Anda di halaman 1dari 76

BAHAN KAJIAN MATA KULIAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

1. Konsep Antropologi Kesehatan


2. Sejarah Antropologi Kesehatan
3. Proses Sosial dan Interaksi Sosial dan stratifikasi sosial
4. Konsep-konsep budaya dan unsur-unsur kesehatan
5. Pranata Sosial dan Norma-norma Kemasyarakatan
6. Perkembangan antropologi kesehatan
7. Konsep sehat sakit dalam kajian antropologi dan dalam kajian medis
8. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi pranikah dan pernikahan
9. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antopologi perawatan kehamilan
10. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi persalinan
11. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi perawatan bayi
12. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi perawatan masa nifas
13. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi perawatan ibu menyusui
14. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian ntropologi penggunaan kontrasepsi dan
kesehatan reproduksi
TUGAS KELOMPOK

1. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi pranikah dan pernikahan


2. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antopologi perawatan kehamilan
3. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi persalinan
4. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi perawatan bayi
5. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi perawatan masa nifas
6. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian antropologi perawatan ibu menyusui
7. Unsur-unsur sehat sakit dalam kajian ntropologi penggunaan kontrasepsi dan
kesehatan reproduksi
TUGAS KELPMOK
PETUNJUK : BUAT MAKALAH
ISI MAKALAH :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Ligkup
C. Tujuan Makalah
D. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
A. KEBIASAAN MASYARAKAT
B. TINJAUAN TEORI

BAB III KASUS

A. Contoh Kasus (Pilih salah satu suku Sultra)


B. Pembahasan Kasus

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
FORMAT PENILAIAN

Nama Kelompok :

Presentasi kasus :

Tgl Presentase :

Komponen Penilaian Nilai


A Isi Makalah 1 2 3
Bab I
Bab II
Bab III
Bab IV
B Presentasi
C Tanya Jawab
Total Nilai

Ket :

