Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL DISKUSI

KELOMPOK 5

DISUSUN OLEH:

NAMA MODERATOR: PUTRI HANDAYANI

NAMA PEMBAWA MATERI: REZKI ARDHANA

NAMA NOTULEN: RAHMI AYU NINGTIAS

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5 :

PUTRI HANDAYANI (P00324020083)

RAHIMA (P00324020084)

RAHMI AYU NINGTIAS (P00324020085)

REGITA PUTRI MAHARANI (P00324020086)

REZKI ARDHANA (P00324020087)

RIRIN (P00324020088)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI

D-III KEBIDANAN

T.A 2021
1. Pertanyaan dari LALA ZULFIANI ( P00324020071) dari kelompok III
 Pertanyaan :
Seperti yang kita ketahui bahwa batas pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah 0-6
Bulan.Namun di lingkungan sekitar sering ditemui kasus anak usia 2 tahun atau lebih
masih mengonsumsi ASI,Apakah ada dampak yang akan ditimbulkan pada bayi jika
masih menyusu disaat usianya sudah memasuki 2 tahun atau lebih.Serta Apakah ada
hubungan tentang makanan yang di konsumsi ibu terhadap kualitas dan segi rasa ASI
yang dihasilkan?
 Di jawab oleh Ririn (P00324020088)
 Jawabannya :
Dampak menyusui anak melewati usia 2 tahun dapat meningkatkan risiko bayi
mengalami kerusakan gigi, terlebih jika kebersihan giginya tidak terjaga. Setidaknya ada
48 persen anak mengalami kerusakan gigi karena tetap menyusu di usia lebih dari 2
tahun.
Tapi, setelah 6 bulan, pemberian ASI eksklusif bukan berarti harus berhenti. ASI tetap
dapat diberikan kepada bayi hingga usianya 2 tahun. Pemberian ASI hingga usia bayi 2
tahun justru banyak memberikan manfaat.
1. Memberikan nutrisi kepada bayi
2. Meningkatkan sistem imun
3. Meningkatkan perkembangan otak
4. Ibu jadi lebih sehat
5. Menangkan bayi dan ibu.
Menurut Dr. Samuel Oetoro, SpGK, dokter spesialis gizi, tidak ada batasan umur
seseorang bisa mengonsumsi ASI, meskipun si anak telah menginjak usia remaja
sekalipun.
Mengenai hubungan tentang makanan yang dikonsumsi ibu terhadap kualitas dan segi
rasa asi yang dihasilkan mungkin untuk Kualitas kandungan gizi di dalam ASI tidak
dipengaruhi oleh asupan makanan dan minuman harian ibu menyusui. Namun, rasa dan
aroma ASI ternyata dapat dipengaruhi oleh makanan ibu menyusui. Saat ibu makan buah
dan sayuran, bayi juga bisa merasakan rasa dari makanan tersebut dari ASI.
 Ditambahkan oleh REGITA PUTRI MAHARANI (P00324020086)
 Jawabannya :
Kandungan zat gizi ASI meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga mineral.
Air susu ibu atau ASI yang pertama kali diberikan kepada bayi bernama kolostrum.

Kolostrum adalah cairan ASI yang keluar paling awal di beberapa hari pertama sejak
Anda melahirkan. Berbeda dengan warna ASI yang putih seperti susu pada umumnya,
warna cairan kolostrum tidaklah demikian.Berdasarkan American Pregnancy
Association, berbagai manfaat kolostrum untuk bayi adalah sebagai berikut:

 Membantu menguatkan sistem imun bayi yang baru lahir.


 Membentuk lapisan pada perut bayi guna mencegah serangan patogen penyebab
penyakit, seperti bakteri dan virus.
 Bersifat laksatif yakni membantu pencernaan bayi untuk mengeluarkan
mekonium (feses pertama yang berwarna gelap).
 Membantu mencegah sakit kuning pada bayi dengan cara mengeluarkan zat-zat
sisa berbahaya dari tubuh bayi.
 Memberikan zat gizi yang cukup dan dibutuhkan oleh bayi untuk perkembangan
dan pertumbuhan otak, mata, dan jantung bayi.
 Memiliki kandungan protein yang tinggi dan berkualitas, rendah gula, kaya akan
lemak baik dan vitamin.
 Jumlah kandungan zat gizi nya pas dan sesuai untuk bayi sehingga mudah dicerna
oleh perut bayi yang baru lahir.
 Mencegah kadar gula darah rendah pada bayi.
 Setelah habis, kolostrum akan tergantikan oleh cairan ASI berwarna putih susu
seperti pada umumnya.
2. Pertanyaan dari HILDA YANTI (P00324020067) dari kelompok II
 Pertanyaan :
Apa saja keuntungan dan kerugian menggunakan metode evidence based midwifery
(EBM) dalam tatanan praktik kebidanan?
 Dijawab oleh RAHIMA (P00324020084)
 Jawabannya :
Keuntungan :
1) Praktik berdasarkan penelitian merupakan penggunaan yang sistematik ilmiah
dari penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan tentang asuhan
pasien secara individu.
2) Hal ini menghasilkan yang efektif dan tidak selalu melakukan intervensi.
3) kajian ulang intervensi secara historis memunculkan asumsi bahwa sebagian
besar komplikasi obstetri yang mengancam jiwa bisa diprediksi atau dicegah .
4) Intervensi harus dilaksanakan atas dari dasar indikasi yang spesifik bukan
sebagai sebab test-test rutin obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat
membahayakan ibu maupun janin.
5) Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi
yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
Kerugian :
1) Waktu yang terbatas dalam melakukan penelitian.
2) Kurangnya mentor pengetahuan.
3) Kurangnya kesadaran tentang praktik berbasis bukti laporan tidak ada akses .
3. Pertanyaan dari WA ODE SARTINI (P00324020098) dari kelompok VII
 Pertanyaannya :
Mengapa kita memerlukan EVIDENCE BASED dalam pelayanaan kebidanan?
 Dijawab oleh RAHMI AYU NINGTIAS (P00324020085)
 Jawabannya :
Ada beberapa alasan utama mengapa Evidance Based diperlukan:
1) Bahwa informasi yang selalu diperbarui (update) mengenai diagnosis, prognosis,
terapi dan pencegahan, promotif, rehabilitatif sangat dibutuhkan dalam praktek
sehari-hari. Sebagai contoh, teknologi diagnostik dan terapi selalu disempurnakan
dari waktu ke waktu.
2) Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam textbook)
tentang hal-hal di atas sudah sangat tidak adekuat pada saat ini; beberapa justru
sering keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang
disampaikan oleh duta-duta farmasi/detailer), tidak efektif (misalnya continuing
medical education yang bersifat didaktik), atau bisa saja terlalu banyak, sehingga
justru sering membingungkan (misalnya majalah (journal-journal) biomedik/
kedokteran yang saat ini berjumlah lebih dari 25.000 jenis).
3) Dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang, maka
kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi
(clinical judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang bersamaan,
kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya informasi yang dapat diakses) serta kinerja
klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun secara bermakna (signifikan).
4) Dengan meningkatnya jumlah pasien, waktu yang diperlukan untuk pelayanan
semakin banyak. Akibatnya, waktu yang dimanfaatkan untuk meng-update ilmu
(misalnya membaca journal-journal kedokteran) sangat kurang.

Anda mungkin juga menyukai