Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP-PRINSIP BERDAKWAH

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Retorika Dakwah

Dosen Pengampu : Asro’i Thohir, M.Pd.I.

Disusun oleh:
PAI 5D
Fitriana Setiawati 1903016146

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakan
Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang harus di emban
oleh manusia di kehidupan dunia ini. Dari zaman ke zaman semangat atau ghirrah serta
upaya-upaya dalam kegiatan dakwah tidak pernah padam. Hal ini terjadi tentunya bukan
tanpa alasan, diantara beberapa alasan yang membuat dakwah menjadi sebuah gerakan
yang tak akan pernah berhenti, dan akan terus diperjuangkan serta dikembangkan oleh
para pengembannya, paling tidak ada dua alasan penting yang menjadikan semua itu
tetap dilakukan. Dua dasar atau landasan yang dijadikan pijakan sekaligus sumber
mengapa dakwah akan terus dilaksanakan dan diperjuangkan oleh pengembannya adalah:
pertama dasar normatif dan kedua dasar filosofis. Dasar normatif dalam pengertian
merupakan pijakan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadis, sedangkan dasar filosofis
merupakan pijakan yang bersumber atas dasar logika atau rasio dalam
mempertimbangkan pentingnya dakwah dalam realitas kehidupan masyarakat (Enjang,
2009: 39). Berdakwah di zaman kini, dengan mengandalkan ujaran lewat perintah
larangan secara lisan, pengeras suara, himbauanhimbauan moral, sudah tidak menarik
lagi.Zaman sudah berubah, teknologi sudah maju, arus informasi sudah gencar, dan
media cetak-elektronik sudah bisa diakses di mana-mana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu prinsip-prinsip Dakwah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu prinsip-prinsip dakwah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip- Prinsip Berdakwah


Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Quran Prinsip metode dakwah artinya ruh
atau sifat yang menyemangati atau melandasi berbagai cara atau pendekatan dalam kegiatan
dakwah. Untuk lebih jelas diantaranya mengacu kepada petunjuk al-Quran surat al-Nahl ayat 125
terdiri dari tiga prinsip yaitu al-hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya
ahsan. Ayat tersebut berbunyi:
َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬ َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu ialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nyadan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk” (Q.S. Al-Nahl :125)1

Tiga unsur diatas adalah unsur yang harus diperhatikan dalam berdakwah. Unusr Pertama
yaitu, setiap perkataan yang disampaikan adalah perkataan yang benar dan sesuai dengan fakta.
Kemudian unsur kedua yang perlu diperhatikan dai yaitu ketepatan memilih diksi. Setiap kalimat
yang disampaikan hendaknya perkataan yang mulia, tidak ada terdapat unsur kebencian,
kedengkian atau bahkan kalimat yang memuat unsur adu domba. Tak hanya itu, para dai juga
harus bisa membuat seseorang mengerti dan memahami terhadap topik yang disampaikan, serta
berupaya membuat hati seseorang terbuka untuk lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah
SWT.2

Dalam berdakwah seorang da’i hendaknya mempunyai prinsip yang akan digunakan
dalam proses dakwahnya. Adapun prinsip itu sendiri dapat diartikan suatu kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dsb. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prinsip
dakwah adalah suatu kebenaran yang dijadikan pokok dasar berpikir dan bertindak seorang da’i
dalam melakukan dakwahnya. Ali Aziz menggambarkan prinsip-prinsip dakwah adalah
sebagai berikut :
1. Membesarkan hati sebelum menjelaskan.
Para dai hendaknya menyampaikan kabar gembira atau moyivasi sebelum
menyampaikan ancaman. agar hati tertutup bisa terbuka. Dai pula hendaknya
memahami kondisi objek dakwahnya sebelum dia mendakwahi mereka,
sehingga dia tidak menakut nakuti mereka sebelum menyampaikan kabar
gembira. Seperti yang dicontohkan Nabi ketika mengajak ‘Adi bin Hatim
masuk islam, berbicara dengan sesuatu yang dapat membuat objek dakwah
tertarik pada dakwah ini. Para dai hendaknya selalu mendorong objek dakwahnya
untuk berbuat baik
2. Memperkenalkan jenis ilmu sebelum memberikan ilmu

1
https://www.merdeka.com/quran/an-nahl/ayat-125 (diakses pada 27 September 2021, pukul 19:28)
2
https://www.nu.or.id/post/read/106444/tiga-unsur-yang-perlu-diperhatikan-dalam-berdakwah (diakses pada 27
September2021, pukul 19:51)

