PENDIDIKAN NASIONAL
Oleh
I Ketut Nuarca
1
PENGANTAR
2
kemasyarakatan. Tetapi sebagaimana kita alami bersama semua harapan
tersebut sulit diujudkan. Perekonomian berada di titik rendah dan tingkat
kesejahteraan masyarakat menurun secara drastis. Selain itu masyarakat
juga merasakan hidup dalam suasana kurang nyaman akibat kerusuhan serta
konflik horisontal terjadi di mana-mana ditambah lagi pertentangan antar
elit di pemerintahan terjadi sangat tajam. Singkatnya, negara telah dilanda
krisis multi dimensi yang terjadi secara berkelanjutan. Kondisi negara
seperti ini dikaitkan dengan mutu SDM yang sangat rendah sebagai akibat
kegagalan sistem pendidikan nasional.
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk membahas serta mencarikan
solusi tentang permasalahan itu tetapi hanya sekedar memberikan gambaran
secara global mutu pendidikan nasional yang ada sekarang ini dengan data-
data pendukung yang relatif terbatas. Semoga tulisan yang singkat ini ada
manfaatnya.
Penulis.
3
DAFTAR ISI
Pengantar ............................. 1
Pendahuliuan ............................. 5
Penutup ............................. 16
4
Pendahuluan
yang disediakan negara untuk sektor pendidikan sudah cukup tinggi yakni
Pernyataan Sri Mulyani ini merujuk pada data dari Global Human
ASEAN yang baru saja bangkit dari keterpurukan akibat perang yang
5
adalah dua negara yang sama-sama memiliki komitmen tinggi dalam
sektor pendidikan sebesar 20% dari anggran pendapatan dan belanja negara
(APBN) tetapi dari segi hasil yang dicapai sangat berbeda. Tentu ini perlu
saing tinggi dalam memasuki dunia kerja. Salah satu penyebabnya adalah
aspek kognitif sementara aspek lain kurang mendapatkan perhatian. Hal ini
pendidikan baik pada satuan pendidikan non formal maupun formal mulai
dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi guru serta dosen
anak-anak lebih banyak terpaku di tempat. Guru serta dosen dalam hal ini
sebagai objek pasif yang kurang kritis, kurang kreatif dan lebih banyak
seperti ini oleh Paulo Freire (1972) dikritik sebagai pendidikan gaya bank
6
kreativitas dan daya kritis siswa sehingga menghasilkan output yang kurang
itulah yang menjadi pengetahuan bagi peserta didik. Murid hanya dibebani
sosial. Dari satu sisi model pembelajaran seperti ini cukup berhasil
7
informasi kognitif yang kadang-kadang belum tentu relevan dengan tingkat
menjadi semata-mata untuk meraih nilai tinggi. Hal ini dapat mendorong
siswa untuk mengejar nilai dengan berbagai cara. Bahkan guru atau dosen
pun terkadang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan siswa. Pada
satuan pendidikan dasar dan menengan hal ini seringkali dijumpai setiap
tersebut. Para guru kerap menggunakan cara-cara yang kurang patut hanya
sekedar agar siswa berhasil lulus, bahkan bila perlu hingga lulus 100%.
8
Contoh lain tentang kebiasaan siswa merokok juga tidak dapat diartikan
hakikat dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional sesuai amanat U.U. No.
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
Bloom apa yang disebut dengan domain kognitif, domain afektif dan
domain psikomotor. Ketiga domain ini oleh Isjoni (2006: 43) dijelaskan
sebagai berikut.
9
menyelesaikan pendidikan maka diharapkan akan memiliki kemampuan,
perubahan sikap dan perilaku pada diri siswa. Siswa akan melakukan
memiliki kepribadian luhur, memiliki etika moral dan rasa tanggung jawab.
melakukan sesuatu serta trampil. Bila sudah trampil maka kemandirian dan
jiwa kreatif dapat tertanam pada diri siswa. Jadi siswa tidak lagi merasa
Mutu Pendidikan
Hasil survei yang pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu oleh
10
sistem pendidikan nasional selama ini. Hasil survei ini menyatakan sistem
2001). Survei yang dilakukan untuk melihat profil kualitas tenaga kerja di
negara Asia ini didasarkan pada asumsi bahwa untuk mendapatkan tenaga
kerja yang berkualitas harus dilihat dari kualitas sistem pendidikan di suatu
negara. Artinya bila suatu negara memiliki sistem pendidikan yang baik
akan mampu menghasilkan tenaga kerja yang baik. Begitu sebaliknya bila
sistem pendidikannya tidak baik tentu SDM yang dihasilkan juga tidak akan
memenuhi harapan. Sekalipun data yang dikutip sudah relatif lama tetapi
dalam katagori The Primary Years Program. Dan dari 20.918 SMP di
pengakuan dunia dalam katagori The Middle Years Program, serta dari
11
Untuk jenjang Pendidikan Tinggi sebagaimana ditulis Supriyo dalam
peringkat ke-459.
Peringkat yang rendah ini didukung lagi oleh angka partisipasi kasar
Pendidikan Tinggi yang rendah pula. Data tahun 2004 menyebutkan jumlah
perguruan tinggi relatif rendah, yakni sekitar 14,62% padahal sampai tahun
2004 APS pendidikan usia 16-18 tahun sudah mencapai 53,5%. Rendahnya
12
Korea serta Jepang sudah mencapai lebih dari 30%, bahkan APK
tentang rendahnya kualitas guru di tanah air. Bahkan secara detail dikatakan
sampai akhir tahun 2009 ini baru sekitar 1.043.000 guru (sekitar 40%) yang
yang memiliki tujuan positif untuk mengetahui tingkat kompetensi guru ada
hasil kajian yang dilakukan Ditjen PMPTK pada tahun 2008 di lima
provinsi (Sumbar, Jatim, Jateng, Sulsel dan NTB) yang melibatkan masing-
masing 2600 guru yang sudah sertifikasi dan 2600 guru yang belum
13
Sementara guru yang telah lulus sertifikasi melalui penilaian
dan kinerja guru, mungkin masih ada cara lain lagi yang perlu dipikirkan.
Kualitas dosen juga tidak luput dari kritik. Harian Seputar Indonesia
”Kualitas Dosen Setara Guru SD”. Dalam satu hal artikel ini dapat dinilai
merendahkan posisi dosen terutama bagi mereka yang merasa sudah banyak
berbuat dan berkarya sesuai dengan tugas utamanya dalam melaksanakan tri
dirinya pada tiga tugas utama (tri darma) baik di bidang pendidikan,
dipatenkan.
pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. HAR Tilaar.
Acuannya jelas, yakni U.U. No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Di
14
dalam undang-undang ini secara tegas diatur bahwa pengajar Pendidikan
dari sekitar 120.000 (sekitar 50,65%) dosen yang ada belum memenuhi
mutu lulusan perguruan tinggi. Karena itu upaya peningkatan mutu serta
global.
15
Penutup
Sistem pendidikan nasional kita sekarang memang sedang beranjak
menuju perubahan. Sejak satu dasa warsa ini pemerintah sudah mengambil
Demikian pula perubahan tersebut tidak dapat dalam sekali waktu langsung
dapat memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah untuk mengelola
16
adalah terjadinya peningkatan beaya pendidikan yang harus ditanggung
terjadi adalah apa yang disebut sebagai manajemen sekolah beaya tinggi
dari golongan kecil akan semakin terpinggirkan. Bila ini terjadi terus-
harapan.
yang sudah tentu memberi harapan baru bagi masyarakat secara luas.
17
3) Pemerintah juga melakukan perubahan undang-undang sisdiknas
agar nantinya mutu pendidikan kita tidak terlalu jauh tertinggal dari mutu
18
DAFTAR PUSTAKA
19