Anda di halaman 1dari 45

BAB 2

TINJAUAN PUTAKA

2.1 Konsep Goat atrhitis

2.1.1 Definisi

Gout atrhitis (GA) merupakan gangguan metabolisme yang sudah di

kenal sejak zaman Yunani Kuno oleh Hipokrates merupakan kelompok

keadaan heterogenous atau beraneka ragam yang berhubungan dengan

efek genetic pada proses metabolisme purin atau hiperurisemia. Pada

keadaan yang dapat terjadi oversekresi asam urat atau defekrenal yang

mengakibatkan menurunya ekskresi asam urat, atau kombinasi dari

keduanya, di tandai dengan meningkatnya Kristal asam urat di dalam

plasma. Kadar normal gout atrhitis pada pria: 3,0-7,1 mg/dl dan wanita: 2,6-

6,0 mg/dl (Smeltzer & Bare, 2017)

Gout atrhitis (GA) merupakan suatu penyakit dan potensi

ketiakmampuan akibat radang sendi yang sudah di kenal sejak lama,

gejalanya biasanya terdiri dari episodic berat dari nyeri inflamasi satu sendi

Gout atrhitis adalah bentuk inflamasi atrhitis kronis, bengkak dan nyeri yang

paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun gout atrhitis tidak terbatas

pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki,

pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang

jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya pempengaruhi satu sendi pada

1
satu waktu, tapi bisa jadi semakin parah dari waktu ke waktu dapat

pempengaruhi beberapa sendi. Gout atrhitis merupakan istilah yang di

pakai untuk sekelompok gangguan metabolic yang di tandai oleh

meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Penyakit gout atrhitis

atau asam urat merupakan penyakit akibat penimbunan Kristal

monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi di

sebut Gout atrhitis (Mussumeci dalam Andi wiraputra).

2.1.2 Eteologi

Berdasarkan penyebabnya, penyakit gout atritis di golongkan menjadi 2,

yaitu:

1. gout atrhitis primer

Penyebab kebanyakan belum di ketahiu (idiopotik). Hal ini di duga

berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormunal yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi gout atrhitis. Hiperosimea atau kurangnya

pengeluaran gout atrhitis dari tubuh di katakan dapat menyebabkan

terjadinya gout primer. Hiperusemia primer adalah kelainan molekular

yang masih belum jelas di ketahui. Berdasarkan data di temukan 99%

kasus adalah gout dan hiperesemia primer. Gout atrhitis primer yang

merupakan akibat dari hiperusemia primer, terjadi dari hiperuresimia

karena penurunan ekskresi dan karena produksi yang berlebih

2. Gout atrhitis sekunder

2
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelempok yaitu kelainan

yang menyebabkan peningkatan biosisntesis de novo, kelainan yang

menyebabkan peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam

nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.

Hiperusemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri

dari kelainan karena kekurangan menyuluh enzim HPRT pada

syndome lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada

glycogen strage dan kelainan karena kekurangan enzim froctose,

hiperusemia sekunder karena produksi berlebih dapat di sebabkan

krena keadaan yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau

pemecahan asam nukleat dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP

akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau

purinenucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiporesemia

akibat penurunan eksresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok,

yaitu karena penurunan massa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus,

penurunan fractional ucid clarence dan pemakaian obat-oabatan.

2.1.3 Faktor resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout atrhitis :

1. suku bangsa/ras

Suku bangsa yang paling tinggi prevelensinya pada suku maori di

australia. Prevelensi suku maori terserang penyakit gout atrhitis tinggi

sekali sedangkan indonesia prevelensi yang paling tinggi pada

penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah papua.

3
2. konsumsi ikan laut

Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin tinggi

,konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan gout atrhitis.

3. Obat-obat

Beberapa obat-obatan yang turut mempengaruhi terjadinya

hiperurisemia. Misalnya diuretik, antihipertensi, aspirin. Obat obatan

juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering di gunakan

untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urine, tetapi

hal tersebut jugc dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuat

gout atrhitis.gout atrhitis yang di sebabkan oleh pemakain diuretik

dapat “disembuhkan” dengan menyessuaikan dosis. Serangan gout

atrhitis juga bisa di picu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi. hal

tersebut dapat terjadi pemicu gout atrhitis.

4. Jenis klamin

Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi di bandingkan

perempuan pada semua kelompok umur,meskipun rasio jens klamin

laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut.

Dalam Kesehatan dan Gizi ujian Nasional Survey III,

perbandingan laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan berkisar

antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managet care di Amerika Serikat,

rasio jenis klamin pasien laki-laki dan perempuan dengan gout atrhitis

adalah 4:1 pada mereka yang lebih dari 65 tahun. Pada pasien

4
perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang

ke dokter di diagnosa sebagai gout dan proporsi dapat melebihi 50%

pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun.

5. Diet tinggi purin

Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan

bagian dari kolestrol,trigliserida dan LDL di sebabkan oleh asupan

makanan yang mengandung tinggi purin.

