Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEM POLITIK DALAM KEBIJAKAN

ANGGOTA KELOMPOK :
Dheviona Yolandha Efritania (P1337420419019)
Nadila Puspaningrum (P1337420419051)
Novi Fitria Ramadhani (P1337420419095)
Rossa Oktalinda (P1337420419107)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN BLORA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Sistem Politik Dalam Kebijakan ini tepat pada waktunya.
Adapun dari tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Kesehatan. Selain itu makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sistem politik dalam kebijakan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Heru Purnomo, Skep, Ners, Mkes selaku
dosen Kebijakan Pemreintah Dalam Pembangunan Kesehatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

BLORA, 15 FEBRUARI 2021

Penulis
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sistem politik merupakan interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam proses
pembuatan dan kebijakan yang terkait dengan tujuan kebaikan bersama. Setiap negara di
dunia menganut sistem politik yang bermacam-macam sesuai dengan kesepakatan negara.
Dalam buku Sistem Politik Indonesia (2017) karya Andi Muh. Dzul Fadli, sistem politik
merupakan konsep yang terbentuk dari kata "sistem" dan "politik". Sistem dapat diartikan
sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Kekuasaan otoritarif
akan dapat bekerja secara efektif dalam suatu sistem disebut politik.Maka sistem politik
adalah salah satu sistem dari berbagai sistem yang ada di dalam masyarakat, seperti sistem
sosial, ekonomi, budaya, dan hukum.
B. PEMBAHASAN
A.SISTEM POLITIK DALAM KEBIJAKAN

Sistem politik merupakan interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam proses
pembuatan dan kebijakan yang terkait dengan tujuan kebaikan bersama. Setiap negara di dunia
menganut sistem politik yang bermacam-macam sesuai dengan kesepakatan negara. Dalam
buku Sistem Politik Indonesia (2017) karya Andi Muh. Dzul Fadli, sistem politik merupakan
konsep yang terbentuk dari kata "sistem" dan "politik". Sistem dapat diartikan sebagai suatu
kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur (elemen). Kekuasaan otoritarif akan dapat bekerja
secara efektif dalam suatu sistem disebut politik.Maka sistem politik adalah salah satu sistem
dari berbagai sistem yang ada di dalam masyarakat, seperti sistem sosial, ekonomi, budaya, dan
hukum.

Tokoh yang pertama kali membahas mengenai sistem politik adalah David Easton. Ia
merupakan guru besar ilmu politik yang menganalisis kehidupan dan tingkah laku politik dengan
menggunakan sistem. Para ahli memberikan pandanganan mengenai pengertian sistem politik.

Berikut pandangan dari para ahli:

 Gabriel Almond
Pengertian sistem politik menurut Gabriel Almond adalah sistem interaksi yang terdapat pada
semua masyarakat merdeka yang menjalankan fungsi-fungsi integrasi dan adaptasi (baik di
dalam masyarakatnya sendiri maupun menghadapi masyarakat lain) melalui penerapan atau
ancaman penerapan daya paksa yang bersifat sah.
 Robert Dahl
Robert Dahl mengatakan bahwa sistem politik adalah suatu pola yang tetap dari hubungan
manusia yang melibatkan makna yang luas dari kekuasaan, aturan-aturan dan kewenangan.
 Rusadi Kantaprawira
Menurut Rusadi Kantaprawira, sistem politik adalah mekanisme atau cara kerja seperangkat
fungsi atau peranan dalam struktur politik dengan berhubungan satu sama lain dan menunjukkan
suatu proses yang langgeng.
 Miriam Budiardjo
Sistem politik menurut Miriam Budiardjo pada dasarnya konsep sistem politik dipakai dalam
keperluan analisis.
Karena sistem bersifat abstrak dan terdiri dari beberapa variabel yang juga diterapkan dalam
situasi yang konkret, seperti negara atau kesatuan yang lebih besar dan terdiri dari berbagai
negara.

Pada dasarnya sistem politik merupakan serangkaian struktur dan proses yang saling
berkaitan yang menjalankan alokasi nilai-nilai kekuasaan secara sah (otoritatif). Melalui studi
politik maka dapat dipahami bagaimana keputusan-keputusan yang otoritatif
atau sah dibuat dan dilaksanakan dalam suatu masyarakat. Pada hakikatnya keputusan-keputusan
yang otoritatif lahir dari sebuah proses politik dalam sebuah kekuasaan. Secara eksplisit,
keputusan-keputusan tersebut disebut sebagai kebijakan.

