Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

JUAL BELI DAN RIBA

Disusun untuk memenuhi


Tugas Mata Kuliah Studi Fiqih
Dosen pengampu : Shofiatul Jannah, M.HI

Oleh :
Fitriana ( 22001013014 )
Alfia Lailatul Mufidah ( 22001013027 )

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya serta nikmat yang dianugerahkan. Makalah ini dibuat untuk menjadikan tugas mata
kuliah Studi Fiqih. Makalah yang berjudul “Jual Beli dan Riba” disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai macam pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang turut andil dalam pembuatan makalah ini.
Penulis telah berusaha dengan maksimal demi kesempurnaan makalah ini. Mohon kritik
dan saran terhadap makalah yang penulis buat dikarenakan masih banyak kekurangan, sehingga
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan inspirasi dan manfaat terhadap
pembaca.

Malang, 5 Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing-
masing berhajat kepada yang lain,saling tolong-menolong, tukar menukar keperluan dalam
urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau
suatu usaha yang lain, baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian
akan terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat. Agar hak
masing-masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka agar semuanya dapat
berjalan dengan lancar dan teratur, agama islam memberikan peraturan yang sebaik-baiknya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan jual beli dan riba ?
2. Bagaimana landasan hukum jual beli dan riba ?
3. Bagaimana hukum jual beli dan riba?
4. Apa saja macam-macam jual beli dan riba ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mendeskripsikan pengertian jual beli dan riba
2. Untuk mendeskripsikan landasan hukum jual beli dan riba
3. Untuk mendeskripsikan hukum jual beli dan riba
4. Untuk mendeskripsikan macam-macam jual beli dan riba
BAB II
PEMBAHASAN
JUAL BELI
2.1 Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang menurut syara’
artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu (‘aqad).1
Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa Arab dikenal
dengan istilah al-bay’u. Secara terminologi jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh
pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya.
Menurut syari’at islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau
memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Jual-beli atau bay’u adalah suatu kegiatan tukar-menukar barang dengan barang yang lain
dengan cara tertentu baik dilakukan dengan menggunakan akad maupun tidak menggunakan
akad.2 Intinya, antara penjual dan pembeli telah mengetahui masing-masing bahwa transaksi
jual-beli telah berlangsung dengan sempurna.
2.2 Landasan Hukum Jual Beli
Landasan Syara’: Jual beli di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Yakni3
a. Berdasarkan Al-Qur’an diantaranya:

‫الربَا‬
ِّ ‫َح َّل اللّهُ الَْبْي َع َو َحَّر َم‬
َ ‫َوأ‬
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (Al- Baqarah : 275)
ً ‫وا ال ُّسفَهَاء أَ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل هّللا ُ لَ ُك ْم قِيَاما‬
ْ ُ‫َوالَ تُ ْؤت‬

Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh dan harta itu
dijadikan Allah untukmu sebagai pokok penghidupan”. (An-Nisa:5).

َ ‫اط ِل إِالَّ أَن تَ ُكونَ تِ َج‬


ً‫ارة‬ ْ ُ‫وا الَ تَأْ ُكل‬
ِ َ‫وا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

٢٩- ً ‫وا أَنفُ َس ُك ْم إِ َّن هّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحيما‬


ْ ُ‫اض ِّمن ُك ْم َوالَ تَ ْقتُل‬
ٍ ‫عَن تَ َر‬-
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.

