TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan merupakan upaya pelapisan jalan yang berada di atas
diatasnya.
yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai : batu
pecah, batu belah, batu kali, hasil samping peleburan baja. Bahan ikat yang
lentur yang berada paling atas adalah lapisan permukaan surface crouse
9
stabilitas tinggi dan merupakan lapisan aus atau yang menderita gesekan
dimana lapisan ini menggunakan material dengan indeks CBR > 50,0% dan
seperti batu pecah kelas A hingga C, kerikil pecah, stabilitas dengan kapur
atau semen. Adapun fungsi sebagai bagian lapisan yang menahan gaya
lintang dari bebean roda dan menyebarkan beban ke bawahnya, selain itu
lapisan base crouse juga berfungsi untuk bantalan dari lapisan permukaan
crouse merupakan lapisan yang terletak antara lapisan pondasi atas dan
tanah dasar yang akan menyebarkan beban roda ke lapisan tanah dasar.
Lapisan pondasi bawah ini harus kuat dengan memiliki CBR 20% dan
plastisitas indeks < 10%. Selain itu lapisan pondasi bawah ini berfungsi
merupakan tanah asli atau tanah yang didatangkan dari tempat lain dengan
ikat sement portland, pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di
atas tanah dasar dengan atau tanpa pondasi bawah. Adapun jenis-jenis
10
perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus meliputi : perkerasan
udara, dimana landasan udara dituntut untuk dapat menahan beban yang
B. Lapisan Beraspal
Lapis Tipis Aspal (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari
dua jenis campuran, SS-A dan SS-B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung
terdiri dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapisan
11
masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi
aspal polymer atau aspal dimodifikasi dengan aspal alam disebut masing-
Modified.
Tabel.2 Ketentuan Sifat Aspal Beton (AC Mod) Menurut Bina Marga 2010
Sifat Campuran Nilai
Jumlah Tumbukan 75 kali
Stabilitas Min 2500 kg
Min 2 mm
Pelelehan
Maks 4 mm
(Sumber : Bina Marga 2010)
12
Menurut Tenriajeng (2002), campuran aspal beton merupakan salah
(OGFCs), selain itu terdapat nama lain yang digunakan untuk aspal porus,
dominasi ukuran agregat yang relatif sama maka akan ada bagian rongga yang
tidak terisi oleh agregat dan aspal sehingga akan membentuk rongga-rongga
13
membuat campuran aspal porus dapat bersifat porus atau mengalirkan air.
meresap ke dalam lapisan atas wearing course secara vertikal dan horizontal .
diatas lapisan aspal yang kedap air. Lapisan aspal porus ini secara efektif
gradasi agregat dengan jumlah fraksi kasar diatas 85% terhadap berat total
mengalirkan air baik secara vertikal maupun horizontal. Sifat agregat yang
14
tingkat kebisingan aspal porus yang digunakan memiliki keterkaitan dengan
yang digunakan adalah mobil sedan, didapatkan hasil bahwa campuran aspal
Selain mengenai kebisingan hal lain yang erat kaitannya dengan aspal
aspal porus cenderung lebih kasar dan kesat. Tekstur permukaan dari aspal
porus ini dapat mengurangi risiko kecelakaan kendaraan, dimana ketika hujan
genangan air yang pada permukaan yang dapat terciprat akibat daris putaran
roda kendaraan yang sedang melaju. Sifat kesat yang dimiliki oleh permukaan
aspal porus juga dapat menambah rekatan roda kendaraan saat bermenuver di
Bahan Penyusun lapisan aspal porus terdiri darai agregat halus, agregat
kasar, serta aspal. Sedikit berbeda dengan lapisan aspal beton konvensional,
lapisan aspal porus tidak menggunakan filler, hal ini dilakukan agar rongga-
rongga udara yang direncanakan dapat terbentuk dan tidak terisi oleh filler.
1. Agregat
umum sebagai formasi kulit bumi yang kerasa dan penyal/solid. ASTM
15
(1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari mineral
daya dukung, keawetan, dan mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari
campuran aspal porus dapat dibedakan menjadi 2, yaitu agregat kasar dan
agregat halus.
a. Agregat Kasar
150mm yang berasal dari batuan alami maupun batuan pecah. Menurut
agregat kasar, dengan ukuran butir > ¼ inci (6.35mm) yaitu bahan yang
Abrasion Test, dimana nilai keausan abrasi dari agregat kasar harus
16
Selain keausan sifat lain dari agregat yang berpengaruh dalam
permukaan agregat kasar maka akan semakin baik rekatan aspal dengan
serap, dimana semakin poros suatu agregat maka akan semakin banyak
terjadi karena agregat yang bersifat porus akan menyerap banyak aspal.
aspal porus persentase agregat kasar ditentukan lebih dari 85%, hal ini
ditujukan agar pada campuran aspal porus dengan agregat kasar yang
b. Agregat Halus
nomer #200 dengan bukaan 0,075 mm, biasanya berupa pasir murni,
hasil screening dari mesin pemecah batu, atau kombinasi dari keduanya.
