Anda di halaman 1dari 6

 Thailand, secara resmi 

Kerajaan Thailand adalah sebuah negara di Asia Tenggara


yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di
selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal
sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai" (ไทย) berarti "kebebasan"
dalam bahasa Thai, tetapi juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga
menyebabkan nama Siam masih digunakan di kalangan warga negara Thai
terutama kaum minoritas Tionghoa dan Amerika.
 Pemerintahan di Thailand
Kerajaan Thailand pada tahun 1932 dimulai monarki konstitusional. Sebelum itu Thailand
dikenal sebagai nama Siam. Namun kemudian berganti menjadi "Thailand" pada tahun 1939.
Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang Dunia II, namun
Kerajaan Thai mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an dan setelah itu
Thailand berbentuk negara kesatuan. Thailand adalah monarki konstitusional, di mana bentuk
pemerintahan Raja melayani Rakyat Thailand sebagai "Kepala Negara", di bawah ketentuan
Konstitusi Thailand dan Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri, para menteri dari
berbagai kementerian, wakil menteri, dan pejabat permanen dari berbagai kementerian
pemerintah.
 - Sistem pemerintahan: monarki konstitusional
o - Kepala negara: raja

o - Kepala pemerintahan: perdana menteri

o - Ibu kota: Bangkok

o Lagu nasional: Phleng Chat Thai atau National Anthem of Thailand


 Sejarah singkat Thailand

Asal mula Thailand secara tradisional dikaitkan dengan sebuah kerajaan yang berumur
pendek, Kerajaan Sukhothai yang didirikan pada tahun 1238. Kerajaan ini kemudian diteruskan
Kerajaan Ayutthaya yang didirikan pada pertengahan abad ke-14 dan berukuran lebih besar
dibandingkan Sukhothai. Kebudayaan Thailand dipengaruhi dengan kuat oleh Tiongkok dan India.
Hubungan dengan beberapa negara besar Eropa dimulai pada abad ke-16 namun meskipun
mengalami tekanan yang kuat, Thailand tetap bertahan sebagai satu-satunya negara di Asia
Tenggara yang tidak pernah dijajah oleh negara Eropa, meski pengaruh Barat, termasuk
ancaman kekerasan, mengakibatkan berbagai perubahan pada abad ke-19 dan diberikannya
banyak kelonggaran bagi pedagang-pedagang Britania.Sebuah revolusi tak berdarah pada tahun
1932 menyebabkan dimulainya monarki konstitusional. Sebelumnya dikenal dengan nama Siam,
negara ini mengganti namanya menjadi Thailand pada tahun 1939 dan untuk seterusnya, setelah
pernah sekali mengganti kembali ke nama lamanya pasca-Perang Dunia II. Pada perang tersebut,
Thailand bersekutu dengan Jepang; tetapi saat Perang Dunia II berakhir, Thailand menjadi sekutu
Amerika Serikat. Beberapa kudeta terjadi dalam tahun-tahun setelah berakhirnya perang, namun
Thailand mulai bergerak ke arah demokrasi sejak tahun 1980-an.Kalender Thailand didasarkan
pada Tahun Buddha, yang lebih cepat 543 tahun dibandingkan kalender Barat. Tahun 2000
Masehi sama dengan tahun 2543 dalam kalender Thailand.Pada 26 Desember 2004, pesisir barat
Thailand diterjang tsunami setinggi 10 meter setelah terjadinya gempa bumi Samudra Hindia
2004, menewaskan 5.000 orang di Thailand, dan setengahnya merupakan wisatawan.Pada awal
2005 terjadi sebuah tragedi di Thailand Selatan yang mempunyai populasi dengan mayoritas
Muslim. Sekitar 70 orang terbunuh akibat kekerasan yang dilakukan oleh rezim Shinawatra.
Banyak negara yang mengecam keras tragedi ini. Namun dalam pemilihan kepala pemerintahan,
Thaksin Shinawatra kembali memerintah negara ini untuk empat tahun berikutnya.

