Jurnal AuditBankSyariah
Jurnal AuditBankSyariah
dwisantikaherba@gmail.com
ABSTRAK
Laporan keuangan audit adalah cara untuk meyakinkan bahwa informasi dalam laporan
tersebut dapat digunakan dalam mengambil keputusan. Metode audit dikerjakan oleh auditor
profesional yang menyatakan kewajaran laporan keuangan. Dalam bank syariah terdapat
Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas mengeluarkan laporan tentang kepatuhan bank
terhadap prinsip syariah. Laporan ini dikeluarkan seiring dengan laporan dari auditor eksternal.
Meskipun demikian, keberadaan auditor “konvensional” di dalam entitas Islam mengakibatkan
perdebatan apakah auditor konvensional cukup ahli untuk mengaudit organisasi bisnis Islam.
Saat ini, yang menjadi tantangan untuk menciptakan auditor syariah yang berkualitas yaitu
program audit syariah itu sendiri, pendidikan dan kualifikasi dan juga independen auditor
syariah.
ABSTRACT
The audit financial report is a way to ensure that the information in the report can be
used in making decisions. The audit method is carried out by a professional auditor who states
the fairness of the financial statements. In Islamic banks there is a Sharia Supervisory Board
(DPS) which is in charge of issuing reports on bank compliance with sharia principles. This
report is issued together with the report from the external auditor. However, the existence of
“conventional” auditors within Islamic entities has resulted in a debate as to whether
conventional auditors are sufficiently skilled to audit Islamic business organizations. Currently,
the challenges in creating quality sharia auditors are the sharia audit program itself, education
and qualifications as well as independent sharia auditors.
In Indonesia, sharia audit has an opportunity because Indonesia is the largest Muslim
majority population in the world. And the challenges of sharia auditing for a better future
development, including (1) aspects related to regulation, namely weak encouragement from the
government; (2) Human Resources Level; (3) The audit process is not yet optimal, which will
result in reports that are not relevant in disclosing sharia compliance.
PENDAHULUAN
Audit Syariah dilakukan untuk memastikan bahwa bank syariah berdiri dengan tata
kelola syariah yang baik dan juga meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan. Namun,
seringkali terjadi kemungkinan tentang perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemakai
laporan keuangan mengenai ketidakseimbangan informasi yang telah tersedia. Dari hal ini lah
dibutuhkan peran pihak ketiga yang cakap yaitu seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan.
Akuntan publik adalah profesi yang paling tepat sebagai pihak ketiga yang berperan
sebagai auditor untuk menjalankan fungsi audit syariah. Jasa akuntan publik dibutuhkan untuk
memberi jaminan atas dapat dipercayanya laporan keuangan, dan memberi bukti bahwa
laporan keuangan yang disajikan manajemen tidak terdapat salah saji material di dalamnya.
Hal ini agar meningkatkan kepercayaan pihak-pihak yang bersangkutan dalam perusahaan
tersebut. Perbankan syariah harus bisa meningkatkan kepercayaan publik dan ikut serta
meningkatkan kualitas audit untuk tetap bersaing.
Masalah utama yang dihadapi kerangka audit syariah saat ini adalah kurang tepatnya
praktik audit dari lembaga keuangan syariah. Lingkup pertama audit syariah Lembaga
Keuangan Syariah adalah mengawasi dan memastikan bahwa semua transaksi keuangan
diakui, diukur, dan dilaporkan secara akurat serta adanya hak dan kewajiban yang timbul dari
kontrak yang berbeda. Selain itu, juga akan memastikan bahwa ada kepatuhan terhadap standar
yang relevan, seperti aturan dan peraturan dari Bank Negara atau dari AAOIFI dan lain-lain.
Auditor syariah diharapkan agar bisa mencerminkan tanggung jawab mereka bukan
saja untuk manajemen dan pemangku kepentingan, namun yang lebih utama untuk Allah SWT.
Audit syariah harus dilakukan untuk semua kegiatan yang ada pada lembaga keuangan Islam.
Meskipun perkembangan ekonomi Islam saat ini sangat berpeluang namun dalam
pelaksanaannya masih ditemukan bermacam masalah dan tantangan, baik pada tantangan
teoritis maupun pada tantangan praktis, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat
eksternal. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai apa saja tantangan
dan peluang pada audit syariah.
TINJAUAN PUSTAKA
Auditing adalah pemeriksaan laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen,
beserta catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya secara kritis dan sistematis oleh
pihak yang berkompeten agar dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Arti umum audit syariah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol dan
melaporkan transaksi, sesuai dengan aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat
waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Melakukan audit syariah bukanlah
tugas yang mudah apalagi di dalam kondisi kapitalistik dan sistem keuangan yang kompetitif.
Audit Syari’ah adalah laporan internal syariah yang bersifat independen atau bagian
dari audit internal yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan
syariah, fatwa-fatwa, instruksi, dan sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga
supervisi syariah.
Adapun langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan audit sesuai standar audit
untuk lembaga keuangan Islam berpedoman pada persyaratan yang ditentukan oleh:
1. Aturan dan Prinsip Islam
2. Standar ASIFIs
3. Badan Professi resmi
4. Peraturan leglasi lainnya
5. Peraturan dan prinsip yang tidak bertentangan dengan aturan Islam yang berkaitan
dengan penugasan.
6. International Standar on auditing dianggap termasuk didalam aturan ini sepanjang tidak
bertentangan dengan ASIFIs.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk meyakinkan bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan
oleh suatu lembaga keuangan syariah tidak bertentangan dengan ketentuan syariah.
pemeriksaan syariah dilaksanakan sesuai dengan tahap sebagai berikut:
Adapun framework (kerangka kerja) audit merupakan aturan, arahan dan acuan seorang
auditor dalam pelaksanaan audit sehingga hasil audit bermutu, dapat dipertanggungjawabkan
dan sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat dibandingkan dan digunakan oleh para
stakeholder untuk pengambilan keputusan. Apabila framework itu dipadukan dengan prinsip
dan aturan syariah yang berlaku, maka audit syariah dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Hal ini karena konsep audit syariah dijalankan untuk menilai sejauh mana organisasi telah
mematuhi aturan dan regulasi yang diberikan oleh Allah SWT dan bukan sekedar untuk
memastikan keadilan dan kebenaran laporan keuangan yang disiapkan manajemen. (Mardiah
dan Mardian, 2015)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, yaitu bentuk penelitian kualitatif yang
objek kajiannya merupakan data kepustakaan, yang mencantumkan ide atau pendapat yang
didukung oleh data kepustakaan dimana sumbernya dapat berupa jurnal penelitian, skripsi,
tesis, buku, makalah, dan yg lainnya. Pada literatur yang lain juga disebut “Studi kepustakaan”
dimana cara pengumpulan data dilakukan dengan membuat studi penelusuran terhadap buku,
tulisan, dan laporan atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
Penelitian ini sendiri banyak diambil dari penelitian terdahulu tentang audit bank
syariah, jurnal-jurnal yang membahas tentang audit bank syariah, skripsi, makalah dan juga
buku-buku tentang audit syariah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk membahas tentang apa itu
audit syariah, bagaimana langkah-langkah pengauditan menurut syariah, dan apa saja yang
menjadi peluang dan tantangan dalam audit syariah ini sendiri. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa audit syariah di Indonesia bisa memiliki peluang besar untuk
berkembang karena Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas muslim
terbesar di dunia. Namun, Indonesia juga memiliki beberapa tantangan dalam menerapkan
audit syariah ini.
Tantangan dari audit syariah itu sendiri yaitu dalam penerapannya, terdapat masalah
antara harapan dan praktik audit syariah yang berlangsung saat ini. Ada empat faktor utama
yang menjadi kendala besar penerapan audit yang berdasarkan hukum syariah, yaitu kerangka
kerja, ruang lingkup, kualifikasi, dan isu terkait independensi. Tantangan lain yaitu terdapat
pada peran dewan pengawas syari'ah (DPS) sebagai auditor syariah tidak adanya kekuatan
yang mengikat dan memaksa, seperti seharusnya DPS hanya sebatas mengeluarkan fatwa tanpa
kekuasaan hukum yang mampu memaksa menerapkan hal tersebut dan proses
pengangkatannya yang dipilih langsung oleh LKS. Hal ini juga menimbulkan isu independensi
(Abdul-Razzaq A. A., 2009).
Praktisi audit di Indonesia masih mencari pedoman aturan yang tepat bagi lingkup,
regulasi kerangka kerja, kualifikasi dan independensi auditor syari'ah (N. Kasim & Sanusi,
Z.M., 2013). Jumlah auditor syariah yang dimiliki Indonesia sebagai penduduk dengan
mayoritas muslim ini masih sangat terbatas.
Jika bank syariah gagal menjalankan kesyariahannya maka itu akan merusak citra
kepada publik khususnya kepada pemegang saham yang pada akhirnya berkesimpulan tidak
ada bedanya antara bank syariah dengan bank konvensional (Pramono, 2007).
Apabila dilihat secara terpisah sumber permasalahan audit syariah tersebut diantaranya
terjadi pada aspek yang berkaitan dengan regulasi. Sebagaimana Aziz (2012) mengungkapkan
mengenai kerangka audit syariah yang dinilai belum berkembang disebabkan lemahnya
dorongan dari pemerintah. Hal ini menimbulkan keraguan bagi kebanyakan orang bahwa bank
syariah tidak berbeda karena masih terjebak dengan kerangka audit bank konvensional.
Sementara solusi untuk permasalahan audit syariah yang berkaitan dengan regulasi diantaranya
berupa penerbitan kerangka hukum yang merupakan bagian dari undang-undang seperti
Islamic Financial Services Act 2013 yang dinisiasi oleh Malaysia.
Selain aspek regulasi, permasalahan audit syariah juga terjadi pada tataran sumber daya
manusia (SDM). Kompetensi akuntansi dan syariah tidak seimbang hampir ditemukan baik itu
pada auditor internal, auditor eksternal hingga dewan pengawas syariah. Sedangkan dari
sekian solusi yang diusulkan dalam menanggapi permasalahan SDM dalam audit syariah salah
satunya datang dari Khan (1985) berupa pendirian Islamic Auditing Foundation (IAF). Salah
satu fungsi dan tanggung jawab IAF itu sendiri yaitu melakukan pelatihan terhadap para auditor
syariah. Lembaga ini diharapkan dapat independen dari lembaga keuangan syariah dan
memang difokuskan untuk memenuhi hal-hal yang berhubungan dengan audit syariah bahkan
dapat menjelma menjadi lembaga Hisbah. Sehingga permasalahan lain diluar SDM diharapkan
juga dapat diatasi seperti pembuatan standar audit syariah atau kerangka audit syariah.
Sistem audit yang belum maksimal akan mempengaruhi hasil dari audit yang akhirnya
mendatangkan laporan yang tidak signigfikan dalam mengungkapkan kepatuhan syariah.
Solusi yang muncul untuk menyelesaikan permasalahan pada proses audit pun cukup beragam
diantaranya melaui koordinasi DPS dengan auditor atau pihak lain dalam menerapkan audit
syariah. Koordinasi ini dapat berupa pelaporan temuan dari divisi audit dan divisi resiko kepada
komite syariah (Aziz, 2012) atau dengan melibatkan audit internal, audit eksternal, komite
audit dan tata kelola dalam mengawasi kepatuhan syariah berdasarkan AAOIFI (Haniffa,
2010).
KESIMPULAN
Arti umum audit syariah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol dan
melaporkan transaksi, sesuai dengan aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat
waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Melakukan audit syariah bukanlah
tugas yang mudah apalagi di dalam kondisi kapitalistik dan sistem keuangan yang kompetitif.
Audit Syari’ah adalah laporan internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit
internal yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah,
fatwa-fatwa, instruksi, dan sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi
syariah.
Audit syariah di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk berkembang karena
Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Namun
juga terdapat beberapa tantangan dalam audit bank syariah, yaitu:
1. Aspek yang berkaitan dengan regulasi, yaitu lemahnya dorongan dari pemerintah
2. Tataran Sumber Daya Manusia
3. Proses audit yang belum optimal, sehingga akan menghasilkan laporan yang tidak
relevan dalam mengungkapkan kepatuhan syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Ahmad (2019). Perkembangan Audit Syariah di Indonesia. Jurnal Hukum Islam,
Ekonomi dan Bisnis Vol.5 No.1
Mardiah, Qonita dan Mardian, (2015). Praktik Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah
di Indonesia. Jurnal Akuntabilitas Vol. VIII No. 1
Pramono, S. (2007). Corporate Governance Mechanism and Internal Shariah Review (ISR) in
Islamic Banks: Critical Issues and the Role Gap of Shariah Supervisory Board (SSB).
Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia 1. 1.
Sofyan, (2002). Auditing dalam Perspektif Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.