17
Dalam campuran aspal, agregat halus berfungsi sebagai pengisi
semakin baik. Namun dalam campuran aspal porus agregat halus tidak
porus persentase agregat halus hanya berkisar antara 5%-10% saja. Hal
halus.
2. Aspal
hitam kecokelat an serta bersifat plastis dan cair pada suhu tinggi. Aspal
didapatkan dari batuan alam untuk aspal alami, dan dari hasil pembakaran
berwarna hitam atau cokelat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat
sampai agak padat. Jika dipanaskan sampai suatu temperatur tertentu aspal
18
komponen yang relatif mahal. Hydrocarbon adalah bahan dasar dari aspal
bitumen. Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan
menjadi kaku dan rapuh hingga akhirnya daya adhesinya terhadap partikel
bersifat plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan alkali
atau air, tapi larut sebagian dalam asether, CS2, bensol, dan chloroform.
Aspal atau dalam istilah baku asphaltic bitumen, terdiri dari unsur carbon
residu oil. Bahan bensin, solar, minyak tanah merupakan hasil destilitas
menjadi:
19
1) Aspal Keras-panas ( Asphaltic-Cement,AC)
volume rendah.
dibedakan menjadi:
sampai RC5
SC5.
20
A) Kationik (aspal emulsi asam), emulsi bermuatan arus listrik
positif.
negatif.
Kadar aspal pada aspal batu buton berkisar antara 10%-25%, sedikit
E. Gradasi
dari suatu agregat perlu dilakukan pengujian analisis saringan sesuai dengan
21
paling kasar diletakkan di atas dan yang paling halus terletak paling bawah. 1
set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan penutup. Analisisi saringan
merupakan gradasi yang memiliki ukuran butir relatif sama dan hanya
berukuran sama dan tidak terisi oleh agregat berukuran kecil yang
jumlahnya sedikit atau bahkan tidak ada. Gradasi semacam ini yang ideal
dengan well graded, dimana komposisi antara agregat berukuran kecil dan
besar berada pada kadar yang berimbang atau agregat penyusunya lengkap
memiliki stabilitas yang tinggi hingga berat volum yang tinggi pula.
22
3) Gradasi Buruk/Jelek Poorly Graded
dengan salah satu atau lebih fraksi penyusun agregat hilang sehingga
sifat diantar gradasi rapat dan gradasi seragam, dimana dalam campuran
akan memiliki mutu stabilitas dibawah gradasi rapat dan juga akan
senjang, gradasi terbuka, dan gradasi baik memiliki beberapa sifat yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya, perbandingan sifat antar ketiga
23
Tabel.3 Perbandingan Antar Gradasi
No Gradasi Seragam Gradasi Baik Gradasi Jelek
Kontak antar butir Kontak antar butir Kontak antar butir
1.
baik baik jelek
Kepadatan bervariasi
Seragam dan Seragam tetapi
2. tergantung dari
kepadatan tinggi kepadatan jelek
segregasi yang terjadi
Stabilitas dalam
3. keadan terbatas Stabilitas tinggi Stabilitas sedang
(confident) tinggi
Stabilitas sangat
Stabilitas dalam Kuat menahan
4. rendah pada keadaan
keadaan rendah. deformasi
basah
Sukar sampai sedang
Sukar untuk
5. usah untuk Mudah dipadatkan
dipadatkan
memadatkan
Tingkat Tingkat
6. Mudah diresapi air
permeabilitas cukup permeabilitas rendah
Kurang dipengaruhi
Tidak dipengaruhi Pengaruh variasi
7. oleh bervariasinya
kadar air kadar air cukup
kadar air
(Sumber : Sukirman 2010)
sekitar tahun 1930 dengan kegunaan awal sebagai bahan konstruksi bangunan
untuk menangkal suhu dari luar dan berkembang pada perang dunia ke-dua
Berbahan dasar stirena (benzena) yang diambil dari sumber alam berupa
petrolium dan memiliki rumus kimia C8H8. Siterena memiliki wujud berupa
24
cairan menyerupai minyak tidak berwarna serta memiliki bau benzene yang
sangat khas.
tinggi pada suhu tinggi dan dilanjutkan dengan pemanasan kembali untuk
menguapkan sisa resin atau blowing agent. Polystyrene foam memiliki sifat
dasar yang tersusun dari butir-butir dengan kerapatan rendah yang menciptakan
banyak rongga-rongga udara, sehingga memiliki berat yang ringan dan bersifat
konstruksi bangunan, hingga sebagai bahan penghambat suhu untuk termos es.
dengan minim daur ulang akan menimbulkan limbah yang besar dan
membutuhkan waktu yang lama untuk diurai oleh alam bahkan tidak dapat
terurai secara sempurna, butuh waktu lebih dari 1000 tahun untuk styrofoam
salah satu masalah ancaman terhadap lingkungan yang serius dan dapat
membahayakan kehidupan.
