Anda di halaman 1dari 4

Materi Mata Kuliah ini diantaranya :

Surat Kuasa Khusus dan Syarat-syaratnya


Hukum perdata mengatur hubungan hukum keperdataan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban perdata, baik yang timbul dari perjanjian maupun peraturan
perundang-undangan. Hak keperdataan ini bisa bersifat sepihak atau
bertimbal balik (antar dua subyek hukum).

Hak keperdataan yang bersifat sepihak timbul dan dijamin oleh undang-
undang tanpa melibatkan kepentingan orang lain yang bersifat deklaratoir
(menerangkan/menetapkan). Jadi adanya hak ini bersifat subyektif.
Sedangkan hak bertimbal balik, artinya hak dan kewajiban antara dua orang
atau lebih yang saling berseberangan satu sama lain. Hak ini seringkali
menimbulkan pertentangan kepentingan antara dua atau lebih subyek hukum
perdata yang disebut sengketa. Penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan di
luar pengadilan (non litigasi) maupun melalui pengadilan (litigasi).

Penyelesaian masalah hak yang bersifat sepihak dilakukan dengan cara


mengajukan permohonan ke Ketua Pengadilan Negeri/Agama. Penyelesaian
melalui pengadilan dilakukan dengan cara pengajuan gugatan dengan mekanisme
dan persyaratan tertentu, baik dilakukan oleh penggugat secara pribadi atau badan
hukum maupun dengan cara mewakilkan kepada seorang advokat dengan surat
kuasa khusus.

Jenis-jenis Surat Kuasa


Kuasa dilihat dari jenisnya dapat dibedakan diantaranya :

kuasa umum (pasal 1795 KUH Perdata)


meliputi segala kepentingan pemberi kuasa -> pemberian kuasa mengenai
pengurusan yang disebut beherder atau manajer untuk mengatur kepentingan
pemberi kuasa.
contoh : surat kuasa untuk mengurus semua harta benda pemberi kuasa

kuasa khusus (pasal 1795 KUH Perdata dan pasal 123 HIR)
hanya mengenai satu kepentingan tertentu (harus disebutkan secara terperinci
tindakan apa yang harus dilakukan oleh penerima kuasa)
contoh : surat kuasa untuk mewakili penerima kuasa hadir di pengadilan

kuasa istimewa (pasal 1796 KUH Perdata dan 157 HIR/pasal 184 RBg)
mengatur perihal pemberian surat kuasa istimewa dengan syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar sah menurut hukum, yakni :
bersifat limitatif -> kebolehan memberi kuasa istimewa hanya terbatas
untuk tindakan tertentu yang sangat penting, dan hanya dapat dilakukan oleh
orang yang bersangkutan secara pribadi.
harus berbentuk akta otentik (akta notaris) -> dalam bentuk yang sah
contoh : memindahtangankan benda-benda milik pemberi kuasa, untuk
membuat perdamaian, untuk mengucapkan sumpah tertentu atau sumpah
tambahan sesuai aturan perundang-undangan.

kuasa perantara (pasal 1792 KUH Perdata dan pasal 62 KUHD).


pemberi kuasa sebagai principal memberi perintah (instruction) kepada pihak
kedua dalam kedudukannya sebagai agen atau perwakilan untuk melakukan
perbuatan hukum tertentu dengan pihak ketiga. Apa yang dilakukan agen,
mengikat principal sebagi pemberi kuasa, sepanjang tidak bertentangan atau
melampaui batas kewenangan yang diberikan.
contoh : pemberian kuasa sebagai perwakilan agen perdagangan, broker, atau
makelar.

Kuasa menurut hukum


Menurut hukum, kuasa dapat lahir/terjadi karena hukum dan karena perjanjian
pemberian kuasa.

Kuasa menurut hukum adalah pemberian kuasa dari seseorang atau suatu badan
kepada orang atau badan lain karena undang-undang. Jadi dalam mewakili
orang atau badan tidak memerlukan surat kuasa.
Contoh :
wali terhadap anak di bawah perwalian (psl 51 UU No. 1 tahun 1974)
kurator atas orang yang tidak waras (psl 229 HIR)
orang tua terhadap anak yang belum dewasa (psl 45 ayat 2 UU No. 1 tahun
1974)
balai harta peninggalan sebagai kurator kepailitan (UU ttg Kepailitan)
direksi atau pengurus badan hukum (psl 1 butir 5 UU No. 41 tahun 2007)
direksi perusahaan persero (psl 1 angka 2 PP No. 12 tahun 1998)
pimpinan perwakilan perusahaan asing
pimpinan cabang perusahaan domestik (Putusan MA No. 779 K/Pdt/ 1992).

Adapun yang bertindak sebagai kuasa atau wakil dari Negara atau
Pemerintah berdasarkan Stb. 1922 No. 522 dan pasal 123 ayat (1) HIR/ pasal
147 ayat (2) Rbg adalah:
Pengacara negara yang diangkat oleh Pemerintah.
Jaksa.
Orang tertentu atau Pejabat yang diangkat atau ditunjuk.

Kuasa untuk beracara di depan Pengadilan


(psl 123 ayat 1 HIR, psl 147 ayat 1 RBg jo psl 118 HIR.

Menurut pasal 123 ayat 1 HIR, pemberian kuasa yang secara khusus
diperuntukkan untuk mewakili penggugat atau tergugat dalam suatu sidang
pengadilan dapat diberikan baik secara lisan (psl 120 HIR/144 RBg), dalam surat
gugatan (psl 118 HIR/142 RBg), maupun dengan surat kuasa khusus (psl 123
ayat 1 HIR).

Surat Kuasa Khusus adalah surat kuasa yang khusus tentang subyeknya,
obyeknya, materi perkaranya, pengadilannya, serta tingkat proses perkara (Surat
Edaran MA tanggal 19 Januari 1959, nomor 2 tahun 1959 jo. tanggal 14 Oktober
1994, nomor 6 tahun 1994).

Anda mungkin juga menyukai