Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL dan

PALIATIF TENTANG “PERAN DAN FUNGSI KELUARGA


DALAM PERAWATAN PALIATIF “

DISUSUN OLEH :

AFIQAH JUMATUL SAADAH P05120319002

MAYANG TRI WULANDARI P05120319029

DOSEN PENGAJAR :

Erni Buston,SST,M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

1.1. Latar Belakang..............................................................................................


1.2. Tujuan .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................

2.1 Pengertian Perawatan Paliatif .......................................................................


2.2 Tujuan Perawatan Paliatif .............................................................................
2.3 Peran Dan Fungsi Keluarga dalam perawatan paliatif ...................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................

3.2 Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah dengan judul “Peran Dan
Fungsi Keluarga Dalam Perawatan Paliatif”
Terima kasih disampaikan kepada Bapak dosen mata yang telah membimbing dan
memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah

Bengkulu, 10 februari 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan paliatif adalah perawatan yang berpusat pada pasien dan keluarga dengan pendekatan
yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dengan
penyakit yang mengancam jiwa.(Steele & Davies, 2015; WHO, 2018) Perawatan ini mencegah
dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi awal, penilaian yang benar dan perawatan rasa
sakit dan masalah lain, baik fisik, psikososial atau spiritual. (WHO, 2018)

Pada ranah global, setiap tahun diperkirakan 40 juta orang membutuhkan perawatan paliatif, 78%
di antaranya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, hanya sekitar 14%
orang yang membutuhkan perawatan paliatif saat menerimanya.(WHO, 2018) Orang yang
membutuhkan perawatan paliatif adalah orang yang mempunyai penyakit yang mengancam jiwa,
diantaranya meliputi kanker, penyakit neuron motorik, multiple sclerosis, advanced demensia,
penyakit jantung, paru-paru atau ginjal tahap akhir, dan diagnosis lain yang mempunyai batas
perkiraan hidup.(Hammill, 2018)

Berdasarkan WHO Global Health Estimates, sebagian besar orang dewasa yang membutuhkan
perawatan paliatif meninggal karena penyakit kardiovaskular (38,5%), dan kanker (34%), diikuti
oleh penyakit pernapasan kronis (10,3%), HIV / AIDS (5,7%), dan diabetes (4,5%).(Worldwide
Palliative Care Alliance, 2014) Salah satu penyakit yang mengancam jiwa yaitu kanker,
International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2018 menyatakan bahwa
penyakit kanker secara global telah meningkat menjadi 18,1 juta kasus baru dan 9,6 juta orang
diantaranya mengalami kematian.(WHO., 2018) Sedangkan di Indonesia, berdasarkan hasil
riskesdas 2018, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen di
2018 dengan prevalensi tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta.

Perawatan paliatif bukanlah masalah baru di Indonesia, di mana perkembangan perawatan


paliatif telah ada sejak 1992. Namun, kemajuannya sangat lambat dan beragam di seluruh negeri.
(Putranto, Mudjaddid, Shatri, Adli, & Martina, 2017) Pada tahun 2007 sudah terdapat Keputusan
Menteri Kesehatan RI no 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan
Paliatif.(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 812/Menkes/SK/VII/2007
Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif, 2007).