2.1.3 Patofisiologi

Dalam keadaan normal,kadar gout atrhitis di dalam darah pria dewasa

kurang 7 mg/dl dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi

gout atrhitis dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan

penumpukan kristal monosidium urat. Serangan gout atrhitis tampaknya

berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar

gout dalam serum. Jika kristal gout mengendap dalam sendi, akan terjadi

respon inflamasi dan di teruskan dengan terjadinya serangan gout atrhitis

dengan adanya serangan yang berulang-ulang,penumpukan kristal

monusodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap di bagian perifer

tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan

Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan di sertai penyakit ginjal kronis.

Penurunan urat serum dapat mencetus pelepasan kristal monodosium

urat dari depositnya dalam topi (cristals shedding). Pada beberapa pasien

gout atau dengan hiperuresimia asimptomatik kristal urat di temukan pada

5
sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah

mendapat serangan akut. Dengan demikian gout dapat timbul pada

keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH dan kelarutan

urat untuk timbul serangan gout. Menurunkan kelarutan sodium urat pada

temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat

menjelaskan mengapa kristal monosodium urat di endapkan padda kedua

tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristalmonosodium urat

pada metatarsofalengeal.

2.1.4 Manifestasi klinis

Gout atrhitis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus

berkembang menjadi tahap akhir. Perjalanan penyakit gout atrhitis

mempunyai 4 tahapan yaitu:

1. Tahap 1 (tahap Gout Atrhitis akut)

Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada

laki-laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25

tahun merupakan bentuk tidak lazim gout atrhitis.

Yang munginkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzim

spasifik, penyakit ginjal atau pengunaan siklosporin. Pada 85-90%

kasus, serangan berupa artrihitis monoartikuler dengan predileksi

MTP-1 yang biasa di sebut podagra. Gejala yang muncul sangat cepat

dalam waktu singkat, pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian

bagun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan

6
monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, di sertai

lekositosis dan peningkatan endap darah. Sedangkan gambaran

radiologis hanya di dapatkan pembengkakan pada pada jarigan lunak

periartikuler.

2. Tahap 2 (tahap gout interkritikal)

Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selamarentang

waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari

rentang waktu 1- 10 tahun. Namun rata-rata waktunya 1-2 tahun.

Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang

lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout atrhitis akut. Atau

menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubunganya

dengan penyakit gout atrhitis.

3. Tahap 3 (tahap gout atrhitis akut intermitten)

Setelah melewati gout interkritikal selama bertahun- tahun tanpa

gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang di tandai dengan

serangan gout atrhitis yang khas seperti di atas. Selanjutnya penderita

akan sering mendapat serangan ( kambuh) yang jarak antara serangan

yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan

lama serangan makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang

semakin banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh

setiap setahun sekali, namun bila tidak berobat dengan bener dan

teratur, maka serangan akan makin sering terjadi biasanya tiyap 6

7
bulan, tiap 3 bulan dan seterusnya, sehingga pada suatu saat

penderita akan mendapat serangan setiap hari dan semakin banyak

sendi yang terserang.

4. Tahap 4 (tahap gout atrhitis kronik tofaceous)

Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10

tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan- benjolan di

sekitar sendi yang sering meradang yang di sebut sebagai Thopi.

Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang

merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan

mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Bila

ukuran Thopi semakin besar dan banyak akan mengakibatkan

penderita tidak dapat mengunakan sepatu lagi.

2.1.4 penatalaksanaan

Secara umum, penaganan gout atrhitis adalah memberikan edukasi,

pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Pengpbatan di lakukan

secara dini agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain.

Pengobatan gout atrhitis akut bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri

sendi danperadangan dengan obat-obatan, antara lain: kolkisin, obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH. Obat

penurun gout atrhitis seperti aluporinol atau obat urikosurik tidak dapat di

berikan pada stadium akut. Namun, pada stadium interkritik dan kadar

normal, guna mencegah kekambuhan. Penurunan kadar gout atrhitis di

8
lakukan dengan pemberian diet rendah purin dan memakai obat alupurinol

bersama obat urikosurik yang lain.

2.1.5 komplikasi

Menurut Rotschild (2016), komplikasi dari gout atrhitis meliputi severe

degenerative atrhitis, infeksi sekunder,batu ginjal dan fraktur pada

sendi.sitokin, protease, dan oksidan yang perperan dalam proses inflamasi

akut jugc berperan pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan

sinovitis kronik, dekstuksi kartilago, dan erosi tulang. Kristal monosodium

urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan interleukin

merangsang sistensis nitric dan matriks metaloproteinase yang nantinya

menyebabkan dektruksi kartilago. Kristal monodosium urat mengaktifasi

osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik

yang nantinya berkontrubusi terhadap kerusakan juxta artikular tulang.

Gout atrhitis telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya

batu ginjal. Penderita dengan gout atrhitis membentuk batu ginjal karena

urien memiliki pH rendah yang mendukung terjadinya gout atrhitis yang

tidak terlarut (Liebna et al, 2015)

2.1.6 manajemen diet gout atrhitis

Menurut Helmi (2015), tujuan diet gout atrhitis adalah untuk mencapai

dan mempertahankan setatus gizi optimal serta menurunkan kadar gout

atrhitis dalam darah dan urien. Diet penderita gout atrhitis adalah:

1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

9
Bila berat badan berlebih atau kegemukan, asupan energi sehari

di kurangi secara bertahap sebanyak 500-1000 skala dari kebutuhan

energi normal sehingga tercapai berat badan normal(Almatsier, 2015).

