OLEH:
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala. Yang telah menganugerahkan
kemampuan, kesehatan, serta karunia sehingga terselesaikannya makalah ilmiah ini sesuai
dengan yang diharapkan.
Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Drs. Irsyad, M.Pd. Sebagai dosen pembimbing
mata kuliah Administrasi dan Suspensi Pendidikan Universitas Negeri Padang yang telah
memberikan tugas pemakalahan ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada waktu
yang telah ditentukan.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi merupakan suatu proses aktualisasi ide, konsep, kebijakan atau inovasi ke
dalam bentuk tindakan praktis sehingga berimplikasi pada pengetahuan, keterampilan, dan
tingkah laku seseorang. Menurut Mulyasa implementasi adalah “proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap”. Penjelasan tersebut menggiring
pemahaman bahwa implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan dari guru terhadap
kurikulum sebagai rancangan tertulis.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem
pendidikan. Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan
institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Adanya beberapa program pembaruan
dalam bidang pendidikan nasional merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat
dan bangsa Indonesia yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam
memasuki era globalisasi dan informasi sekarang ini
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
3
PEMBAHASAN
1. Perencanaan
Perencanaan kurikulum yang akan digunakan di sekolah seperti kurikulum tingkat satuan
pendidikan harus berlandaskan kepada Pancasila sebagai falsafah negara dan Undang-undang
Dasar 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk merumuskan
kurikulum hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip umum yang berlaku dalam pengembangan
dan perumusan kurikulum itu sendiri yaitu:
a. Prinsip relevansi,
b. Prinsip efektifitas,
c. Prinsip efisiensi,
e. Prinsip fleksibelitas.
Di samping itu, perencanaan kurikulum yang dilakukan ditingkat daerah juga meliputi
penyusunan rencana pelaksanaan kurikulum seperti penyusunan kelender pendidikan untuk
setiap tahun ajaran pada masing-masing daerah.
4
Kalender pendidikan antara lain berisikan:
e. Upacara-upacara sekolah,
f. Hari-hari libur sekolah baik libur umum, libur khusus maupun libur semester atau catur
wulan,
a. Setiap kegiatan mempunyai fungsi peningkatan mutu, efektifitas dan efisiensi pendidikan.
b. Setiap kegiatan mempunyai kaitan fungsional dengan kegiatan lainnya yang relevan.
c. Dalam fungsinya untuk meningkatkan mutu pendidikan kegiatan kurikuler dan ekstra
kurikuler merupakan satu keseluruhan yang integratif.
2. Pelaksanaan
Tujuan penyusunan program pengajaran semesteran atau caturwulan ini adalah untuk:
1). Menjabarkan bahan pelajaran yang akan disajikan guru dalam proses belajar mengajar.
2). Mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru agar pengajaran dapat dilakukan secara
bertahap dan tepat.
5
1). Pedoman bagi guru dalam penyelenggaraan pembelajaran selama satu semesteran dan
caturwulan
2). Bahan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam melakukan pembinaan terhadap guru.
b. Penyusunan persiapan mengajar yang akan digunakan dan dipedomani oleh guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.
3. Pengawasan
Pengawasan identik dengan kata controlling yang berarti pemeriksaan. Sedangkan dalam
kamus Bahasa Indonesia pengawasan adalah penilikan dan penjagaan, jadi pengawasan berarti
mempertahankan dan menjaga dengan baik. Menurut winardi, pengawasan adalah semua
aktivitas yang dilaksankan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual
sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Pengawasan adalah fungsi administratif bagi setiap administrator untuk memastikan bahwa
apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Pengawasan itu meliputi pemeriksaan
apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan
dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
Menurut Simbolon (2004: 62) Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan
diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Fungsi dari pengawasan, Simbolon (2004: 62) mengemukakan
bahwa, fungsi dari pengawasan yaitu:
6
1) Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan
wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
2) Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang
ditentukan.
3) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian dan kelemahan,
agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
4) Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak
mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.
4. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan uang dilakukan guna memberikan berbagai
informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah
dicapai siswa. Tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar adalah:
1) memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujaun untuk memperbaiki cara
belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa
pada situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
2) memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam belajar dengan
tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas pelajaran.
3) menentukan nilai hasil belajar siswa yang dibutuhkan untuk pemberian laporan kepada
orang tu, penentuan kenaikan kelas, dan kelulusan siswa.
