Anda di halaman 1dari 10

Cura Animarum Hal: 70-79

Vol 1 No 1 Tahun 2019 ISSN: 2715-3630

PERAN PASTORAL KONSELING DALAM PROKRASTINASI


AKADEMIK MAHASISWA

Yelinda Sri Silvia


Prodi Pastoral Konseling Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja
Email: yelindasri@gmail.com

Abstrak. Kebiasaan negatif yang biasa dimiliki oleh seseorang adalah menunda-nunda untuk
memulai mengerjakan tugas atau sesuatu. Hal tersebut juga dikenal dengan nama
prokrastinasi. Seorang yang melakukan prokrastinasi amat dekat dengan kegagalan, oleh
sebab itu perilaku prokrastinasi harus dihindari oleh mahasiswa karena dapat menghambat
proses pencapaian hasil belajar yang optimal. Jika prokrastinasi yang terjadi di lingkungan
akademik dan berhubungan dengan penundaan penyelesaian tugas akademik, maka hal hal ini
dapat disebut dengan prokrastinasi akademik. Jenis penundaan yang dilakukan dalam bidang
ini adalah tugas formal yang berhubungan dengan berbagai macam tugas akademik, misalnya
tugas sekolah, kuliah, atau tugas kursus dan lain sebagainya. Oleh karenanya sangat menarik
untuk mengkaji dan meneliti secara empiris, agar dapat terlihat hubungan jelas antara perilaku
prokrestinasi atau menunda-nunda dengan prestasi akademik mahasiswa. Berdasarkan hal
tersebut maka ada hubungan negatif antara prokrastinasi akademik mahasiswa dengan prestasi
akademik mahasiswa jurusan pastoral konseling. Sehingga hipotesis minor yang diajukan
dalam penelitian ini diterima. Bahwa jika hasil survei responden menunjukkan Prokrestinasi
tinggi, maka akan berdampak negatif pada prestasi akademik, bahkan sampai menmbuat
proses kelulusan menjadi tertunda dan sangat lama. Kemudian disertai dengan nilai prestasi
yang rendah dan tidak optimal. Pada tahap ini peran pendampingan pastoral dibutuhkan,
yaitu dalam hal memberikan penguatan motivasi dan membangun minat bealajar mahasiswa,
dengan melatih dan membangun kedisiplinan dalam memaknai peran mereka sebagai
mahasiswa. Percakapan dan pendampingan yang ideal, yang memungkinkan mahasiswa
sebagai konsele, mengenal dan mengerti apa yang terjadi dalam ketidak mampuannya dan
kelemahannnya, sehingga ia dapat merespon dengan pola piker, perasaan dan sikap tertentu.
Dengan demikian, maka dapat terbangun kesadaran yang semakin meningkat, dan mahasiswa
mulai belajar untuk melihat tujuan hidupnya, dan mencoba mencapainya sehingga dari
penundaan dan kemalasan berubah menjadi motivasi dan minat.

Kata Kunci: Pendampingan Pastoral, perilaku menunda-nunda, Prokartinasi Akademik,


prestasi akademik.

PENDAHULUAN
Mahasiswa yang menempuh pendidikan pada program studi pastoral konseling di
STAKN Toraja memiliki predikat indeks prestasi akademik (IP) yang variatif. Perbedaan
mencolok terlihat ketika membandingkan rata-rata IP mahasiswa prodi pastoral konseling dari
setiap tingkatan. Hal tersebut dibuktikan dari data indeks prestasi akademik yang diperoleh
dari Biro Administrasi Akademik STAKN Toraja pada jenjang strata satu tahun ajaran
2017/2018. Indeks prestasi mahasiwa angkatan 2015, angkatan 2016 dan angkatan 2017
dilaporkan sebagai berikut: IP rata-rata mahasiswa angkatan 2015 ialah 3,45, IP rata-rata