 Ideologi = Monarki konstitusional


o Negara yang ber-ibu kota di Bangkok ini menganut sistem demokrasi
keterwakilan, ada juga yang menyebut sebagai demokrasi parlementer. Sebagai
negara yang menganut konstitusional, peran Perdana Menteri (PM) tergantung
pada keterwakilan di parlemen, dan peran raja masih berpengaruh sebagai
simbol kultural.
o Parlemen 2 kamar (bikameral): Dewan Perwakilan Rakyat (500 kursi) dan Dewan
Senat (200 kursi).
o Raja: PHUMIPHON Adunyadet (BHUMIBOL Adulyadej), atau biasa juga di panggil
sebagai raja RAMA IX (sejak 9 Juni 1946).
o Perdana Menteri: SAMAK Sundavavej (sejak 29 Januari 2008).
o Pengadilan tertinggi:Sandika (pengadilan ditentukan oleh Raja).
o Partisipasi dalam Organisasi internasional:ADB, APEC, APT, ARF, ASEAN,
BIMSTEC, BIS, CP, EAS, FAO, G-77, IAEA, IBRD, ICAO, ICC, ICCt (signatory),
ICRM, IDA, IFAD, IFC, IFRCS, IHO, ILO, IMF, IMO, IMSO, Interpol, IOC, IOM, IPU,
ISO, ITSO, ITU, ITUC, MIGA, NAM, OAS (observer), OIC (observer), OPCW, OSCE
(partner), PCA, UN, UNAMID, UNCTAD, UNESCO, UNHCR, UNIDO, UNMIS,
UNWTO, UPU, WCL, WCO, WFTU, WHO, WIPO, WMO, WTO
o Parlemen Thailand yang bikameral dinamakan Majelis Nasional atau Rathasapha,
yang terdiri dari Dewan Perwakilan (Sapha Phuthaen Ratsadon) yang beranggotakan
500 orang dan Senat (Wuthisapha) yang beranggotakan 200 orang. Anggota
keduanya dipilih melalui pemilu rakyat. Anggota Dewan Perwakilan menjalani masa
bakti selama empat tahun, sementara para senator menjalani masa bakti selama
enam tahun.
o Raja PHUMIPHON yang lahir pada tanggal 5 Desember 1927 mulai memimpin
Thailand sejak tahun 1946. Sebagai raja, beliau merupakan kepala negara di
Thailand.
o Perdana Menteri SAMAK Sundavavej memimpin Thailand sejak Januari 2008. Beliau
menggantikan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang digulingkan oleh Militer
Thailand (kudeta militer), karena adanya dugaan KKN Thaksin. SAMAK Sundavavej
memegang kepala pemerintahan di Thailand yang dilantik langsung oleh raja.
o Di Thailand, raja mempunyai sedikit kekuasaan langsung di bawah konstitusi namun
merupakan pelindung Buddhisme Thailand dan lambang jatidiri dan persatuan
bangsa. Raja yang memerintah saat ini dihormati dengan besar dan dianggap
sebagai pemimpin dari segi moral, suatu hal yang telah dimanfaatkan pada beberapa
kesempatan untuk menyelesaikan krisis politik.
o Pengadilan tertinggi di Thailand dinamakan Sandika, dimana jaksanya dilantik
langsung oleh raja. Semua warga negara Thailand tunduk dan harus patuh dibawah
hukum Thailand, serta memiliki status yang sama. Adapun Sandika ini mengurusi
semua masalah kriminal di Thailand, seperti masalah perdata (perorangan), pidana,
perbankan, dll.
o Thailand banyak berpartisipasi dalam organisasi internasional, salah satunya adalah
ASEAN sebagai organisasi kawasan di Asia Tenggara.
o Asia Tenggara.
o Thailand merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah
sekalipun mengalami penjajahan.
 Thailand adalah monarki konstitusional, di mana bentuk pemerintahan Raja melayani Rakyat
Thailand sebagai "Kepala Negara", di bawah ketentuan Konstitusi Thailand dan
Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri, para menteri dari berbagai kementerian, wakil
menteri, dan pejabat permanen dari berbagai kementerian .
Nilai-nilai Yang Dipegang Masyarakat Konvensional (Thai) Di Thailand

