lakukan tindakan energi yang di butuhkan
untuk mencegah komplikasi dari
imobilisasi

b. Kelebihan cairan sehubungan dengan menurunnya filtrasi glomerulus


(berkurangnya cardiak output) atau meningkatnya ADH sodium cairan.
Tujuan: Keseimbangan cairan dan elektrolit tidak terganggu
Kriteria:
 Keseimbangan volume cairan dan output
 Bunyi  nafas jernih
 Tanda vital dalam batas normal
 Berat badan stabil dan tidak ada edema
No Intervensi Rasional
1 Pantau: Untuk mengevaluasi efektivitas
        Berat badan setiap hari pengobatan
        Tanda- tanda vital setiap 2 jam
        Masukan dan keluaran setiap 8
jam
        Hasil laboratorium , sebagai
comtoh: kadar digitalis,elektrolit
serum dan GDA
        Nilai hemodinamik setiap jam
jika terpasang kateter arteri 
pulmonal
2 Berika glikosidan jantung yang Digitalis meningkatkan kekuatan
ditentukan dengan aman dan berkontraksi miokardium dan
evaluasi efektivitasnya: denyut jantung yang lambat jika
        Periksa denyut nadi apeks dalam toksistas terjadi, obat jantung di
satu menit sebelum memberikan teruskan dan mengoreksi hal-hal
obat. yang mendasari faktor predisposisi
        Tidak memberi obat jika denyut
nadi di bawah 60x/menit, jika
denyut nadi masih di bawah
60x/menit periksa tekanan
darahdan consultasi ke dokter
        Laporkan faktor-faktor
predisposisi pasien pada toksisitas
digitalis: asidosis, hipokalemia,
hipomagnesemia, hiperkalemia,
disfungsi hepar atau ginjal
        Laporkan manifestasi toksisitas
digitalis: gangguan (GI) mual,
muntah, anoreksia dan diare,
gangguan visual (penglihatan
ganda, pengluhatan kabur),
gangguan jantung (bradikardi,
aritmia)
3 Pertahankan posisi dalam posisi Untuk mengurangi aliran balik vena
fowlers atau semi fowlers ke jantung
4 Lakukan terapi IV yang Akses vaskuler diperlukan untuk
ditentukan. Lakukan tindakan memberikan obat-obatan darurat.
pencegahan dan pemeliharaan Resiko kelebihan cairan di kontrol
untuk terapi IV, gunakan pompa dengan menggunakan pompa infus
kontrol untuk semua cairan untuk cairan IV
5 Berikan oksigen 2 L/menit atau Untuk meningkatkan tekanan
sesuai yang di tentukan oksigen dalam arteri, dengan
berdasarkan hasil laporan GDA demikian mengurangi dispnu atau
kelelahan
6 Berikan vasodilatpr yang di Vasodilator mengurangi afterload
tentukan, dunakan pompa control (tahanan vaskuler), sehingga
pemberian volume pada obat- menurunkan beban kerja jantng.
obatan melalui intra vena, periksa Hipotensi merupakan efek yang
TD setiap 15-30 menit, Kecepatan utama dari obat-obatan tersebut
aliran untuk mempertahankan
tekanan darah di tentukan oleh
dokter
7 Berikan diuretik yang di tentukan Diuretik menghilangkan kelebihan
dan evaluasi efektifitanya. Biarkan cairan di dalam tubuh
pasien mengetahui bahwa untuk
meningkatkan pengeluaran urine
adalah dengan pengobatan diuretik
8 Sediakan diit rendah garam sesuai Natrium adalah elektrolit osmotik
pesanan. Sebelum pelaksanaan yang sifatnya menarik air, ahli diet
kunjungi ahli diet untuk mengkaji adalah spesialis nutrisional dalam
pasien dalam merencanakan mengkaji seluruh kebutuhan nutrisi
makanan diet rendah garam pasien dan garis besar yang telah di
berikan dalam rencana dietnya
9 Batasi masukan cairan biasanya 1- Untuk mengurangi tekanan vena
3 L/hari, sesuai pesanan
10 Konsultasi dengan dokter jika Kerusakan miocardium yang luas
gejal-gejala berlangsung lama atau tidak terpengaruh oleh terapi medis.
semakin memburuk Jika kasus seperti ini hanya
mempunyai alternatif untuk
transplantasi jantung

c. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan perawatan
secara mandiri, tidak efektipnya mekanisme pertahanan  diri dan perubahan gaya
hidup mengakibatkan suatu kondisi kronik
Tujuan: Mendemontrasikan penerimaan terhadap tanggung jawab perawatan
sendiri, mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan rencana terpetik,
mengungkapkan rencana realistis yang menghargai situasi saat itu.
No Intervensi Rasional
1 Ajarkan pasien atau orang terdekat Pasien harus melanjutkan
bagaimana mengkaji denyut nadi pemakaian digoksin dirumah.
radialis dan gejala-gejala yang Kecepatan denyut nadi abnormal
memperkuat meningkatnya atau irama yang menandakan
kegagalan jantung adanya toksisitas obat-obat digitalis
dan perlu mendapat perhatian
khusus dari tenaga medis
2 Anjurkan pasien untuk Pasien perli mengevaluasi kembali
berkonsultasi dengan dokter jika kemungkinan untuk menyesuaikan
terdapat tanda dan gejala yang obat-obatan
memperkuat kegagalan jantung.
        Kelelahan menetap
        Peningkatan nafas pendek
        Pembengkakan kaki
        Haluran urine berkurang
Peningkatan berat badan setiap hari
       

3 Anjurkan pasien untuk menimbang Memberikan tambahan informasi


berat badannya setiap hari, lebih untuk mengetahui keefektipan dari
baik setip pagi pada pakaian yang pengobatan yang ditentukan untuk
sama pada setiap kali penimbangan memperbaiki keseimbangan cairn
dan catat hasilnya. Jelaskan bahwa dan berat badan, juga merupakan
berat badan adalah salah satu dat obyektif yang memperkuat
indikator yang besar dari salah satu keluhan pasien
cairan
4 Tinjau kembali obat-obat yang telah Penyesuaian dosis, suplemen
ditentukan. Beritahu pasien untuk kalium atau keduanya (untuk
mengantisipasi fekuensi haluarn hipokalemia) diperlukan.
urine selama pemberian diuretik. Ketidakseimbangn kalium akan
Perhatikan bila ada hipotensi memperbesar efek preparat digitalis
ortostatik yang ditandai dengan dan menyebabkan aritmia
pusing mata berkunang-kunang
yang mungkin akan dialami pada
saat bergerak dari posisi tidur ke
berdiri. Anjurkan pasien untuk
mencatat semua reaksi akibat
pemberian diuretik:
        Hipokalemia ( dengan diuretik
kelemahan menetap, peka
rangsang)
        Dehidrasi, haus, konsentrasi urine
pekat, hipotensi ortostatik menetap
        Hiperkalemia, denyut jantung yang
tidak teratur, mual, diare, dan
spasme otot
        Toksisitas digitalis-denyut nadi
tidak teratur,penglihatan menjadi
buram
5 Anjurkan pasien untuk meminum Untuk mencegah gangguan tidur
diuretik tiap hari selama malam hari
6 Berikan perjanjian tertulis untuk Intruksi lisan akan mudah
perawatan evaluasi dan intruksi terlupakan
perawatan diri tertulis
7 Usahakan agar pasien mengerti Tidak boleh memakan-makanan
makan makanan yang tidak boleh yang mengandung natrium tinggi
dimakan dan upayakan bahwa untuk mengontrol retensi cairan
pasien bisa mengantisipasi tubuh
makanan yang tinggi natrium