Penderita gangguan gout atrhitis yang kelebihan berat badan, berat

badanya harus di turunkan dengan tetap memperhatikan jumlah

konsomsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa

meningkatkan gout atrhitis karena adanya badan keton yang akan

mengurangi pengeluaran gout atrhitis melalui urine.

2. Protein cukup

Protein yaitu 1,0-1,2 kg/ BB atau 10-15% dari kebutuhan energi

total (Almatsier, 2015). Protein terutama yang berasal dari hewan

dapat meningkatkan gout atrhitis dalam darah. Sumber makanan yang

mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,

ginjal, otak, dan limpa. Asupan protein yang di anjurkan adalah

sebesar 50-70 g/hari atau 0.8-1 g/kg berat badan/hari. Sumber protein

yang di sarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju

dan telur.

3. Hidari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan

purin >150 mg/100 gr (Almatsier, 2015).

Apabila telah terjadi pembengkakan sendi, maka penderita

gangguan gout atrhitis harus melakukan diet bebas purin. Namun,

karena hampir semua bahan makanan sumber protein mengandung

10
nukleoprotein, maka hal ini hampir tidak mungkin di lakukan. Tindakan

yang harus di lakukan adalah membatasi asupan purin menjadi 100-

150 mg purin perhari (diet normal biasanya mengandung 600-1000 mg

purin perhari).

4. lemak sedang

Lemak sedang yang di maksud yaitu 10-20% dari kebtuhan energi

total. Lemak berlebih dapat menghambat pengeluaran gout atrhitis

atau purin melalui urien. Konsumsi lemak sebaiknya sebnyak 15% dari

total kalori.

5. karbohidrat dapat di berikan lebih banyak

Yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total. Karena kebanyakan

pasien gout atrhitis mempunyai berat badan lebih, maka di anjurkan

untuk mengunakan sumber karbohidrat kompleks. Kerbohidrat

kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik di konsumsi

oleh penderita gout atrhitis karena akan meningkatkan pengeluaran

gout atrhitis melalui urine. Konsumsi karbohidrat kompleks ini

sebaiknya tidak kurang dari 100 gram perhari. Karbohidrat sederhana

jenis fruktosa seperti gula, premen, arum manis,gulali, dan sirup

sebaiknya di hindari karena fruktosa akan meningkatkan kadar gout

atrhitis dalam darah.

6. vitamin dan mineral cukup sesuaindengan kebutuahan.

11
Memperbanyak konsumsi sumber makanan berpotasium tinggi,

seperti pisang, avokado, kentang, susu, dan yoghurt. Memperbanyak

konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C, seperti tomat,

stroberi dan jeruk. Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang

berjhasiat sebagai diuretik karena kaya air, seperti jambu air,blewah,

melon, dan semangka. Di anjurkan mengkonsumsi tatanan herbal dan

buah-buahan yang berkhasiat mengatasi penyakit gout atrhitis,seperti

daun salam, sidaguri, sirsak, labu siam, kentang, apel

(Noormindhawati, 2015)

7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Banyak

minum untuk membantu pengeluaran kelebihan asam urat, 2 sampai 3

liter/hari untuk mencegah terjadinya pengendapan asam urat dalam

ginjal (batu ginjal)

8. Apabila BB lebih, dianjurkan untuk menurunkan BB karena akan

membantu menurunkan purin dalam darah.

Daftar Makanan yang Dianjurkan, Dibatasi, dan Dilarang

12
BAHAN MAKANAN DIANJURKAN DIBATASI DIHINDARI
SUMBER Nasi, bubur,

KARBOHIDRAT bihun, roti,

gandum,

makroni, pasta,

jagung,

kentang, ubi,

talas, singkong,

havermout
SUMBER Telur, susu Daging, ayam, yang

PROTEIN skim/ susu ikan tongkol, mengandung

HEWANI rendah lemak, tenggiri, bawal, tinggi purin kadar

bandeng, kerang, purin antara 150-

udang dibatasi 800 mg/100 gram

maksimum 50 bahan makanan:

gram/hari hati, ginjal,

jantung, limpa,

otak, ham, sosis,

babat, usus, paru,

sarden, kaldu,

daging, bebek,

burung, angsa,

remis, dan ragi


SUMBER Tempe, tahu,

PROTEIN NABATI maksimum 50

gram/hari dan

kacang-kacangan

(kacang hijau,

kacang tanah,

kedelai) paling

banyak 25

gram/hari
SAYURAN Wortel, labu Bayam,buncis,
13
Tabel 2.2 Daftar makanan dengan kandungan purin tinggi

Makanan Purin (mg/100g)