o Thailand merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang tidak pernah
mengalami masa penjajahan oleh negara manapun sehingga masyarakat Thailand
dapat menumbuhkan perdamaian dan 15 menghindari permusuhan dengan bangsa-
bangsa lain di dunia. (Cipto, 2007) Masyarakat Thailand juga mudah dalam
menyesuaikan diri dengan proses modernisasi ala Barat. Penduduk Thailand terbagi
menjadi beberapa suku dengan suku asli yang disebut “Thai” sebagai suku
mayoritas sebesar 75%, suku Cina sebesar 14%, dan yang lain adalah suku Melayu,
Mon, Khmer, Laos, Vietnam, dan India
o Mayoritas penduduk Thailand merupakan penganut Budha dimana ajarannya telah
mempengaruhi struktur kebudayaannya sehingga secara tidak langsung telah
membentuk identitas budaya bagi masyarakat Thailand yang teguh pada
kemerdekaan, kebijaksanaan diplomasi, kesetiaan kepada monarki serta tercipta
keyakinan yang mengakar dalam ajaran Buddha. Identitas masyarakat Thailand yang
mendasarkan pada ajaran Budha tersebut menghasilkan nilai-nilai atau norma yang
dijunjung tinggi yakni nilai-nilai yang dipengaruhi oleh Konfusianisme, seperti
berbakti, menghormati berdasarkan usia, senioritas dan hierarki, wajah, rasa
hormat, martabat, kehormatan, persahabatan sejati, tidak menyukai keangkuhan
dan kesombongan, minat dalam belajar, dan keyakinan dalam moderasi (Nguyen,
2005).
o Ajaran Budha yang mereka anut juga mengajarkan tentang perdamaian dan
harmoni, menghindari konflik atau menampilkan emosi karena mereka diajarkan
untuk tidak membantah atau menyuarakan pandangan yang kontras. Sistem
tradisional atas nilai-nilai dan perilaku sebagian besar masyarakat Thailand juga
menggunakan ajaran Buddha Theravada yang merupakan mayoritas yang dianut
masyarakat. Ajaran ini mempercayai dan berasumsi tentang eksistensi beberapa
jenis roh (phi) yang mempengaruhi kesejahteraan manusia.
o Agama Buddha di Thailand juga sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional
mengenai roh leluhur dan alami, yang telah dimasukkan ke dalam kosmologi
Buddhis dan hal ini dibuktikan dengan kebanyakan orang Thailand memasang
rumah roh (Thai: ; RTGS: san phra phum), miniatur rumah di luar tempat tinggal
mereka, di mana mereka percaya roh rumah tangga hidup. Mereka juga menyajikan
persembahan makanan dan minuman kepada roh-roh ini untuk membuat mereka
bahagia. Jika roh-roh ini tidak bahagia, diyakini bahwa mereka akan mendiami
rumah tangga dan menyebabkan kekacauan. Rumah-rumah roh ini dapat ditemukan
di tempat-tempat umum dan di jalan-jalan di Thailand, di mana masyarakat
membuat penawaran (CornwellSmith, 2005). Ajaran Buddha merupakan hal yang
paling fundamental atau mendasar bagi masyarakat Thai khususnya ajaran Buddha
Theravada yang dianut sekitar 90% dari jumlah penduduknya. Masyarakat Thailand
juga telah mengalami modernisasi yang ditandai dengan penggunaan teknologi
komunikasi canggih, metode pertanian ilmiah, produksi industri, peningkatan
kesehatan dan pendidikan, serta peningkatan kesadaran akan hak-hak perempuan.
Masyarakat Thailand konvensional yang memeluk ajaran Budha mengapresiasikan
ajaran Budha sebagai ajaran yang harus dijalankan secara keseluruhan seperti
penghargaan terhadap organ tubuh manusia yakni kepala orang lain tidak boleh
disentuh, kecuali dalam kasus bayi, anak kecil, atau mungkin teman sebaya dalam
satu keluarga dekat sendiri (Hoare, 2004). Sebagai bagian tubuh yang paling bawah
(juga bagian tubuh yang berjalan di tanah), kaki harus selalu terlipat di bawah tubuh
ketika seseorang duduk di lantai, mereka tidak pernah diperpanjang ke arah orang
lain. Seperti setiap budaya Asia Timur dan Tenggara, sepatu selalu dilepas sebelum
memasuki rumah, baik itu tempat tinggal sendiri atau rumah orang lain. Rumah itu
seperti ruang suci, dan kotoran dan debu dari jalan harus ditinggalkan di depan
pintu. Meskipun beberapa orang urban Thailand menggunakan sandal rumah ringan
di dalam rumah mereka, mayoritas lebih suka pergi tanpa alas kaki dan cara
berpakaian sangat konservatif di depan umum yang berarti bahwa tidak ada celana
pendek kecuali jika ada di rumah (biasanya hanya anak-anak memakai celana
pendek), tidak ada baju tanpa lengan yang memperlihatkan bahu, dan tidak ada rok
atau gaun yang lebih pendek dari panjang lutut.