25
Menurut Fitidarini dan Damanhuri (2014) sampah styrofoam yang
G. Karakteristik Marshall
diambil dari nama sebuah alat penguji kestabilitasan benda uji campuran aspal
nilai akhir yang dapat digunakan sebagai parameter kualitas campuran aspal.
berikut:
26
P1 + P2 + P3 + ⋯ Pn
Gsbtotal = ……………………… ( 1 )
P1 P2 P3 Pn
Gsb1 + Gsb2 + Gsb3 + ⋯ Gsb n
Keterangan
nilai berat jenis semu masing-masing, sehingga perlu untuk mencari nilai
rumus berikut:
P1 + P2 + P3 + ⋯ Pn
Gsatotal = ……………………… ( 2 )
P1 P2 P3 Pn
Gsa1 + Gsa2 + Gsa3 + ⋯ Gsa n
Keterangan
Berat jenis efektif agregat merupakan rerata dari berat jenis total
dan berat jenis semu total agregat, adapun rumus yang digunakan adalah :
𝐺𝑠𝑏 + 𝐺𝑠𝑎
𝐺𝑠𝑒 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3)
2
27
Keterangan
𝑃𝑚𝑚
𝐺𝑚𝑚 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (4)
𝑃𝑠 𝑃𝑏
+
𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏
Keterangan
28
𝑊𝑎
𝐺𝑚𝑏 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (5)
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘
Keterangan
6. Kepadatan
campuran dalam keadaan jenuh dan di dalam air. Berikut rumus yang
𝑊𝑚
𝐺𝑠𝑒 = … … … … … … … … … … … … … … … … … (6)
( 𝑊𝑚𝑠𝑠𝑑 − 𝑊𝑚𝑝𝑤)
Keterangan
atau satu angka dibelakang koma. VIM dapat menjadi suatu tolak ukur
29
untuk campuran aspal porus harus berada antara 18%-25%. Adapun
berikut :
𝐺𝑚𝑚 + 𝐺𝑚𝑏
𝑉𝐼𝑀 =
𝐺𝑚𝑚
× 100 … … … … … … … … … … … … … … … … … … (7)
Keterangan
Keterangan
30
9. VFA Void Filed with Aspal
aspal. Nilai VFA didapat dari perbandingan antara nilai VIM dan VMA.
nilai VFA:
( 𝑉𝑀𝐴 − 𝑉𝐼𝑀 )
𝐺𝑠𝑒 = × 100 … … … … … … … … … … … … … (9)
𝑉𝑀𝐴
Keterangan
10. Stabilitas
aspal. Stabilitas terjadi dari hasil gesekan antar butir, penguncian antar
partikel dan daya ikat yang dari lapisan aspal. Untuk memperoleh nilai
31
bilangan bulat tanpa desimal di belakang. Namun untuk beberapa
ring, terpaksa digunakan alat penguji tekan lainnya seperti UTM dan
alat tekan beton dengan kapasitas diatas proving ring. Berikut rumus
𝑆 = 𝑝 × 𝑞 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (10)
Keterangan
q : Angka koreksi
32
Tabel.4 Angka Koreksi Benda Uji (Lanjutan)
Isi benda uji (cm³) Tebal Benda Uji (mm) Angka Koreksi
483-495 60,3 1,09
496-508 61,9 1,04
509-522 63,5 1,00
523-535 65,1 0,96
536-546 66,7 0,93
547-559 68,3 0,89
560-573 69,9 0,86
574-585 71,4 0,83
586-598 73,0 0,81
599-610 74,6 0,78
611-625 76,2 0,76
(Sumber : SNI 06-2489-1991)
atau 0.01 inch. Nilai flow digunakan sebagi indikator terhadap kelenturan.
Dalam pengujian, nilai flow dapat dibaca pada arloji untuk nilai flow pada
diameter benda sebelum dan sesudah diuji. Nilai flow campuran aspal
Penelitian yang ditulis oleh Djumari dan Sarwono (2009) dengan judul
33
Metode Pemampatan Kering“, melakukan perencanaan gradasi LJR-Semar
digunakan adalah A untuk agregat dengan ukuran (9,5 mm s/d 12,70 mm), B
untuk agregat dengan ukuran (4,75 mm s/d 9,50 mm), C untuk agregat dengan
ukuran (2,80 mm s/d 4,75 mm), D untuk agregat dengan ukuran (0,50mm s/d
(A20 B80, A30 B70, A40 B60, A50 B50), trial 2 terdiri dari (AB40 C60,
AB50 C50, AB60 C40, AB80 C20), trial 3 terdiri dari (ABC95 D5, ABC90
D10, ABC85 D15, ABC80 D20). Setelah didapatkan beberapa trial komposisi
BVR Black water Valley Road namun dengan jumlah fraksi halus yang lebih
34
Kadar aspal optimum sebesar 4% , dengan nilai stabilitas marshall sebesar
453,82 kg, nilai flow 2,6%, porositas 30,30%, cantrabian test 58,71%.