70
Cura Animarum Hal: 70-79

mahasiswa angkatan 2016 ialah 3,28 sedangkan mahasiswa angkatan 2017 memiliki IP rata-
rata 2,90. Dari data tersebut juga dapat dilihat bahwa predikat IP rata-rata untuk mahasiswa
angkatan 2017 memiliki rentang perbedaan yang jauh dengan angkatan 2015 dan 2016.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada seorang mahasiswa berinisial H
angkatan 2017 pada tanggal 11 Juni 2018, Ia beranggapan bahwa indeks prestasinya rendah
karena faktor malas dan sering tidak mengumpulkan tugas tetap waktu bahkan tidak
memasukkan tugas sama sekali. Ia pun menambahkan bahwa ketika ada tugas dari dosen ia
tidak langsung mengerjakannya sekalipun ada waktu kosong. H berpendapat bahwa bukan
hanya dia yang melakukan hal demikian tetapi juga dilakukan sebagian besar temannya.
Data dan fakta tersebut di atas kontras dengan hakekat bahwa seseorang yang belajar
berarti ia sedang berupaya memperoleh pengetahuan baru untuk tercapainya suatu perubahan.
Perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek dan tingkah laku
individu. Oleh sebab itu tugas seorang mahasiswa adalah belajar, termasuk menyelesaikan
tugas tepat waktu dan gigih saat menghadapi kesulitan dalam mengerjakan tugas. Namun
yang terjadi saat ini, mahasiswa seringkali menunda-nunda untuk memulai mengerjakan tugas
atau menunda untuk menyelesaikannya, yang dikenal dengan nama prokrastinasi. Seorang
yang melakukan prokrastinasi amat dekat dengan kegagalan, sebab perilaku prokrastinasi
harus dihindari oleh mahasiswa karena dapat menghambat siswa dalam mencapai hasil belajar
yang optimal.
Menurut Ferrari (dalam Rachmana,2002: 132) prokrastinasi merupakan perilaku
penundaan sampai hari nanti, yang identik dengan bentuk kemalasan. Oleh karena itu
seseorang yang melakukan prokrastinasi besar kemungkinan akan mengalami kegagalan, hal
ini dikarenakan tugas yang dikerjakannya belum selesai hingga batas akhir waktu
pengumpulannya, apabila tugas selesai maka hasilnya tidak akan optimal. Prokrastinasi yang
terjadi di lingkungan akademik dan berhubungan dengan penundaan penyelesaian tugas
akademik disebut dengan prokrastinasi akademik, (Rumiani, 2006: 38). Jenis penundaan yang
dilakukan dalam bidang ini adalah tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik,
misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. Hal inilah yang menarik untuk dilakukan kajian
dan penelitian untuk melihat hubungan antara Prokrastinasi dengan prestasi akademik
mahasiswa.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

I. Pengertian Prestasi Akademik


Prestasi akademik dianggap sebagai suatu hal yang dapat menyediakan informasi
tentang pencapaian mahasiswa (Eggen & Kauchak, 2004). Pendapat tersebut sama dengan
yang dikemukakan oleh Krause, Bochner, Duchesne, dan McMuagh (2010) bahwa prestasi
akademik adalah pengukuran dari proses belajar-mengajar yang memberikan informasi
mengenai apa yang mahasiswa ketahui (kognitif) dan apa yang bisa dilakukan (keterampilan).
Sesuai dengan dua pendapat di atas, prestasi akademik didasarkan pada pengumpulan
dan analisis data tentang kemajuan mahasiswa pada hasil belajar dan kinerja mahasiswa
dalam bentuk angka (Tan, Parsons, Hinson, & Sardo-Brown, 2011). Woolfolk (2004) lebih
merinci bahwa informasi yang diperoleh didasarkan pada kriteria kemudian membuat
penilaian tentang keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan mahasiswa. Penilaian
seringkali diarahkan dalam format kuantitatif (angka) untuk menyatakan seberapa banyak,
seberapa sering, atau seberapa baik hasil belajar dan performa mahasiswa.