Nilai 1 : Tidak lengkap

Nilai 2 : Dengan perbaikan

Nilai 3 : Lengkap

POKOK BAHASAN I
1.1 Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Antropologi.
Pengertian Antropologi. Antropologi adalah studi tentang semua aspek manusia di
semua waktu dan semua tempat di muka bumi. Antropologi adalah disiplin yang relatif
muda. Para antropolog baru mulai hidup dengan orang-orang di tempat-tempat yang jauh
di akhir 1800-an. Dibandingkan dengan pengetahuan kita tentang hukum-hukum fisika
alam, kita tahu lebih sedikit tentang orang, tentang bagaimana dan mengapa mereka
berperilaku seperti yang mereka lakukan. Antropologi itu dan ilmu-ilmu lain yang
berurusan dengan manusia mulai mengembangkan hanya relatif baru-baru ini tidak dengan
sendirinya sebuah alasan yang cukup untuk pengetahuan kita kurang dari pada ilmu fisika.
Mengapa, dalam pencarian kita akan pengetahuan. Dari semua jenis, apakah kita
menunggu begitu lama untuk belajar sendiri?
Leslie White telah menyarankan fenomena itu paling jauh dari kami dan paling tidak
signifikan penentu perilaku manusia adalah yang pertama dipelajari. Alasannya, dia
menduga, adalah karena manusia suka menganggap diri mereka sebagai benteng kehendak
bebas, tidak tunduk pada hukum alam. Karena itu, White menyimpulkan, tidak perlu
melihat diri kita sebagai benda yang akan dijelaskan. Gagasan bahwa tidak mungkin
untuk memperhitungkan perilaku manusia secara ilmiah, baik karena tindakan kita dan
kepercayaan terlalu individualistis dan kompleks atau karena manusia hanya dapat
dimengerti di istilah dunia lain, adalah gagasan pemenuhan diri. Kita tidak dapat
menemukan prinsip yang menjelaskan perilaku manusia jika kita tidak percaya prinsip-
prinsip seperti itu ada juga tidak repot-repot mencari mereka. Hasilnya dipastikan dari
awal; tidak percaya pada prinsip-prinsip perilaku manusia akan diperkuat oleh kegagalan
untuk menemukan mereka. Jika kita ingin meningkatkan pemahaman kita tentang
manusia, pertama kita harus percaya itu mungkin untuk melakukannya.
Jika kita bertujuan untuk memahami manusia, itu penting kami mempelajari manusia
di segala waktu dan tempat. Kita harus mempelajari manusia purba dan manusia modern.
Kita harus mempelajari budaya dan biologinya. Bagaimana lagi dapatkah kita memahami
apa yang benar dari manusia pada umumnya atau bagaimana mereka dapat bervariasi? Jika
kita belajar saja masyarakat kita sendiri, kita hanya bisa membuat penjelasan yang terikat
budaya, bukan umum atau berlaku untuk sebagian besar atau semua manusia. Antropologi
adalah berguna, kemudian kita, pada tingkat yang berkontribusi pada pemahaman
manusia di mana-mana.
Sejarah perkembangan Antropologi, awali dengan sepintas penjelasan tentang
Lahirnya Ilmu Pengetahuan.
1.1.1 Lahirnya Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan bermula dari pemahaman manusia terhadap ilmu alam dan filsafat.
Pemahaman manusia terhadap ilmu alam menimbulkan revolusi atau perubahan cepat
dalam segala aspek kehidupan manusia. Revolusi dimaksud diantaranya adalah: a)
revolusi industri (di Inggris). b) Revolusi Prancis. Lahirnya kedua revolusi tersaebut
menyebabkan terjadinya perubahan cepat dalam kehidupan manusia, dan melahirkan
banyak dampak yang negatif yang tidak dapat diselesaikan secara filsafat. Kedua revolusi
itu merupakan faktor langsung lahirnya terorisasi sosiologi. Dampak yang di timbulkan
oleh revolusi itu tehadap begitu besar dan munculnya perubahan-perubahan positif. Pada
masa revolusi inilah awal lahirnya kapitalisme. Lahirnya kapitalisme tidak semua
membawa manusia ke arah perubahan yang yang positif. Timbullah gagasan terhadap
perlunya ilmu sendiri yang khusus membahas manusia, disebut Sosiologi.
1.1.2 Lahirnya Sosiologi  
Pemuka pemikiran sosiologi adalah Auguste Comte, Emile Durkheim, Maximilian
Weber (Max Weber), Claude Henri de Rouvroy, comte de Saint-Simon, sering disebut
sebagai Henri de Saint-Simon, Karl Marx, Pitirim Alexandrovich Sorokin, George Herbert
Mead, Charles Horton Cooley dan sebagainya. Menurut Comte suatu ilmu pengetahuan
bersifat positif apabila ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-
gejala dan konkret, tanpa ada halangan dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Sejarah
sosiologi berasal dari ilmu filsafat yang lahir pada saat-saat terakhir ilmu pengetahuan.
Sosiologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri karena meningkatnya perhatian terhadap
kesejahteraan masyarakat dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Sosiologi menurut
Comte, harus di bentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan
spekulasi. Sosiologi lahir pada abad 19 yaitu pada saat transisi menuju lahirnya masyarakat
baru yang ditandai beberapa peristiwa atau perubahan besar.
Dalam situasi masyarakat baru terjadi berbagai gejolak di dalam kehidupan
bermasyarakat, termasuk peperangan-peperangan. Secara garis besarnya, terjadinya
masyarakat baru dimaksud disebabkan oleh revolusi kehidupan manusia, adalah sebagai
berikut.
A. Revolusi industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 dimana terjadi
perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di dunia;
B. Revolusi Prancis; terjadi pada 1789–1799), adalah suatu periode sosial radikal dan
pergolakan politik di Prancis yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Prancis
dan lebih luas lagi, terhadap Eropa secara keseluruhan.
1.1.3 Lahirnya Antropologi
Antropologi sebagai ilmu pengetahuan memisahkan diri dari Sosiologi setelah Bronislaw
Kasper Malinoswki seorang tentara Inggri yang dibuang di Kepulaun Trobrian di
Samudera Pasifik. Malinoswki sendirian memperhatikan perilaku keseharian oranmg-
orang di sana sangat berbeda dengan perilaku keseharian orang-orang Inggris. Malinoski
belajar bahasa lokal, mencatat perilaku, sikap, persepsi, kepercayaan, harapan/cita-cita,
tentang evolusi atau perubahan dari budaya mereka. Antropologi meneliti topik-topik
seperti bagaimana orang hidup, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka hasilkan, dan
bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan tempat tinggal mereka, perilaku apa
yang harus dipelajari oleh anggota masyarakat, gagasan (termasuk kepercayaan, sikap,
nilai, dan cita-cita) yang merupakan karakteristiknya. Malinoswki mengamati terus
menerus hingga 24 jam kurang lebih 4 tahun (antara tahun 1915 sampai 1918). Jika
dilarang mengamatinya, dia kembali ke kosnya untuk membaca novel kesukaannya.
Setelah dibolehkan untuk mengamati, Malinowski kembali mengikuti perjalanan hidup
orang-orang Trobrian. Yang paling menarik bagi Malinowski adalah sekali satahun
orang-orang secara bersama-sama dengan taatnya berlayar mengelilingi kepulauan
Trobrian berlawanan dengan arah jarum jam. Malinoswki bertanya tentang maksud
perjalanan itu, dia mendapatkan informasi bahwa kegiatan mengelilingi kepulauan
adalah Berdagang Kula. Malinoswki terheran-heran. Malinoswki bertanya tentang maksud
Berdagang Kula itu. Malinoswki mendapatkan informasi bahwa Berdagang Kula bukan
untuk mendapatkan keuntungan melainkan untuk mendapatkan gengsi. Gengsi diperoleh
melalu perebutan perhiasan yang terbuat dari kerang-kerangan yang disebut Mwali dan
Sulava.
Malinoswki bertanya, mengapa berdagang di Inggris berbeda dengan berdagang di
Trobrian? Berdagang di Inggris harus ada barang, ada jasa, ada penyusutan barang, ada
keuntungan, ada nilai barang, dan sampai pada sebuah kesimpulan bahwa berbeda suku
bangsa berbeda pula kebudayaan. Untuk menemukan kebudayaan suatu suku bangsa
harus melakukan penelitian dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan
berperanserta. Jika hanya dengan cara-cara metode sosiologi selama ini melalui teknik
pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner lalu jawabannya diolah dengan
angka-angka statistik akan sulit menemukan kebudayaan suku bangsa yang dipelajari.
Para ilmuwan sosial pengikut Malinowski bersepakat memisahkan diri dari Sosiologi
dengan berdiri sendiri diberi nama Antropologi. Kata Antropologi diambil darari
bahasa Yunani: anthropos = manusia/orang; logos = ilmu. Antropologi telah berdiri
sendiri sebagai ilmu pengetahuan karena telah memiliki metode penelitian sendiri disebut
etnografi. Kata etnos = suku bangsa; graphy = pelukisan. Kata etnografi artinya
adalah pelukisan suku bangsa.
Selain terdapatnya perbedaan dalam sistem ekonomi pada masyarakat di muka bumi,
ternyata juga terjadi perbedaan kepribadian.
Contoh lain yang mendukung perbedaan masyarakat berbeda kebudayaan adalah
terjadi bantahan terhadap teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah
cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai
studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. ... suatu ilmu pengetahuan sistematis
mengenai perilaku manusia, suatu metode perlakuan terhadap penyakit psikologis atau
emosional. Salah satu teorinya adalah Kompleks Oidipus (Oedipus Complex). Dalam
aliran Psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan
psikoseksual pada masa anak-anak ketika hasrat anak untuk secara seksual memiliki orang
tua dengan jenis kelamin berbeda (misalnya laki-laki tertarik kepada ibunya dan
menganggap ayahnya sebagai saingan/oedipus kompleks, sedangkan perempuan tertarik
kepada ayahnya dan menganggap ibunya sebagai saingan/oedipus elektra). Nama ini
diambil dari mitos Yunani tentang Oidipus yang tanpa diketahui membunuh ayahnya,
Laios. Kemudian ia menikahi ibunya, Iokaste. Teori itu dibantah oleh para tokoh
antropologi, diantaranya Ruth Furton Benedict, Margart Mead, dan lain-lain. Ruth
Benedict dengan teorinya Patterns of Cultue (poal-pola kebudayaan). Maksudnya bahwa
pola-pola tingkah lahu anak-anak pada sebuah masyarakat tergantung pada pola
pengasuhannya. Pola pengasuhan anak pada masyarakat barat adalah ayah sebagai kepala
keluarga dan berlaku otoriter di dalam keluarga. semua anggota keluarga harus tunduk
dan patuh kepada ayah tanpa diskusi.
Murid Benedict diantaranya Margaret Mead dengan teorinya tentang masalah aqil
balig. Mead memusatkan studinya pada masalah-masalah asuhan terhadap anak,
kepribadian dan kebudayaan. Temuan-temuannya yang ditulisnya dalam bukunya yang
pertama, Coming of Age in Samoa (Menjadi Dewasa di Samoa) (1928), salah satu contoh
adalah masyarakat Samoa tidak terjadi Oedipus Complex dan Oedipus elektra pada anak-
anak laki-laki dan perempuan karena menganut sistem kekerabatan matrilineal yaitu
kepala kelaurga adalah Ibu. Posisi/status ayah sama dengan posisi status anak-anak hanya
sebagai anggota keluarga biasa. Ayah biasa bermain dengan anak-anak sebagai teman
biasa dalam satu keluarga.

