Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA

Mata kuliah: Bahasa Indonesia


Dosen: Anggia Suci Pratiwi,M.pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Anggota:
1. M Abdul Ghani
2. Resti Ameliani
3. Mileon Muzaki

PROGRAM TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA 2021


KATA PENGANTAR

Banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat, segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen, temanteman dan semua pihak yang telah banyak
memberi dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik
lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

Daftar Isi ......................................................................................................... 3

BAB I ............................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Puebi ................................................................................. 3

B. Pemakaian Tanda Baca ............................................................................... 5

C. Huruf Kapital .............................................................................................. 9

D. Huruf Miring ............................................................................................... 11

E. Singkatan Kata Dan Akronim .................................................................... 12

F. Penulisan kata serapan ................................................................................ 12

G. Angka Dan Lambang Bilangan .................................................................. 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 18

B. Saran ............................................................................................................ 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak
lepas dari kaidah dan aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar.
Kriteria yang diperlukan dalam kaidah kebahasaan tersebut antara lain tata
bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan kelogisan. Bahasa Indonesia
yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang memenuhi
persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun lisan. Sebelum tahun
1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu, masih
belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli
bahasa dari Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar
bahasa, Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan
Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu dengan menggabungkan dasar-dasar
ejaan Latin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen dianggap kurang
berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata
dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van
Ophuijsen, kesulitan tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga
pada tahun 1926, sistem ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu
sistem ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu
Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengubah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD)
menjadi Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai
pedoman penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa
Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan
ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca (Rahmadi, 2017). Ejaan bahasa Indonesia yang
digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem tulisan fonemis
merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf
saja untuk satu fonem secara konsisten. Perubahan bahasa dapat terjadi pada
seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, ataupun
leksikon. Perubahan pada tingkat semantik dan leksikon yang paling terlihat,
sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-kata lama dengan
makna yang baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebudayaan terus terjadi, secara otomatis pula akan bermunculan konsep-
konsep baru yang disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-
istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya,
maka manusia sendiri yang akan menciptakan istilahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?

2. Bagaimana cara Pemakaian tanda baca?

3. Bagaimanakah cara penulisan kata serapan?

C. Tujuan

1.Ingin mengetahui tentang Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia.


2.Ingin mengetahui tentang cara Pemakaian tanda baca
3.Ingin mengetahui tentang cara Penulisan Kata serapan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT PUEBI

Sebelum 1900 di Indonesia,yang sebagian besar penduduknya masih


menggunakan bahasa Melayu ,belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian
pada 1900,Ch. Van ophuysen mendapat perintah untuk menyusun ejaan Melayu
dengan mempergunakan aksara Latin. Dalam usahanya itu,ia sekadar
mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah ada dengan bertolak
dari sistem ejaan bahasa Belanda sebagai landasan pokok. Dengan bantuan
Wngku Nawawi,gelar Soetan Ma’moer,dan Moehammad Taib Soetan
Ibrahim,akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam bukunya Kitab Logat
Melajoe,yang terkenal dengan nama Ejaan Van Ophuysen atau ada juga yang
menyebutnya Ejaan Balai Pustaka. Ejaan tersebut tidak sekali jadi,tapi terus
mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada 1926,mendapat bentuk
yang baku. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai
berikut :
1. Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajang.
2. Penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,itoe,oemoer.
3. Penggunaan tanda diakritik,seperti koma ain,hamzah dan tanda trema,untuk
menuliskan kata-kata ma’moer,’akal,ta’,dinamai’. Selama Kongres Bahasa
Indonesia pada 1938,telah muncul usulan agar ejaan itu lebih di
internasionalisasikan.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,seperti anak2,ber-jalan2,ke-barat2-
an.

4. Awalan di- dan kata depan di,kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya,seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan,
dengan imbuhan di-pada ditulis,dikarang. Pada Kongres Bahasa Indonesia II
pada 1954 di Medan, masalah ejaan dipersoalkan lagi. Prof.Dr.Prijono
mengajukan Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin.
Isi dasar-dasar tersebut adalah perlungya penyempurnaan kembali Ejaan
Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan
Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk
perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia. Usaha penyempurnaan ejaan
terus dilakukan,termasuk bekerjasama dengan Malaysia yang menggunakan
rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama
ini,terbentuklah Ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indonesia) yang diharapkan
pemakaiannya berlaku di perkembangan hubungan politik yang kurang baik
antardua Negara tersebut pada saat itu, ejaan ini gagal lagi diberlakukan. Pada
awal Mei 1966, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK),yang sekarang
menjadi Pusat Bahasa,menyusun lagi Ejaan Baru Bahasa Indonesia.
Namun,hasil perubahan ini juga tetap mendapat banyak pertentangan dari
berbagai pihak sehingga gagal lagi diberlakukan. Pada 16 Agustus
1972,Presiden Republik Indonesia meresmikan Ejaan baru,

B. PEMAKAIAN TANDA BACA

1. Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan atau
seruan. Misalnya: Mereka duduk di sana. Ayahku tinggal di Solo. Dia akan
dating pada pertemuan itu.