Putranto et al (2017) mengemukakan bahwa kesulitan orang dengan penyakit yang mengancam
jiwa dan membutuhkan perawatan paliatif tersebut adalah penderitaan total yang merupakan
kombinasi rumit dari rasa sakit fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, sehingga perawatan orang
lain seutuhnya diperlukan.(Putranto et al., 2017) Gejala-gejala fisik dari penyakit yang dirasakan
lebih lanjut seperti kekuatan fisik melemah, dan kelumpuhan membuat mereka kehilangan
kemampuan untuk bergerak bebas di sekitar rumah dan kontribusi dirinya di masyarakat menjadi
berkurang.(Hartogh, 2017; Madsen, Uhrenfeldt, & Birkelund, 2019) Hal tersebut membuat
pasien merasakan rasa terisolasi menjadi semakin dominan.(Madsen et al., 2019) Mereka merasa
diri sendiri bukan orang yang normal lagi dikarenakan hilangnya elemen penting yang
menentukan peran dan status dirinya di lingkungan masyarakat. Pandangan orang lain terhadap
dirinya menjadi hal yang dikhawatirkan oleh mereka. Keadaan tersebut membuat penderitaan
menjadi semakin berat sampai pada hilangnya harga diri.(Hartogh, 2017) Bahkan untuk
menghindari penderitaan di masa depan, orang dengan penyakit mematikan, salah satunya
kanker dapat memutuskan untuk melakukan bunuh diri.(Granek et al., 2017)

Selain orang dengan penyakit mengancam jiwa, keluarga merupakan salah satu komponen yang
mengalami tekanan emosional saat merawat dan tidak lepas dari beban berat saat merawat dan
melakukan pendampingan. Keluarga melihat perubahan signifikan pada fisik, kesadaran yang
menurut bahkan saat-saat sekarat. Keluarga mendapatkan perasaan takut, marah, kaget, dan tak
berdaya ketika anggota keluarganya sekarat.(Bindley et al., 2018; Hammill, 2018) Hal tersebut
dapat berkurang apabila keluarga memahami bagaimana mereka perawatan yang baik terkait
dengan end of life bagi anggota keluarganya dengan penyakit yang mengancam jiwa, dimana
penyakit tersebut sudah sangat sulit untuk disembuhkan.

B. Tujuan

1. untung mengetahui konsep palliative care

2. untuk mengetahui peran keluarga pasien paliatif ( komunikasi,masalah psikologis,dukungan


social,dukungan spiritual dll)
BAB II

PEMBAHASAN

A. pengertian perawatan paliatif

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa,melalui pencegahan nyeri dan masalah-masalah lain,fisik,psikososial,dan
spiritual ( WHO,2002)
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan
menyeluruh,dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.tujuannya untuk mengurangi
penderitaan pasien,memperpanjang umurnya,meningkatkan kualitas hidupnya ,juga memberikan
support kepada keluarganya.meski pada akhirnya pasien meninggal,yang terpenting sebelum
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual ,serta tidak stress menghadapi penyakit
yang dideritanya.
Jadi,tujuan utama perawatn paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit.dan yang
ditangani bukan hanya penderita,tetapi juga keluarganya.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah tidak
dapat disembuhkan lagi,tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker,bahkan juga pada
penerita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan berbagai
kelainan yang bersifat kronis.
Menurut dr. Maria A.Witjaksono prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai
berikut :
1. Menghargai setiap kehidupan
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia
B. Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas
hidup orang dengan penyakit yang serius,penyakit yang kompleks,kondisi terminal.non-rumah
akit perawatan paliatif tidak tergantung pada prognosis dan ditawarkan dalam hubungannya
dengan kuratif dan semua bentuk lain yang sesuai perawatan medis.

Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistic dan terintegrasi dengan
melibatkan sebagai profesi dengan dasar bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan
yang terbaik sampai akhir hayatnya.perawatan paliatif ini berupa dukungan dan motivasi ke
pasien.kemudian setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi
rasa sakit.namun kebutuhan pasien dengan suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan
gejala fisik tetapi juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikososial,social dan spiritual
yang dapat dilakukan dengan perawatan paliatif.perawatan paliatif ini bisa mengekplorasi
individu pasien dan keluarganya serta kesiapan untuk menghadapi kematian.pada perawatan
paliatif pasien diajak untuk lebih bias menerima keadaanya sehingga masih bisa menjalani
hidupnya dan dapat mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya
(rasjidi,2010)

C. Peran Dan Fungsi Keluarga Dalam Perawatan Paliatif

Peran keluarga dapat dilakukan dengan melaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan
dan pendampingan untuk anggota keluarga dengan penyakit yang mengancam jiwa, antara lain:

1.Perawatan dalam aspek psikologis, sosial, dan spiritual

Steele dan Davies (2015), mengemukakan bahwa terdapat transisi memudar dicirikan
oleh tujuh dimeni, mendefinisikan kembali, membebani, berjuang dengan paradoks, bersaing
dengan perubahan, mencari makna, hidup hari demi hari, dan mempersiapkan kematian. (Steele
& Davies, 2015)
A. Mendefinisikan ulang
Bantu anggota keluarga yang sakit untuk memilih hal atau pekerjaan yang dapat di lakukan
waktu “masa dulu sebelum sakit” dan “masa sekarang”. Penting bagi anggota keluarga yang
sakit untuk dapat mendefinisikan ulang kehidupan mereka, apabila tidak bisa, maka hal yang
terjadi adalah munculnya rasa frustrasi, marah, dan merasa tidak berharga.

Menjadi keluarga pendukung, keluarga dalam hal ini dapat mendukung anggota yang sakit
dengan cara “melanjutkan seperti biasa” setelah dapat melakukan bagian pertama yakni
mendefinisikan ulang. Tetap libatkan anggota yang sakit dalam kegiatan yang biasa ia lakukan
dengan memodifikasi sesuai dengan porsi tubuhnya saat ini. Hindari sikap terlihat mengasihani
dirinya dan tunjukkan bahwa keluarga tetap mendukung kegiatan yang menyenangkan untuknya,
dengan catatan tidak membahayakan.

Menjadi keluarga pendukung bukan berarti tanpa tantangan, bisa saja terjadi ketegangan
emosional dalam merawat anggota yang sakit ini, tetapi coba lah untuk meningkatkan cara
berkomunikasi tanpa melukai perasaan si anggota keluarga yang sakit dengan mengikuti
pelatihan dan melihat sumber di internet.

B.Membebani
Jika pasien melihat diri mereka sebagai tanpa tujuan, tergantung, dan tidak bergerak, mereka
memiliki perasaan lebih besar membebani orang yang mereka cintai. Semakin realistis pasien
mendefinisi ulang diri mereka sendiri ketika kapasitas mereka berkurang, semakin akurat mereka
dalam persepsi mereka tentang beban. Ketika anggota keluarga yang sakit mengalami hal ini
maka yakinkan mereka bahwa keluarga merawat mereka dengan dasar penghargaan cinta.

Mendapatkan dukungan pengasuhan untuk keluarga pendukung. Jika anggota keluarga kurang
mampu mendefinisikan kembali diri mereka sendiri tidak melihat bahwa mereka membebani
anggota keluarga lainnya dengan cara apa pun, maka tak ayal keluarga yang merawat dapat
merasakan perasaan tidak dihargai, kelelahan, dan bahkan dapat menimbulkan rasa “menunggu
pasien mati”. Keluarga yang mengalami hal ini dapat melakukan mendefinikan ulang bahwa
merawat keluarga sakit menambah bekal pahala untuk di akhirat, dan mencari penguatan ke
sumber dukungan lain, misalkan ke keluarga besar untuk membantu dalam perawatan sehingga
keluarga pendukung mendapatkan waktu untuk istirahat sementara menghilangkan perasaan
negatif yang muncul.

Selain hal yang telah disebutkan, apabila jeda dan sumber daya tidak mencukupi, terdapat
layanan lain yang dapat ditawarkan kepada keluarga pendukung, setiap keluarga harus
memutuskan apa yang sebenarnya akan bermanfaat bagi mereka. Untuk beberapa keluarga,
layanan rawat inap selama tahun terakhir kehidupan dapat membantu meringankan beban
mereka.

