Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja.Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Kanker tulang
(osteosarkoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15-25 tahun ( pada usia
pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian
pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.

Osteosarkoma cendrung tumbuh pada bagian ujung tulang panjang, terutama lutut, seperti
pada tulang paha ( ujung bawah), tulang lengan atas (ujung atas) dan tulang kering (ujung
atas). Ujung tulang- tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan dan
kesepatan pertumbuhan terbesar.meskipun demikian, osteosarkoma juga bisa tumbuh
dibagian tulang lainya. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi Osteosarkoma ?
2. Bagaimana etiologi Osteosarkoma ?
3. Apa klasifikasi Osteosarkoma ?
4. Bagaimana Patofisiologi Osteosarkoma ?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Osteosarkoma ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami defenisi osteosarkoma
2. Mengetahui dan memahami etiologi osteosarkoma
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi osteosarkoma
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis osteosarkoma
5. Mengetahui dan memahami patofisiologis osteosarkoma
6. Mengetahui dan memahami Asuahan Keperawatan Pasien dengan osteosarkoma
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbahan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki. ( Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).

Sarcoma osteogenitik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat


ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. (Price, 1998 : 1213).

Osteosarkoma merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal.
Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas
tinggi karena sarcoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
(Smeltzer, 2001 : 2347).

2.2. Etiologi
Etiologi dari osteosarkoma adalah :
1. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2. Keturunan ( genetik )
3. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit.
4. Pertumbuhan tulang yang terlalu cepat.
5. Sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat pengawet, merokok
dan lain-lain.
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi
berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain.
Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang
lain. Tentang satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah
metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor
muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah itu telah
dirawat. Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana pertama kali atau
mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi
dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3
tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi
langka.

Sedangkan klasifikasi menurut sifatnya Osteosarkoma dapat diklasifikasikan sebagi berikut

1. Osteokondroma Osteokondroma (eksostosis Osteokartilagionous)


Merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan. Biasanya menyerang usia
10 – 20 tahun. Tumor ini tumbuh pada permukaan tulang sebgai benjolan yang keras.
Penderita dapat memiliki satu atau beberapa benjolan. 10% dari penderita yang
memiliki beberapa osteokondroma, tetapi penderita yang hanya memiliki satu
osteokondroma, tidak akan menderita kondrosarkoma.
2. Kondroma Jinak
Kondroma jinak biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, timbul di bagian tengah
tulang. Beberapa jenis kondroma menyebabkan nyeri. Jika tdak menimbulkan nyeri,
tidak perlu diangkat atau diobati. Untuk memantau perkembangannya, dilakukan foto
rontgen. Jika tumor tidak dapat di diagnosis melalui foto rontren atau jika menyebabkan
nyeri, mungkin perlu dilakukan biopsy untuk menentukan apakah tumor tersebut bias
berkembang menjadi kanker atau tidak.
3. Kondroblastoma
Kondroblastoma merupakan tumor yang jarang terjadi, yang tumbuh pada ujung
tulang.biasanya timbul pada usia 10 -20 tahun. Tumor ini dapat menimbulkan nyeri,
yang merupakan petunjuk adanya penyakit ini. 7 Pengobatan terdiri dari pengangkatan
melalui pembedahan ; kadang setelah dilakukan pembedahan, tumor bisa tumbuh
kembali.
4. Fibroma Kondromiksoid
Fibroma kondromiksoid merupakan tumor yang sangat jarang, yang terjadi pada usia
kurang dari 30 tahun. Nyeri merupakan gejala yang biasa dikeluhkan. Tumor ini akan
memberikan gambaran yang khas pada foto rontgen. Pengobatannya adalah
pengangkatan melalui pembedahan.
5. Osteoid Osteoma
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh di lengan atau
tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang
memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.
Kadang otot disekitar tumor akan mengecil ( atrofi) dan keadaan ini akan membaik
setelah tumor diangkat. Scaning tulang menggunakan pelacak radioaktif bias membantu
menentukan lokasi yang tepatdari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit
ditentukan lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT-scan dan
foto rontgen dengan tehnik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan
merupakan satu-satunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita
enggan menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyri bias diberikan aspirin.
6. Tumor sel raksasa
Tumor sel raksasa biasanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Tumor ini umumnya
tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan disekitarnya. Biasanya
menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat
melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang
atau semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat
luas kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmentulang yang terkena. Sekitar
10% tumor akan muncul kembali setelah pembedahan. Walaupun jarang, tumor ini
biasa tumbuh menjadi kanker.

2.4. Manifestasi Klinis


Menurut (Gale,1999 :245) tanda dan gejala pada osteosarkoma yaitu:
1. Rasa sakit (nyeri), Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya
menjadi semakin parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas
penyakit).
2. Pembengkakan, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas.
3. Fraktur patologik

Menurut (Smeltzer,2001: 2347).

1. Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta
distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
2. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise

2.5. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat
ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Penyebab osteosarkoma
belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan menjadi suatu predisposisi. Begitu
pula adanya hereditery. Dikatakan beberapa virus onkogenik dapat menimbulkan
osteosarkoma pada hewan percobaan. Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab
langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang
berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53
( kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang memunculkan
perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma. Mulai tumbuh bisa didalam
tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut sampai pada jaringan lunak sekitar tulang
epifisis dan tulang rawan sendi bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi.
Osteosarkoma mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada
tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase pada saat
diagnosis ditegakkan. (Salter, robert : 2006).

Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang
sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara
lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian
metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus
dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat
yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa
atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid.
Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang. Adanya tumor
pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang
normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan
respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada
proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang
yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi,
eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai.
4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya.
7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).

2.7. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan
amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota
tubuh atau ekstremitas yang sakit.

Penatalaksanaan meliputi
a. Pembedahan
Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan
amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang
melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer.
Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa
amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung
kembali penempatan tulang-tulang.
b. Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan
factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.
c. Radioterapi, atau terapi kombinasi
Terapi radiasi menggunakan energi pancaran atau partikel-partikel yang
terionisasi tinggi untuk mengobati kanker. Terapi ini merupakan terapi lokal yang
digunakan sendiri maupun secara kombinasi dengan terapi lainnya seperti
pembedahan, kemoterapi, dan keduanya.

Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan


kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam
kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

2. Tindakan keperawatan
Menurut Smeltzer, 2001 : 2350
a. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas  dalam, visualisasi,
dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi
atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika
dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya
komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOSARKOMA

3.1. Pengkajian
Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dan dasar tahap keperawatan pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan
diagnosis keperawatan. Oleh karena itu pengkajian harus diteliti secara cermat sehingga
seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat di identifikasi (Rohmah, 2008).
a. Pengumpulan data
1. Identitas
Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada
1) Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,pekerjaan,
tanggal masuk RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam medik,
diagnosa medis, alamat.
2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan, pekerjaan,hubungan
dengan klien, alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong
pasien untuk mencari pertolongan medis.Keluhan utama pada pasien
Osteosarkoma adalah nyeri.
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi petugas
kesehatan dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien dengan
menggunakan konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
P : (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan
serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta
berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran
keluhan sejauh mana.
S : (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai mengganggu
atau tidak.
T : (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang,
dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang
memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi,
diabetes melitus, asma.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa
dengan klien atau penyakit keturunan lain, karena klien Osteosarkoma
penyebabnya bisa dari riwayat keturunan (genetik).

c. Keadaan Umum
1. Penampilan Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah
dan lesu ketika banyak bergerak dan beraktivitas.
2. Kesadaran Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya)
dengan GCS 15- 14, apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen
(keadaan keasadaran yang mau tidur saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan
kacau motorik) dengan GCS 9-7, sopor (keadaan kesadaran yang menyerupai
koma) dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang sama
sekali)dengan GCS
3. Berat badan dan tinggi badan Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit
dan sesudahsakit.
4. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
1) Tekanan darah
2) Pemeriksaan denyut nadi
3) Pemeriksaan respirasi
4) Pemeriksaan suhu
5. Pemeriksaan Fisik Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan
secarahead to toe dan di dokumentasikan secara persistem yang meliputi:
a) Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret padalubang hidung,
pergerakan cuping hidung waktu bernapas,auskultasi bunyi napas apakah
bersih atau ronchi,serta frekuensi napas
b) Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapikeadaan tersebut
tergantung dari nyeri yang dirasakan individu.
c) Sistem pencernaan
Kaji abdomen untuk mengetahui peristaltik usus.
d) Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsikranial, dan
fungsi sensori mengkaji : Nyeri superfisial,sensasi suhu, sensasi posisi
(Fransisca, 2008)
e) Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguanpada klien
Osteosarkoma.
f) Sistem muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerakpersendian tertentu,
mulai dari kepala sampai anggota gerakbawah, ketidaknyamanan atau nyeri
yang dikatakan klienwaktu bergerak, observasi adanya luka, adanya
kelemahan dan penurunan toleransi terhadap aktifitas.
g) Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, danfungsi
perabaan.Kaji keadaan luka. Pada klien Osteosarkomaterdapat luka dengan
panjang tergantung dari luas luka,terdapat kemerahan dan terjadi pembesaran
pada daerah luka.
h) Sistem endokrin Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau
tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat alergi atau tidak.Biasanya tidak
ada masalah pada sistem endokrin.
i) Sistem perkemihan Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan
danbenjolan. 6) Pola Aktivitas Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas
sehari-harinyaterganggu begitu juga pada status personal hygiene
akanmengalami perubahan sehingga personal hygiene klien dibantuoleh
keluarga atau perawat di ruangan.
6. Pola Aktivitas
Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas sehari-harinyaterganggu begitu juga
pada status personal hygiene akanmengalami perubahan sehingga personal
hygiene klien dibantuoleh keluarga atau perawat di ruangan.
7. Data Penunjang
Menurut Nursalam (2008), data penunjang adalah sebagai berikut :
a) Data psikologi
Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaan oleh
perawat.Menurut Smeltzer (2012) Koping Efektif. Pasien dan keluarganya
didorong untuk mengungkapkan rasa takut, keprihatian dan perasaan mereka.
Mereka membutuhkan dukungan dan perasaan diterima agar mereka mampu
dampak tumor maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih pastiakan
terjadi, maka rujukan ke perawat psikiatri, ahli psikologi ,konselor atau
rohaniawan perlu diindikasikan untuk bantuan psikologik khusus.
b) Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnya baik ketika
dirumah atau dirumah sakit. Biasanya ada perubahan tingkah laku karena
menahan nyeri luka operasi yang dirasakan klien.
c) Data spiritual
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadah selama sakit. Perlu
pula dikaji keyakinan klien tentang kesembuhannya dihubungkan dengan
agama yang dianut klien dan bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya,
aktivitas ibadah klien Osteosarkoma biasanya terganggu.

3.2. Diagnosa Keperawatan


Pada klien Osteosarkoma terdapat masalah diagnose keperawatannya sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau saraf atau
inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker), ancaman/perubahan pada status
kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian perpisahan
dari keluarga.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan ataugangguan gerak
4. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepatdan penekanan ke
jaringan sekitarnya
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis

3.3. Perencanaan Keperawatan


a. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau saraf atau
inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
Tujuan : Klien mengatakan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang
2) Klien tampak tenang
3) Skala nyeri berkurang
4) Tanda-tanda vital normal

Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri,perhatikan lokasi,frekuensi,durasi,intensitas (skala 1-10) dan
faktor pemberat
Rasional : Informasi memberikan data dasaruntuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
2. Kaji vital sign
Rasional : Untuk mengetahui perubahan padatekanan darah, nadidan pernafasan
yang berhubungan dengan penghilang rasa nyeri memerlukan
3. Ciptakan lingkungan aman dan nyaman
Rasional : Atur posisi senyaman mungkin, dan posisi semi fowler
4. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi kontrol dan kemampuan koping
Rasional : Memberikan dukungan relaksasi dan juga memfokuskan ulang perhatian
meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping
5. Berikan analgetic sesuai indikasi dan kolaborasi
Rasional : Mengontrol atau mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerjasama dengan cara teurapeutik

b. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker), ancaman/perubahan padastatus


kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancamankematian perpisahan
dari keluarga 15
Tujuan : klien dan keluarga tidak terlihat cemas
Kriteria hasil :
1) Klien tidak mengeluh cemas
2) Eksresi tampak tenang
3) Klien dan keluarga memahami informasi yang di berikan

Intervensi

1. Kaji tingkat kecemasan


Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan klien dan keluarga
2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasirsa takut, realisasi
sertakesalahan tentang diagnosis
3. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan akan dibuat
Rasional : Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan orang
terdekat terlibat dengan tepat
4. Beri penjelasan tentang procedure tentang perawatan
Rasional : Diharapkan menurunkan tingkat kecemasan