d. Ansietas berhubungan dengan perasaan mati lemas dan kurangnya pengetahuan


tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik serta rencana keperawatan.
Tujuan: Mendemontrasikan berkurangnya / hilangnya ansietas
Kriteria: Sedikit laporan perasan gugup, atau cemas, ekpresi wajah tenang,
mengungkapkan mengerti apa yang dianjurkan
No Intervensi Rasional
1 Beriakn morfin sulpat yang Obat ini akan meringankan nyeri
ditetapkan, jika nyeri dada terjadi dan menolong mengurangi
evaluasi efektifitasnya pernafasan dan ansietas
2 Jelaskan semua prosedur untuk Ansietas dan keadaan tidak
menahan suara tenang meyakinkan, tenang mengganggu penjelasan
selama fase akut beri penjelasan yang diberikan
singkat. Menenangkan pasien bahwa
setelah tubuhnya kehilangan cairan,
kesulitan untuk bernafas harus reda
e. Cardiak output menurun berhubungan dengan perubahan pada rate, irama, 
konduksi listrik dan perubahan struktur (depek vaskuler, aneurisme ventrikel).
Tujuan: Penurunan cardiak output tidak terjadi
Kriteria:
 vital sign dalam batas normal
 Catat pengurangan episode dari dispnu dan angina
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi denyut secara perifer, kaji Takhicardi biasanya ada dan
rate jantng irama timbul bahkan pada waktu
istirahat untuk menngkompensasi
kontraktilitas ventrikel
2 Catat suara atau bunyi jantung Bunyi 1 dan 2 mungkin
kelemahan dalam
memompa,irama gallop biasa
terjadi murmur merupakan
repleksi incompetent vaskular
stenosis
3 Palpasi denyut perifer Berkurangny cardiak output bisa
di repleksikan dengan
mengecilnya denyutan nadi
radial
4 Monitor tekanan darah Pada awal moderat gagal jantung
tekanan darah bisa elevasi untuk
meningkatkanVSR, Pada
keadaan gagal jantng lanjut
tubuh tidak bisa lama untuk
berkompensasi
5 Insfeksi kulit untuk pallor dan Pallor merupakan indikasi
cyanosis adanya kelainan perfusi perifer
sekunder terhadap tidak
adequatnya cardiak output,
vasokontriksi dan anemi
6 Berikan suplemen oksigen secara Meningkatnya suplay oksigen
nasal canula atau masdker jika di miocardial dapat menghindari
perlukan terjadinya efek hipoksia atau
iskemia
7 Berikan obat digoksin Meningkatkan kekuatan
kontraksi miocardium dan
memperlambat irama jantung
dengan menurunnya kecepatan
konduksi dan memperpanjang
periode AV untuk meningkatkan
efisiensi jantung atau output
8 Monitor EKG dan perubahan X ray ST segmen depresi dan
dada gelombang T mendatar bida
bnerkembang karena kebutuhan
O2 dan miocardium, begitu juga
jika tidak ada penyakit arteri
koroner X ray dada bisa
memperlihatkan pembesaran
jantung dan perubahan kongesti
paru
   
f. Resiko tinggi gagal pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar misalnya pengumpulan cairan atau pertukaran pada ruang interstitial
alveoli.
Tujuan: Pertukaran gas tidak terjadi
Kriteria: 
 Terlihat adequatnya ventilasi dan oksigenasi dari jaringan
 Berpartisipasi dalam pengobatan
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi suara pernafasan, catat Menandakan adanya kongesti paru
adanya wheezing dan pengumpulan sekresi
2 Anjurkan klien untuk batuk secara Membersihkan jalan nafas dan
efektif dan nafas dalam mempermudah pertukaran oksigen
3 Atur tempat tidur denga kepala Mengurangi kebutuhan oksigen dan
ditinggikan 20-30o, semifowler meningkatkan pengembangan paru
secara maksimal
4 Berikan oksigen sesuai dengan Meningkatkan  konsentrasi oksigen
kebutuhan dengan alveoli dimana mungkin
mengurangi hipoksia jaringan
5 Berikan obat-obat sesuai dengan Menurunkan kongesti alveoli,
yang diindikasikan: diuretik merubah pertukaran gas

g. Resiko tinggi integritas kulit berhubungan dengan bedrest yang lama.


Tujuan: Mempertahankan integritas kulit.
Kriteria: Mendemontrasikan perilaku atau teknik mencegah kerusakan kuli.
No Intervensi Rasional
1 Lihat kulit catat penonjolan tulang, Kulit beresiko karena gangguan
adanya edema atau area sirkulasi sirkulasi perifer, imobilisasi fisik,
terganggu / pigmentasi gangguan status nutrisi
2 Pijat area kemerahan atau yang Meningkatkan aliran darah,
memutih meminimalkan hipoksia jaringan
3 Ubah posisi di tempat tidur, bantu Memperbaiki sirkulasi atau
latihan tentang gerak pasif atau aktif menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah
4 Berikan perawatan kulit sering, Terlalu kering atau lembab merusak
minimalkan dengan kelembaban kulit atau mempercepat kelembaban
atau ekskresi
5 Berikan tekanan alternatif / kasur, Menurunkan tekanan pad kulit
kulit domba untuk perlindungan dapat memperbaiki sirkulasi
siku atau tumit

Anda mungkin juga menyukai