Di desa Heliconia yang di teliti di Colombia, menemukan bahwa manusia baru mencapai
tinggi maksimum setelah umur 26 tahun (Stini 1971 : 1025). Walaupun laki-laki maupun
wanita mencapai proporsi tubuh yang normal, penduduk tersebut di tandai oleh
“miniaturisasi umum” yaitu pengurangan yang proporsional dalam ukuran tubuh pada
semua warga populasi yang mempunyai sumber-sumber protein yang amat terbatas akan
bersifat adaptif. Berkurangnya ukuran tubuh sperti yang terdapat di kalangan banyak
petani di daerah tropik. “lebih nampak sebagai suatu contoh dari evolusi yang sedang
dalam proses, yakni suatu contoh tentang penyesuaian atau plastisitas manusia, dari pada
sebagai adaptasi murni dalam artian genetik” (Ibid, 1027).

MANUSIA DAN EVOLUSI


Evolusi merupakan salah satu teori maupun cabang dalam khazanah ilmu pengetahuan.
Teori evolusi menyatakan terjadinya sebuah perubahan makhluk hidup atau spesies secara
gradual (perlahan-lahan).
Perubahan yang dihasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan
spesies atau makhluk hidup yang baru (Wahyudi Sutrino: 2015). Perubahan-perubahan
yang terjadi tersebut di titikberatkan pada perubahan dari sifat-sifat yang terwariskan dari
satu generasi ke generasi-generasi berikutnya yang disebabkan oleh kombinasi dari tiga
faktor utama yaitu variasi, reproduksi dan seleksi (Ucu Yunu Ardhi: 2012).
Evolusi sampai saat ini masih jadi perdebatan di berbagai kalangan ilmuwan. Pangkal teori
evolusi adalah pengamatan fakta dan bukti berupa fosil yang umumya tidak utuh dengan
jumlah yang sangat sedikit yang kemudian direkonstruksi.
Berbagai kendala dan perbedaan kemampuan para pakar evolusi dalam merekonstruksi
fosil sebagai bukti evolusi mengakibatkan interpretasi yang berbeda-beda di kalangan ahli
dalam memaknai fosil. Perbedaan ini yang menyebabkan terjadinya konflik opini tentang
teori evolusi (Prastiwi, 2009).
Dengan begitu, teori tentang evolusi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan
pengetahuan yang berkaitan dengan teori tersebut. Saat ini, terdapat berbagai macam versi
mengenai teori evolusi yang berkembang di kalangan ilmuwan (Yockey, 2005). 
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa di masa yang akan datang semakin banyak
versi tentang teori evolusi. Teori evolusi menjadi sebuah teori yang tenar ketika
dipopulerkan oleh seorang ilmuwan Inggris Charles Darwin (1809-1882).
Teori evolusi Darwin dihasilkan dari sebuah ekspedisi yang dilakukan pada saat pelayaran
menjelajahi daratan maupun lautan Amerika Selatan yang dijelaskan dalam bukunya The
On the Origin of Species. Bahkan Pada zaman Yunani kuno juga sudah ada yang
menyampaikan gagasan evolusinya seperti Thales, Anaximander, Phytagoras, Xantus,
Empedocles, dan lainnya.
Tetapi, apakah kamu tahu siapa yang pertama kali menggagaskan teori evolusi? Bukankah
selama ini yang kita ketahui Bapak Evolusi berasal dari ilmuwan Barat bernama Charles
Darwin?
Padahal, tahukah kamu bahwa ternyata orang yang pertama kali menemukan gagasan
evolusi adalah Abu Uthman Amr Ibnu Bahr Al-Kinani Al-Bashri, atau yang lebih dikenal
dengan nama Al-Jahiz.
Al-Jahiz lahir di kota Basrah pada tahun 160 H/ Februari 776 M. Beliau adalah seorang
cendekiawan muslim  Afrika-Arab yang berasal dari Afrika Timur.
Banyak yang tidak mengetahui bahwa ilmuwan ini lahir dari keluarga pedagang ikan.
Tumbuh dan kembang di lingkungan sederhana bahkan bisa dikatakan miskin, namun itu
tidak menjadi penghalang baginya untuk menuntut imu.
Al-Jahiz menempuh masa pendidikan selama 25 tahun sehingga memperoleh banyak ilmu
pengatahuan tentang litertur Arab, biologi, zoologi, filsafat, sejarah psikologi, teologi
muktaziliyah dan polemik-polemik politik religi. Ahli zoologi terkemuka dari Basrah, Irak
ini sangat terkenal di kalangan ahli zoologi muslim dan Barat. 
Perjalanan karier Al-Jahiz dimulai dengan tulisannya mengenai intsituisi kekhalifahan,
beliau menulis artikel tersebut semasa hidup di kota Basrah. Sejak itu, ia telah menulis
ratusan buku yang membahas berbagai subjek termasuk tata bahasa Arab, zoologi, puisi,
leksikografi dan retorika.
Diantara karya-karyanya adalah :
a. Al-hayaawan 
Kitab Al-Hayawaan merupakan ensiklopedia tentang berbagai jenis binatang yang terdiri
atas tujuh volume yang menjelaskan 350 jenis hewan. 
b. Al-Bukhala ( Book of Misers or Avarice and the Avaricious).
Karya ini merupakan salah satu contoh gaya menulis prosa Al-Jahiz sesunggunya. Kitab
ini mengupas tentang psikologi manusia. Dalam kitab ini juga terdapat kumpulan cerita
tentang ketamakan dengan gaya penulisan yang humoris dan menyindir.
c. Al-Bayan wa Al-Tabyin (The Book of eloquence and demonstrations).
Kitab ini adalah retorika yang ditulis Al-Jahiz. Ia memaparkan tentang teknik pidato, sya'ir
kepahlawanan, gaya berbicara, teknik debat, serta tips-tips berkomunikasi lainnya. 
d. Moufakhorat Al-Jawari wal Ghilman (The Book of dithyramb of concubines and
ephebes)
Dalam kitab ini Al-Jahiz memaparkan ada dua tipe jariya. Dalam bahasa Arab jariya
bentuk jamak dari kata 'jawari' yang berarti seorang pelayang wanita. Dan kata 'ghilman'
bentuk jamak dari kata 'ghaulan' yang berarti seorang pelayan laki-laki muda. Buku ini
menarik perhatian karena memparkan cerita erotis masyarakat Arab. 
e. Risalat mufakharat al-Sudan 'ala al-bidan (Superiority Of The Blaks To The Whites). 
Kitab ini menceritakan tentang keunggulan si hitam dari putih. Sebuah kisah akan
keperkasaan kulit hitam dibanding dengan kulit putih. 
Namun diantara karya-karyanya tersebut yang paling terkenal adalah kitab Al-Hayawaan.
Dalam kitab itu ia mengungkapkan sederet teori penting dalam biologi seperti evolusi,
strunggle for existence, rantai makanan, serta seleksi alam. Al-Jahiz secara khusus
menguraikan teori evolusinya secara empiris dan ilmiah. 
Al-Jahiz orang pertama yang mengeluarkan ide habitat hewan mempengaruhi kehidupan
dan bentuknya yang di kemudian hari menjadi teori dasar dari pembentukan teori evolusi
Darwin. Al-Jahiz juga yang pertama kali membahas tentang rantai makanan dan menulis
bahwa "Nyamuk akan pergi mencari makanan mereka secara naluri yaitu darah yang
membuat mereka tetap hidup.
Begitu mereka melihat gajah, kuda nil, atau hewan lain, mereka tahu bahwa kulit telah
dibentuk untuk melayani mereka sebagai makanan, dan jatuh ke atasnya, mereka
menusukkan giginya sampai dia yakin ke dalamnya telah cukup untuk menghisap darah
begitu juga dengan yang lainnya." Dan pada kesimpulannya, semua hewan tidak dapat
bertahan hidup tanpa makanan. Ada yang memburu dan ada yang diburu.
 Al-Jahiz juga menulis dengan jelas bagaimana hewan yang lebih besar bisa menakuti
hewan yang lebih kecil ukurannya. Semua hewan kecil akan memakan hewan yang lebih
kecil darinya dan hewan yang lebih besar tidak bisa memakan hewan yang lebih besar
lainnya. Ini adalah hukum eksistensi, tulisnya dalam kitab tersebut. 
Karya ini bahkan mendeskripsikan mimikri, cara komunikasi, serta tingkat kecerdasan
serangga dan hewan lainnya. Misalnya, menjelaskan organisasi semut yang saling bekerja
sama dan bagaimana mereka menyimpan makanan dan menjaganya di sarang.
Penjelasan ini berdasarkan atas pengalaman dan pengamatanya sendiri. Dan berkat teori-
teorinya yang begitu cemerlang Al-Jahiz pun dikenal sebagai ahli biologi terbesar yang
pernah lahir di dunia islam.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kitab Al-Hayawaan memuat tiga hal penting dalam
evolusi yang juga dituliskan dalam buku The Origin of the Species. Yaitu, hewan-hewan
berjuang hidup untuk bertahan hidup, bertransformasi menjadi spesies, dan mengatasi
faktor-faktor lingkungan. Menurut Al-Jahiz bahwa satu spesies bisa mengalami perubahan
yang relatif panjang sehingga memunculkan spesies baru.
Dengan demikian, kitab Al-Hayawaan berpengaruh bagi ilmuwan setelahnya untuk
mengembangkan teori evolusi yang terus berubah sesuai dengan perkembangan ilmu dan
pengetahuan serta membuktikan bahwa Al-Jahiz lah ilmuwan yang pertama kali
mengagaskan teori evolusi jauh sebelum Charles Darwin dan yang lainnya. 

SEJARAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

Tahun 1849 Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849
menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang
sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur
sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri
sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit, maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian
tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang
Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari
sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.

Tahun 1953

Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada


tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Tahun 1963

Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul


membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran
dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi
ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini
adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Science  yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari
yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya
sistem medis bagi Antropologi. Mengapa demikian, budaya merupakan hasil karya
manusia.

Budaya lahir akibat adanya interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mereka hasilkan. Budaya manusia juga akan ikut berkembang dan berubah dari masa
ke masa. Hal ini terjadi  pula pada budaya kesehatan yang ada pada masyarakat.
Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu
berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang.

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam
masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan melakukan persalinan minta
bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih
banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba
canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam
kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya
informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan
membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa
melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun
orang lain.

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang
berarti ilmu. Menurut Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti “ilmu
tentang manusia.” Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-
unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan
(Solita Sarwono, 1993).
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit


dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-
obatan) dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit
pada manusia sekarang ini. (Landy, 1977). Landy juga menyatakan bahwa terdapat
tiga generalisasi yang pada umumnya disetujui oleh ahli antropologi, yaitu:

1. Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan kenyataan universal dari


kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat dan
masyarkaat,

2. Kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang


teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan
atau merespon penyakit,

3. Kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian


dan persepsi yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan
atau menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan
budaya yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap
kesehatan dan penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.