C. Berjuang dengan paradox, bertahan dengan perubahan dan mencari makna hidup dari hari ke
hari
Berjuang dengan paradoks berasal dari kenyataan bahwa pasien hidup dan mati. Bagi anggota
keluarga yang sakit, perjuangan berfokus pada keinginan untuk percaya bahwa mereka akan
bertahan dan mengetahui bahwa mereka tidak akan selamat. Dalam hal ini keluarga dan anggota
dapat mendefinisikan bahwa penyembuhan tidak hanya penyembuhan fisik saja, melainkan
emosional dan spiritual serta berikan pemahaman bahwa makhluk yang hidup akan selalu
menemui kematian.

Keluarga dapat mendampingi dan merawat anggota keuarga yang sakit saat ia mengalami
perubahan fisik, emosional dan spiritual adalah keluarga yang hebat walaupun memang tidak
mudah. Proses perjalanan saat ada sakit dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.

Keluarga di harapkan selalu membimbing dan mengarahkan diri mereka dan anggota keluarga
yang sakit untuk mengevaluasi kembali kehidupan yang telah dijalani, dalam fase ini,
mendekatkan diri ke dalam hal spiritual lebih dianjurkan. Hal yang dapat dilakukan yaitu
mendekatkan diri kepada Yang Kuasa dan mencari arti perjalanan kehidupan dengan penyakit.
Ketika dalam fase ini dapat ditangani maka kematian tidak lagi menjadi ketakutan terbesar dalam
keluarga dan anggota yang sakit.

D.Mempersiapkankematian
Walaupun tidak mudah, keluarga diharapkan mampu membimbing dan mendampingi anggota
yang sakit untuk mempersiapkan kematian, sehingga tidak ada penyesalan yang di alami setelah
anggota yang sakit telah meninggal. Usahakan untuk menanyakan keinginan-keinginan anggota
yang sakit dan penuhi bila memang memungkinkan. Biasanya mereka akan meminta bertemu
dengan orang-orang yang di cintai dan berarti dalam hidup mereka. Keluarga dapat memfasilitasi
dengan mendatangkan dan membuat pertemuan dengan anggota keluarga yang sakit. Tidak
hanya untuk anggota yang sakit, keluarga juga dapat mempersiapkan diri apabila melanjutkan
hidup tanpanya. Persiapan yang dilakukan ini dapat membuat keluarga dan pasien lebih siap
ditinggalkan dan meninggalkan tanoa penyesalan nantinya.

2.Perawatan dalam aspek Fisik

A.Identifikasi ketidaknyamanan fisik dan penanganannya


Beberapa gejala yang disebabkan oleh penyakit yang membatasi hidup, yaitu breathlessness,
fatigue, stress and anxiety, sleeplessness, pain, memory, attention, and information processing,
lymphoedema and oedema management, dan skin care and comfort.(Hammill, 2018) Beberapa
gejala yang dapat di bantu oleh keluarga dalam penanganannya di rumah:

1)Terengah-engah (breathlessness): Keluarga dapat belajar tentang manajemen stres dan


kecemasan, strategi koping, penentuan posisi, dan teknik konservasi energi, Keluarga dapat
mengurangi dampak sesak napas yang dialami anggota keluarga yang sakit.

2)Kelelahan: Dalam hal ini berhubungan dengan fase “mendefinisikan kembali”, keluarga dan
anggotanya yang sakit berkerja sama dalam memilih aktivitas, pekerjaan dan hal lain yang
memerlukan energi sesuai dengan kemampuan anggota keluarga yag sakit.

3)Kurang Tidur: Keluarga rutin untuk mengajak anggota keluarga yang sakit tentang perilaku
tidur yang baik, mengubah lingkungan tempat tidur, atau memperkenalkan rutinitas tidur baru
untuk meningkatkan kebiasaan tidur anggotanya yang sakit.

4)Nyeri: keluarga membantu dan membimbing anggota yang sakit agar dapat meminimalkan
tingkat nyeri melalui latihan dan terapi, beberapa diantaranya relaksasi otot progresif dan Teknik
napas dalam.

5)Memori, proses awal, dan pemrosesan informasi: Keluarga membantu mengurangi dampak
gejala kognitif dengan menerapkan berbagai strategi yang dirancang untuk mengkompensasi
kehilangan atau untuk melatih kembali memori dan perhatian anggota keluarga yang sakit, dalam
hal ini kepada anggota keluarga yang mengalami demensia. Salah satu yang dapat dilakukan
adalah bercerita dengan mengenang masa lalu yang indah dan memorable.

6)Perawatan kulit dan kenyamanan: Keluarga memerlukan segala bentuk kasur atau bantal
perawatan tekanan untuk membantu mengurangi atau mencegah sakit akibat tekanan atau
membuat istirahat lebih nyaman ketika anggota yang sakit hanya bisa beraktivitas di atas tempat
tidur.

B.Pemanfaatan Teknologi Infoemasi untuk Pemberdayaan Keluarga


Teknologi informasi seperti aplikasi dapat dimaanfaatkan untuk memberdayakan keluarga.
Dengan membuat aplikasi yang ditujukan kepada keluarga dalam merawat anggota yang sakit
dengan penyakit yang mengancam jiwa dalam aspek perawatan secara fisik, psikologis, sosio,
dan spiritual. Selain itu, keluarga juga mengalami tekanan emosional yang tinggi saat melakukan
perawatan, maka aplikasi ini akan di lengkapi dengan edukasi koping yang dapat dilakukan oleh
keluarga itu sendiri. Aplikasi yang di maksudakan dapat membantu membimbing keluarga dapat
mecakup fitur:

1.Fitur record, yang dapat diakses oleh perawat keluarga. Berupa perkembangan keadaan pasien
dan penanganan yang telah di lakukan keluarga.

2.Pemberian konten edukasi terkait penyakit dan penanganannya pada keluarga akan disesuaikan
sesuai kebutuhan keluarga terkait kondisi anggota yang sakit.

3.Konten dalam aplikasi tidak hanya berupa tulisan, namun juga berupa audio visual berupa
video edukasi dan juga konten suara yang bisa di akses, meliputi Q n A.

Akan lebih bagus lagi ketika ada perawat yang tergabung dalam system aplikasi ini, sehingga
edukasi dan bimbingan perawatan paliatif kepada keluarga menjadi lebih maksimal.

Hal ini sesuai dengan peran perawat sebagai pemberi layanan, edukator dan komunikator.

1.Pemberi Layanan
Sebagai pemberi layanan, perawat membantu klien memperoleh kembali kesehatan dan
kehidupan maandiri yang optimal melalui proses pemulihan. Pemulihan yang dimaksud meliputi
unsur fisik, kesejahteraan emosional, spiritual dan social.(Potter & Perry, 2009)

2.Edukator
Sebagai edukator, perawat dapat memberikan edukasi kesehatan terkait kondisi penyakit klien
dengan proses belajar. Perawat dapat menjelaskan fakta kesehatan, mendemonstrasikan prosedur
seperti perawatan diri, memperbaiki perilaku, dan mengevaluasi kemajuan klien dan keluarga
dalam belajar.(Potter & Perry, 2009)

3.Komunikator
Komunikasi sangat penting antara perawat dan klien, ketika perawat mengenal klien, mengetahui
kelebihan kelemahannya, kebutuhan dan ketakutan mereka dalam menghadapi penyakit. Tanpa
komunikasi yang jelas, akan menjadi sulit untuk memberikan kenyamanan dan dukungan
emosional dan melayani dengan efektif.(Potter & Perry, 2009) Ketika perawat dapat menjalani
perannya sebagai komunikator dengan baik, maka perawat tersebut dalam menjadi orang yang
nyaman di ajak berkonsultasi oleh klien dalam menghadapi segala permasalahan penyakitnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa,melalui pencegahan nyeri dan masalah-masalah lain,fisik,psikososial,dan
spiritual .

perawatan paliatif ini berupa dukungan dan motivasi ke pasien.kemudian setiap keluhan
yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.namun kebutuhan
pasien dengan suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik tetapi juga
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikososial,social dan spiritual yang dapat dilakukan
dengan perawatan paliatif.perawatan paliatif ini bisa mengekplorasi individu pasien dan
keluarganya serta kesiapan untuk menghadapi kematian.pada perawatan paliatif pasien diajak
untuk lebih bias menerima keadaanya sehingga masih bisa menjalani hidupnya dan dapat
mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu :

peran dan fungsi keluarga dalam perawatan paliatif:

1. Perawatan dalam aspek psikologis, sosial, dan spiritual


2. Perawatan dalam aspek Fisik
DAFTAR PUSTAKA

Susanti,Liana Natalia . 2017) . Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien
Kanker Serviks. Jurnal Ners Lentera,Vol 5, No.02

http://journal.wima.ac.id/index.php/NERS/article/download/1792/1640

Anggraeni, Dwi Mekar. (2010)). Peran Keluarga Dalam Memberikan Dukungan Terhadap
Pencapaian Integritas Diri Pasien Kanker Payudara Post Radikal Mastektomi. jurnal
Keperawatan Soedirman ,Vol 05, No 02

https://media.neliti.com/media/publications/107934-ID-peran-keluarga-dalam-memberikan-
dukungan.pdf

Rajidi, Imam. (2010), Perawatan Paliatif Suportif Bebas Nyeri Pada Kanker, Jakarta : CV.Sagung
Seto.

Fitria, Nur Cemy. 2010. Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal. Yogyakarta. Jurnal Gaster Vol.
7 No. 1.

Artikel Penelitianjurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 6nomor 2, Juli2019, P-Issn 2355-5459 E-Issn
26849712259.Kemenkes. 2007. Kebijakan Perawatan Palliative. Kepmenkes Ri No 812 Tahun 2007.

Who. 2005. Who Defi Nition Of Palliative Care. Retrieved Februari 4, 2013, From Who:
Http://Www.Who.Int/Cancer/ Palliative/Defi Nition/En/.

Ulfiana, Elida. Has, Eka Mishbahatul Mar’ah. Dan Rachmawati, Praba Diyan.Pengembangan Palliative
Community Health Nursing (Pchn) Untuk Meningkatkan Kemandirian Keluarga Dalam Merawat
Penderita Kanker Di Rumah. Jurnal Ners Vol. 8 No. 2
Nama : mayang tri wulandari
Nim : P05120319029
Resume

A. pengertian perawatan paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,melalui pencegahan
nyeri dan masalah-masalah lain,fisik,psikososial,dan spiritual ( WHO,2002)

Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,dengan pendekatan
multidisiplinyang terintegrasi.tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,memperpanjang
umurnya,meningkatkan kualitas hidupnya ,juga memberikan support kepada keluarganya.meski pada akhirnya
pasien meninggal,yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual ,serta tidak
stress menghadapi penyakit yang dideritanya.

B. Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang
dengan penyakit yang serius,penyakit yang kompleks,kondisi terminal.non-rumah akit perawatan paliatif tidak
tergantung pada prognosis dan ditawarkan dalam hubungannya dengan kuratif dan semua bentuk lain yang
sesuai perawatan medis.

C. Peran Dan Fungsi Keluarga Dalam Perawatan Paliatif

Peran keluarga dapat dilakukan dengan melaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan dan pendampingan
untuk anggota keluarga dengan penyakit yang mengancam jiwa, antara lain:

1.Perawatan dalam aspek psikologis, sosial, dan spiritual

Steele dan Davies (2015), mengemukakan bahwa terdapat transisi memudar dicirikan oleh tujuh dimeni,
mendefinisikan kembali, membebani, berjuang dengan paradoks, bersaing dengan perubahan, mencari makna,
hidup hari demi hari, dan mempersiapkan kematian. (Steele & Davies, 2015)
A. Mendefinisikan ulang

Menjadi keluarga pendukung, keluarga dalam hal ini dapat mendukung anggota yang sakit dengan cara
“melanjutkan seperti biasa” setelah dapat melakukan bagian pertama yakni mendefinisikan ulang. Tetap
libatkan anggota yang sakit dalam kegiatan yang biasa ia lakukan dengan memodifikasi sesuai dengan porsi
tubuhnya saat ini. Hindari sikap terlihat mengasihani dirinya dan tunjukkan bahwa keluarga tetap mendukung
kegiatan yang menyenangkan untuknya, dengan catatan tidak membahayakan.

B.Membebani
Jika pasien melihat diri mereka sebagai tanpa tujuan, tergantung, dan tidak bergerak, mereka memiliki
perasaan lebih besar membebani orang yang mereka cintai. Semakin realistis pasien mendefinisi ulang diri
mereka sendiri ketika kapasitas mereka berkurang, semakin akurat mereka dalam persepsi mereka tentang
beban. Ketika anggota keluarga yang sakit mengalami hal ini maka yakinkan mereka bahwa keluarga merawat
mereka dengan dasar penghargaan cinta.

C. Berjuang dengan paradox, bertahan dengan perubahan dan mencari makna hidup dari hari ke hari
Berjuang dengan paradoks berasal dari kenyataan bahwa pasien hidup dan mati. Bagi anggota keluarga yang
sakit, perjuangan berfokus pada keinginan untuk percaya bahwa mereka akan bertahan dan mengetahui bahwa
mereka tidak akan selamat. Dalam hal ini keluarga dan anggota dapat mendefinisikan bahwa penyembuhan
tidak hanya penyembuhan fisik saja, melainkan emosional dan spiritual serta berikan pemahaman bahwa
makhluk yang hidup akan selalu menemui kematian.

Keluarga dapat mendampingi dan merawat anggota keuarga yang sakit saat ia mengalami perubahan fisik,
emosional dan spiritual adalah keluarga yang hebat walaupun memang tidak mudah. Proses perjalanan saat ada
sakit dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.

D.Mempersiapkan kematian
Keluarga dapat memfasilitasi dengan mendatangkan dan membuat pertemuan dengan anggota keluarga yang
sakit. Tidak hanya untuk anggota yang sakit, keluarga juga dapat mempersiapkan diri apabila melanjutkan
hidup tanpanya. Persiapan yang dilakukan ini dapat membuat keluarga dan pasien lebih siap ditinggalkan dan
meninggalkan tanpa penyesalan nantinya.

2.Perawatan dalam aspek Fisik

A.Identifikasi ketidaknyamanan fisik dan penanganannya


Beberapa gejala yang disebabkan oleh penyakit yang membatasi hidup, yaitu breathlessness, fatigue, stress and
anxiety, sleeplessness, pain, memory, attention, and information processing, lymphoedema and oedema
management, dan skin care and comfort.(Hammill, 2018) Beberapa gejala yang dapat di bantu oleh keluarga
dalam penanganannya di rumah:
1)Terengah-engah (breathlessness): Keluarga dapat belajar tentang manajemen stres dan kecemasan, strategi
koping, penentuan posisi, dan teknik konservasi energi, Keluarga dapat mengurangi dampak sesak napas yang
dialami anggota keluarga yang sakit.

2)Kelelahan: Dalam hal ini berhubungan dengan fase “mendefinisikan kembali”, keluarga dan anggotanya
yang sakit berkerja sama dalam memilih aktivitas, pekerjaan dan hal lain yang memerlukan energi sesuai
dengan kemampuan anggota keluarga yag sakit.

3)Kurang Tidur: Keluarga rutin untuk mengajak anggota keluarga yang sakit tentang perilaku tidur yang baik,
mengubah lingkungan tempat tidur, atau memperkenalkan rutinitas tidur baru untuk meningkatkan kebiasaan
tidur anggotanya yang sakit.