Evaluasi program pengajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program, serta faktor-faktor yang mendukung atau
menghambat keberhasilan program tersebut.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
bentuk tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap. Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok,
yaitu: pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
1. Pengembangan program mencakup program tahunan, semester atau catur wulan, bulanan,
mingguan dan harian. Selain itu, ada juga program bimbingan dan konseling atau program
remedial.
7
2. Pelaksanaan pembelajaran. Pada hakikatnya, pembelajaran adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang lebih
baik. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik tersebut.
3. Evaluasi proses yang dilaksanakan sepanjang proses pelaksanaan kurikulum catur wulan atau
semester serta penilaian akhir formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh
untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum.
Selain itu, pembelajaran sebaiknya dikembangkan dengan menekankan pada aktivitas siswa
untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis dan merekonstruksi sehingga terbentuk
pengetahuan baru dalam diri siswa. Oleh sebab itu, pembelajaran bukan hanya mentransfer atau
memberikan informasi, namun lebih bersifat menciptakan lingkungan yang memungkinkan
siswa dapat berfikir kritis dan membentuk pengetahuan. Implementasi kurikulum mencakup
semua kegiatan melaksanakan desain atau dokumen kurikulum, meliputi pembelajaran,pelatihan,
pembimbingan, pengelolaan kelas, pemberian tugas, evaluasi, kegiatan ko-dan ekstra kurikuler,
pengembangan media dan fasilitas belajar mengajar, dll. Secara sempit implementasi kurikulum
berkenaan dengan kegiatan pembelajaran, pembelajaran teori dan praktik, di kelas, di luar kelas
dan di luar sekolah, penugasan, bimbingan dan evaluasi hasil belajar.
Merujuk kepada buku Prof. Dr. Oemar Hamalik, Kegiatan-kegiatan dalam administrasi
kurikulum antara lain adalah sebagai berikut:
8
7.Melaksanakan evaluasi belajar
D. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat
sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada
tingat kelas yang berperan adalah guru. Walau dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas
guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan
administrasi, kedua tingkat tersebut dalam pelaksanaannya senantiasa bergandengan dan
bersama-sama bertanggung jawab melaksanakan proses kurikulum.
Dalam undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
disebutkan bahwa, “Tenaga kependidikan bertuga melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan.” Dalam hal pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, seorang yang
bertanggung jawab penuh adalah kepala sekolah. Sehingga kepala sekolah berkewajiban
melakukan kegiatan-kegiatan utamanya yang berkaitan dengan jalanya kurikulum di sebuah
sekolah.
Kegiatan tersebut seperti: menyusun rencana tahunan, jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin
rapat, membuat statistik sekolah, laporan sekolah dan lain sebagainya. Beberapa kegiatan kepala
sekolah dapat dijabarkan dalam poin-poin selanjutnya.
9
Menurut J. Robert Starrat, kepala sekolah meupakan agen dari berbagai komponen. Salah
satu dari unsur tersebut adalah negara. Maksudnya bukan kepala sekolah merupakan kepala
negara, namun memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dan
haluan negara dalam mengupayakan pendidikan paling baik bagi anak-anak di sekolah tertentu.
Para kepala sekolah perlu terus-menerus mengikuti perkembangan prakarsa kebijakan yang
sedang dipertimbangkan oleh pemerintah. Kepala sekolah juga agen komunitas lokal yang
melayani orang tua yang mengirim putra-putrinya ke sekolah dan berusaha memelihara
lingkungan pendidikan yang bisa menjawab kebutuhan anak-anak mereka. Kepala sekolah juga
harus menanggapi komponen lain, yakni para pendidik. Mereka bertanggung jawab unruk
meningkatkan profesionalitas kerja di sekolah, rnengatasi praktik-praktik buruk dan tidak layak
para staf baik di ruang kelas maupun di lingkungan sekolah, mengapresiasi basil karya yang
istimewa dari para siswa maupun guru, dan menyediakan kesempatan pengembangan profesi
bagi stafnya.
Beberapa prilaku yang perlu dikembangkan oleh seorang administrator dalam kegiatan sehari-
harinya diantaranya adalah:
2)Render intellectual out emotional support member of his group in carrying out the program
educational
10
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Bab VIII tentang Standar Pengelolaan
oleh Satuan Pendidikan, Pasal 53, ayat (1) dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan dikelola
atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka
menengah satuan pendidikan yang meliputi 4 (empat) tahunan.