Teobromin 2300
Limfa domba atau kambing 775
Hati sapiBahan Makanan Berat (gr) 554 URT
Beras
Ikan Sarden 250 3 gelas
480 nasi
Telur
Jamurayam
kuping 50 1 butir
445
Ayam
Limfa sapi kulit
tanpa 50 1 potong
444 sedang
Ikan
Daun melinjo 50 1 potong
366 sedang
Tempe
Paru-paru sapi 50 2 potong
339 sedang
Sayuran
Kangkung dan bayam 300 3 gelas
290
Buah
Ginjal sapi 400 4 ptg sedang
269
Jantung sapi 255
pepaya
Hati ayam 243
Minyak 15 1 ½ sdm
Jantung domba atau kambing 241
Gula pasir 10 1 sdm
Ikan teri 239
Tepung susu skim 20 4 sdm
Udang 234
Biji melinjo 222
Kedelai dan kacang-kacangan 190
Dada ayam dengan kulit 175
Daging ayam 169
Lidah sapi 160
Ikan kakap 160
Tempe 141
Daging bebek 138
Kerang 136
Lobster 118
Tahu 108

Tabel 2.3 Contoh Menu Diet Rendah Purin Sehari:

14
Tabel 2.4 Pembagian Bahan Makanan Sehari

Waktu dan Bahan Makanan Ukuran


Pagi

Beras 75 gr = 1 gls nasi

Telur 50 gr = 1 butir

Sayuran 100 gr = 1 gls

Minyak 5 gr = ½ sdm

Susu skim bubuk 20 gr = 4 sdm

Gula pasir 10gr = 1 sdm

Pukul 10.00

Buah (ex: pepaya) 100gr = 1 ptg sedang


Siang

Beras 100 gr = 1 ½ gls nasi

Ikan 50 gr = 1 ptg sedang

Tempe 25 gr = 1 ptg sedang

Sayuran 100 gr = 1 gls

Minyak 5 gr = ½ sdm

Buah (ex: pepaya) 100 gr = 1 ptg sedang

Pukul 16.00

Buah (ex: pepaya) 100 gr = 1 ptg sedang


Malam

Beras 75 gr = 1 gls nasi

Ayam 50 gr = 1 ptg sedang

Tempe 25 gr = 1 ptg sedang

Sayuran 100 gr = 1 gls

Buah (ex: pepaya) 100 gr = 1 ptg sedang

Minyak 5 gr = ½ sdm
15
2.2 Konsep Edukasi

2.2.1 Definis

Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan adalah segala upaya

yang diupayakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,

atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang dilakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan kesehatan atau edukasi

kesehatan dan batasan ini tersirat unsur-unsur input (sasaran dan

pendidikan dari kesehatan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain), dan output (melakukan apa yang diharapkan).

Hasil yang diharapkan dari suatu promosi kesehatan adalah perilaku

kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang kondusif oleh sasaran dari pendidikan kesehatan atau promosi

kesehatan (notoatmojo, 2012).

2.2.2 Tujuan

Tujuan dari pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan yaitu

perubahan perilaku kesehatan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam

pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor

penyebab terbentuknya perilaku tersebut Green dalam (Notoatmodjo, 2012)

yaitu

1. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran,

memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,

16
keluarganya maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam kontek

promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi,

kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan

maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini

dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-

iklan layanan kesehatan, billboard, dan sebagainya

2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat) Bentuk

promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat

memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan

prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan

cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana

untuk pengadaan sarana dan prasarana

3. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan

pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas

kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas

dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang

hidup sehat

STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR

EDUKASI BERBASIS SIMULASI TERHDAP PERUBAHAN PERILAKU KELUARGA DALAM

MANAJEMEN DIET PADA PENDERITA GOUT ATRHITIS


1. Pengertian Serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan kesehatan yang

direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan

17
pengertian, sikap serta perilaku positif pasien dan lingkungannya terhadap

upaya perbaikan gizi dan kesehatan.


1. Agar keluarga pasien mampu menyiapkan makanan yang sesuai dengan

status gizi dan kebutuhan pasien apabila keluarga ikut menyediakan makanan

bagi pasien

2. memberikan pelayanan gizi melalui peningkatan pengetahuan tentang

makanan selain yang di berikan/di sediakan oleh keluarga kepada pasien gout

atrhitis agar memperoleh manajemen diet yang sesuai kondisi keshatanya

dalam upaya mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan


2. Tujuan menigkatkan setatus gizi

3. menanamkan dan meningkatkan pengetahuan, sikap serta perilaku sehat

pada pasien gout atrhitis melalui kebiasaan makan dan minum yang sesuai

anjuran dietnya

4. memberikan pendidikan dan informasi tentang hal-hal yang harusdi

perhatikan pasien dan keluarga berhubungan dengan kondisi kesehatan

pasien
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2018 tentang Pedoman Gizi

Seimbang

3. Referensi Kementrian Kesehatan RI. 2018. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandart

(PAGT). Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta


4. Perlengkapan 1. Alat:

a. Kompor Gas

18
b. Kuwali/wajan

c. Sepatula

d. Saringan

e. Pisau

f. Talennan

g. Panci

h. Centong sayur

i. Sendok/garpu

j. Centong nasi

k. Belender

l. Piring/mangkok

m. Mejik jer

n. Dispenser

2. Bahan:

a. Beras

b. Telur ayam

c. Ayam tanpa kulit

d. Ikan

e. Tempe

f. tahu

g. Sayuran

h. Buah

i. Minyak

j. Gula pasir

19
k. Tepung susu skim
5. Prosedur 1. Petugas gizi menyiapkan sarana dan prasarana seperti leaflet tentang diet

pasien

2. Keluarga pasien di berikan konselling tentang diet pasien

3. Persiapan pengolahan bahan makanan pokok (Beras)

a. Beras di timbang terlebih dahulu sesuai kebutuhan pasien

b. Cuci beras dalam bak pencucian dalam air yang mengalir, di lakukan 3

kali sampai cucian berasnya bersih, kemudian di iriskan.