PALEOPATOLOGI
Ahli-ahli patologi, anatomi dan ahli-ahli antropologi fisik sudah mempelajari banyak
mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka pada manusia purba. Pada umumnya, hanya
penyakit-penyakit yang menunjukkan bukti-bukti yang nyata pada tulang saja yang
dapat di identifikasikan. Teknik terbaru dalam penyaki-penyakit manusia purba adalah
penggunaan kotoran manusia (coprolites) yang apabila disusun kembali dapat
memberikan informasi yang tiada ternilai mengenai ada atau tidaknya parasit-parasit
intestin. Coprolite juga memberikan informasi yang menarik mengenai jenis makanan
manusia purba, terutama mengenai biji-bijian dan jenis gandum lain yang dimakannya.
Penyebab timbulnya sakit dari manusia purba yaitu oleh jenis-jenis patogen dan faktor-
faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami manusia modern.
Dan juga disebabkan oleh hubungan manusia yang akrab dengan ternak-ternak, yang
mungkin sekali menularkan patogen baru.
Pendahuluan

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang 
menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: 1) penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan
(misfortunes), 2) dibeberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir, 2) kelompok healersditemukan dengan
bentuk yang berbeda disetiap kelompok masyarakat, 3) healers mempunyai peranan
sebagai penyembuh, dan 4) adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau
penyakit tidak secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun
masyarakat.
Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20, pada
tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan
prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia
menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-
syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 padangan
dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem
kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan
dalam bentuk lima generalisasi yaitu 1) studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah
sifat tunggal melainkan konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt
dimana pola medis berada dalam totalitas tersebut, 2) ada begitu banyak pengobatan
primitif, 3) bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara
fungsional saling berkaitan, 4) pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan
kepercayaan dan definisi budaya, dan 5) manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi
seluruhnya merupakan pengobatan gaib.
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog—
perilaku sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit explanatory model ), peran dan karir
seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien,
penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu
kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai
macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia
dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional
antropolog dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan
melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya
dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di
masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan
kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di
komunitas tempat tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‘antropologi dari
obat” (segi teori) dan ‘Antropologi dalam pengobatan’ (segi praktis atau terapan).

Definisi Antropologi Kesehatan Menurut Ahli


Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang Antropologi Kesehatan. Di bawah
ini dijelaskan dari masing-masing definisi Antropologi Kesehatan tersebut. Pemaparannya
diurutkan menurut tahun definisi tersebut dikeluarkan.

Hasan dan Prasad (1959)


Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik
tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-
historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan
masalah-masalah kesehatan manusia.

Weaver, (1968)
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani
berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.

Hochstrasser dan Tapp (1970)


Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya,
yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.

Fabrga (1972)
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai faktor yaitu
mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara
dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap
sakit dan penyakit, dan juga mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan
penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku.

Lieban (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang dipengaruhi oleh
sosial dan kultural, dan fenomena sosial dan kultural diterangi oleh aspek-aspek medis.
Faktor-faktor sosial dan kultural membantu menentukan etiologi penyakit dan
penyebaran melalui pengaruh mereka dalam hubungan antara populasi manusia dan
lingkungan alamnya, atau melalui pengaruh langsung pada kesehatan populasi.
Dalam pemahaman Lieban, kesehatan dan penyakit adalah pengukuran efektivitas
dengan dimana kelompok manusia menggabungkan sumber daya kultural dan biologikal,
menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Lieban menyebutkan bahwa pada hakekatnya
ada empat macam area utama dalam atropologi kesehatan yaitu ekologi dan
epidemi, ethnomedicine, aspek medis dari sistem sosial, dan perubahan medis dan kultural.

Landy (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit
dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan)
dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia
sekarang ini.
Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya
disetujui oleh ahli antropologi, yaitu: 1) penyakit dalam beberapa bentuk merupakan
kenyataan universal dari kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat
dan masyarkaat, 2) kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang
teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan atau
merespon penyakit, 3) kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan,
pengertian dan persepsi yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan
atau menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan budaya yang
berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap kesehatan dan penyakit, dan
juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.

Foster dan Anderson (1978)


Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit pada manusia.
Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas disebutkan bahwa
antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah
kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya. Pokok-pokok perhatian kutup biologi yang dimaksud Foster/Anderson adalah 1)
Pertumbuhan dan perkembangan manusia, 2) Peranan penyakit dalam evolusi manusia,
dan 3) Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba). Sedangkan pokok
perhatian pada kutup sosial-budaya meliputi 1) Sistem medis tradisional (etnomedisin), 2)
Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka, 3) Tingkah laku
sakit, 4) Hubungan antara dokter pasien, dan 5) Dinamika dari usaha memperkenalkan
pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.
Foster dan Anderson (1978), menyatakan bahwa antropologi kesehatan kontemporer
dapat ditemukan pada empat sumber daya yang berbeda yaitu Antropologi Fisik,
Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik Internasional.
Foster dan Anderson (1987), mengatakan bahwa lingkungan bio-cultural yang paling
baik dipelajari adalah dari sudut pandang ekologi. Sejak Perang Dunia II, ahli antropologi
banyak yang berpindah ke studi lintas budaya sistim medis, bioekologi dan faktor-faktor
sosio-budaya yang mempengaruhi timbulnya kesehatan dan penyakit.
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah
epidemiologi, dimana tingkahlaku  individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan
dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda.  Misalnya
pada masyarakat yang tinggal di daerah beriklim tropis, penyakit malaria  bisa berkembang
dan menyerang mereka sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit
ini, atau di daerah di atas 1700 meter permukaan laut penyakit malaria tidak ditemukan.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan
bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam
berdarah, TBC, dll. pada umumnya terdapat pada negara-negara berkembang,
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar
mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi
ini dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam
mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan hidup manusia contohnya
adalah penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29).

McElroy dan Townsend (1985)


Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial
dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang
pemahaman dan merawat penyakit.
McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan
pentingnya adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli
antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan
dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari
masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan
dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis,
Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik
Antropologi.

Kesimpulan
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik
kesimpulan bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa
pencegahan, pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini
yang berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin
ilmu (interdisipliner).
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang
berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir,
penyembuhan penyakit.
Tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan
yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas
tempat tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu yang
saling berhubungan dan keterkaitan.

Bahan Bacaan

Allan Yooung. 1980. An Anthropological Perspective on Medical Knowledge. The Journal


of Medicine and Philosophy.
Chapter 1: Intoduction. The Field of Medical Anthropology
Foster/Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan, terj. UI-Press: Yogyakarta
The Field of Medical Anthropology
PENYAKIT DAN EVOLUSI

Pada tahun-tahun terakhir, orang Amerika telah membaca penyakit baru bagi mereka
yang dikenal sebagai anemia sel-sabit (sickle-cell anemia). Penyakit tersebut di tandai
oleh sel darah merah yang mengambil bentuk sabit (sickle), tidak bulat seperti biasanya
dan bersifat genetik. Mereka mengalami hal itu karena gigitan nyamuk anopheles.