2
Ada beberapa tahapan dakwah yang perlu dilampaui, yaitu: tahap pengenalan
terhadap pola pikir, tahap pembentukan (seleksi pendukung, dan kaderisasi
serta pembinaan), dan tahap aksi dan aplikasi. seorang dai wajib
memberikan menjelasan kepada objek dakwahnya sebelum ia memberikan
tugas dengan berbagai beban di perjalanan
3. Memudahkan bukan menyulitkan
Diantara upaya mempermudah itu adalah menjauhi sikap sok fasih
(tafashshuh) dan berlebihan dalam berbicara. Yang laing penting, dai perlu
menghubungkan antara tema yang ia bicarakan dengan realitas yang sedang
dihadapi oleh objek dakwah, dengan cara membuat ilustrasi yang mudah
dipahami, membangkitkan perhatian, dan menggunakan perbandingan dengan
hal-hal serupa.
Satu hal penting yang mesti diingat dijalan dakwah adalah hendaknya
seorang da’i menjadikan jalan mudah dan menyingkirkan kesulitan sebagai
metodenya dalam berdakwah kepada Allah Swt. Jangan sampai terjadi
munculnya pendapat yang menentang keras dan keras, sebagai pertanda
bahwa dakwah yang dia lakukan tidak mendapatkan respons. Agama ini
datang dengan mudah dan menyingkirkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi umat
ini.
4. Memberikan contoh dan bukti keteladanan sebelum berdakwah
Keteladanan harus dimulai dari diri sendiri, seorang mukmin sejati wajib
memulai sesuatu dari dirinya sebelum dia mengajak orang lain, sehingga akan
terlihat dengan jelas bahwa dai melakukan apa yang ia katakan, bukan hanya
menjadi tukang bicara. Para dai hendaklah menjadi suri tauladan yang baik bagi
masyarakat sehingga risalah yang mereka dakwahkan tergambar dalam
langkah-langkah mereka
5. Menjadi muridnya guru, bukan menjadi muridnya buku
Diantara kesalahan paling mendasar yang dilakukan oleh sebagian dai muda
adalah mengambil nash-nash Al-Qur’an maupun hadits hanya kepada buku,
tanpa mau merujuk pada orang alim yang membidangi hal itu. Dai perlu berguru
pada orang alim yang ahli ilmu agar pemahamannya lebih komprehensif,
sehingga dai akan berhati-hati. Alangkah perlunya seorang dai memiliki sikap
Wara’ (kehati-hatian) di luar ilmu yang dia miliki, sehingga tidak merasa berat
untuk mengatakan Laa Adrii (saya tidak tahu). Yakni dicontohkan, ketika
Nabi didatangi Jibril bertanya tentang islam, iman, ihsan, dan ketika ditanya
tentang Hari kiamat, beliau mengatakan bukannya yang lebih tahu adalah
yang bertanya. Dengan ini Nabi mengajarkan pada para sahabat untuk
berhati-hati mengatakan sesuatu diluar yang kita kuasai.
6. Memberi pemahaman, bukan mendikte
Semua amal menuntut adanya pemahaman mendalam tentang pokok-pokok
ajaran islam maupun cabang-cabangnya, dasar-dasar islam maupun detail
ajarannya, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah SAW. Bukan sekedar
nash-nash yang dibacakan saja, tetapi juga ruh yang menghidupkan dna cahaya

3
yang menerangi jalan. Dai perlu memerhatikan situasi dan kondisi dalam
menyampaikan dakwahnya dan selalu mengutamakan kemaslahatan. Tidak
mungkin tujuan dakwah akan tercapai hanya dengan nash-nash secara tekstual.
7. Masalah yang pokok sebelum yang kecil
Demikian Rasulullah SAW. Mengajarkan para sahabatnya untuk melakukan
dakwah secara bertahap (gradual), yang hal ini merupakan sunnah Allah
SWT dalam kehidupan dan dalam wujud secara keseluruhan. Pada hadits di
atas Rasulullah memerintahkan Muadz untuk melakukan dakwah yang bertahap.
Rasulullah menyuruh Muadz untuk memulai dengan yang paling dasar
pokok dalam Islam, yakni dalam aqidah, dimana ia diperintahkan untuk
mengajak orang-orang Yaman itu untuk membaca dua kalimat syahadat.3

BAB III
3
Bab II dasar-dasar dan prinsip berdakwah, UIN Surabaya : http://digilib.uinsby.ac.id/15873/5/Bab%202.pdf hal
28-39 (diakses pada 27 September 2021, pukul 20:10)

4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip-Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Quran Prinsip metode dakwah
artinya ruh atau sifat yang menyemangati atau melandasi berbagai cara atau pendekatan
dalam kegiatan dakwah. Untuk lebih jelas diantaranya mengacu kepada petunjuk al-
Quran surat al-Nahl ayat 125 terdiri dari tiga prinsip yaitu al-hikmah, al-mauidzah al-
hasanah, dan mujadalah bi al-lati hiya ahsan. Ali Aziz menggambarkan prinsip-prinsip
dakwah adalah sebagai berikut :
1. Membesarkan hati sebelum menjelaskan
2. Memperkenalkan jenis ilmu seelum memerkan ilmu
3. Memudahkan bukan menyulitkan
4. Memberikan contoh dan bukti keteladanan sebelum berdakwah
5. Menjadi murid guru, bkan menjadi murid buku
6. Memberi pemahaman bukan mendikte
7. Masalah yang pokok sebelum ang kecil.

5
DAFTAR PUSTAKA

Bab II dasar-dasar dan prinsip berdakwah, UIN Surabaya :


http://digilib.uinsby.ac.id/15873/5/Bab%202.pdf hal 28-39 (diakses pada 27 Sepember 2021,
pukul 20:10)
https://www.merdeka.com/quran/an-nahl/ayat-125 (diakses pada 27 September 2021, pukul
19:28)
ttps://www.nu.or.id/post/read/106444/tiga-unsur-yang-perlu-diperhatikan-dalam-berdakwah
(diakses pada 27 September2021, pukul 19:51)

Anda mungkin juga menyukai