71
Cura Animarum Hal: 70-79

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) prestasi akademik adalah hasil
pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat
kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Suryabrata (2002) lebih
menjelaskan bahwa prestasi akademik merupakan penilaian pada hasil-hasil belajar untuk
mengetahui sejauh apa kemajuan mahasiswa mencapai tujuan instruksional yang diberikan
padanya. Kemajuan mahasiswa dapat digolongkan dengan menggunakan huruf (A,B,C,D,E)
atau angka (0-10 atau 0-100).
Prestasi akademik yang dituang dalam bentuk laporan penilaian merupakan kualifikasi
keberhasilan mahasiswa dalam menempuh suatu mata kuliah. Hasil penilaian diumumkan
kepada mahasiswa setelah satu tahap pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
Hasil penilaian ini dapat berupa angka atau huruf yang dinyatakan dengan indeks prestasi
semester atau indeks prestasi kumulatif (Kemenristek-Dikti, 2015).
Dengan demikian prestasi akademik adalah keberhasilan mencapai tujuan
instruksional yang dihasilkan dari kegiatan belajar di perguruan tinggi. Bentuk keberhasilan
ini dituang kedalam bentuk angka atau huruf yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa
setelah menyelesaikan program pembelajaran dalam suatu periode tertentu dan dinyatakan
dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).

II. Pengukuran Prestasi Akademik


Pengukuran adalah proses mengumpulkan dan menganalisa informasi tentang
pencapaian mahasiswa kemudian membuat keputusan/penilaian mengenai kualitas mahasiswa
berdasarkan hasil analisis tersebut (Eggen & Kauchak, 2004).
Menurut Eggen & Kauchak (2004) dan Tan dkk (2011) terdapat dua jenis pengukuran
yaitu:
a. Pengukuran Informal adalah proses pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar
selama kegiatan dan diskusi belajar dengan mahasiswa melalui percakapan (dosen
memberi pertanyaan kemudian mendengarkan jawaban atau komentar mahasiswa),
observasi (melihat mahasiswa yang tidak fokus), dan lain-lain.
b. Pengukuran Formal adalah proses sistematis mengumpulkan informasi tentang
kemajuan belajar melalui tes, kuis dan penilaian kinerja (performa).

Alat pengukuran prestasi yang dapat dipakai untuk menilai berbagai aspek belajar
mahasiswa adalah dengan menggunakan format paper-and-pencil (format traditional) dan
format alternative untuk menilai critical thinking dan kemampuan pemecahan masalah.
Pengukuran format tradisional yaitu benar-salah, mengurutkan, pilihan ganda, menjodohkan,
pertanyaan dengan jawaban singkat (seperti isian), dan pertanyaan dengan jawaban panjang
(seperti essai). Pengukuran format alternatif yaitu menampilkan performa tertentu, melakukan
proyek kerja sama, presentasi, debat, dan lain-lain (Djiwandono, 2002; Winkel, 2004;
Santrock, 2014).
Secara umum fungsi pengukuran prestasi akademik dibedakan menjadi dua yaitu
formatif dan sumatif. Formatif adalah pengukuran terhadap tingkat pengetahuan dan
keterampilan selama proses belajar-mengajar berlangsung (Santrock, Woloshyn, Gallagher,
Petta, & Marini, 2007) atau sebelum pelajaran dimulai (Woolfolk, 2004). Sumatif adalah
pengukuran setelah proses belajar-mengajar selesai untuk memberikan informasi tentang
seberapa baik mahasiswa telah menguasai materi perkuliahan secara keseluruhan (Santrock,
dkk, 2007) atau untuk mengetahui tingkat prestasi yang dicapai pada akhir periode program
pengajaran (Syah, 2014).
Secara garis besar referensi di atas mengungkapkan pengukuran prestasi akademik
dapat dilakukan secara formal dan informal dengan memanfaatkan berbagai alat dan format
pengukuran. Dalam penelitian ini, hasil pengukuran tersebut didasarkan pada akumulasi dari

72
Cura Animarum Hal: 70-79

pengukuran sumatif dan formatif yang kemudian dinyatakan dalam indeks prestasi kumulatif
akademik.

III. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik


Berdasarkan beberapa sumber, prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan faktor internal.
a. Faktor Eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar mahasiswa.
1) Faktor keluarga terdiri atas:
a) Cara orang tua mendidik
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan, kebutuhan, dan
kepentingan anak dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam studinya.
Mendidikan anak dengan cara memanjakan dapat mengakibatkan belajar akan
menjadi kacau. Mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras dan
memaksa anak untuk belajar dapat menghasilkan gangguan kejiwaan (Slameto,
2010).
b) Relasi antar anggota keluarga
Hubungan yang antar anggota keluarga adalah hubungan yang penuh penuh
pengertian, kasih sayang, dan kepedulian, dsb. Relasi seperti itu dapat membantu
kelancaran dan keberhasilan anak dalam belajar (Slameto, 2010).
c) Suasana rumah
Suasana rumah yang tenang dan tentram membuat anak dapat belajar dengan
baik (Slameto, 2010).
d) Keadaan ekonomi keluarga
Kebutuhan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat
tulis menulis, buku-buku, dan lain-lain dapat membantu anak dalam proses
belajarnya (Slameto, 2010).
e) Latar belakang budaya
Menurut Andrade (dalam Yusoff & Chelliah, 2010) budaya merupakan salah
satu faktor yang dapat memengaruhi prestasi akademik mahasiswa pendatang.
Ormrod (2009) mengatakan budaya adalah sistem perilaku dan keyakinan sebuah
kelompok yang sudah lama ada. Perbedaan-perbedaan signifikan antara budaya
rumah dan universitas dapat mengganggu proses penyesuaian mahasiswa dengan
lingkungan universitas dan pada akhirnya juga mengganggu prestasi akademik
mahasiswa.
Keterampilan interpersonal bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya.
Pada suatu budaya tertentu, saling olok penuh keakraban merupakan hal yang
umum dilakukan di kalangan remaja. Tujuannya adalah untuk mendapatkan status
di kalangan teman sebaya atau hanya sekedar untuk bersenang-senang. Individu
yang saling tidak memahami budaya masing-masing akan salah menilai perilaku
yang ditampilkan. Akibatnya, relasi diantaranya menjadi buruk (Ormrod, 2009;
Slameto, 2010).
2) Faktor sekolah/perguruan tinggi
a) Relasi dosen dengan mahasiswa
Mahasiswa yang menyukai dan berinteraksi secara akrab dengan dosennya
akan menyukai mata kuliah yang yang diajarkan oleh dosen tersebut (Slameto,
2010).
b) Relasi mahasiswa dengan mahasiswa
Mahasiswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang
menyenangkan, mahasiswa yang mempunyai rasa rendah diri, mahasiswa yang
mengalami tekanan-tekanan batin akan dijauhi oleh teman-teman. Akibatnya,

73
Cura Animarum Hal: 70-79

mahasiswa bisa malas ke kampus dan akhirnya proses belajarnya akan terhambat
(Slameto, 2010).
c) Metode mengajar
Metode mengajar yang tidak baik seperti kurang persiapan dan kurang
menguasai materi pelajaran serta sikap dosen terhadap mahasiswa dan mata kuliah
itu tidak baik dapat membuat mahasiswa malas belajar (Slameto, 2010).
3) Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan nonsosial dan lingkungan sosial.
Lingkungan nonsosial seperti keadaan cuaca, kondisi tempat belajar (kampus dan
tempat tinggal), dan lain-lain ikut menentukan keberhasilan mahasiswa dalam belajar.
Lingkungan sosial seperti warga kampus (dosen, staf, dan teman kelas), keluarga, dan
masyarakat sekitar tempat tinggal (tetangga dan teman kost/asrama) turut
mempengaruhi semangat belajar mahasiswa (Ahmadi & Supriyono, 2004; Syah 2014).
b. Faktor Internal yaitu keadaan fisiologis dan psikologis mahasiswa
1) Faktor Fisiologis
Kondisi jasmaani dan tonus (tegangan otot) menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya yang dapat memengaruhi semangat dan intensitas mahasiswa
dalam mengikuti pelajaran. Beberapa penyakit yang dianggap tidak serius seperti
influenza dan batuk dapat mengganggu aktivitas belajar. Kondisi kesehatan panca indera
dan asupan gizi yang dikonsumsi juga sangat memengaruhi kemampuan mahasiswa
dalam menyerap informasi dan pengetahuan (Suryabrata, 2002, p. 235; Djamarah, 2011,
p. 191).