MAKANAN DAN EVOLUSI

Di desa Heliconia yang di teliti di Colombia, menemukan bahwa manusia baru


mencapai tinggi maksimum setelah umur 26 tahun (Stini 1971 : 1025). Walaupun laki-
laki maupun wanita mencapai proporsi tubuh yang normal, penduduk tersebut di tandai
oleh “miniaturisasi umum” yaitu pengurangan yang proporsional dalam ukuran tubuh
pada semua warga populasi yang mempunyai sumber-sumber protein yang amat
terbatas akan bersifat adaptif. Berkurangnya ukuran tubuh sperti yang terdapat di
kalangan banyak petani di daerah tropik. “lebih nampak sebagai suatu contoh dari
evolusi yang sedang dalam proses, yakni suatu contoh tentang penyesuaian atau
plastisitas manusia, dari pada sebagai adaptasi murni dalam artian genetik” (Ibid,
1027).

Antropologi medis adalah cabang ilmu antropologi yang mulai berkembang

setelah berangkhirnya Perang Dunia II. Ilmu ini membahas sistem kesehatan

secara transkultural. Masalah lain yang dibahas adalah faktor bioekologi dan

sosial budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan, timbulnya penyakit. Para

dokter memandang antropologi medis sebagai biobudaya, yakni ilmu yang

memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah

laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi tentang keduanya yang

mempengaruhi kesehatan dan penyakit (Foster dan Anderson, 1986:3). Jadi,


antropologi medis adalah sebuah kajian interdisiplin antara ilmu kesehatan dan

budaya.

Etnomedisin

Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal

mula penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok

masyarakat tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring

perkembangan kebudayaan manusia. di bidang antropologi medis, etnomedisin

memunculkan terminologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan

tradisionil, pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral (Foster dan

Anderson, 1986:62).

Menurut kerangka etnomedisin, penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor.

Pertama penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa, lelembut,

makhluk halus, manusia, dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan

personalistik. Penyakit juga dapat disebabkan karena terganggunya

keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap dalam tubuh tidak seimbang

seperti panas dan dingin dan sebagainya. Kajian tentang ini disebut kajian natural

atau nonsupranatural. Di dalam realitas, kedua prinsip tersebut saling tumpang

tindih, tetapi sangat berguna untuk memahami mengenai konsep-konsep dalam

etnomedisin (Foster dan Anderson, 1986:63-64). Khusus untuk pengobatan

penyakit naturalistik, biasanya digunakan bahan-bahan dari tumbuhan (herbal

medicine) dan hewan (animal medicine), atau gabungan keduanya. Sementara

untuk penyakit personalitik banyak digunakan pengobatan dengan ritual dan

magi.

Konsep-konsep pengobatan naturalistik

Dewasa ini ada 3 konsep penyakit dan pengobatan naturalistik yang

mendominasi etnomedisin dunia. Konsep tersebut ialah:


1. Patologi humoral dari Yunani

2. Ayurveda India

3. Yin dan yang dari Cina

Konsep ini berdasarkan konsep humor (cairan) dalam tubuh manusia yang

muncul sejak abad ke-6 Sebelum Masehi.  (Chadwick dan Mann, 1950:5).

Konsep pengobatan Ayurveda dari India memiliki beberapa kesamaan dengan

konsep patologi humoral. Menurut paham Ayurveda, penyakit dapat

disembuhkan dengan makanan. Makanan mempunyai khasiat memanaskan dan

mendinginkan.  (Jellife, 1957:135). Menurut konsep Ayurveda, alam terdiri dari 5

unsur, yaitu api, tanah, air, udara, dan eter. Terganggunya keseimbangan kelima

unsur akan mengganggu kesehatan. Kesehatan juga terganggu akibat

terganggunya keseimbangan 3 cairan tubuh yang disebut konsep tridhosa (Beck,

1969:562). Konsep pengobatan tradisional kuna Cina didasarkan pada konsep yin

dan yang. Yin dan yang adalah dua kekuatan yang berinteraksi secara seimbang

dan terus menerus di dalam alam. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka alam

akan tergoncang. Bila ketidakseimbangan terjadi dalam tubuh, maka tubuh akan

sakit. Konsep ini berkembang sejak abad 2-3 sebelum Masehi. Jadi, konsep yin

dan yang adalah konsep harmoni alam (Croizier, 1968:17).

Humoralisme

Humoralisme, atau humorisme merupakan sebuah sistem kedokteran yang menjelaskan


susunan dan cara kerja tubuh manusia, yang diadopsi oleh sistem
pengobatan Ayurweda dari India, para filsuf dan dokter dari Romawi dan Yunani Kuno,
mengasumsikan bahwa kelebihan atau kekurangan salah satu dari keempat cairan tubuh
(body fluid) pada seseorang — yang dikenal sebagai humor (cairan) — berpengaruh
secara langsung pada kesehatan dan temperamennya. Sistem humoralis ini sangat
individualistis, sebab masing-masing pasien dikatakan mempunyai komposisi humoral
tersendiri yang unik. Selain itu, humoralisme mirip dengan suatu pendekatan holistik
terhadap kedokteran sebagai penghubung antara proses fisik dan mental yang ditekankan
oleh kerangka ini. Mulai dari Hippokrates dan seterusnya, teori humoral diadopsi oleh para
dokter Persia (misalnya Ibnu Sina), Romawi, Yunani, dan menjadi pandangan yang paling
umum dianut mengenai tubuh manusia di kalangan dokter Eropa sampai timbulnya
penelitian kedokteran modern pada abad ke-19. Konsep ini tidak digunakan lagi dalam
kedokteran sejak saat itu.

Keempat humor (cairan) dari kedokteran Hippokratik ini adalah cairan empedu hitam
(bahasa Yunani: µέλαινα χολή, melaina chole), cairan empedu kuning (bahasa
Yunani: χολή, chole), lendir atau flegma (bahasa Yunani: φλέγμα, phlegma), dan darah
(bahasa Yunani: αἷμα, haima), dan masing-masingnya sesuai dengan salah satu
temperamen dalam teori empat temperamen. Suatu humor juga disebut sebagai
suatu cambium (pl. cambia or cambiums).