B.Input-Output dalam Sistem Politik Indonesia


Kehidupan manusia tidak mungkin terlepas dari sebuah komunikasi, sekalipun individu
tersebut tidak dapat berbicara, dengan bahasa non-verbal manusia menggantikan bahasa verbal
untuk menjalin sebuah komunikasi dengan individu lain. Hal tersebut menandakan bahwa betapa
pentingnya sebuah komunikasi untuk berhubungan dengan orang lain dan komunikasi dijadikan
sebagai perwujudan manusia sebagai makhluk sosial. Komunikasi yang terjalin antara individu
satu dengan individu lain disebut sebagai komunikasi interpersonal. Sedangkan komunikasi
lainnya adalah komunikasi kelompok. Kedua komunikasi tersebut menjadi komunikasi yang sudah
biasa digunakan oleh masyarakat umum. Sekalipun komunikasi interpersonal sudah lazim dalam
kehidupan sehari- hari, tidak berarti komunikasi interpersonal bisa disepelekan. Sebagai contoh
dapat kita lihat komunikasi yang terjalin antara seorang dokter dengan pasiennya. Dari
komunikasi tersebut dapat kita tangkap sebuah ketidakjelasaan komunikasi interpersonalnya.
Ketidakjelasaan tersebut terlihat dari apakah seorang dokter harus selalu berkata jujur kepada
pasiennya? Apakah seorang pasien boleh bertanya panjang lebar tentang penyakit yang
dideritanya kepada dokter yang merawatnya? Sejauh mana seorang dokter boleh
memberitahukan kepada pasiennya kelangsungan hidup pasien atau penyakit yang dideritanya?
Dan contoh- contoh yang lainnya.

Pada komunikasi kelompok juga terjadi hal yang seperti pada komunikasi interpersonal.
Sebagai contoh komunikasi yang terjadi pada sebuah ekspo, dimana dalam ekspo tersebut
seorang narasumber mendapat kewenangan sampai seberapa jauh boleh menyampaikan
informasinya kepada khalayak, apakah semua informasi boleh diberitahukan kepada khalayak
atau tidak. Ekspo diadakan berulang kali dan dalam proses yang terjadi tersebut, masyarakat
sebenarnya belum mengetahui apakah komunikasi kelompok tersebut sudah berjalan sesuai
dengan sistem komunikasi yang hidup dalam masyarakat atau belum?

Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan sebuah jaminan kelancaran sistem


komunikasi dengan dibentuknya peraturan tentang semua proses komunikasi. Peraturan tersebut
tentu saling berbeda, sebab semua proses berbeda satu sama lain. Maka, idealnya kebijakan
komunikasi itu sangat banyak dan kompleks. Terlebih dengan perkembangan zaman yang terjadi
saat ini, teknologi komunikasi telah berkembang pesat sebagai contoh, Teknologi komunikasi dan
informasi dalam pendidikan Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah
memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam
proses pembelajaran yaitu: 1. dari pelatihan ke penampilan, 2. dari ruang kelas ke di mana dan
kapan saja, 3. dari kertas ke “on line” atau saluran, 4. fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, 5.
dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan
menggunakan media- media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan
sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka
tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan
layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh
informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya
dengan menggunakan komputer atau internet. Sehingga kebijakan komunikasi harus semakin
banyak, spesifik dan jelas dalam mengatur semua komunikasi yang terjadi dalam lembaga
pendidikan maupun dalam kehidupan masyarakat.

Sebuah proses komunikasi sendiri telah berlangsung lama dalam lingkungan masyarakat.
Dan proses tersebut telah mengikuti sistem komunikasi yang ada dan disebut dengan Sistem
Komunikasi Indonesia (SKI). Oleh sebab itu, dalam penyusunan kebijakan komunikasi harus
bertumpu pada SKI. Sedangkan kebijakan komunkasi itu sendiri adalah seluruh peraturan yang
mengatur proses komunikasi masyarakat, baik yang menggunakan media (mulai dari sosial, media
massa, hingga media interaktif) maupun yang tidak menggunakan media, seperti komunikasi
interpersonal, komunikasi kelompok dan sebagainya. Sedangkan Unesco mengartikan kebijakan
komunikasi sebagai prinsip- prinsip dan norma- norma yang sengaja diciptakan untuk mengatur
perilaku sistem komunikasi, sehingga keberadaan kebijakan komunikasi terlihat menduduki
peringkat. Sistem komunikasi tidak akan berjalan lancar apabila kebijakan komunikasi tidak ada.

Kebijakan komunikasi merupakan kebijakan public yang kebijakannya harus dirumuskan


oleh pemerintahan. Berhubungan dengan hal tersebut, kebijakan komunikasi diartikan sebagai
studi tentang keputusan dan tindakan yang dilakukan pemerintah yang berkaitan dengan
persoalan komunikasi.