2) Faktor Psikologis terdiri dari kecerdasan, sikap, minat, motivasi, dan kepribadian.
a) Kecerdasan / inteligensi (IQ)
Kecerdasan merupakan kemampuan problem solving dalam segala situasi yang
mengandung masalah (Dalyono, 2009). Kecerdasan yang dimiliki menentukan
keberhasilan seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan
dan pengajaran.
b) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afeksi berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang,
dsb, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2014, p. 132). Sikap mahasiswa
terhadap pengajar dan mata kuliah berpengaruh pada kemajuan belajar mahasiswa
(Mustaqim & Wahib, 2010; Syah, 2014).
c) Motivasi
Motivasi adalah kecenderungan untuk menemukan kegiatan akademik yang
berarti dan berharga serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan-
kegiatan tersebut (Woolfolk, 2004). Motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri yang
dapat mendorong untuk melakukan tindakan belajar. Motivasi ekstrinsik adalah hal
dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorong untuk melakukan
kegiatan belajar(Syah, 2014).
d) Minat
Minat diartikan sebagai peningkatan perhatian dan konsentrasi; memiliki perasaan
positif; dan kemauan untuk mempelajari lebih lanjut pada suatu hal atau aktivitas
(Krause, Bochner, Duchesne, & McMuagh, 2010).
e) Kepribadian
Azwar (1996, p. 165) berpendapat kepribadian merupakan bagian dari faktor
psikologis yang dapat memengaruhi hasil belajar. Kepribadian adalah jumlah total dari

74
Cura Animarum Hal: 70-79

perilaku dan karakteristik mental yang merupakan khas dari seorang individu.
Kepribadian juga digambarkan sebagai satu set kategori atribut yang ada pada individu
yang memengaruhi dan menentukan kognisi, motivasi dan perilaku individu (Colmen
dalam Dzulkifli & Alias, 2012). Disamping itu kepribadian memengaruhi tingkat
toleransi terhadap tekanan (Alvin, 2007).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi


prestasi akademik adalah faktor eksternal dan faktor internal. Secara garis besar faktor
eksternal terdiri atas keluarga, perguruan tinggi, dan lingkungan. Faktor internal meliputi
fisiologis dan psikologis. Penelitian ini fokus pada faktor internal internal yaitu prokrastinasi
yang muncul dalam kepribadian dan motivasi. Kepribadian dan motivasi memengaruhi
perilaku individu dalam bereaksi terhadap suatu kejadian.

IV. Prokrastinasi Akademik


1. Pengertian Prokrastinasi Akademik
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro”
yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus” yang berarti
keputusan hari esok atau jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari
berikutnya (Burka & Yuen, 2008). Burka & Yuen (2008), kata prokrastinasi yang ditulis
dalam American College Dictionary, memiliki arti menangguhkan tindakan untuk
melaksanakan tugas dan dilaksanakan pada lain waktu.
Kamus The Webster New Collegiate mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu
pengunduran secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk
mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan. Prokrastinasi di kalangan ilmuwan, pertama kali
digunakan oleh Brown dan Hoizman untuk menunjukkan akecenderungan untuk menunda-
nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan
menunda atau tidak segera memulai kerja disebut procrastinator (M. N. Ghufron, 2003).

2. Faktor yang Memengaruhi Prokrastinasi Akademik


Adapun faktor yang mempengaruhi prokrastinasi dibagi menjadi dua macam yaitu (1)
faktor internal terdiri dari faktor fisik yaitu kelelahan, kondisi fisik dan kondisi psikologis
meliputi keyakinan irrasional, trait kepribadian dan motivasi, dan (2) faktor eksternal terdiri
dari kondisi lingkungan dan pengasuhan orang tua, Ferrari (dalam Dewi Novita Sari, 2013: 6).