1
Moh Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,Toha Putra,Semarang:1978, hal 402
2
Ali Imran,Fikih Taharah, Ibadah Muamalah, Cipta Pustaka Media Perintis, Bandung:2011
3
Rahmat Syafe’i,Fiqih Muamalah untuk UIN,STAIN, PTANIS, dan Umum, Pustaka Setia, Bandung:2006, hal: 74-75
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (An-Nisa: 29).
b. Berdasarkan Sunnah
Rasulullah Saw. Bersabda:
“dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya: pencarian apakah yang paling
baik? Beliau menjawab: “Ialah orang yang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang
bersih”. (H.R Al-Bazzar dan disahkan Hakim)
Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling meridhoi) (HR. Ibnu Hibban
dan Ibnu Majah).
c. Bardasarkan Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan
mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau
harta milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
Rukun dan Pelaksanaan Jual Beli
Dalam menetapkan rukun jual-beli, diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat. Menurut
Ulama Hanafiyah, rukun jual-beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang
secara rida, baik dengan ucapan maupun perbuatan.
Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu:4
a. Bai’ (penjual)
b. Mustari (pembeli)
c. Shighat (ijab dan qabul)
d. Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).
Syarat Jual-beli
Transaksi jual-beli baru dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat jual-beli, yaitu :5
a. Adanya dua pihak yang melakukan transaksi jual-beli
b. Adanya sesuatu atau barang yang dipindah tangankan dari penjual kepada pembeli
c. Adanya kalimat yang menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab qabul).
Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:

4
Ibid, hal: 76S
5
Mahmud Yunus, dan Nadlrah Naimi,Fiqih Muamalah, CP. Ratu Jaya, Medan: 2011, hal 104-105
a. Agar tidak terjadi penipuan, maka keduanya harus berakal sehat dan dapat membedakan
(memilih).
b. Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan karena terpaksa.
c. Dewasa atau baligh.
Syarat benda dan uang yang diperjual belikan sebagai berikut:
a. Bersih atau suci barangnya
Tidak sah menjual barang yang najis seperti anjing, babi, khomar dan lain-lain yang najis.
b. Ada manfaatnya:
jual beli yang ada manfaatnya sah, sedangkan yang tidak ada manfaatnya tidak sah, seperti jual
beli lalat, nyamuk, dan sebagainya.
c. Dapat dikuasai:
tidak sah menjual barang yang sedang lari, misalnya jual beli kuda yang sedang lari yang belum
diketahui kapan dapat ditangkap lagi, atau barang yang sudah hilang atau barang yang sulit
mendapatkannya.
d. Milik sendiri:
tidak sah menjual barang orang lain dengan tidak seizinnya, atau barang yang hanya baru akan
dimilikinya atau baru akan menjadi miliknya.
e. Harus diketahui kadar, harga, jenis dan sifatnya dari barang itu, begitu juga. Jual beli benda
yang disebutkan sifatnya saja dalam janji (tanggungan), maka hukumnya boleh.
2.3Hukum Jual Beli
Pada asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah atau dibolehkan. Sebagaimana
ungkapan Imam Asy-Syafi'i dasarnya hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu
apabila dengan keridhaan dari kedua-belah pihak. Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh
Rasulullah SAW. Atau yang maknanya termasuk yang dilarang beliau SAW.6
2.4 Macam – macam Jual Beli
Menurut jumhur ulama jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, dari segi hukumnya, jual beli
ada tiga macam yaitu :
1) Jual beli yang sah,
Adalah jual beli yang telah memenuhi ketentuan syara’, baik rukun maupun syaratnya, syarat
jual beli antara lain :
1. Barangnya suci