Dalam hal ini, kita mengenal istilah RKS/M sebagai singkatan dari Rencana Kerja Sekolah
Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah. Dalam draft panduan penyusunanya, disebutkan bahwa tujuan
utama penyusunan RKS/M adalah agar sekolah/madrasah dapat mengetahui secara rinci
tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan
sekolah/madrasah dapat dicapai. RKS/M juga menjamin bahwa semua program dan kegiatan
yang dilakukan untuk mengembangkan sekolah/madrasah sudah memperhitungkan harapan-
harapan pemangku kepentingan dan kondisi nyata sekolah/madrasah. Oleh sebab itu proses
penyusunan RKS/M harus melibatkan semua pemangku kepentingan.
Layaknya sebuah organ tubuh, maka setiap bagian dan komponen organisasi harus dijaga
dengan baik. Karena bilamana ada bagian yang sakit atau bekerja tidak secara semestinya, akan
mengakibatkan turunnya kinerja bagian lainya. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki tanggung
jawab yang besar untuk menyehatkan setiap program dan terus memantau bagian-bagian
organisasi tersebut.
11
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan tindakan para personal dan
staf pada suborganisasi dalam organisasi sekolah untuk melaksanakan kurikulumnya.
Pelaksanaan koordinasi sejalan dengan pelaksanaan fungsi administrasi, yakni:
Rapat Dewan Guru merupakan forum untuk menyampaikan informasi dan menyepakati
berbagai kebijakan yang akan diberlakukan di lingkungan sekolah. Dalam rapat dewan guru juga
ada etikanya. Makna rapat akan menjadi penting jika dapat dilaksanakan seeara efektif dan
efisien. Waktu pelaksanaan dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak mereporkan dan
menyusahkan peserta rapat yang lainnya dan mengganggu proses belajar mengajar. Rapat
biasanya dipimpin oleh pimpinan rapat. Pimpinan rapat dewan guru bisa seorang Kepala
Sekolah, Koordinator Bidang, atau orang yang dituakan.
Rapat akan dapat berfungsi sebagai sarana untuk membangun komunikasi sehingga dapat
terbangun kesepakatan bersama antara peserta rapat yang lainnya. Hasil rapat bersifat mengikat
12
ke dalam dan ke luar, artinya apapun yang telah disepakati pada forum harus dapat dijunjung dan
dijalankan oleh warga sekolah tersebut.
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan penyelenggaraan,
hasil-hasil dari berbagai masalah kurikuler di sekolah. Rapat dapat diselenggarakan pada awal
tahun akademik, pertengahan tahun/semester, akhir tahun akademik, atau di1aksanakan secara
insidental menurut kebutuhan yang ada di sekolah bersangkutan. Penyelenggaraan rapat
mungkin oleh kepala sekolah atau kepala sub organisasi, atau ketua bidang studi bergantung
pada permasalahan yang dihadapi.
Kepala sekolah merupakan orang yang dipercaya untuk memimpin sekolah. Kualitas
kepemimpinan seorang kepala sekolah akan menentukan balk atau tidaknya suatu sekolah. Oleh
karena itu, kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk menyusun, merumuskan, dan
melaksanakan berbagai program kerjanya. Salah satu sarana untuk mengadakan interaksi demi
terjalin kerjasama adalah dengan media komunikasi. Secara umum, komunikasi dibagi menjadi
dua bagian penting yaitu formal dan non-formal. Komunikasi formal bisa berupa individual atau
tunggal seperti menghadapi langsung guru yang bersangkutan, atau secara majemuk seperti
dalam forum rapat sekolah. Sedangkan komunikasi nonformal dapat dilakukan pada selain
kegiatan resmi sekolah eperti saat bersantai, makan siang bersama dan lain sebagainya.
a. tugas mengajar
b. Pembagian tugas pembinaan ekstrakurikuler, dan
c. Pembagian tugas bimbingan belajar
Pembagian tugas dilakukan melalui musyawarah guru yang dpimpin oleh kepala sekolah.
Keputusan tugas tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelajaran untuk satu semester
atau satu tahun akademik. Pembagian tugas-tugas guru pada prinsipnya harus
mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
13
b.Pada sekolah-sekolah yang melaksanakan tugas guru kelas, mengadakan pembagian tugas
kepada guru untuk memegang kelas tertentu, yang berarti bahwa jika ada 6 kelas maka paling
tidak ada 6 guru dan satu kepala sekolah. Tiap guru bertanggungjawab mengajar sejumlah
bidang pelajaran bagi kelas yang bersangkutan.
c.Sekolah yang telah melaksanakan sistem bidang studi, pembagian tugas guru-guru
berdasarkan keahlian/spesialisasi dalam salah satu bidang studi dengan ketentuan jumlah jam
pelajaran yang telah ditetapkan. Guru bersangkutan bertugas mengajar satu bidang studi saja
bagi semua kelas.
e.Ada sejumlah sekolah di daerah pedesaan yang masih kekurangan guru atau yang tidak ada.