3. Bentuk Prokrastinasi Akademik


Menurut University of Illinis Counseling Center, 1996 (dalam Santrock, 2009: 235)
menyatakan prokrastinasi memiliki banyak bentuk, termasuk hal-hal berikut:
a) Mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan berlalu.
b) Meremehkan tugas-tugas yang harus dikerjakan atau terlalu tinggi dalam menilai
kemampuan dan sumber daya yang dimiliki.
c) Menggunakan waktu berjam-jam untuk bermain game dan menjelajahi internet.
d) Mengetahui diri sendiri dengan menyatakan bahwa performa yang biasa-biasa saja
atau buruk sebagai suatu hal yang dapat diterima.
e) Mengganti aktivitas yang seharusnya dilakukan dengan aktivitas yang berguna
namun kurang penting.
f) Meyakini bahwa sedikit menunda-nunda tugas yang seharusnya dikerjakan tidak
akan merugikan.
g) Mendramatisasi komitmen terhadap suatu tugas alih-alih mengerjakannya.
h) Hanya bertekun pada sebagian kecil tugas.

75
Cura Animarum Hal: 70-79

V. Kerangka Pikir Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi


Belajar

Prokrastinasi Akademik

1. Mengabaikan tugas, PRESTASI


2. Meremehkan tugas, AKADEMIK
3. Menghabiskan waktu
berinternet,
4. Mendramatisasi
komitmen,
5. Hanya menekuni tugas
kecil

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori di atas maka hipotesis yang dapat diambil
adalah: ada hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi akademik mahasiswa.
Prestasi akademik adalah keberhasilan mencapai tujuan instruksional yang dihasilkan dari
kegiatan belajar di perguruan tinggi. Bentuk keberhasilan ini dituang kedalam bentuk angka
atau huruf yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa setelah menyelesaikan program
pembelajaran dalam suatu periode tertentu dan dinyatakan dengan indeks prestasi kumulatif
(IPK). Prestasi akademik yang dituang dalam bentuk laporan penilaian merupakan kualifikasi
keberhasilan mahasiswa dalam menempuh suatu mata kuliah. Hasil penilaian diumumkan
kepada mahasiswa setelah satu tahap pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
Hasil penilaian ini dapat berupa angka atau huruf yang dinyatakan dengan indeks prestasi
semester atau indeks prestasi kumulatif (Kemenristek-Dikti, 2015).
Terkait dengan penilaian prestasi akademik tersebut, juga telah dijelaskan bahwa
menurut Eggen & Kauchak (2004) dan Tan dkk (2011) terdapat dua jenis pengukuran yaitu:
Pengukuran Informal dan pengukuran Formal kedua hal tersebut sebagai alat pengukuran
prestasi yang dapat dipakai untuk menilai berbagai aspek belajar mahasiswa. Selain itu faktor-
faktor yang memengaruhi prestasi akademik juga ada faktor eksternal dan faktor internal.
Secara garis besar faktor eksternal terdiri atas keluarga, perguruan tinggi, dan lingkungan.
Faktor internal meliputi fisiologis dan psikologis. Penelitian ini fokus pada faktor internal
internal yaitu prokrastinasi yang muncul dalam kepribadian dan motivasi. Kepribadian dan
motivasi memengaruhi perilaku individu dalam bereaksi terhadap suatu kejadian.
Berdasarkam hasil penelitian Prokrestinasi memberi pengaruh baik itu negatif karena
seperti yang disampaikan oleh Gufron bahwa seseorang yang mempunyai kecenderungan
menunda atau tidak segera memulai kerja disebut procrastinator (M. N. Ghufron, 2003).
Diantaranya adalah Mengabaikan tugas dengan harapan tugas tersebut akan berlalu ataupun
meremehkan tugas-tugas yang harus dikerjakan atau terlalu tinggi dalam menilai kemampuan
dan sumber daya yang dimiliki. Menggunakan waktu berjam-jam untuk bermain game dan
menjelajahi internet. Mengganti aktivitas yang seharusnya dilakukan dengan aktivitas yang
berguna namun kurang penting. Meyakini bahwa sedikit menunda-nunda tugas yang
seharusnya dikerjakan tidak akan merugikan. Serta mendramatisasi komitmen terhadap suatu
tugas alih-alih mengerjakannya.
Oleh karena itu kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil tersebut adalah ada hubungan
negatif antara prokrastinasi akademik mahasiswa dengan prestasi akademik mahasiswa urusan
pastoral konseling. Sehingga hipotesis minor yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
Bahwa jika hasil survei responden menunjukkan Prokrestinasi tinggi, maka akan berdampak