Kebijakan komunikasi yang terbentuk di Indonesia secara spesifik dan jelas baru terfokus
pada media massa yaitu tentang penyiaran, pers dan film. Sedangkan kebijakan komunikasi
tentang media interaktif, media sosial, komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok belum
terumuskan secara spesifik dan jelas. Padahal media interaktif, media sosial, komunikasi
interpersonal dan komunikasi kelompok sudah lama hidup dalam kehidupan masyarakat., bahkan
komunkasi interpersonal dan komunikasi kelompok sudah sangat lazim digunakan dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari.

Sebuah kebijakan komunikasi harus menjamin keaktifan masyarakat dalam sistem


komunikasi. Selain itu, kebijakan komunikasi harus menjamin masyarakat agar dapat ikut
mengendalikan perkembangan komunikasi yang terjadi pada diri mereka dan lingkungan serta
agar masyarakat tidak dikadalin oleh berbagai pihak terutama penguasa.
Kebijakan komunikasi merupakan sebuah output dari sistim politik. Output tidak akan ada
apabila tidak adanya input dan proses. Input diartikan sebagai suatu intensitas pengetahuan dan
perbuatan tentang proses penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau diorganisasi oleh
masyarakat, termasuk prakarsa untuk menterjemahkan atau mengkonversi tuntutan- tuntutan
tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang otoritatif sifatnya. Juga meliputi pengamatan atas
partai politik, kelompok kepentingan dan alat komunikasi massa yang nyata- nyata berepengaruh
dalam kehidupan politik sebagai sarana atau alat penampung berbagai tuntutan.

Input dalam sistem politik dibedakan menjadi dua, yaitu tuntutan dan dukungan. Input
yang berupa tuntutan muncul sebagai konsekuensi dari kelangkaan atas berbagai sumber-sumber
yang langka dalam masyarakat (kebutuhan) dalam kajian ini salah satu kelangkaan tersebut
adalah kebijakan komunikasi interpersonal. Input tidak akan sampai (masuk) secara baik dalam
sistem politik jika tidak terorganisir secara baik. Oleh sebab itu komunikasi politik menjadi bagian
penting dalam hal ini. Terdapat perbedaan tipe komunikasi politik di negara yang demokratis
dengan negara yang nondemokratis. Tipe komunikasi politik ini pula yang nantinya akan
membedakan besarnya peranan dari organisasi politik. Output merupakan keputusan otoritatif
(yang mengikat) dalam menjawab dan memenuhi input yang masuk. Output sering dimanfaatkan
sebagai mekanisme dukungan dalam rangka memenuhi tuntutan-tuntutan yang muncul.
Komunikasi politik, sebagai bagian dari ilmu sosial, tetap terikat oleh faktor sejarah dan
kebudayaan. Artinya, komunikasi politik tidak bebas nilai. Sejak tahun 1950-an, telah terjadi
pergeseran perhatian pakar ilmu sosial dan ilmu politik terhdap Indonesia. Para pakar Barat,selalu
diliputi kekecewaan karena perkembangan komunikasi politik yang terjadi dinegara baru merdeka
selalu diluar dugaan dan harapan mereka. Misalnya, asumsi demokrasi tidak lebih dari kebiasaan
sempit (parochial) pakar ilmu sosial Barat saja.(hlm.189). Artinya, universalisme dari proses
demokrasi ternyata tidak berlaku, sebab ciri-ciri lokal (faktor sejarah dan budaya) tidak bisa
diabaikan begitu saja. Bahkan semakin disadari faktor sejarah dan budaya akan banyak
membantuk jati diri komunikasi politik. Dan kajian mengenai kebudayaan (culture) makin
berkembang dengan focus pada kebudayaan politik.

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan landasan pemikiran dari komunikasi politik
di tanah air. Sesungguhnya, Pancasila dilatarbelakangi oleh filsafat sosial Indonesia (kolektivisme
dan filsafat ekonomi sosialisme). Hal ini merupakan ciri umum dari masyarakat Timur yang
membedakannya dari masyarakat Barat (hlm.194). Bagaimana komunikasi politik berperan dalam
proses mewujudkan demokrasi di Indonesia? Para pendiri Republik Indonesia sangat tertarik pada
demokrasi yang menilai bahwa dalam Pancasila demokrasi dirakit menjadi satu dengan
kolektivisme dan keadilan sosial. Dalam hal ini, filsafat politik demokrasi dibangun di atas filsafat
sosial kolektivisme dan filsafat ekonomi sosialisme (kedaulatan rakyat) yakni Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.