Empat humor
Tabel berikut menunjukkan keempat humoral dengan elemen-elemen yang sesuai dengannya
beserta musim, tempat pembentukan, dan temperamen yang dihasilkan bersama dengan
penafsiran modern yang setara dengannya:

Nama Karakteristik
Humor Musim Elemen Organ Kualitas Temperamen
kuno temperamen
berani, penuh
panas
musim harapan,
Darah udara jantung dan Sanguis sanguin
semi menyenangkan,
lembab
tanpa beban
ambisius, suka
panas
Empedu musim memimpin,
api hati dan Kholé kolerik
kuning panas tidak bisa diam,
kering
mudah marah
dingin pemurung,
Empedu musim melas
tanah limpa dan melankolik pendiam,
hitam gugur kholé (?)
kering analitis, serius
tenang, penuh
dingin
musim Phlégm pertimbangan,
Flegma air otak dan flegmatik
dingin a sabar, cinta
lembab
damai

ANTROPOLOGI KESEHATAN

SEJARAH

Tahun 1849

Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis
apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit,
maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial,
untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga
kedokteran dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit,
maka kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat
dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi
Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan
inspirasi yang cemerlang.

Tahun 1953

Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada


tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan
antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Tahun 1963

Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul


membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran
dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi
ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini
adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Science  yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari
yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya
sistem medis bagi Antropologi. 

Budaya merupakan hasil karya manusia. Budaya lahir akibat adanya interaksi dan
pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia juga akan ikut
berkembang dan berubah dari masa ke masa. Hal ini terjadi  pula pada budaya
kesehatan yang ada pada masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih,
budaya kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa
sekarang dan mendatang.

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor perubahan budaya kesehatan dalam
masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat dahulu saat akan melakukan persalinan minta
bantuan oleh dukun bayi dengan peralatan sederhana, namun saat ini masyarakat lebih
banyak yang mendatangi bidan atau dokter kandungan dengan peralatan yang serba
canggih. Bahkan mereka bisa tahu bagaimana keadaan calon bayi mereka di dalam
kandungan melalui USG. Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan. Banyaknya
informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan
membuat masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa
melakukan berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun
orang lain.

Antropologi Kesehatan
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang
berarti ilmu. Menurut Koentjaraningrat (1981 : 11) antropologi berarti “ilmu
tentang manusia.” Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-
unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan
(Solita Sarwono, 1993).

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek


biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit


dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-
obatan) dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit
pada manusia sekarang ini. (Landy, 1977). Landy juga menyatakan bahwa terdapat
tiga generalisasi yang pada umumnya disetujui oleh ahli antropologi, yaitu:

4. Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan kenyataan universal dari


kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat dan
masyarkaat,

5. Kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang


teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan
atau merespon penyakit,

Kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian dan


persepsi yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan atau
menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan budaya
yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap kesehatan dan
penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.

PALEOPATOLOGI
Ahli-ahli patologi, anatomi dan ahli-ahli antropologi fisik sudah mempelajari banyak
mengenai penyakit-penyakit dan luka-luka pada manusia purba. Pada umumnya, hanya
penyakit-penyakit yang menunjukkan bukti-bukti yang nyata pada tulang saja yang
dapat di identifikasikan. Teknik terbaru dalam penyaki-penyakit manusia purba adalah
penggunaan kotoran manusia (coprolites) yang apabila disusun kembali dapat
memberikan informasi yang tiada ternilai mengenai ada atau tidaknya parasit-parasit
intestin. Coprolite juga memberikan informasi yang menarik mengenai jenis makanan
manusia purba, terutama mengenai biji-bijian dan jenis gandum lain yang dimakannya.
Penyebab timbulnya sakit dari manusia purba yaitu oleh jenis-jenis patogen dan faktor-
faktor lingkungan yang jumlahnya lebih sedikit dari yang dialami manusia modern.
Dan juga disebabkan oleh hubungan manusia yang akrab dengan ternak-ternak, yang
mungkin sekali menularkan patogen baru.

PENYAKIT DAN EVOLUSI

Pada tahun-tahun terakhir, orang Amerika telah membaca penyakit baru bagi mereka
yang dikenal sebagai anemia sel-sabit (sickle-cell anemia). Penyakit tersebut di tandai
oleh sel darah merah yang mengambil bentuk sabit (sickle), tidak bulat seperti biasanya
dan bersifat genetik.

MAKANAN DAN EVOLUSI

Di desa Heliconia yang di teliti di Colombia, menemukan bahwa manusia baru


mencapai tinggi maksimum setelah umur 26 tahun (Stini 1971 : 1025). Walaupun laki-
laki maupun wanita mencapai proporsi tubuh yang normal, penduduk tersebut di tandai
oleh “miniaturisasi umum” yaitu pengurangan yang proporsional dalam ukuran tubuh
pada semua warga populasi yang mempunyai sumber-sumber protein yang amat
terbatas akan bersifat adaptif. Berkurangnya ukuran tubuh sperti yang terdapat di
kalangan banyak petani di daerah tropik. “lebih nampak sebagai suatu contoh dari
evolusi yang sedang dalam proses, yakni suatu contoh tentang penyesuaian atau
plastisitas manusia, dari pada sebagai adaptasi murni dalam artian genetik” (Ibid,
1027).

Antropologi medis adalah cabang ilmu antropologi yang mulai berkembang

setelah berangkhirnya Perang Dunia II. Ilmu ini membahas sistem kesehatan

secara transkultural. Masalah lain yang dibahas adalah faktor bioekologi dan

sosial budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan, timbulnya penyakit. Para

dokter memandang antropologi medis sebagai biobudaya, yakni ilmu yang

memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah

laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi tentang keduanya yang

mempengaruhi kesehatan dan penyakit (Foster dan Anderson, 1986:3). Jadi,

antropologi medis adalah sebuah kajian interdisiplin antara ilmu kesehatan dan

budaya.

Etnomedisin

Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal

mula penyakit, sebab-sebab, dan cara pengobatan menurut kelompok

masyarakat tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring

perkembangan kebudayaan manusia. di bidang antropologi medis, etnomedisin

memunculkan termonologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan

tradisionil, pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral (Foster dan

Anderson, 1986:62).

Menurut kerangka etnomedisin, penyakit dapat disebabkan oleh dua faktor.

Pertama penyakit yang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa, lelembut,

makhluk halus, manusia, dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan

personalistik.

Penyakit juga dapat disebabkan karena terganggunya keseimbangan tubuh

karena unsur-unsur tetap dalam tubuh seperti panas dingin dan sebagainya.
Kajian tentang ini disebut kajian natural atau nonsupranatural. Di dalam realitas,

kedua prinsip tersebut saling tumpang tindih, tetapi sangat berguna untuk

memahami mengenai konsep-konsep dalam etnomedisin (Foster dan Anderson,

1986:63-64).