76
Cura Animarum Hal: 70-79

negatif pada prestasi akademik, bahkan sampai membuat proses kelulusan menjadi tertunda
dan sangat lama. Kemudian disertai dengan nilai prestasi yang rendah dan tidak optimal.
Kemudian hasil penelitian juga memperlihatkan ada korelasi antara prokrastinasi
dengan self control yaitu sebesar -0.484. Hal ini berarti yang paling penting dalam
memerangi prokrastinasi adalah keteguhan untuk mengendalikan diri dari hal-hal yang
mengganggu pengerjaan tugas. Sehingga peneliti menyimpulkan beberapa kondisi yang
memungkinkan prokrastinasi akademik muncul justru dapat diminimalisir dengan jelas jika
conscientiousness dan self control memdominasi pembinaan mahasiswa. Hal tersebut dapat
dijalankan dengan mengupayakan adanya perencanaan akademik bagi mahasiswa. Pastoral
Konseling sudah mengupayakan adanya perencanaan akademik bagi mahasiswa. Pembinaan
ini dilakukan melalui bantuan mahasiswa pendamping (maping), dosen pembimbing (dobing),
dan rangkaian kegiatan pendampingan masa orientasi.

VI. Peran Konseling Pastoral Bagi Mahasiswa dengan Prokastinasi Akademik


Pada tahapan ini ketika mahasiswa menyadari keterbatasannya dalam hal ketertundaan
kegiatan belajar mengajar, maka peran konselornya adalah menjadi pendamping yang
memberikan konseling edukatif. Konseling ini mengandung unsur umum, seperti yang
dipaparkan oleh Clinebell dalam bukunya yang berjudul Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan
Konseling Pastoral. Pendampingan edukatif ini bertujuan untuk menemukan keyakinan dan
konsep nilai dalam cara mengatasi masalah, serta mengkomunikasikannya secara langsung,
demikian juga menolong mereka untuk memanfaatkan informasi dan mengerti situasinya.
Sehingga mahasiswa membuat keputusan yang baik, dan dapat menanggulangi masalahnya
secara konstruktif (dalam Clinebell, 2006:427-428). Pada tahapan ini konsep nilai yang
ditanamkan harus memberikan faedah dan dipahami oleh kedua belah pihak dengan baik.
Ada beberapa metode yang berguna, yang dapat dimanfaatkan untuk menolong
mahasiswa yang pertama adalah metode membangun komunikasi dan berhubungan dengan
hangat, empatik dan terbuka dengan mahasiswa, membangun hubungan yang saling
mempercayai, untuk membangun komunikasi awal dengan mahasiswa yang bersangkutan.
Kemudian buatlah kontrak dan perjanjian yang jelas tentang session yang akan berlangsung
selama proses pendampingan. Jika dalam beberapa waktu konsili tidak menyanggupinya
maka tetapkan reward yang positif maupun yang negatif. Kemudian lakukan beberapa hal
yang sebisa mungkin mengurangi perasaan terancam pada konsili, sehingga mereka merasa
bebas untuk mengungkapkan kebutuhan dan kecemasan mereka yang sebenarnya.
Selain itu ada metode pendampingan dalam kelompok, pada tahapan ini mahasiswa
yang mengalami Prokrestinasi Akdemik menjalani serangkaian sesi bersama rekan-rekan
yang lain, yang juga memiliki pergumulan yang sama dan juga mereka yang menajdi relawan
untuk berbagi dalam kelompok. Sesi-sesi tersebut dapat berupa, pengenalan dan pemahaman
diri, untuk membuat perencanaan tuuan sasaran yang ingin dalam rentan kehidupan di masa
yang akan datang, dalam seluruh aspek, baik itu pendidikan, karir, ekonomi, asset, keluarga
dan lain sebagainya yang terangkum dalam my maps session. Demikianhalnya dalam setiap
pertemuan mereka diarahkan untuk kembali mengasah pemahaman diri mereka sebagai calon
pelayan Kristiani dalam segala aspek yang ingin mereka tempuh, baik sebagai pendeta,
pemimpin dalam berbagai bidang, sebagai konselor dan lain sebagainya.