c. Setelah di iriskan beras di pilah – pilah untuk nasi

d. Beras yang sudah di pilah – pilah di masukkan di rice cocker

e. Beras siap untuk di masak dengan menambah air

4. Persiapan Pengolahan Bahan Makanan Buah

a. Petugas gizi menyiapkan buah dan alat yang akan di gunakan

b. Petugas gizi mengunakan sarung tangan plastic untuk membersihkan

buah dari kotoran dengan cara memutong, mengupas dan membuang

bagian-bagian yang tidak di gunakan

c. Buah seperti Wortel, labu siam, terong, pare, oyong ketimun, labu air,

selada air, tomat, selada, lobak di lakukan pencucian dahulu dengan

mengunakan air mengalir baru di lakukan pengupasan kulit kemudian

di cuci dengan air mineral dan tirskan dari air

d. Buah yang tidak di kupas di lakukan pengelapan dengan mengunakan

lap bersih atau di cuci

5. Persiapan Pengolahan Bahan Makanan Hewani:

Telur

20
a. Telur di cuci hingga bersih

b. Telur diolah sesuai standar resep

Ikan

a. Ikan di hilngkan sisiknya

b. Ikan di buang kotoran dan insangnya

c. Ikan di cuci hngga bersih

d. Ikan di potong sesuai dengan standar resep

e. Ikan di olah sesuai standar resep

Ayam

a. Daging ayam yang sudah bersih dari bulu dan kotoran yang telah di

potong

b. Daging ayam di bersihkan dari lemak dan bagian yang tidak di perlukan

c. Daging ayam di cuci bersih

d. Kemudian diolah sesuai dengan standar resep

6. Persiapan Pengolahan Bahan Makanan Nabati

Tempe

a. Tempe di potong sesuai menu dan standar porsi

b. Tempe di olah sesuai dengan standar porsi

Tahu

a. Tahu di cuci di air yang mengalir

b. Tahu di potong sesuai menu dan standar resep

c. Tahu di beri bumbu sesuai standar resep

Bahan Makanan Siap Diolah.

7. Petugas gizi memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk

21
menanyakan materi konsenling yang kurang di fahami

8. Petugas gizi mengevaluasi materi yang di berikan

9. Petugas gizi mendukumentasikan hasil kegiatan konselling gizi

6.Indikator
1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
manajemen diet
Bila berat badan berlebih atau kegemukan, asupan energi
pada penderita
sehari di kurangi secara bertahap sebanyak 500-1000 skala
gout atrhitis
dari kebutuhan(Almatsier, 2015).

2. Protein cukup

Protein yaitu 1,0-1,2 kg/ BB atau 10-15% dari kebutuhan

energi total (Almatsier, 2015).

3. Hidari bahan makanan sumber protein yang mempunyai

kandungan purin >150 mg/100 gr (Almatsier, 2015).

4. lemak sedang

Lemak sedang yang di maksud yaitu 10-20% dari kebtuhan

energi total. Lemak berlebih dapat menghambat pengeluaran

gout atrhitis atau purin melalui urien. Konsumsi lemak

sebaiknya sebnyak 15% dari total kalori.

5. karbohidrat dapat di berikan lebih banyak

Yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total. Karena kebanyakan

22
pasien gout atrhitis mempunyai berat badan lebih.

6. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari.

Banyak minum untuk membantu pengeluaran kelebihan gout

atrhitis, 2 sampai 3 liter/hari

7. vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuahan.

Memperbanyak konsumsi sumber makanan berpotasium

tinggi, seperti pisang, avokado, kentang, susu, dan yoghurt.


7. Unit terkait 1. balai desa

2. ahli gizi

3. keuarga paien dengan gout atritis

8. Rekaman Tanggal mulai


NO Yang diubah Isi Perubahan
historis diberlakukan

perubahan

Bentuk simulasi dan Dosis menggunakan edukasi berbasis simulasi ini melibatkan

kontraksi isotonik yang dilakukan pada keluarga dengan penderita gout atritis.

simulasi ini dilakukan selama 3 minggu sebanyak 1 kali dalam seminggu selama 15

menit dan 3 sets untuk satu kali perlakuan. Simulasi dilakukan secara bertahap

dengan menggunakan setandar oprasional prosedur (Menurut Uchida 2016).

2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat

mencapai sasaran yaitu:

23
1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah

seseorang menerima informasi yang didapatnya

2. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah

pula dalam menerima informasi baru.

3. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat

istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan

4. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada

kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

5. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat

aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat

dalam penyuluhan

2.2.4 Metode Pendidikan Kesehatan

1. Metode Berdasarkan Pendekatan Perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk

membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik

pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya

24
pendekatan individual ini karena setiapformasi mengapa individu tidak

atau belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau

tidak terhadap perubahan, bagaimana dasar pengertian dan apakah

mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka diperlukan penyuluhan

yang lebih mendalam.

2. Metode Berdasarkan Pendekatan Kelompok

a. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah membahas suatu topik dengan cara

tukar pikiran anatar dua orang atau lebih dalam suatu kelompok

yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Pada

prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Tujuannnya adalah

untuk menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,

pengalaman dari setiap peserta.

c. Bermain peran

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk

menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam satu

pertunjukkan di dalam kelas pertemuan.

d. Kelompok yang membahas tentang desas-desus

Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan suatu

permasalahan yang sama atau berbeda antar kelompok satu

dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari kelompok

25
tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap kelompok

mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.

e. Simulasi

Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk

mengembangkan ketrampilan peserta belajar. Metode ini

merupakan gabungan dari role play dan diskusi kelompok.

3. Metode Berdasarkan Pendekatan Massa Atau Masyarakat Luas

Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga

sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat

pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang

ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga

dapatditangkap oleh massa. Metode yang dapat dipakai untuk

masyarakat luas diantaranya:

a. Seminar

Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu

presentasi dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang

dianggap penting dan biasanya sedang ramai dibicarakan di

masyarakat

b. Ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode pengajaran dengan

menyampaikan informasi secara lisan kepada sejumlah orang, yang

26
pada umumnya mengikuti secara pasif (Simamora, 2009). Metode

ceramah dapat menstimulasi, penuh perhatian dan meningkatkan

keinginan tentang materi yang diberikan dan menguatkan bacaan

2.2.5 Media Pendidikan Kesehatan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat

bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) :

1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan kesehatan

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak

3. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

4. Menstimulasi sasaran pendidikan kesehatan untuk meneruskan pesan

–pesan yang diterima oran lain

5. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan

6. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

7. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih

mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

8. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

2.2.6 Bentuk Media Pendidikan Kesehatan

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoatmodjo, 2012)

1. berdasarkan stimulasi indra

a. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu

menstimulasi indra penglihatan

b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu

untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian

bahkan pendidikan/pengajaran

27
c. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids) yaitu alat yang dapat

membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu

penyampaian bahan pendidikan/pengajaran dan berguna dalam

membantu menstimulasi indra penglihatan

2. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya

a. Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan

sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor

b. Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-

bahan setempat

3. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan

a. Media cetak

- Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. diberikan atau dibaca oleh anggota

kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat

memberikan informasi yang detail yang mana tidak diberikan

secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta

mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran.

- Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet

sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber daya

pendukungnya untuk menyampaikanpesan harus

menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.

28
- Flip chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam

bentuk buku di mana tiap lembarberisi gambar peragaan dan

lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan

yang berkaitan dengan gambar.

- Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto

b. Media Elektronik

- Video dan film strip

Penyuluhan dengan media ini adalah dapat memberikan

realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh mata dan

pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan

perilaku, dapat diulang kembali, mudah digunakan dan tidak

memerlukan ruangan yang gelap

- Slide

Media ini yaitu dapat memberikan berbagai realita walaupun

terbatas, cocok untuk sasaran yang jumlahnya relatif besar,

dan pembuatannya relatif murah, serta peralatannya cukup

ringkas dan mudah digunakan

- Media Papan

Media papan meliputi papan-papan yang berisi symbol atau

tanda-tanda tertentu

2.2.7 Langkah-Langkah Dalam Pendidikan Kesehatan

29
Menurut Swanson dan Nies dalam Nursalam dan Efendi (2008) ada

beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikan

kesehatan, yaitu:

1. Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi

Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan

dilakukan oleh pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci penting

untuk memahami kebutuhan belajar sasaran dan mengetahui sasaran

atau pesan yang akan disampaikan. Tindakan perawat yang perlu

dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Review data yang berhubungan dengan kesehatan, keluhan,

kepustakaan, media massa, dan tokoh masyarakat.

b. Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog masalah yang

dirasakan).

c. Bedakan kebutuhan sasaran dan persepsi terhadap masalah

kesehatan, termasuk identifikasi sasaran.

d. Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.

e. Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan, menggunakan prioritas,

dan ada jangka waktu.

f. Kaji sumber- sumber yang tersedia (danasarana dan manusia)

2. Tahap II Memilih saluran dan materi/media.

Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran yang

efektif dan matri yang relevan dengan kebutuhan sasaran. Saluran

yang dapat digunakan adalah melalui kegiatan yang ada di

30
masyarakat. Sedangkan materi yang digunakan disesuaikan dengan

kemampuan sasaran.

Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah :

a. Identifikasi pesan dan media yang digunakan.

b. Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru.

c. Pilihlah saluran dan caranya

3. Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba

Materi yang ada sebaiknya diuji coba (diteliti ulang) apakah sudah

sesuai dengan sasarandan mendapat respon atau tidak. Tindakan

keperawatan yang perlu dilakukan adalah:

a. Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.

b. Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba

akan membantu apakah meningkatkan pengetahuan, dapat

diterima, dan sesuai dengan individu.

4. Tahap IV. Implementasi

Merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan. Tindakan

keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar efektif

b. Pantau dan catat perkembangannya.

c. Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan.

5. Tahap V. Mengkaji efektifitas

Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah disampaikan

terhadap perubahan perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil

hendaknya berorientasi pada kriteria jangka waktu (panjang / pendek)

31
yang telah ditetapkan. Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan

adalah melakukan evaluasi proses dan hasil.

6. Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program

Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap

pendidikan kesehatan yang telah diberikan. Apakah perlu diadakan

perubahanterhadap isi pesan dan apakah telah sesuai dengan

kebutuhan sasaran. Informasi dapat memberikan gambaran tentang

kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan adanya modifikasi.

Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengankebutuhan

b. Modifikasi strategi bila tidak berhasil.

c. Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.

d. Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap pendidikan kesehatan

yang telah dilakukan.

e. Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.

2.2.8 Langkah – Langkah Dalam Pelaksanaan Simulasi

Metode simulasi dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pelaksana simulasi menentukan topik dan tujuan simulasi.

2. Pelaksana simulasi memberi gambaran secara garis besar situasi yang

akan disimulasikan.

32
3. Pelaksana simulasi memimpin mengorganisasi atau membentuk

kelompok, peranan yang akan disimulasikan, pengaturan ruangan

materi.

4. Pelaksana simulasi memilih para pemain.

5. Pelaksana simulasi memberi penjelasan kepada kelompok dan kepada

para pemain tentang hal-hal yang harus dilakukan.

6. Pelaksana simulasi menentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk

bersimulasi.

7. Pelaksanaan simulasi, dalam pelaksanaan ini membantu mensupervisi

dan memberi sugesti demi kelancaran pelaksanaan simulasi.

8. Tindak lanjut, berupa: memberi kritik atau saran dan menyimpulkan.

(Tukiran Taniredja, 2014)

Sedangkan menurut Nana Sudjana 2010 langkah-langkah

pelaksanaan simulasi sebagai berikut :

1. Pelaksana simulasi menentukan topik dan tujuan simulasi (akan lebih

baik jika dipilih bersama sasaran)

2. Pelaksana simulasi memberi gambaran garis besar situasi yang akan

disimulasikan.

3. Pelaksana simulasi membentuk kelompok, peranan, ruangan, materi

dan alat yang diperlukan.

4. Pelaksana simulasi memilih pemain (pemegang) peranan.

5. Pelaksana simulasi memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain

peranan tentang hal-hal yang harus dilakukan.

33
6. Pelaksana simulasi memberikan kesempatan bertanya kepada

sasaran mengenai hal-hal yang berkenaan dengan simulasi.

7. Pelaksana simulasi memberi kesempatan kepada kelompok dan

pemain peranan untuk menyiapkan diri.

8. Pelaksana simulasi menetapkan waktu untuk melaksanakan simulasi.

9. Sasaran melaksanakan simulasi pelaksana mengawasi, memberi

saran untuk kelancaran simulasi

10. Sasaran secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi.

11. Sasaran membuat kesimpulan hasil simulasi.

Menurut wina sanjaya 2015 dalam perencenaan dan desain system

pembelajaran, langkah-lagkah simulasi terdiri atas 3 bagian yaitu:

1. Persiapan simulasi

a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuanyang hendak dicapi oleh

simulasi

b. Pelaksanaan simulasi memberikan gambaran masalah dalam situasi

yang akan disimulasiakan

c. Pelaksana menetapkan pemain yang akan terliat dalam simulasi,

peranan yang harus dimainkan, serta waktu yang disediakan

d. Pelaksana memberikan kesempatan kepada sasaran untuk bertanya

2. Pelaksaan simulasi

a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran

b. Sasaran lainnya mengikuti dengan penuh perhatian

c. Pelaksana hendaknya memberikan bantuan jika ada kesulitan

34
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak, hal ini dimaksud untuk

mendorong sasaran berfikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang

disimulasikan

3. Penutup simulasi

a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi yang

disimulasikan

b. Pelaksana harus mendorong agar sasaran dapat memberikan kritik

dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi

2.3 Konsep Keluarga

2.3.1 Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Departemen Kesehatan RI, 2016).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Friedman, 2014).

Kata keluarga menimbulkan makna yang berbeda bagi setiap individu

dan kelompok misalnya census bureau (2011) mendefinisikan keluarga

sebagai dua orang atau lebih yang hidup bersama sejak lahir. Definisi

keluarga juga mengacu pada dua individu atau lebih yang bergantungan

35
satu sama lainuntuk emndapatkan dukungan emodional, fisik, dan

ekonomi. (kakinen et al.,2015)

2.3.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Suprajitno (2012) yaitu sebagai berikut:

1. Nuclear Family

Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam

satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikaan

perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah

2. Extended Family

Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3. Reconstitud Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami

/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan

baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

4. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, Istri dirumah, atau kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau

perkawianan atau meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya

atau salah satu bekerja dirumah.

6. Single Parent

36
Satu orangtua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah

7. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

8. Commuter Married

Suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saing mencari pada waktu-waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

10. Three Generation

Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

11. Institutional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.

12. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain

dan semua adalah orangtua dari anak-anak.

14. Unmarried paret and child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya di

adopsi.

37
15. Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan

(Friedman, 2010).

2.3.3 Fungsi Keluarga

Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:

1. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi

kebutuhan psikologis anggota keluarga.

2. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk menjadikan

anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan

status pada anggota keluarga.

3. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat

4. Fungsi Ekonomi

Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya

5. Fungsi Perawatan Kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,

perawatan kesehatan(Marliyn M. Friedman, 2010)

6. Fungsi Keagamaan

a. Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan

hidup seluruh anggota keluarga.

38
b. Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari

kepada seluruh anggota keluarga.

c. Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam

pengamalan dari ajaran agamaMelengkapi dan menambah proses

kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang kurang dperolehnya

di sekolah atau masyarakat.

d. Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama

sebagai pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

7. Fungsi Budaya

a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa

yang ingin dipertahankan.

b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring

norma dan budaya asing yang tidak sesuai.

c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif

gobalisasi dunia.

d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya

dapat berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma

bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi.

e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang

dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk menjunjung

terwujudnya norma keluarga kecil bahagia sejahter

8. Fungsi Cinta Kasih

39
a. Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar

anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan

terus-menerus.

b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara

kuantitatif dan kualitatif.

c. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi

dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang.

d. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu

memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal

menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

9. Fungsi Perlindungan

a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak

aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.

b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai

bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar.

c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai

modal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

10. Fungsi Reproduksi

a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi

sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.

Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan

keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.

40
b. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan

dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal

anak yang diinginkan dalam keluarga.

c. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang

kondusif menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

11. Fungsi Sosialisasi

a. Menyadari, merencnakan dan menciptakan lingkungan keluarga

sebagai wahana pendidikan dan sosisalisasi anak pertama dan utama.

b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga

sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai

konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik di lingkungan

sekolah maupun masyarakat.

c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang

diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik

dan mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun

masyarakat.

d. Membina peran, pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam

keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga

bagi orangtua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup

bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera

12. Fungsi Ekonomi

a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan

keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan

kehidupan keluarga

41
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan

dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.

c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan

perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi,

selaras dan seimbang.

d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera

13. Fungsi Pelestarian Lingkungan

a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal

keluarga.

b. Membina kesadaran, sikap dan praktik lingkungan eksternal keluarga.

c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang

serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan

lingkungan hidup masyarakat sekitarnya.

d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup

sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil yang bahagia

2.3.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga adalah rangkaian hubungan yang teratur dalam

keluarga, antara keluarga dan system social lainnya, dalam menentukan

struktur keluarga, perlu mengidentifikasi hal berikut (kaakinen et al.,2015)

1. Individu yang termasuk dalam keluarga

2. Hubungan di antara anggota keluarga

3. Interaksi antara keluarga

4. Interaksi dengan system social lainnya

42
Struktur keluarga oleh Friedman 2014 di gambarkan sebagai berikut:

a. Struktur komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan

secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki

kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan

pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima

umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan

umpan balik, dan valid.

Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila

tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal,

dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga

bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,

judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan

gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi

miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid

b. Struktur peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa

bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu dalam

masyarakat misal status sebagai istri/suami.

c. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

(lagimate power), ditiru (referent power), keahlian (experpower),

43
hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif (efektif

power).

d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah

pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga. Nilai, suatu

sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak, dapat

mempersatukan aggota keluarga. Norma, pola perilaku yang baik

menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya,

kupulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan

dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. (Friedman, 2014)

2.3.5 Peran Keluarga

Menurut kemenkes 2016. Peran keluarga dan masyarakat sangat

penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualita hidup pada

penderita gaout atrihtis, yaitu melalui perubahan perilaku keluarga dalam

tatanan keluarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan seperti fisik,

biologis, social budaya, ekonomi. Membantu menyelenggarakan yankes

seperti: promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif. Dan ikut dalam proses

kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi penderita gout atrhitis.

Selain itu, yang terpenting dari pelayanan kesehatan itu sendiri adalah

kesadaran dari setiap individu untuk menjaga kesehatan dengan sebaik

dan sedini mungkin.

44
Keluarga merupakan support system utama terhadap penderita gout

atrhitis dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang

peranan penting dalam perawatan dan kelangsungan hidup pada penderita

gout atrhitis ke arah yang lebih baik, salah satunya mempertahankan

dukungan keluarga terhadap manajemen diyet pada penderita gout atrhitis.

Dukungan keluarga yang adekuat akan menciptakan kesehatan yang

optimal terhadap penderita gout athrhitis (kamel, abdul majid dan islmail,

2013 dalam siti nurul rahayu, 2016).

Menurut fridmen (2014) Dukungan keluarga sebagai salah satu sikap,

tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sedang dialami

keluarga itu sendiri. Keluarga yang berfungsi sebagai sistem pendukung

diharapkan selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan. Dukungan yang di berikan bersifat prefentif dan secara

bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit dengan tim

kesehatan. Perhatian dan pelayanan dari keluarga akan mempengaruhi

masalah kesehatan yang akan terjadi pada penderita gaout atrhitis. (siti

nurul rahayu, 2016)

45

Anda mungkin juga menyukai