Konsep kedaulatan rakyat adalah khas Indonesia (temuan para local genius), yang mampu
memadukan nilai-nilai Timur dengan nilai-nilai Barat (nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru).
Itulah sebabnya, menurut penulis buku ini Prof. Dr. Anwar Arifin, dalam keseluruhan naskah UUD
1945 (asli) sama sekali tidak terdapat kata demokrasi. Justru yang ada,kata kerakyatan dan kata
kedaulatan rakyat. Dari konsep kerakyatan dan kedaulatan rakyat itu tercermin atau mempunyai
makna demokrasi,dan dalam proses komunikasi politik harus digerakkan oleh supra struktur
politik dan infra struktur politik secara timbal balik menuju pada kehidupan yang demokrasi.

Fungsi yang ditunaikan oleh struktur politik masyarakat disebut juga fungsi Input, salah
satunya yaitu komunikasi politik. Dalam politik, komunikasi digunakan untuk menghubungkan
pikiran politik yang hidup dalam masyarakat. Menurut Roucek Warren, komunikasi adalah proses
penyampaian fakta, sikap, reaksi emosional atau ikhwal lain mengenai kesadaran manusia.

Hal kedua yaitu proses, di mana input- input yang masuk ke dalam sebuah organisasi atau
lembaga akan mengalami sebuah proses perumusan dan penetapan. Menurut Almond,
komunikasi politik merupakan salah satu dari empat fungsi input sistem politik. Tiga fungsi input
lainnya adalah: sosialisasi politik dan rekruitmen; artikulasi kepentingan/perumusan kepentingan;
dan agregasi kepentingan/penggabungan kepentingan. Dalam pendekatan komunikasi politik
terhadap sistem politik, telah menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab bekerjanya semua
fungsi dalam sistem politik (dalam Alfian,1993:1). Ia diibaratkan sebagai sirkulasi darah dalam
tubuh, bukan darahnya, tapi apa yang terkandung di dalam darah itu yang menjadikan sistem
politik itu hidup. Komunikasi politik, sebagai layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik
berupa tuntutan, protes dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat)
pemprosesan sistem politik; dan hasil pemprosesan itu,yang tersimpul dalam fungsi-fungsi out-
put,dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback sistem politik.
Begitulah, komunikasi politik menjadikan sistem politik itu hidup dan dinamis.

Kemudian, Apa arti komunikasi politik itu? Menurut Lord Windlesham, komunikasi politik
adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada
komunikan dengan tujuan membuat komunikasi berperilaku tertentu(dalam Effendy,1992:158).
Sementara itu, Graig Allen Smith (1990 : vii) mengartikan komunikasi politik adalah proses
menegosiasikan orientasi komunitas melalui interpretasi dan pengklasifikasian kepentingan-
kepentingan dari hubungan-hubungan kekuasaan dan peranan-peranan komunitas di dunia.
Masalah-masalah dapat terselesaikan melalui politik dan politik dapat terselesaikan melalui
komunikasi.

Fagen (dalam Zulkarimen Nasution,1990:24) mengartikan komunikasi politik sebagai


segala komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik dan antara sistem tersebut dengan
lingkungannya. Cakupannya meliputi studi mengenai jaringan komunikasi (organisasi
kelompok,media massa dan saluran-saluran khusus) dan determinan sosial ekonomi dari pola-
pola komunikasi yang ada pada sistem yang dimaksud. Sedangkan definisi dari Dan Nimmo
(l989:10), komunikasi politik adalah kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik
berdasarkan konsekuensi-konsekuensi actual maupun potensial yang mengatur perbuatan
manusia di dalam kondisi-kondisi konflik.
Lucyan W.Pye memberi definisi komunikasi politik sebagai proses penyampaian informasi
mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah
(dalam Surbakti,1992:119).Disini partai poltik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak
hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat
sebagaimana diperankan oleh partai politik di negara totaliter tetapi juga menyampaikan aspirasi
dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah. Fungsi-fungsi ini dijalankan
partaipartai politik dalam sistem politik demokrasi.

Untuk menggerakkan proses komunikasi politik dalam suatu negara demokrasi maka
peranan dan fungsi-fungsi partai politik menjadi penting dan strategis.Keberadaan partai politik
dalam suatu sistem politik yang demokratis mempunyai peranan penting.Sistem politik yang ingin
ditegakkan bukan saja secara institusi kelembagaan tetapi juga yang lebih bermakna terhadap
pelaksanaan nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat dan negara.

Dan dengan demikian penting fungsi komunikasi politik dalam praktik politik, maka
banyak para ahli mencoba melakukan kajian-kajian lebih lanjut,baik oleh pakar dalam negeri
maupun luar negeri. Seorang pakar komunikasi dari Universitas Hasanuddin Makassar, Prof.
Dr.Anwar Arifin telah mengkaji dalam buku Komunikasi Politik-Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi
dan Komunikasi Politik Indonesia. Singkatnya, berkenaan dengan fungsi pembuatan aturan atau
perundang- undangan oleh badan legislative. Di dalam proses inilah sebuah input dapat menjadi
output atau selesai sampai diproses tersebut, dalam artian tidak menjadi sebuah kebijakan atau
output. Sehingga dalam sebuah proses diperlukan sebuah komunikasi politik yang cerdas agar
dapat memformulasikan input tersebut untuk menjadi sebuah output. Perumusan dan penetapan
ini hanya boleh dilakukan oleh lembaga berwenang semisal DPR dengan persetujuan presiden
apabila menyangkut masyarakat atau Menteri Komunikasi dan Informasi apabila menyangkut
masalah Telematika. Dan hasil dari proses adalah output, di mana output merupakan aktivitas
yang berkenaan dengan penerapan dan pemakaian keputusan- keputusan otoritatif atau fungsi
pelaksanaan aturan oleh semua kalangan. Kebijakan komunikasi yang telah dirumuskan oleh
pemerintah dan telah ditetapkannya, harus dilaksanakan sesuai dengan keputusan tersebut.
Namun, apabila kebijakan tersebut masih dirasa merugikan kalangan mayoritas pengguna yaitu
masyarakat, kebijakan tersebut harus diperbaiki. Kapabilitas responsif, dalam proses politik
terdapat hubungan antara input dan output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana
dipengaruhi oleh masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi
ukuran kapabilitas responsif.

Kebijakan komunikasi merupakan sebuah output seperti yang kita ketahui setelah
mempelajari sistem politik Indonesia mengenai input, proses dan output. Kebijakan komunikasi
yang ada di Indonesia merupakan kebijakan yang sudah seharusnya ada dan harus selalu
mengalami perkembangan, sebab masih banyak kebijakan- kebijakan yang belum dibuat padahal
keberadaannya telah berlangsung lama. Seperti telah dijelaskan di atas, yaitu perlunya kebijakan
untuk komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.
Kebijakan komunikasi merupakan kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah, namun
bukan berisikan keinginan pemerintah tentang bagaimana komunikasi berlangsung. Kebijakan
tersebut merupakan akumulasi keinginan masyarakat agar kegiatan komunikasi yang dilakukan
oleh berbagai pihak tidak merugikan masyarakat. Kebijakan komunikasi juga bertujuan untuk
menempatkan proses komunikasi sebagai bagian dari dinamika sosial yang tidak merugikan
masyarakat. Masyarakatlah yang harus mengendalikan proses komunikasi yang terjadi di antara
mereka. Kenyataan ini otomatis menegaskan bahwa pemerintah dan parlemen merupakan
fasilitator pembuatan kebijakan komunikasi. Pemerintah hanya merumuskan apa yan dikehendaki
masyarakat. Bukankan pemerintah mempunyai kewenangan, kemampuan dan bisa
membayangkan konflik yang bakal terjadi apabila tidak ada kebijakan komunikasi? Kalau ada
kebijakan komunikasi yang tercipta dan kemudian merugikan masyarakat, maka kebijakan
komunikasi tersebut perlu dilakukan revisi dan jika pembuat kebijakan komunikasi tersebut tidak
mau mengubahnya, maka perlu diusahakan advokasi kebijakan komunikasi. Rumusan kebijakan
komunikasi akan ideal apabila pihak- pihak yang telibat dalam pembuatan kebijakan komunikasi
berhasil mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat dan masalah komunikasi masyarakat yang
harus direspons.

Proses komunikasi dalam kehidupan masyarakat telah sesuai dengan SKI, sehingga dalam
pembuatan kebijakan komunikasi harus sesuai atau mempertimbangkan keberadaan SKI. Namun,
dalam memperoleh rumusan SKI resmi tidaklah mudah. Hal tersebut disebabkan masyarakat
Indonesia yang kompleks atau multicultural. tetapi, akan jauh lebih parah apabila dalam
pembuatan kebijakan komunikasi tidak berdasarkan SKI. Rumusan SKI harus dibuat berdasarkan
focus of interest ilmu komunikasi. Dan focus of interest disini diatrikan sebagai informasi dan
media.

Kebijakan komunikasi yang dibuat berdasarkan jenisnya di Indonesia antara lain yaitu
Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Instruksi Preesiden dan Surat
Keputusan Menteri.

1.Undang- Undang

UU merupakan peraturan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan


persetujuan Presiden. Indonesia memiiki beberapa Undang- Undang yang mengatur
penyelenggaraan komunikasi. Undang- Undang pertama terbentuk yaitu UU No. 36 Tahun 1999
Tentang Telekomunikasi. UU ini mengatur tentang penataan dan pengaturan kembali
penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia. UU ini merupakan pengganti UU No. 3 Tahun
1989, sebab masyarakat telah berkembang dan bertambah wawasan sehingga muncullah
perbedaan dalam sudut pandangnya mengenai telekomunikasi. Menurut UU No. 36 Tahun
1999, pengaturan telekomunikasi dilakukan oleh pemerintah yang mengikutsertakan
masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah yang berwenang adalah menteri yang ruang lingkup
tugas dan tanggungjawabnya di bidang telekomunikasi yaitu Menteri Komunikasi dan
Informatika (Tifatul Sembiring). Tifatul akan bertindak sebagai penanggungjawab administrasi
telekomunikasi Indonesia.
Undang- Undang kedua yairu UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers. UU ini mengatur tentang hak
dan kewajiban pers Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 23 September 1999 di Jakarta. UU
tersebut menggantikan UU No. 21 Tahun 1982. Dalam bab “Asas, Fungsi, Kewajiban dan
Peranan Pers” pada UU No. 40 Tahu n 1992 ini, pasal- pasal yang dapat kita lihat adalah pasal
yang mengatur tentang kemerdekaan pers, fungsi pers sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan, kontrol sosial dan lembaga ekonomi. Kewajiban pers untuk memberitakan peristiwa
dan opini sesuai dengan norma yang berlaku, peran pers sebagai penyedia informasi,
pendukung demokrasi dan sebagainya. Hal tersebut menandakan bahwa Indonesia telah
memiliki kebebasan pers. Sehingga, lembaga pemerintah tidak boleh mengontrol pers
Indonesia.

UU No. 40 Tahun 1999 disusun sebagai salah satu jaminan atas kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dan pendapat yang sesuai dalam UUD 1945 pasal 28F. berdasarkan
konstitusi tersebut, kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan
erdasarkan konstitusi tersebut, kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan
rakyat dan menjadi unsure yang sangat penting untukmenciptakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang dmokratisyang sangat penting untukmenciptakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Oleh karena itu, kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dan pendapat harus dijamin.

Berdasarkan UU di atas, upaya pengembangan kemerdekaan pers dan peningkatan


kehidupan pers Indonesia dikawal oleh Dewan Pers yang Independen. Selain Dewan Pers,
masyarakat juga dapat mengambil bagian dalam kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan
pers. Masyarakat berhak ikut memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran
hukum, kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers. Sehingga kedewasaan
masyarakat dalam pemikiran politik semakin berkembang. Oleh karena itu, masyarakat harus
berperan aktif dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pers Indonesia dengan terus
memantau kebijakan- kebijakan yang dibuat oleh Dewan Pers dan melaporkan apabila kebijakan
tersebut dirasa merugikan masyarakat pada umumnya.

UU yang ketiga yaitu UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. Undang- Undang ini
mengatur tentang pokok-pokok penyiaran nasional dan ditetapkan pada tanggal 28 Desember
2002 di Jakarta. Undang- Undang ini mengganti UU NO. 24 Tahun 1997. Dalam bab
“Pelaksanaan Penyiaran” dapat diketahui pasal- pasal di dalamnya yaitu mengenai isi siaran,
bahasa siaran, relai dan siaran bersama, kegiatan jurnalistik, hak siar, ralat siar, arsip siaran,
siaran iklan dan sensor isi siaran. Pasal- pasal tersebut menunjukkan bahwa pengaturan
penyiaran sudah demikikan kompleks dan berbagai persoalan. UU ini sangat penting akan
keberadaannya karena media penyiaran merupakan media komunikasi massa yang
mempergunakan frekuensi terbatas milik public dan mampu mempengaruhimasyarakat.
Menurut UU ini, pengaturan lembaga penyiaran dilakukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
yang terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah. KPI Pusat diawasi oleh oleh DPR dan KPI Daerah
diawasi oleh DPRD. Dalam pelaksanaannya, masyarakat berhak memantau kinerja KPI.

UU No. 32 Tahun 2002 apabila diletakkan dalam kerangka analisis konteks, domain dan
paradigmakebijakan komunikasi, maka UU ini memiliki konteks politik nasional, domain
ekonomi dan paradigma masyarakat informasi. Konteks politik nasional berarti bahwa UU No.
32 Tahun 2002 mengakomodasi kebutuhan politik nasional. Domain ekonomi berarti bahwa UU
No. 32 Tahun 2002 lebih banyak mengatur hal- hal yang berkaitan dengan aspek. Sedangkan
paradigma masyarakat informasi bermakna bahwa UU No. 32 Tahun 2002 memfasilitasi
terbentuknya masyarakat informasi.

Undang- Undang yang keempat yaitu UU No. 8 Tahun 1992 tentang Perfilman. UU ini
ditetapkan pada tanggal 30 Maret 1992. Pasal- pasal yang di dalamnya antara lain
mengaturtentang fungsi dan lingkup usaha perfilman, pembuatan perfilman, jasa teknik film,
ekspor dan impor film. Pengedaran film, pertunjukan dan penayangan film, sensor film, peran
serta masyarakat, pembinaan perfilman, penyerahan urusan dan ketentuan pidana apabila
terjadi pelanggaran- pelanggaran.

UU ini dibuat karena film merupakan media komunikasi massa pandang dan dengar
yang memiliki peranan penting dalam pengembangan budaya nasional. Dan dapat disebut
ssebagai salah satu pilar untuk mempererat ketahanan nasional. Selain itu menjadi sarana
hukum dan upaya untuk mengembangkan perfilman di Indonesia.

2.Peraturan Pemerintah

PP sebagai bentuk kebijakan komunikasi adalah PP No. 5 Tahun 2000. PP ini mengatur
tentang penggunaan spectrum frekuensi radio dan orbit satelit. Ditetapkan pada tanggal 11 Juli
2000 dan mulai berlaku pada tanggal 8 September 2000. Pasal- pasal yang termuat di dalamnya
adalah pasal tentang ketentuan- ketentuan pebinaan, spectrum frekuensi radio, orbit satelit,
biaya hak penggunaan orbit satelit, serta pengawasan dan pengendalian.

Menurut PP ini, Menteri membina penggunaan spectrum frekuensi radio dan orbit
satelit. Dia melaksanakan fungsi penetapan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan
pengendalian yang meliputi: perencanaan penggunaan spectrum frekuensi radio dan lokasi
satelit pada orbit; penentuan prioritas penggunaan spectrum frekuensi radio, pendayagunaan
spektrun frekuensi radio dan lokasi pada orbit; perizinan penggunaan spectrum frekuensi radio
dan lokasi satelit pada orbit seirinng dengan perkembangan kemajuan teknologi; koordinasi
penggunaan spectrum frekuensi radio dan lokasi satelit pada orbit dalam rangka mendukung
kepentingan nasional; monitoring, observasi dan penerbitan penggunaan spectrum frekuensi
radio.
3.Keputusan Presiden

Contoh kebijakan komunikasi dari Keputusan Presiden (Keppres) adalah Keppres No.
153 Tahun1999. Keppres ini mengatur tentang keberadaan Badan Informasi dan Komunikasi
Nasional. Pasal yang termuat di dalamnya mencakup tentang kedudukan, tugas dan fungsi;
organisasi, kepangkatan, pengangkatan dan pemberhentian serta pembiayaan.

BIKN merupakan Lembaga Pemerintah NonDepartemen yang berkedudukan di bawah


dan bertanggungjawab lanngsung kepada Presiden. Tetapi, dalam pelaksanaan tugas
operasionalnya BKIN dikoordinasikan oleh Menteri Negara Koordinatoar Bidang Politik dan
Keamanan. Sehingga menyelenggarakan fungsi: penetapan kebijakan di bidang pelayanan
informasi dan komunikasi nasional sesuai kebijakan umum yang ditetapkan oleh Presiden;
pelayanan informasi komunikasi kepada masyarakat; pemantauan terhadap lembaga
pemerintah dan masyarakat di bidang pelayanan informasi dan komunikasi nasional dan lain-
lain.

Sedangkan BIKN memiliki bidang- bidang sebagai berikut: bidang pengkajian dan
pengembangan informasidan komuniksi, bidang pelayanan informasi media baru dan perfilman,
bidang pelayanan informasi media cetak dan media tradisional. Dengan bidang- bidang tersebut,
BIKN merupakan lembaga nondepartemen yang cukup sibuk dan bisa menghasilkan berbagai
kebijakan komunikasi yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia.

4.Instruksi Presiden

Contoh kebijakan komunnikasi dalam bentuk Inpres adalah Inpres No. 6 Tahun 2001
Tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia. Mengingat pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi dan informasi, keberadaan Inpres
sangat penting. Hal tersebut dikarenakan pemerintah khawatir akan perkembangan tersebut
dapat membawa dampak negative pada pola pikir dan cara pandang masyarakat dengan
menularkan nilai- nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian dan nilai- nilai luhur bangsa
Indonesia.

5.Surat Keputusan Menteri

Untuk SK Menteri terkait dengan kebijakan komunikasi, dalam tiap tahun selalu
diperbarui¸ kadang- kadang dua kali terbit dalam setahun.
C. PENUTUP
 KESIMPULAN

Dari kajian yang telah dipaparkan di atas, yaitu mengenai kebijakan komunikasi sebagai
output dalam sistem politik Indonesia¸dapat disimpulkan bahwa kebijakan- kebijakan yang telah
dibuat oleh lembaga berwenang dalam hal ini DPR belum sepenuhnya melingkupi masyarakat.
Hal ini terjadi karena kebijakan-kebijakan yang ada hanya untuksebagian golongan saja yang
memiliki kriteria untuk bergelut di bidang tersebut yang telah memiliki kebijakan.