KESIMPULAN

Pada bagaian akhir artikel ini maka Hasil penelitian ini menjadi referensi untuk
meningkatkan prestasi akademik bagi mahasiswa STAKN Toraja. Sekaligus menjadi acuan
untung membuat langkah pendampingan yang strategis bagi mahasiswa yang mengalami

77
Cura Animarum Hal: 70-79

prokrastinasi akademin. Demikian hasil penelitian ini juga memberikan informasi kepada
pihak kampus STAKN Toraja mengenai kondisi yang dialami oleh mahasiswa berprestasi
rendah. Dengan demikian, pelayanan dan dukungan dapat diberikan kepada mahasiswa
prestasi rendah dapat ditangani dengan baik, sehingga mereka dapat mencapai prestasi
akademik yang baik. Dengan melihat peran dari pendampingan pastoral untuk membangun
pandangan yang tepat dalam tugas mereka mendampingi secara kristiani mahasiswa yang
mengalami permasalahan prokastinasi akademik.
Pada dasarnya hikmat dalam ilmu dan kepandaian adalah titipan Tuhan untuk dijaga ,
dipelihara dan dikembangkan. Demikian dalam Amsal tertulis perolehan hikmat =; perolehan
pengertian jangan menninggalkan hikmat itu, maka engkau akan dipeliharanya, kasihilah
dia, maka engkau akan dijaganya. (Amsal 4:5-6.

DAFTAR PUSTAKA
Alvin, N. O. (2007). Handling Study Stress: Panduan Agar Anda Bisa Belajar Bersama
Anak-Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Clinebell, Howard. (2006). Tipe-Tipe Dasar Pendampingan Dan Konseling Pastoral , Jakarta
&Yogyakarta: BPK Gunung Mulai dan Kanisius
Dalyono, M. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Duckworth, A. L., & Seligman, M. E. (2005). Self-Discipline Outdoes IQ in Predicting
Academic Performance of Adolescents. Psychological Science, 16(12), 939-944.
Eggen, P., & Kauchak, D. (2004). Educational Psychology: Windows on Classrooms. (Sixth,
Ed.) Saddle River: Pearson Education.
Hendikawati, P. (2011). Analisis Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Matematika Kreatif dan
Inovatif, 2(1), 27-35.
Herawati, I., & Widiastuti, Y. (2013). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar Akuntansi. Jurnal of Accounting and Business Education, 1(3), 1-13.
Kemenristek-Dikti. (2015). Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia.
Krause, K.-L., Bochner, S., Duchesne, S., & McMuagh, A. (2010). Educational Psychology:
for Learning and Teaching (Tiga ed.). South Melbourne: Cengage Learning Australia.
Santrock, J. W., Woloshyn, V. E., Gallagher, T. L., Petta, T. D., & Marini, Z. A. (2007).
Educational Psychology (Second Canadian ed.). McGraw-Hill.
Singgih, M. L., & Rahmayanti. (2016). Faktor-faktor yang Memengaruhi Kualitas Pendidikan
pada Perguruan Tinggi. Prosiding Seminar Nasional Teknoin, 133-141.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, H. (2014). Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Susabda, Yakub, B. (2014). Konseling Pastoral: Pendekatan Konseling PAstoral
Berdasarkan Integrasi Teologi dan Psikologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia

78
Cura Animarum Hal: 70-79

Tan, O. S., Parsons, R. D., Hinson, S. L., & Sardo-Brown, D. (2011). Educational
Psychology: A Practitioner-Research Approach (Second ed.). Singapore: Cengage
Learning Asia.
Woolfolk, A. (2004). Educational Psychology (Ninth ed.). Boston: Pearson Education
.

79

Anda mungkin juga menyukai