6
Dr. Az-zuhaili .Wahbah, Al-Fqihul Islami wa Adillatuhu , jilid 4 halaman 364
2. Bermanfaat
3. Milik penjual (dikuasainya )
4. Bisa di serahkan
5. Di ketahui keadaannya
2) Jual beli yang batal,
Adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi
rusak (fasid). Menurut jumhur ulama, rusak dan batal memiliki arti yang sama.
Adapun ulama hanafiyah membagi hukum dan sifat jual beli menjadi sah, batal, dan rusak.
3) Jual beli yang di larang
Jual beli yang dilarang dalam islam sangatlah banyak menurut jumhur ulama. Berkenaan dengan
jual beli yang di larang dalam islam, Wahbah Al-Juhalili meringkasnya sebagai berikut :
1. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad )
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sahih apabila dilakukan oleh orang yang
baligh, berakal, dan dapat memilih, dan mampu ber-tasharruf secara bebas dan baik. Mereka
yang di pandang tidak sah jual belinya adalah berikut ini :
a. Jual beli orang gila
Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah. Begitu pula sejenisnya, seperti orang
mabuk, sakalor, dan lain-lain.
b. Jual beli anak kecil
Menurut ulama fiqih jual beli anak kecil di pandang tidak sah, kecuali dalam perkara – perkara
yang ringan atau sepele. Menurut ulama Syafi’iyah, jual beli anak mimayyiz yang belum baligh,
tidak sah sebab tidak ada ahliyah.
Adapun menurut ulama Malikiyyah, Hanafiyyah, dan Hanabilah, jual beli anak-anak
kecil dianggap sah jika diizinkan walinya. Mereka antara lain beralasan, salah satu cara untuk
melatih kedewasaan adalah dengan cara memberikan keleluasaan untuk jual beli, juga
pengamalan atas firman Allah, yang artinya:
ً‫اح فَإ ِ ْن آنَ ْستُم ِّم ْنهُ ْم رُ ْشدا‬ ْ ‫وا ْاليَتَا َمى َحتَّ َى إِ َذا بَلَ ُغ‬
َ ‫وا النِّ َك‬ ْ ُ‫َوا ْبتَل‬

‫ُوا إِلَ ْي ِه ْم أَ ْم َوالَهُ ْم‬


ْ ‫فَا ْدفَع‬...

Artinya
“ dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut
pendapat mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka
hartanya. (Q.S. An-Nisa’ :6)
c. Jual beli orang buta
Jual beli orang buta di kategorikan sahih munurut jumhur ulama jika barang yang dibelinya
diberi sifat ( diterangkan sifat-sifatnya ). Menurut Safi’iyah, jual beli orang buta tidak sah sebab
ia tidak dapat membedakan barang yang jelek dan yang baik.
d. Jual beli terpaksa
Menurut ulama Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli ini tidak sah , sebab tidak ada keridaan ketika
akad.
e. Jual beli fudhul
Adalah jual beli milik orang tanpa seizinnya. Munurut Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli di
tangguhkan sampai ada izin pemilik. Menurut Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli fudhul tidak
sah.
f. Jual beli orang yang terhalang
Maksudnya adalah terhalang karena kebodohan, bangkrut ataupun sakit.
2. Terlarang Sebab Ma’qud Alaih ( barang jualan )
Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang di jadikan alat pertukaran olah orang yang akad,
yang biasa di sebut mabi’ (barang jualan) dan harga.
a. Jual-beli benda yang tidak ada atau di khawatirkan tidak ada
b. Jual-beli barang yang tidak dapat di serahkan
c. Jual-beli gharar ataui di sebut juga dengan jual beli yang tidak jelas (majhul)
d. Jual-beli barang yang najis dan yang terkena najis.
e. Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), tidak dapat dilihat.
3. Terlarang sebab syara’
a. Jual-beli riba
b. Jual-beli barang yang najis
Barang yang diperjual belikan harus suci dan bermanfaat untuk manusia. Tidak boleh (haram)
berjual beli barang yang najis atau tidak bermanfaat seperti: arak, bangkai, babi, anjing, berhala,
dan lain-lain.
Nabi saw. Bersabda ;
)‫ (رواه الشيغان‬. ‫اِ ّن ا هللَ تعالى َحرَّم بَ ْي َع ْالخَ ْم ِر َو ْال َم ْيتَ ِة َو ْال ِخ ْن ِزي ِْر َواألَصْ ن َِام‬7
Artinya :
“ Nabi bersabda : Allah ta’ala melarang jual beli arak, bangkai, babi, anjing, dan
berhala.”(bukhari dan muslim)
c. Jual-beli dengan uang dari barang yang diharamkan
d. Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang
e. Jual-beli waktu ibadah sholat jum’at, berdasarkan Q.S. Al Jumu’ah ayat 9, yaitu:

َ‫صاَل ِة ِمن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة فَا ْس َعوْ ا إِلَى ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َذرُوا ْالبَ ْي َع َذلِ ُك ْم خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬
َّ ‫ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ َذا نُو ِدي لِل‬-
Artinya :
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.
f. Jual-beli anggur untuk dijadikan khamar
g. Jual-beli induk tanpa anaknya yang masih kecil
h. Jual-beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
i. Jual-beli memakai syarat.
RIBA
2.1 Pengertian Riba
Menurut etimologi, riba berarti “ Azziyadah”(tambahan), seperti arti kata riba pada surah Al-haj
ayat 5, yang artinya : “ kemudian Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah.
Riba secara bahasa adalah sesuatu yang bertambah dari pokoknya, sedangkan menurut syara’
adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis maupun uang
yang berlebih ketika pengembaliannya sesuai dengan jatuh temponya8
Maksudnya menurut syara’: “akad yang terjadi dalam penukaran barang-barang yang tertentu,
tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’, atau terlambat menerimanya.

7
Moh. Rifa’i,dkk, Terjamah khulasah kifayatul akhyar, cv.Toha putra ,Semarang, 1978, hal 184
8
Ali Imran, opcit hal 162
2.2 Landasan hukum
1. Berdasar kan Al-Qur’an
a. Sebagaimana yang terdapat dalam surah Ali Imran ayat 130, yang artinya:

١٣٠- َ‫وا هّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬


ْ ُ‫ضا َعفَةً َواتَّق‬ ْ ُ‫وا الَ تَأْ ُكل‬
َ ‫وا ال ِّربَا أَضْ َعافا ً ُّم‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬-

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Firman Allah :
‫َوأَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا‬
Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
(Al-Baqarah :275)
b. Dan dalam surah Al- Baqarah: 278-279 yang artinya:

‫ب ِّمنَ هّللا ِ َو َرسُولِ ِه َوإِن تُ ْبتُ ْم‬ٍ ْ‫وا بِ َحر‬ْ ُ‫وا فَأْ َذن‬
ْ ُ‫ فَإِن لَّ ْم تَ ْف َعل‬-٢٧٨- َ‫ُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا ِإن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِين‬
ْ ‫وا هّللا َ َو َذر‬
ْ ُ‫وا اتَّق‬
ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
٢٧٩- َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َوالَ ت‬ ْ ‫فَلَ ُك ْم ُر ُؤوسُ أَ ْم َوالِ ُك ْم الَ ت‬-

“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan
jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya”.
2. Hadist
Sabda Nabi SAW. Yang artinya: dari Jabir, “Rasulullah Saw. Telah melaknat atau mengutuk
orang yang makan riba, wakilnya, penulisnya, dan dua saksinya”. (Riwayat Muslim).
2.3 Hukum Riba
Riba hukumnya haram, berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi Saw yang telah disebutkan
diatas.Beberapa pendapat lain mengenai hukum riba, antara lain yaitu ;9 1. Riba adalah bagian
dari 7 dosa besar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Sebagaimana hadits berikut ini :
َ َ‫ ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ ع َْن النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم ق‬:
‫ال‬
َ َ‫ُول هَّللا ِ ؟ ق‬
‫ال‬ ِ ‫ اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ْال ُموبِقَا‬:
َ ‫ َو َما ه َُّن يَا َرس‬: ‫ت قَالُوا‬
9
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2010, hal 292
‫ق َوأَ ْك ُل ال ِّربَا‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ إاَّل بِ ْال َح‬
ِ ‫ك بِاَهَّلل ِ َوالسِّحْ ُر َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬
ُ ْ‫ال ِّشر‬