0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%, 14%, 16%. Kemudian dari sekian banyak
karakteristik aspal meliputi penetrasi, titik lembek, titik nyala, serta nilai berat
jenis.
6%, 8%, 10%, 12%, 14%, 16% masing-masing adalah 72, 70.6, 58.4, 56.2,
52.2, 47.3, 43.9, 37.6, 32.7. Kemudian nilai titik lembek untuk penambahan
styrofoam dengan persentase 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%, 14%, 16%
masing-masing adalah 48.0, 46.0, 47.2, 54.4, 57.1, 62.4, 64.4, 66.5, 69.6.
styrofoam sebanyak 0%, 2%, 4%, 6%, 8%, 10%, 12%, 14%, 16% masing-
masing adalah 1.032, 1.033, 1.031, 1.028, 1.026, 1.025, 1.024, 1.023, 1.022.
persentase styrofoam. Berbeda dengan nilai titik lembek yang akan naik
35
sehingga dapat a penambahan styrofoam ke dalam aspal dapat dilakukan
hingga kadar 16% dan tidak akan mengurangi konsistensi karakteristik nya.
Sebagai Pengganti Aspal Penetrasi 60/70 dengan kadar 0%, 6.5%, 7.5%,
penambahan styrofoam sebanyak 0%, 6.5%, 7.5%, 8.5%, dan 9.5% kepada
penetrasi dengan hasil pengujian 61 mm, pengujian titik lembek dengan hasil
54,5℃, pengujian titik nyala dengan hasil 350.4 ℃, serta pengujian berat jenis
dengan trial berbagai persentase kadara aspal. Adapun hasil dari pengujian
KAO sendiri menyatakan kadar trial aspal dengan persentase 5.5% adalah
akan diuji meruakan aspal dengan tambahan styrofoam. Adapun untuk hasil
6.5%, 7.5%, 8.5%,dan 9.5% masing-masing adalah sebesar 61, 57.8, 55.2,
36
47.8, 45.2. kemudian untuk pengujian titik lembek untuk persentase
penambahan styrofoam 0%, 6.5%, 7.5%, 8.5%, dan 9.5% masing-masing dari
persentase tersebut memiliki hasil 54.5, 55.5, 58.5, 55, 56. Pengujian berat
jenis dengan hasil untuk masing masing persentase styrofoam 0%, 6.5%,
7.5%, 8.5%, dan 9.5% adalah 1.02, 1.017, 1.032, 1.03, 1.05. Langkah
tersebut.
benda uji dengan metode marshall. Adapun hasil yang didapatkan dari
0%, 6.5%, 7.5%, 8.5%, dan 9.5% masing-masing secara berurutan nilai VIM
sebesar 4.71%, 4.78%, 4.89%, 7.51%, 8.07%. Untuk nilai VMA sebesar
hasil pengujian stabilitas campuran adalah meliputi 1307.36 kg, 1357.32 kg,
1304.82 kg, 1345.33 kg, 1329.18 kg. Selanjutnya untuk nilai flow didapat nilai
berbanding lurus dengan nilai VIM, dimana semakin tinggi kadar styrofoam
yang ditambahkan maka akan semakin tinggi pula nilai VIM. Namun untuk
37
persentase 8.5% dan 9.5% , nilai VIM terlalu besar sehingga melampaui batas
yang telah ditentukan. Untuk nilai VMA relatif memiliki karakteristik yang
penambahan styrofoam maka akan semakin rendah nilai VFA. Untuk nilai
signifikan walaupun masih diatas batas minimal. Sedangkan untuk nilai flow
(CL) Cantabro Loss, (AFD) Asphalt Flow Down. Pengujian penentuan KAO
diawali dengan penentuan titik tengah kadar aspal optimum menurut AAPA
2010, diambil nilai 5.5%. Kemudian ditentukan akan dipakai lima variasi
38
Dari hasil data yang diperoleh dibandingkan dan ditentukan nilai kadar
untuk benda uji lainnya sebesar 0.5% dan ditentukan variasi styrofoam sebesar
5%, 7%, 9%, sehingga benda uji yang akan dibuat sebanyak 27 buah.
pada campuran aspal dengan kadar aspal 6.29% dan kadar penambahan
styrofoam 9%.
39