2. Tanda Koma (,)

1) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau


pembilangan.

2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata, seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.

3) Tanda koma dipakai untuk memisahka anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan
demikian, sehubungan dengan itu,dan meskipun begitu.

5) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, sepeti o, ya, wah, aduh,
dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik,
atau Mas dari kata lain yang terdapat didalam kalimat.

6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.

7) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru.

8) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat,(b) bagian alamat,(c)
tempat dan tanggal,serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.

9) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik


susunannya dalam daftar pustaka.

10) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau
catatan akhir.

11) Tanda koma di pakai di antara nama orang dan gelar akdemik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,keluarga,atau
marga.

12) Tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.

13) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
14) Tanda koma dapat dipakai-untuk menghindari salah baca/salah pengertian-
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

3. Tanda Titik Koma(;)

1) Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk


memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

2) tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam


kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu,sebelum
perincian terakhir tidak perlu digunakan data dan.

3) tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsure-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

4. Tanda Titik Dua (:)

1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.

2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapn yang memerlukan
pemerian.

3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.

4) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman ,(b) bab
dan ayat dalam kitab suci,(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
5. Tanda Hubung (-)

1) tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian


baris.

2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya


atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluiya pada pergantian baris.

3) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

4) Tanda hubung digunakan untuk menyambng bagian-bagian tanggal dan


huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

5) Tanda hubung boleh dipakai unruk memperjelas(a) hubungan bagian-bagian


kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata. 6)
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsure bahasa Indonesia dengan unsure
bahasa asing.

6. Tanda pisah(-)

1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.

2) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau


keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,tangal,atau tempat dengan arti


sampai dengan ‘atau ‘sampai ke’.
7. Tanda Tanya (?)

1) Tanda tanya dipakaipada akhir kalmia Tanya.

2) Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian


kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat di buktikan.

8. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan,ketidakpercayaan,ataupun emosi yang kuat

. 9. Tanda Elipsis (…)

1) Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.

2) Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naskah ada bagian yang di hilangkan.

10. Tanda Petik (“…”)

1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan lansung yang berasal dari
pembicaraan ,naskah,atau bahan tertulis lain.

2) Tanda petik di pakai untuk mengapit judul puisi,karangan,atau bab buku


yang dipakai dalam kalimat.

3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.

11. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.

2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan
bahasa daerah atau bahasa asing.

12. Tanda Kurung ((…))

1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit ketrangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama dari kalimat.

3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.

4) Tanda kurung dipakai unruk mengapit angka atau huruf yang memerinci
urutan keterangan.

13. Tanda Kurung Siku ({…})

1) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf,kata,atau kelompok kata


sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain.

2) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat


penjelas yang sudah bertanda kurung.

14. Tanda Garis Miring (/)

1) Tanda garis miring di pakai di dalam nomor surat,nomor pada alamat,dan


penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun
ajaran.

2) Tanda garis miring dipakai sebagai penggganti kata atau,tiap, dan ataupun.
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof(‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilamgam bagian kata atau bagian angka


tahun.
C.HURUF KAPITAL

Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan


berukuran lebih besar dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan
penggunaan huruf kapital.
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat.
Misalnya: Mengapa kita harus rajin belajar? Dia menyelesaikan tugas itu tepat
waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang,
termasuk julukan. Misalnya: Gorys Keraf
3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung.
Misalnya: “Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella. “Katakan kepadanya,” kata
Shira kepadaku, “lebih baik jujur saja.”
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Katolik adalah lima agama yang
diakui di Indonesia. Ya Tuhan, tolong ampuni kami.
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang,
termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan. Misalnya: Silakan duduk, Yang
Mulia. Terima kasih, Dokter.

7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden
Jusuf Kalla Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa. Misalnya: bahasa Indonesia suku Dayak

9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan
hari raya atau hari besar keagamaan

10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa
sejarah. Misalnya: Agresi Militer Belanda II Perjanjian Renville

11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.

12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi,
atau dokumen, kecuali kata tugas. Misalnya: Undang-Undang, Dasar, Negara,
Republik, Pemberantasan Korupsi.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur
kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, nama
majalah, dan surat kabar, kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi
awal. Misalnya: Majalah Bobo memberikan informasi yang bermanfaat bagi
anak-anak. Dia sedang membaca novel Dusta di Balik Penjelajahan Columbus.
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.

15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta kata atau ungkapan
lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: “Wajah Kakak
terlihat pucat, apa Kakak sakit?” tanya Raisa. Ibu berkata kepadaku, “Tolong
bersihkan sayuran itu, Nak.”
D. HURUF MIRING

Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama dengan
tulisan tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan
huruf miring.