ِ ‫ت ْالغَافِال‬
‫ت‬ َ ْ‫ف َوقَ ْذفُ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬ ِ ْ‫َوأَ ْك ُل َما ِل ْاليَتِ ِيم َوالتَّ َولِّي يَوْ َم ال َّزح‬
ِ ‫ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬. ‫ت‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Jauhilah oleh kalian tujuh hal
yang mencelakakan". Para shahabat bertanya,"Apa saja ya Rasulallah?". "Syirik kepada Allah,
sihir, membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, makan riba, makan harta
anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh zina.(HR. Muttafaq alaihi).
2. Tidak ada dosa yang lebih sadis diperingatkan Allah SWT di dalam Al-Quran, kecuali dosa
memakan harta riba. Bahkan sampai Allah SWT mengumumkan perang kepada pelakunya.Hal
ini menunjukkan bahwa dosa riba itu sangat besar dan berat.

ْ ‫يَا أَيّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َو َذرُوا َما بَقِ َي ِم ْن الرِّ بَا‬
َ‫إن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬
ٍ ْ‫فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َحر‬
ُ‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه َوإِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم رُ ُءوس‬
ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َواَل ت‬
َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ‫أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل ت‬

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu
orang-orang yang beriman.Maka jika kamu tidak mengerjakan , maka ketahuilah, bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat , maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak dianiaya. (QS. Al-Baqarah : 278-279)
3. As-Sarakhsy berkata bahwa seorang yang makan riba akan mendapatkan lima dosa atau
hukuman sekaligus. Yaitu At-Takhabbut, Al-Mahqu, Al-Harbu, Al-Kufru dan Al-Khuludu fin-
Naar.
· At-Takhabbut : Kesurupan seperti kesurupannya syetan.
· Al-Mahqu : Dimusnahkan oleh Allah keberkahan hartanya
· Al-Harbu : Diperangi oleh Allah SWT
· Al-Kufru : dianggap kufur dari perintah Allah SWT. Dan dianggap
keluar dari agama Islam apabila menghalalkannya.Tapi
bila hanya memakannya tanpa mengatakan bahwa riba itu
halal, dia berdosa besar.
· Al-Khuludu fin-Naar : yaitu kekal di dalam neraka, sekali masuk tidak akan
pernah keluar lagi dari dalamnya. Nauzu bila.
2.4 Macam- macam Riba
Al-Hanafi mengatakan bahwa riba itu terbagi menjadi dua, yaitu riba Al-Fadhl dan riba An-
Nasa'.Sedangkan Imam As-Syafi'i membaginya menjadi tiga, yaitu riba Al-Fadhl, riba An-Nasa'
dan riba Al-Yadd.Dan Al-Mutawally menambahkan jenis keempat, yaitu riba AlQardh. Semua
jenis riba ini diharamkan secara ijma' berdasarkan nash Al Qur'an dan hadits Nabi" (Az Zawqir
Ala Iqliraaf al Kabaair vol. 2 him. 205).10
Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi dua besar, yaitu riba hutang-piutang dan riba
jual-beli.Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah.Sedangkan
kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah.
1. Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang
(muqtaridh).
2. Riba Yad
Jual beli dengan mengakhirkan penyerahan yakni bercerai berai antara dua orang yang akad
sebelum timbang serah terima.
3. Riba Fadhl
Riba fadhl adalah riba yang terjadi dalam masalah barter atau tukar menukar benda. Namun
bukan dua jenis benda yang berbeda, melainkan satu jenis barang namun dengan kadar atau
takaran yang berbeda. Dan jenis barang yang dipertukarkan itu termasuk hanya tertentu saja,
tidak semua jenis barang.Barang jenis tertentu itu kemudian sering disebut dengan "barang
ribawi".
Harta yang dapat mengandung riba sebagaimana disebutkan dalam hadits nabawi, hanya terbatas
pada emas, perak, gandung, terigu, kurma dan garam saja.
Dari Ubadah bin Shamait berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:” Emas dengan emas, perak
dengan perak, gandum dengan gandum, terigu dengan terigu, korma dengan korma, garam
dengan garam harus sama beratnya dan tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah sekehendakmu
tetapi harus tunai (HR Muslim).
Di luar keenam jenis barang itu tentu boleh terjadi penukaran barang sejenis dengan kadar dan
kualitas yang berbeda. Apalagi bila barang itu berlainan jenisnya.Tentu lebih boleh lagi.
· Emas : Barter emas dengan emas hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.
Misalnya, emas 10 gram 24 karat tidak boleh ditukar langsung dengan emas 20 gram 23 karat.
Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.
· Perak : Barter perak dengan perak hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.
Misalnya, perak 100 gram dengan kadar yang tinggi tidak boleh ditukar langsung dengan