4)Nyeri: keluarga membantu dan membimbing anggota yang sakit agar dapat meminimalkan tingkat nyeri
melalui latihan dan terapi, beberapa diantaranya relaksasi otot progresif dan Teknik napas dalam.

5)Memori, proses awal, dan pemrosesan informasi: Keluarga membantu mengurangi dampak gejala kognitif
dengan menerapkan berbagai strategi yang dirancang untuk mengkompensasi kehilangan atau untuk melatih
kembali memori dan perhatian anggota keluarga yang sakit, dalam hal ini kepada anggota keluarga yang
mengalami demensia. Salah satu yang dapat dilakukan adalah bercerita dengan mengenang masa lalu yang
indah dan memorable.

6)Perawatan kulit dan kenyamanan: Keluarga memerlukan segala bentuk kasur atau bantal perawatan tekanan
untuk membantu mengurangi atau mencegah sakit akibat tekanan atau membuat istirahat lebih nyaman ketika
anggota yang sakit hanya bisa beraktivitas di atas tempat tidur.

B.Pemanfaatan Teknologi Infoemasi untuk Pemberdayaan Keluarga


Teknologi informasi seperti aplikasi dapat dimaanfaatkan untuk memberdayakan keluarga. Dengan membuat
aplikasi yang ditujukan kepada keluarga dalam merawat anggota yang sakit dengan penyakit yang mengancam
jiwa dalam aspek perawatan secara fisik, psikologis, sosio, dan spiritual. Selain itu, keluarga juga mengalami
tekanan emosional yang tinggi saat melakukan perawatan, maka aplikasi ini akan di lengkapi dengan edukasi
koping yang dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri. Aplikasi yang di maksudakan dapat membantu
membimbing keluarga dapat mecakup fitur:

1.Fitur record, yang dapat diakses oleh perawat keluarga. Berupa perkembangan keadaan pasien dan
penanganan yang telah di lakukan keluarga.

2.Pemberian konten edukasi terkait penyakit dan penanganannya pada keluarga akan disesuaikan sesuai
kebutuhan keluarga terkait kondisi anggota yang sakit.
3.Konten dalam aplikasi tidak hanya berupa tulisan, namun juga berupa audio visual berupa video edukasi dan
juga konten suara yang bisa di akses, meliputi Q n A.

Hal ini sesuai dengan peran perawat sebagai pemberi layanan, edukator dan komunikator.

1.Pemberi Layanan
Sebagai pemberi layanan, perawat membantu klien memperoleh kembali kesehatan dan kehidupan maandiri
yang optimal melalui proses pemulihan. Pemulihan yang dimaksud meliputi unsur fisik, kesejahteraan
emosional, spiritual dan social.(Potter & Perry, 2009)

2.Edukator
Sebagai edukator, perawat dapat memberikan edukasi kesehatan terkait kondisi penyakit klien dengan proses
belajar. Perawat dapat menjelaskan fakta kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti perawatan diri,
memperbaiki perilaku, dan mengevaluasi kemajuan klien dan keluarga dalam belajar.(Potter & Perry, 2009)

3.Komunikator
Komunikasi sangat penting antara perawat dan klien, ketika perawat mengenal klien, mengetahui kelebihan
kelemahannya, kebutuhan dan ketakutan mereka dalam menghadapi penyakit. Tanpa komunikasi yang jelas,
akan menjadi sulit untuk memberikan kenyamanan dan dukungan emosional dan melayani dengan
efektif.(Potter & Perry, 2009) Ketika perawat dapat menjalani perannya sebagai komunikator dengan baik,
maka perawat tersebut dalam menjadi orang yang nyaman di ajak berkonsultasi oleh klien dalam menghadapi
segala permasalahan penyakitnya.
LINK VIDEO DI YOUTUBE

https://youtu.be/pd_HJ88CKFk

Anda mungkin juga menyukai