Maka, masalah ini ditanggulangi dengan memberikan tugas-tugas tambahan kepada beberapa
guru lainya.
Seorang pakar pendidikan, Robert M. Gagne (dalam buku Instructional Design, edisi ketiga,
1988), menyebutkan tiga peran utama guru dalam kegiatan proses belajar mengajar, yaitu:
a.sebagai perancang pengajaran (designer of instruction)
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wahana pendukung yang amat tepat dan kuat untuk
melatih kemandirian. Anak dilatih dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan-
kemampuan yang dimiliki dan mengembangkanya seoptimal mungkin. Kegiatan ekstrakurikuler
amat membantu proses pengembangan ini. sekedar pelengkap, melainkan juga dapat
mengembangkan minat dan bakat peserta didik secara optimal Maka dari itu, perlu
pengorganisasian yang baik sehingga kegiatan ekstrakurikuler bukan. Dalam kurikulum,
kegiatan ekstrakurikuler memang bukan menjadi program instruksional yang dilaksanakan
secara reguler, dan tidak diberi kredit tertentu, tapi mengandung varitas kegiatan secara luas.
Tidak setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi persoalan yang terkait dengan
belajar. Seringkali kemampuan itu mesti difasilitasi oleh guru dan guru pembimbing untuk dapat
direalisasikan. Walaupun mungkin seorang siswa memiliki potensi yang baik, namun yang
bersangkutan kurang punya kemampuan untuk mengembangkannya, sudah barang tentu hasil
belajarnya kurang baik. Di sisi lain menunjukan bahwa kehadiran orang lain dalam hal ini para
14
guru dan guru pembimbing menjadi amat penting untuk membantu mengembangkan potensi
siswa dan dalam menghadapi masalah-masalah yang berkait dengan belajar.
Guru dan guru pembimbing memiliki kesempatan yang luas untuk secara bersama dengan
siswanya mengembangkan berbagai kemampuan potensial yang diharapkan menunjang kegiatan
belajarnya. Dengan demikian, bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan dari
guru/guru pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang
kondusif dan menumbuhkan kemampuan agar siswa terhindar dari dan atau dapat mengatasi
kesulitan belajar yang mungkin dihadapinya sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Hal
ini mengandung arti bahwa para guru/guru pembimbing berupaya untuk memfasilitasi agar
siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya dan sampai ada tujuan yang diharapkan.
Guru bertanggung jawab melaksanakan kurikulum di kelas melalui proses belajar mengajar
secara efektif, karena itu kemampuan profesional guru turut menentukan apakah suatu kurikulum
dapat beroperasi secara efisien dan efektif. Tingkat efisien itu ditentukan oleh derajat kelancaran
yang ditempuh, sedangkan tingkat efektifitasnya ditandai oleh derajat keberhasilannya, yakni
dalam bentuk perubahan perilaku para siswa, yang kita kenal dengan sebutan prestasi belajar.
Apakah dalam pelaksanaan kurikulum yang berdaya guna dan berhasil guna turut sangat
tergantung pada kemampuan guru itu sendiri, atau dengan kata lain di kalangan guru mungkin
ada masalah yang mengalami kesulitan dalam prosedur pelaksanaannya dan mungkin juga ada
yang merasa mendapat hambatan berkenaan dengan kelemahan dalam dimensi tertentu pada
kemampuan profesionalnya.
Dalam situasi ini, maka sudah tentu guru bersangkutan membutuhkan bantuan, bimbingan,
arahan, dorongan kerja, bahkan mungkin nasihat dan petunjuk yang berguna baginya dalam
upaya melaksanakan kurikulum tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka akan dibahas
mengenai bidang kegiatan supervisi kurikulum, metode supervisi dan supervisor kurikulum dan
pendidikan bagi supervisor. Ketiga hal tersebut dinilai sebagai pokok dalam rangka “Sistem
Pelaksanaan Supervisi Kurikulum” secara keseluruhan.
Pokok-pokok bahasan tersebut akan dibahas satu demi satu, dalam arti senantiasa terdapat
keterkaitan antara pokok bahasan satu dengan pokok bahasan lainnya, sehingga diharapkan
memberikan gambaran menyeluruh tentang supervisi pelaksanaan kurikulum.
BAB III
PENUTUP
15
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17