10
Moh. Rifa’i, dkk. Opcit, hal 262
perak200 yang kadarnya lebih rendah. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-
masing benda itu
· Gandum : Barter gandum dengan gandum hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya
berbeda. Misalnya, 100 Kg gandum kualitas nomor satu tidak boleh ditukar langsung dengan 150
kg gandum kuliatas nomor dua. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing
benda itu
· Terigu : Demikian juga barter terigu dengan teriguhukumnya haram, bila kadar dan
ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg terigu kualitas nomor satu tidak boleh ditukar langsung
dengan 150 kg terigu kuliatas nomor dua.Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-
masing benda itu.
· Kurma : Barter kurma dengan kurma hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda.
Misalnya, 1 Kg kurma ajwa (kurma nabi) tidak boleh ditukar langsung dengan 10 kg kurma
Mesir. Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.
4. Riba Nasi’ah
Riba Nasi’ah disebut juga riba Jahiliyah. Nasi'ah bersal dari kata nasa' yang artinya
penangguhan. Sebab riba ini terjadi karena adanya penangguhan pembayaran.Inilah riba yang
umumnya kita kenal di masa sekarang ini. Dimana seseorang memberi hutang berupa uang
kepada pihak lain, dengan ketentuan bahwa hutang uang itu harus diganti bukan hanya
pokoknya, tetapi juga dengan tambahan prosentase bunganya. Riba dalam nasi'ah muncul karena
adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang
diserahkan kemudian.
Contoh : Ahmad ingin membangun rumah. Untuk itu dia pinjam uang kepada bank sebesar 144
juta dengan bunga 13 % pertahun.Sistem peminjaman seperti ini, yaitu harus dengan syarat harus
dikembalikan plus bunganya, maka transaksi ini adalah transaksi ribawi yang diharamkan dalam
syariat Islam.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah al-bay’. Secara terminology jual beli adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh pihak
penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya.
Menurut syari’at islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan atau
memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu:
a. Bai’ (penjual)
b. Mustari (pembeli)
c. Shighat (ijab dan qabul)
d. Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).
Riba secara bahasa adalah sesuatu yang bertambah dari pokoknya, sedangkan menurut syara’
adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu baik bentuk barang sejenis maupun uang
yang berlebih ketika pengembaliannya sesuai dengan jatuh temponya.
Riba terbagi kepada 4 bagian :
1. Riba fadhli
2. Riba qadi
3. Riba yad
4. Riba nasa’
3.2 Saran

DAFTAR RUJUKAN
Rasyid Sulaiman, 2010, Fiqih Islam,Sinar Baru Algensindo, Bandung
Yunus Mahmud, Naimi Nadlrah, 2011, Fiqih Muamalah, Ratu Jaya, Medan
Syafe’i Rachmat, 2006, Fiqih Muamalah untuk UIN, STAIN, PTAIS, Dan Umum, Pustaka Setia,
Bandung
Imran Ali, 2011, Fikih, Taharah, Ibadah, Muamalah, CV. Media Perintis, Bandung
Moh, Rifa’i, 1978, Ilmu Fiqih Islam Lengkap,CV. Toha Putra, Semarang
Moh. Rifa’i, dkk, 1978, Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, CV. Toha Putra Semarang

Anda mungkin juga menyukai