Perkembangan Nilai-Nilai Yang Dianut Masyarakat Urban di Thailand

o Masyarakat Thailand di kota-kota besar seperti di Bangkok atau Chiang Mai, telah
mengalami kemajuan budaya dan terkadang terdapat perselisihan antara identitas
budaya seseorang sebagai identitas pribadi yang didalamnya termasuk identitas
seksual dari masyarakat urban atau sub-urban seperti lesbian, gay, biseksual dan
transgender sebagai akulturasi budaya barat dengan budaya kelompok yang masih
menjunjung tinggi ajaran Budha.
o Masyarakat urban atau suburban Thailand tersebut juga hidup dengan kenyamanan
komunikasi modern dan teknologi informasi, transportasi massal cepat, restoran
cepat saji, konsumerisme, kemakmuran, fashion sense, serta kebebasan individu
yang lain (Hoare, 2004). Jika dipandang dari unsur keagamaan Budha, para
komunitas LGBT juga memeluk ajaran Budha terkait dengan materi ajaran tentang
melepaskan hal-hal keduniawiannnya untuk 18 mencapai kesempurnaan hidup
dengan tujuan memperoleh hak surgawi tanpa harus mendasarkan pada ajaran
fundamental Budha seperti cara berpakaian dan lain-lain.
o Di satu sisi, masyarakat Thailand modern yang didalamnya terdapat kaum LGBT
tidak terlalu menganggap tentang kesucian organ kepala dan kaki dan cara
berpakaian yang telah mengadopsi budaya barat seperti menggunakan celana
pendek, baju tanpa lengan yang memperlihatkan bahu, dan rok atau gaun yang
lebih pendek dari lutut. Peristiwa tersebut menimbulkan reaksi emosional yang kuat
antara masyarakat modern khususnya para komunitas LGBT dengan masyarakat
konvensional satu sama lain karena masyarakat Thailand konvensional yang
memeluk ajaran Budha mengapresiasikan ajaran Budha sebagai ajaran yang harus
dijalankan secara keseluruhan seperti penghargaan terhadap organ tubuh manusia
yakni kepala orang lain tidak boleh disentuh, kecuali dalam kasus bayi, anak kecil,
atau mungkin teman sebaya dalam satu keluarga dekat sendiri.
o Hal ini membuat terjadinya pergeseran interaksi sosial antara kaum LGBT dan
masyarakat konvensional Thailand dimana kaum LGBT menjalankan ajaran Budha
yang diakulturasikan dengan budaya Barat dan sebaliknya masyarakat konvensional
masih tetap menjalankan nilai-nilai ajaran Budha yang mendasar.

Anda mungkin juga menyukai