Kebijakan komunikasi yang di dalam kajian ini merupakan sebuah output, bermula dari
kebutuhan seseorang dalam bidangnya untuk memiliki peraturan yang sah agar hal yang sedang
ia geluti tidak mengalami kerugian akibat tindakan orang lain, sehingga terbentuklah kebijakan
komunikasi semisal tentang peraturan penyiaran.

Output tidak mungkin ada apabila tidak adanya sebuah input dan proses di dalamnya.
Dengan tuntutan maupun dukungan dari masyarakat, suatu hal yang dibutuhkan masyarakat
akan menjadi pertimbangan oleh lembaga yang berwenang. Dengan adanya input tersebut,
sebuah proses akan berjalan yang di dalamnya harus ada sebuah komunikasi politik demi
kelancaran proses tersebut.

 SARAN

Dengan semakin berkembangnya komunikasi di masyarakat, maka sebagai lembaga


pemerintah yang duduk di kursi parlemen harus segera menciptakan kebijakan-kebijakan agar
tidak terjadi kerugian dari salah satu pihak. Orang- orang yang duduk di kursi parlemen
merupakan wakil- wakil rakyat yang bermula dari rakyat juga, sehingga kondisi yang ada saat ini
harus dapat ditangkap dengan cepat dan kemudian ditindaklanjuti.

Kebijakan komunikasi yang tercipta saat ini barulah kebijakan yang hanya dapat
dirasakan oleh golongan tertentu. Masyarakat pada umumnya belum bahkan tidak merasakan
apapun dari kebijakan tersebut. Sekalipun dalam kebijakan tersebut, mayarakat dapat dan
dianjutkan berperan di dalamnya. Namun, masyarakat dalam konteks apa? Masyarakat
intelektual (mahasiswa dan yang bergelut dalam pendidikan), atau masyarakat umum?

Apabila masysrakat yang dimaksudkan adalah masyarakat intelektual, maka kebijakan


tersebut benar adanya. Akan tetapi jika masyarakat yang dimaksud oleh kebijakan
tersebutadalah masyarakat umum? Bagaimana mungkin? Belum tahukah masyarakat Indonesia
pada umumnya?
Seharusnya, kebijakan- kebijakan yang telah ada dikaji ulang dan disesuaikan dengan
kondisi saat ini. Hal ini disebabkan karena masih banyak kebijakan yang telah ada namun kurang
spesifik peraturan di dalamnya. Sebagai contoh kebijakan tentang perfilman, saya rasa kebijakan
yang ada kurang dirasa keberadaannya disebabkan masih banyak beredar film- film yang kurang
memberi pendidikan. Memang, hal tersebut merupakan sebuah bisnis, namun dalam
beredarnya film tersebut memberikan dampak negative bagi generasi muda. Sehingga,
diperlukan kebijakan baru untuk pengaturannya.

Kebijakan yang harus ada adalah kebijakan untuk komunikasi interpersonal dan
komunikasi kelompok. Kedua komunikasi tersebut merupakan komunnikasi yang telah
berkembang berabad- abad lamanya, namun kebijakan untuk hal tersebut belumlah ada. Tidak
menutup kemungkinan, pembuatan kebijakan tersebut adalah cukup sulit, dilihat dari
komunikasi interpersonal yang masyarakat gunakan bermacam- macam cara dan bahasa,
namun kebijakan tersebut tetap harus ada agar terdapat batasan- batasan dalam
menyampaikan ekspresi kita kepada orang lain.

Seperti masalah komunikasi antara dokter dengan pasien, seharusnya terdapat aturan-
aturan agar tidak terjadi salah penginformasian. Contoh lain kebijakan yang sudah ada, yaitu
pers, di mana seorang wartawan yang dituntut oleh personil dewa yang sangat terkenal (Ahmad
dhani). Di kejadian tersebut Dhani tidak suka mobilnya disoroti kamera, padahal sebagai seorang
public figure, mobil tidaklah lagi menjadi barang privasi atau sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/FreyKrasic/contoh-jurnalpendidikanpeningkatantikguru

http://blog.unila.ac.id/young/sistem-politik-indonesia

https://www.kompasiana.com/ashlih/input-proses-output-dalam-sistem-politik-
indonesia_55111a628133118b41bc6032

https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/15/190000069/pengertian-sistem-politik

Anda mungkin juga menyukai