1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya: Tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel
Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Departemen
Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta:
Balai Pustaka.

2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,


bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat. Misalnya: Penulisan kata
yang benar adalah dekret, bukan dekrit. Jelaskan maksud dari peribahasa esa
hilang dua terbilang!

3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.

E. PENULISAN KATA SERAPAN

Dalam penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena
pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa
memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa
seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan
yang telah diterapkan. Penulisan serapan yang benar adalah tanpa adanya
cetakan miring atau ditulis biasa saja sebagaimana tulisan bahasa Indonesia
yang lain. Namun jika itu bukan unsur serapan atau merupakan kata asing maka
harus ditulis dengan huruf miring. Penyerapan unsur asing dalam pemakaian
bahasa Indonesia dibenarkan, sepanjang: Konsep yang terdapat dalam unsur
asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan Unsur asing itu merupakan
istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia,
akhirnya dibenarkan, diterima, atau di gunakan dalam bahasa Indonesia.
Sebaliknya, apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili
konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Berdasarkan integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia
dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Secara adapsi, yaitu apabila unsur asli diserap sepenuhnya secara utuh, baik
tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong
secara adopsi, yaitu: editor, civitas, academica, de facto, bridge.

2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam
kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya. Salah satu
contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu: ekspor, material, sistem, atlet,
manajemen, koordinasi, fungsi.

F. SINGKATAN KATA DAN AKRONIM

1. Singkatan Istilah singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan.


Yang bermaksud untuk mempermudah. Menurut tiga cara sebagai berikut:

1) Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang
bentuk lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya.

2) Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf.

3) Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya. Misalnya:


Ekspres (yang berasal dari kerta api ekspres), Harian (yang berasal dari surat
kabar harian), Kawat (yang berasal dari surat kawat), Lab (yang berasal dari
laboratorium)
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau
lebih.

1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.Contoh: Dr. Bambang 2) Singkatan nama resmi Lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama dokumen resmi
yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh : DPR, PGRI 3) Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih
diikuti satu tanda titik. Tetapi, singkatan umum yang terdiri hanya dari dua
huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf. Contoh :dll. 4) Lambang
kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak
diikuti tanda titik. Contoh : Cu (kuprum)

2. Akronim Istilah akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari
deret kata yang diperlakukan sebagai kata. 1) Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) 2) Akronim nama diri
yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh: Akabri (Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia). 3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa
gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh: pemilu (pemilihan umum) Contoh lain
dari akronim yaitu: laser (light amplification by stimulated emission of
radiation), radar (radio detectiang and ranging), sonar (sound navigation
ranging), tilang (bukti pelanggaran)
G. ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam


tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
C (100), D (500), M (1.000) 2. Angka digunakan untuk menyatakan: (i) ukuran
panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas
Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter 14

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,


atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel
Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9

5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut: 1)


Bilangan utuh Misalnya: dua belas dua puluh dua dua ratus dua puluh dua 12 2)
Bilangan pecahan Misalnya: setengah tiga perempat seperenam belas tiga dua
pertiga seperseratus satu persen satu dua persepuluh ½

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang


berikut.

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti Misalnya:


tahun '50-an uang 5000-an lima uang 1000-an (tahun lima puluhan) (uang lima
ribuan) (lima uang seribuan)

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
sperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu
sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota
yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan
suara blangko. Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri
atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang
tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu. Dua ratus lima puluh orang tamu
diundang Pak Darmo.

16 Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. 11. Bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunya
dua puluh orang pegawai. DI lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan: Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu
tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. 12. Jika bilangan
dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kehidupan bangsa dan Negara Indonesia,bahasa Indonesia
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal itu karena peranan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi Negara.
Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku bahasa Indonesia yang bias di
jadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru Nusantara sehingga
dapat menggunakan bahasa Indonesia secara benar dan baik. Baik dan
benar dalam segi pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah
di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat
di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan
tentang daftar pustaka makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Nurul. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Garudhawaca. Kurniawan, Irwan. 2015. Ejaan Yang
Disempurnakan. Bandung: Nuansa Cendekia. Ngadiyo dan Widya Sudio. 2010.
Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung: Yrama
Widya. Setia, Pustaka.2012. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Bandung: Pustaka Setia. Alwi, Hasan, dkk. 2008. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Badudu, J.S. 1983.
Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT. Gramedia. Murtiani, Anjar,
dkk. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Araska.
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kemendikbud. Rahmadi, Duwi. 2017. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia & Kesalahan Berbahasa. Solo: Genta Smart Publisher.
Yanti, Prima Gusti, dkk. 2016. Bahasa Indonesia Konsep Dasar dan Penerapan.
Jakarta: PT. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai