Hadits
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
TAMBAKBERAS JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ HADITS PUASA
RAMADHAN” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari makalah ini untuk memenuhi tugas
Bapak Moh. Fodil M.Pd pada bidang studi Hadits. Setelah itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang topik masalah bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Moh. Fodhil M.Pd yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yanag kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….....i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….......ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………......iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
C. Hikmah Puasa....................................................................13
A. Simpulan ...................................………………….……......16
DAFTAR PUSAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang padanya pikiran (akal) dan perasaan (hati).
Keberadaan dari dua hal di atas telah menghadirkan lingkungan yang positive dan negative.
Dua kondisi lingkungan tersebut telah dipengaruhi oleh kedekatan seorang hamba kepada
Tuhannya yaitu Allah Swt. Apabila telah terjalin kedekatan yang kuat antara diri seorang
hamba kepada Tuhannya, maka lingkungan di sekitarnya akan bernuansa positive atau
penuh kedamaian dan kesejahteraan. Namun, apabila tidak terjalin, maka yang akan terjadi
disebabkan nuansa kehidupan di sebagian besar masyarakat dunia dalam beraktivitas yang
penuh dengan kerakusan dan kesombongan. Hal tersebut menjadi kajian utama yang akan
menjadi pembahasan dalam tulisan yang berjudul hakikat puasa ramadhan dalam persfektif
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pendidikan, kepedulian sosial dan bulan
yang penuh dengan kepekaan diri seorang hamba atas intruksi Allah Swt. Bagian yang
terakhir, merupakan bagian utama yang ingin dijangkau oleh kalangan hamba Allah Swt., di
bulan yang berisikan rahmat, maghfirah dan pelepasan atau menjauhkan siksa api neraka
bagi yang berpuasa. Ramadhan identic dengan puasa dan merupakan jargon utama dari
aktivitas ibadah lainnya yang dilakukan oleh seorang hamba Allah Swt. Oleh karena itu,
puasa akan memberikan pendidikan, kepedulian sosial, dan jalan menuju kedekatan diri
seorang hamba kepada Allah Swt., melalui kepekaannya dalam menghubungkan makna
1
ibadah yang telah dilakukannya dengan kondisi perbuatan individu dan sosialnya sehari-
hari.
B. Rumusan Masalah
3. Hikmah Puasa
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Ahs-Shiyam secara bahasa berarti menahan. Orang yang diam disebut shaa'im, karena
"sesungguhnya aku telah bemadzar berpuasa (tidak bicara) untuk Tuhan Yang Maha
Adapun menurut hukum syar'i, ash-shiyam berarti menahan diri dari halhal tertentu
dengan suatu niat (ketika melakukannya) pada waktu yang telah ditentukan.
Sedangkan Saumu, menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti
menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Sedangkan menurut istilah, Saumu adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya,
satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan
beberapa syarat.
1. Menurut Muhammad Asad, puasa adalah the obstinence of speech memaksa diri untuk
2. Menurut Hasbi Ash Shiddieqy, puasa bisa menjadikan orang mampu membiasakan diri
untuk dapat bersifat dengan salah satu dari sifat Allah swt, sifat tidak makan minum
3
meskipun untuk sementara waktu, sekaligus dapat menyerupakan diri dengan orang-
3. Menurut Yusuf Al Qardawi, puasa sebagai sarana pensucian jiwa dan raga dari segala
hal yang memberatkan dalam kehidupan dunia sekaligus bentuk manifestasi rasa
ketaatan seseorang dalam melaksanakan perintah Allah swt, dalam hal meninggalkan
segala larangan untuk melatih jiwa dalam rangka menyempurnakan ibadah kepadaNya.
4. Menurut Syeikh Mansur Ali Nashif, puasa dapat menjadi benteng dan pemelihara dari
nafsu syahwat, bahkan dapat memelihara dari pelakunya dari api neraka.
Kewajiban puasa ditetapkan pada bulan Sya'ban tahun 2 Hijriah, menurut ijma'ulama,
setelah penetapan kewajiban puasa tersebut, Rasulullah SAW telah melakukan puasa
Selain puasa Ramadhan merupakan kewajiban yang sangat mulia, ia adalah salah satu
dari rukun Islam yang lima. Al Qur'an, Sunah, dan ijma'ulama telah menyatakan hal
tersebut.
Allah SWT berfirman, "Telah diwajibkan atas kalian berpuasa."(Qs. Al Baqarah [2]:
183).
Rasulullah SAW bersabda, "Islam didirikan atas lima perkara, -beliau menyebutkan
salah satunya- adalah berpuasa daripada bulan Ramadhan." (HR. Bukhari [8] dan Muslim
[160. Selain dari hadits tadi, hadits tentang kewajiban berpuasa sangatlah banyak. Dengan
demikian, kaum muslim sepakat bahwa orang yang mengingkari kewajiban berpuasa berarti
telah kufur.
4
Mengenai keutamaan berpuasa, banyak hadits yang menyinggungnya, diantaranya
Artinya : "Setiap amal bni Adam (manusia) adalah untuk dirinya, kecuali puasa. ( hal ini
karenakan) puasa untukku dan aku pula yang akan membalasnya.” (HR. Bukhori [1085] dan
Muslim[1151].
Adapun macam-macam Puasa: Puasa wajib atau puasa fardhu terdiri dari puasa fardhu
ain atau puasa wajib yang harus dilaksanakan untuk memenuhi panggilan Allah ta’ala yang
disebut puasa ramadhan. Sedangkan puasa wajib yang terdiri dalam suatu hal sebagai hak
Allah SWT atau disebut puasa kafarat. Selanjutnya puasa wajib untuk memenuhi panggilan
pribadi atas dirinya sendiri dan disebut puasa nadzar. Puasa sunat atau puasa tathawwu’
yang meliputi puasa enam hari bulan syawal, puasa senin kamis, puasa hari Arafah (tanggal
9 Zulhijjah, kecuali bagi orang yang sedang mengerjakan ibadah haji tidak disunatkan),
puasa hari Syura (10 Muharram), puasa bulan Sya’ban puasa tengah bulan (tanggal 13, 14,
dan 15 bulan Qomariyah). Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan terus menerus
sepanjang masa kecuali pada bulan haram, disamping itu makruh puasa pada setiap hari
sabtu saja atau tiap jumat saja. Puasa haram yaitu haram berpuasa pada waktu-waktu tertentu
misalnya Hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah), Hari-hari
5
B. Hadits Yang menjelaskan tentang puasa ramadhan
“Daripada Ibn Umar (r.a), beliau berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah (s.a.w)
bersabda: “Jika kamu melihat anak bulan, maka berpuasalah dan apabila kamu melihatnya
lagi, maka berbukalah. Jika kamu terhalang oleh mendung hingga tidak melihatnya, maka
Menurut riwayat Muslim disebutkan: “Dan apabila kamu terhalang oleh awan, maka
sempurnakanlah bilangannya menjadi tiga puluh hari.” Menurut riwayat al-Bukhari yang
juga melalui Abu Hurairah (r.a) disebutkan sebagai berikut: “Maka sempurnakanlah
Makna Hadis
Puasa Ramadhan wajib dilakukan setelah melihat anak bulan petanda masuknya bulan
Ramadhan. Untuk melihat anak bulan tidak perlu disyaratkan bahawa itu disaksikan oleh
seluruh kaum muslimin. Apa yang penting adalah anak bulan itu benar-benar dilihat dan
dapat dibuktikan. Berita seorang yang adil sudah memadai untuk menyambut kedatangan
puasa, dan dua orang yang adil untuk menyambut kedatangan Syawal.
6
Jika penglihatan terhalang oleh awan, baik untuk masuknya ataupun keluarnya bulan
Ramadhan, maka bilangan bulan digenapkan menjadi tiga puluh hari. Para ulama melarang
daripada mengambil kira pendapat pakar astronomi untuk membuktikan anak bulan,
Analisis Lafaz
ُ َوهُ فOO“ إِ َذا َرأ ْيتُ ُمapabila kamu melihat anak bulan Ramadhan, maka berpuasalah.