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau gangguan gerak
Tujuan : klien dapat melakukan perawatan secara mandiri
Kriteria hasil :
1) Klien terbebas dari bau badan
2) Dapat melakukan ADL dengan bantuan

Intervensi

1. Kaji tingkat kelemahan fisik dan kemampuan klien


Rasional : Membantu menentukan tindakan yang akan diberikan sesui kondisi klien
2. Kaji personal hygine klien
Rasional Mengetahui sejauh mana kebutuhan klien yang dapat dilakukan sendiri
3. Bantu klien dalam pemenuhan defisit perawatan diri
Rasional : Membantu klien dalam pemenuhanpersonal hygiene
4. Ajarkan teknik personal hygine di tempat tidur
Rasional : Memudahkan klien untuk pemenuhan perawatan diri
5. Anjurkan pada klien agar selalu hidup sehat
Rasional : Hidup sehat dapat terpenuhi agar klien memperoleh kenyamanan dan
membuat perasaan menjadi nyaman

d. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak,


kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke
jaringan sekitarnya
Tujuan : Ada peningkatan mobilitas pada
klien Kriteria hasil :
1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

Intervensi

1. kaji kemampuan dalammobilisasi


rasional : untuk mengetahui kemampuan aktivitas
2. latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
rasional : klien dapat melakukan ADL secara mandiri sesuai kemampuan
3. dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhi kebutuhan ADL
rasional : agar tidak terjadi cidera
4. berikan alat bantu jika klien meminta bantuan
rasional : untuk mempermudah klien mobilisasi
5. ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
rasional : untuk mencegah agar tidak terjadi lesi

e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis


Tujuan : Tidak terjadi resiko infeksi
Kriteria hasil :
1) tidak lagi terjadi kemerahan
2) nyeri berkurang

intervensi :

1. tingkatkan prosdure mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung
sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien
rasional : lindungi klien dari sumbersumberinfeksi
2. pantau suhu
rasional : peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor misal .proses penyakit
atau infeksi
3. tekankan hygien personal mengurangi resiko sumber infeksi
rasional : mengurangi resiko sumberinfeksi
4. ubah posisi dengan sering dan bebas kerutan
rasional : menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan mencegahkerusakan
kulit
5. tingkatkan istirahat yang cukup dengan periode latihan
rasional : membatasi keletihan mendorong gerakan yang cukup
mencegahkomplikasi statis

3.4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang spesifik yang dapat membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah di tetepkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping individu (Nursalam, 18 2008).

3.5. Evaluasi
Menurut Rohmah (2008) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya telah berhasil dicapai. Ada dua jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan
keperawatan yaitu :
a. Evaluasi Formatif Yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi
pada etiologi dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai.
b. Evaluasi Sumatif Yaitu evaluasi yang telah dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatansecara paripurna berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskankeberhasilan atau ketidakberhasilan dan rekapitulasi dan kesimpulan
statuskesehatan klien dengan kerangka waktu yang ditetapkan (Rohmah, 2009).

Melalui evaluasi memungkinkan perawat atau memonitor kealfaan yangterjadi selama


tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaantindakan. Adapun evaluasi
yang menggunaknan pendekatan dengan format
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja.Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak.Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetepi 19 pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak lakilaki.

Penyebab yang pasti tidak diketahui .bukti- bukti mendukung bahwa osteosarkoma
merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang sekunder merupakan metastase
dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada payudara paru, prostat, ginjal dll.

Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan tumor
tulang yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri (ringan dan kadang-
kadang sampai konstan dan berat). Kecacatan yang berfariasi, dan pada suatu saat adanya
pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malise, demam dapat terjadi.
Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik. Bila terjadi
kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat. Deficit neurologik (misalnya
: nyeri progresif, kelemahanerjadinya patah tulang patologik.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 (Keperawatan
Dewasa).

Yokyakarta: Nuha Medika Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan keperawatan


profesional. Jakarta: EGC Pearce.C Evelyn, 2009.

asuhankeperawatanosteosarkoma/http://alam414m.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-
askeposteosarcoma.html

http://agusnadianus.blogspot.com/2012/05/askep-osteosarkoma-agus-nadianus-skep.html

https://www.scribd.com/document/487693601/ASKEP-OSTEOSARKOMA

Anda mungkin juga menyukai