و ُمواOOص
Meskipun lafaz Ramadhan tidak disebutkan sebelumnya, tetapi ia masih dapat difahami
أ َ ْف ِطرُواOَوهُ فO“ َوإِ َذا َرأَ ْيتُ ُمapabila kamu melihat anak bulan Syawal, maka berbukalah (yakni
إ ِ ْن ُغ َّم َعلَ ْي ُك ْمOOOَ“ فberasal dari perkataan “يئOOO“ غممت الشyang bermaksud apabila engkau
menutupi sesuatu. Makna yang dimaksudkan di sini ialah apabila penglihatan kamu
“ُهOَ“ فَا ْق ُدرُوالberasal dari perkataan “ديرOO“ التقyang bermaksud perkirakanlah oleh kamu
“ “ َولِ ُم ْسلِمmenurut riwayat Muslim melalui Nafi’ dari Ibn Umar (r.a) disebutkan bahawa :
memberi isyarat dengan kedua-dua tangannya, lalu bersabda: “Bulan Ramadhan itu sebegini,
7
sebegini, dan sebegini (sedangkan dalam isyarat yang ketiga baginda menekukkan ibu
jarinya untuk menyatakan bilangan dua puluh sembilan). Maka berpuasalah kamu kerana
melihat anak bulan (Ramadhan), dan berbukalah kamu kerana melihatnya (anak bulan
Syawal). Jika kamu terhalang oleh cuaca mendung, maka perkirakanlah untuknya tiga puluh
hari.”
salah seorang ulama kenamaan. Dia meriwayatkan hadis daripada Ibn Umar, Abu Lubabah,
Abu Hurairah, Aisyah, dan para sahabat yang lain. Keduadua anaknya yang bernama Abu
Bakar dan Umar telah meriwayatkan hadis daripadanya, begitu pula Ayyub dan Ibn Juraij
serta Malik dan sejumlah ulama yang lain. Al-Bukhari berkata: “Sanad yang paling sahih
ialah daripada Malik, daripada Nafi’, daripada Ibn Umar.” Al-Ajali, Ibn Kharrasy dan al-
Nasai berkata: “Nafi’ seorang yang tsiqah.” Hammad ibn Zaid berkata: “Nafi’ meninggal
memukulkan salah satunya kepada yang lain seperti mana yang dijelaskan di dalam kedua-
dua riwayat yang selainnya. Riwayat yang pertama mengatakan: “Dan menepukkan kedua-
dua telapak tangannya”, sedangkan riwayat yang kedua mengatakan: “Dan menelungkupkan
َّ
ْه ُرهَ َك َذاOالش,“Nabi (s.a.w) mengisyaratkan dengan membuka semua jari-jarinya yang
sepuluh sebanyak tiga kali untuk menunjukkan bilangan hari-hari dalam satu bulan, tetapi
pada kali yang ketiga baginda menekukkan ibu jarinya untuk mengisyaratkan kurang satu
hari yang bererti jumlah keseluruhannya adalah dua puluh sembilan. Apa yang dimaksudkan
8
di sini ialah satu bulan itu adakalanya berjumlah dua puluh sembilan hari dan tidak semua
yang lain.
“ َ“فَا ْق ِدرُوالَهُ ثَاَل ثِينjika anak bulan tidak dapat kamu lihat sesudah dua puluh sembilan
hari, maka perkirakanlah bilangannya menjadi satu bulan sempurna, yakni kamu
َّ “ َولِ ْلبُخَا ِرmenurut lafaz yang dikemukakan oleh al-Bukhari melalui Abdullah ibn
ي
“Satu bulan itu terdiri daripada dua puluh sembilan malam, maka janganlah kamu
berpuasa sebelum melihat anak bulan. Jika kamu mengalami mendung, maka
menceritakan kepada kami: “Aku pernah mendengar Abu Hurairah (r.a) bercerita bahawa
9
“Berpuasalah kamu kerana melihat anak bulan (Ramadhan), dan berbukalah kamu
kerana melihatnya (anak bulan Syawal). Jika kamu terhalang oleh sesuatu, maka
Muhammad ibn Ziyad al-Jumahi, nama panggilannya adalah Abu al-Harits al-
Madani al-Basri. Dia meriwayatkan hadis daripada Abu Hurairah, Aisyah, Ibn Umar, dan
lain-lain. Telah diambil riwayat hadis daripadanya oleh Ibrahim ibn Thahman, Syu’bah, dua
ulama bernama Hammad dan al-Rabi’ ibn Muslim serta sejumlah ulama yang lain. Dia
Fiqh Hadis
3. Disyariatkan menyempurnakan bilangan bulan menjadi tiga puluh hari apabila anak
bulan tidak dapat dilihat pada hari yang kedua puluh sembilan.
5. Tidak boleh merujuk kepada pendapat pakar astrologi dan pakar astronomi dalam
Daripada Ibn Umar (r.a), beliau berkata: “Orang ramai berhimpun untuk melihat anak
bulan dan aku memberitakan kepada Nabi (s.a.w) bahawa aku telah melihatnya, lalu baginda
berpuasa dan menyuruh orang ramai untuk berpuasa.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan
10
Makna Hadis
Pada mulanya kesaksian untuk menetapkan puasa dilakukan oleh dua orang saksi
lelaki yang adil, kerana berlandaskan kepada satu hadis yang mengatakan:
“Berpuasalah kamu kerana melihat anak bulan dan berbukalah kerana melihatnya.
Jika kamu terhalang oleh sesuatu, maka sempurnakanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi
tiga puluh hari, kecuali apabila ada dua orang saksi lelaki yang melihatnya.”
Hadis ini menjadi pegangan segolongan ulama terkemuka di mana mereka tidak
membolehkan berpegang dengan berita satu orang untuk memulakan berpuasa, sedangkan
ulama lain pula membolehkan berpegang dengan berita satu orang untuk memulakan puasa
kerana berlandasan kepada hadis ini. Rasulullah (s.a.w) membolehkan kesaksian Ibn Umar
dan memerintahkan kepada orang ramai untuk puasa. Ini menunjukkan berita yang
disampaikan oleh satu orang dalam masalah memulakan puasa boleh diterima, namun
dengan syarat hendaklah orang itu bersifat adil, kerana kesaksian orang yang tidak adil tidak
Analisis Lafaz
“تَ َرا َءى النَّاسُ ْال ِهاَل َل,“orang ramai berhimpun untuk melihat anak bulan. Makna asal kata
“راءىOOO“ تialah sebahagian kaum melihat sebahagian yang lain, yakni mereka saling
11
صيَا ِم ِه َ َّصا َم َواَ َم َرالن
ِ ِاس ب َ َ“فbaginda berpuasa dan menyuruh orang ramai berpuasa kerana
berlandaskan kepada kesaksian Ibn Umar semata yang telah melihat anak bulan.
Fiqh Hadis
Untuk membuktikan anak bulan bulan Ramadhan cukup dilihat oleh seorang saksi
lelaki. Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad mengatakan bahawa cukup untuk membuktikan
anak hilal bulan Ramadhan secara mutlak melalui penglihatan (rukyat) seorang yang bersifat
adil. Saksi itu mestilah seorang lelaki dan merdeka. Tetapi untuk membuktikan anak bulan
bulan yang selainnya seperti bulan Syawal maka itu tidaklah memadai, kecuali dengan
Imam Malik berkata: “Anak bulan bulan Ramadhan dan bulan Syawal baru dapat
dibuktikan melalui kesaksian dua orang lelaki yang adil atau jemaah yang berjumlah ramai
yang sekurang-kurangnya terdiri daripada lima orang. Ini berlaku bagi lembaga khusus yang
menangani masalah melihat anak bulan. Adapun bagi seseorang yang tidak menangani
urusan ini, maka cukup dibuktikan hanya dengan kesaksian satu orang yang bersifat adil.”
Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya berkata: “Apabila di atas langit terdapat
halangan seperti awan atau jerebu, maka kesaksian satu orang yang bersifat adil boleh
diterima bagi membuktikan anak bulan bulan Ramadhan, meskipun dia adalah hamba
sahaya atau seorang wanita. Oleh kerana masalah ini adalah masalah yang berkaitan dengan
agama dan kesaksian orang yang bersifat adil dapat diterima dalam masalah-masalah agama,
anak bulan selain bulan Ramadhan, seperti bulan Syawal mestilah dengan kesaksian dua
orang lelaki yang merdeka atau seorang lelaki merdeka dengan dua orang wanita merdeka,
tetapi dengan syarat semua mereka bersifat adil, sebagaimana disyaratkan pula
12
mengucapkan kata-kata kesaksian, kerana adanya kaitan hak hamba-hamba Allah dengan
perkara itu, lain halnya dengan puasa Ramadhan yang merupakan hak Allah (s.w.t) semata.
Jika di atas langit tidak terdapat halangan, maka dalam membuktikan bulan Ramadhan dan
bulan yang selainnya diharuskan adanya kesaksian sejumlah orang yang telah diyakini
mereka bersifat jujur. Ini kerana berita selain mereka dalam keadaan seperti itu jelas keliru,
sehingga berita mereka pun tidak boleh diterima.” Imam Abu Hanifah sendiri mengatakan
cukup dengan kesaksian dua orang (lelaki) yang melihat anak bulan, sekalipun di atas langit
C. Hikmah Puasa
1. puasa merupakan bentuk katatan yang paling mulia dan suatu rahasia antara hamba
dengan Tuhannya. Punsa juga berfungsi sebagai puncak barometer dalam melaksanakan
amanah.
2. Puasa menghiasi diri dengan keutamaan sifat sabar yang terhimpun dalam tiga bentuk
sabar, yaitu: sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT, sabar dalam menjauhi maksiat,
3. Puasa adalah latihan menghadapi penderitaan berupa kekurangan. Karena rasa lapar
mengingatkan seorang hamba akan nikmat-nikmat Allah SWT (yang telah diberikan
4. puasa memiliki fungsi kesehatan, karena mampu memberikan relaksasi dan waktu
istirahat (dari pengisian dan pengosongan) bagi alat pencemaan. Dengan demikian, alat
13
Alhasil, puasa merupakan suatu ibadah mulia yang menghimpun seluruh budi pekerti
dan menghindarkan dari semua perbuatan jahat. Karenanya , Allah SWT mewajibkan puasa
kepada umat terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, "Wahai omngorang yang
beriman, sesunguhnya telah di wajibkan berpuasa atas kalian sebagaimana telah di wajibkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa puasa yaitu Ahs-Shiyam yang berarti menahan. Orang yang diam
disebut shaa'im, karena menahan dari perkataan. Adapun menurut hukum syar'i, ash-
shiyam berarti menahan diri dari hal-hal tertentu dengan suatu niat (ketika
melakukannya) pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan Saumu, menurut bahasa
Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”. Sedangkan menurut istilah, Saumu adalah
menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit
Puasa wajib atau puasa fardhu terdiri dari puasa fardhu ain atau puasa wajib yang
harus dilaksanakan untuk memenuhi panggilan Allah ta’ala yang disebut puasa
ramadhan. Sedangkan puasa wajib yang terdiri dalam suatu hal sebagai hak Allah SWT
atau disebut puasa kafarat. Puasa makruh, yaitu puasa yang dilakukan terus menerus
sepanjang masa kecuali pada bulan haram, disamping itu makruh puasa pada setiap hari
14
sabtu saja atau tiap jumat saja. Puasa haram yaitu haram berpuasa pada waktu-waktu
tertentu.
B. Hikmah puasa
Adapun beberapa hikmah puasa, puasa memiliki banyak hikmah antara lain :
1. Puasa merupakan bentuk katatan yang paling mulia dan suatu rahasia antara
3. Puasa menghiasi diri dengan keutamaan sifat sabar yang terhimpun dalam tiga
bentuk sabar, yaitu: sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT, sabar dalam
15
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi H.M Nor Hasanuddin. 2010. Ibanah Al-Hakam Syarah Bulugh Al-Maram (Jilid kedua),
16