Khusus untuk pengobatan penyakit naturalistik, biasanya digunakan bahan-

bahan dari tumbuhan (herbalmedicine) dan hewan (animalmedicine), atau gabu-

ngan kedua. Sementara untuk penyakit personalitik banyak digunakan

pengobatan dengan ritual dan magi.

Konsep-konsep pengobatan naturalistik

Dewasa ini ada 3 konsep penyakit dan pengobatan naturalistik yang

mendominasi etnomedisin dunia. Konsep tersebut ialah:

1. Patologi humoral dari Yunani

2. Ayurveda India

3. Yin dan yang dari Cina

Konsep ini berdasarkan konsep humor (cairan) dalam tubuh manusia yang

muncul sejak abad ke-6 Sebelum Masehi.  (Chadwick dan Mann, 1950:5).

Konsep pengobatan Ayurveda dari India memiliki beberapa kesamaan dengan

konsep patologi humoral. Menurut paham Ayurve, penyakit dapat disembuhkan

dengan makanan. Makanan mempunyai khasiat memanaskan dan

mendinginkan.  (Jellife, 1957:135).

Menurut konsep Ayurveda, alam terdiri dari 5 unsur, yaitu api, tanah, air, udara,

dan eter. Terganggunya keseimbangan kelima unsur akan mengganggu

kesehatan. Kesehatan juga terganggu akibat terganggunya keseimbangan 3

cairan tubuh yang disebut konsep tridhosa (Beck, 1969:562).

Konsep pengobatan tradisional kuna Cina didasarkan pada konsep yin dan yang .
Yin dan yang adalah dua kekuatan yang berinteraksi secara seimbang dan terus

menerus di dalam alam. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka alam akan

tergoncang. Bila ketidakseimbangan terjadi dalam tubuh,maka tubuh akan sakit.

Konsep ini berkembang sejak abad 2-3 sebelum Masehi. Jadi, konsep yin dan

yang adalah konsep harmoni alam (Croizier, 1968:17).

Humoralisme

Humoralisme, atau humorisme merupakan sebuah sistem kedokteran yang menjelaskan


susunan dan cara kerja tubuh manusia, yang diadopsi oleh sistem
pengobatan Ayurweda dari India, para filsuf dan dokter dari Romawi dan Yunani Kuno,
mengasumsikan bahwa kelebihan atau kekurangan salah satu dari keempat cairan tubuh
(body fluid) pada seseorang — yang dikenal sebagai humor (cairan) — berpengaruh
secara langsung pada kesehatan dan temperamennya. Sistem humoralis ini sangat
individualistis, sebab masing-masing pasien dikatakan mempunyai komposisi humoral
tersendiri yang unik.[1] Selain itu, humoralisme mirip dengan suatu pendekatan holistik
terhadap kedokteran sebagai penghubung antara proses fisik dan mental yang ditekankan
oleh kerangka ini.[2] Mulai dari Hippokrates dan seterusnya, teori humoral diadopsi oleh
para dokter Persia (misalnya Ibnu Sina), Romawi, Yunani, dan menjadi pandangan yang
paling umum dianut mengenai tubuh manusia di kalangan dokter Eropa sampai timbulnya
penelitian kedokteran modern pada abad ke-19. Konsep ini tidak digunakan lagi dalam
kedokteran sejak saat itu.

Keempat humor (cairan) dari kedokteran Hippokratik ini adalah cairan empedu hitam
(bahasa Yunani: µέλαινα χολή, melaina chole), cairan empedu kuning (bahasa
Yunani: χολή, chole), lendir atau flegma (bahasa Yunani: φλέγμα, phlegma), dan darah
(bahasa Yunani: αἷμα, haima), dan masing-masingnya sesuai dengan salah satu
temperamen dalam teori empat temperamen. Suatu humor juga disebut sebagai
suatu cambium (pl. cambia or cambiums).[5]

Empat humor
Tabel berikut menunjukkan keempat humoral dengan elemen-elemen yang sesuai dengannya
beserta musim, tempat pembentukan, dan temperamen yang dihasilkan bersama dengan
penafsiran modern yang setara dengannya:

Nama Karakteristik
Humor Musim Elemen Organ Kualitas Temperamen
kuno temperamen
berani, penuh
panas
musim harapan,
Darah udara jantung dan Sanguis sanguin
semi menyenangkan,
lembab
tanpa beban
ambisius, suka
panas
Empedu musim memimpin,
api hati dan Kholé kolerik
kuning panas tidak bisa diam,
kering
mudah marah
dingin pemurung,
Empedu musim melas
tanah limpa dan melankolik pendiam,
hitam gugur kholé (?)
kering analitis, serius
tenang, penuh
dingin
musim Phlégm pertimbangan,
Flegma air otak dan flegmatik
dingin a sabar, cinta
lembab
damai

Sejarah
Meskipun kemajuan dalam ilmu kimia dan patologi mendiskreditkan humoralisme sebagai
suatu teori yang dapat diterima secara ilmiah pada abad ke-19, teori ini telah mendominasi
pemikiran kedokteran Barat selama lebih dari 2.000 tahun. Hanya dalam beberapa kasus teori
humoralisme memudar dalam ketidakjelasan. Salah satu contoh seperti terjadi pada abad ke-
6 dan 7 dalam Kekaisaran Bizantium ketika tradisi budaya Yunani yang sekuler memberi jalan
pada pengaruh Kekristenan. Meskipun penggunaan pengobatan humoralis berlanjut selama
periode tersebut, pengaruhnya berkurang demi agama. Kebangkitan humoralisme Yunani,
sebagian dikarenakan perubahan faktor ekonomi dan sosial, belumlah dimulai sampai awal
abad ke-9. Penggunaan istilah ini di jaman modern adalah pseudosains.

Beck, Brenda. 1969.  Colour and Heat in South India Ritual. dalam Majalah Man Edisi 4

Chadwick, John dan w.N. Mann.  1950. Medical Works of Hipocrates. Oxford:
Blackwell Scientific Publication.

Croizier, Ralph. 1968’ Traditional Medicine in Modern China: Science, Nationalism,


and the Tension of Cultural Change. Cambridge: Harvard University Press.

Foster, George M dan Anderson. 1978.  Medical Anthropology . New York: John Wiley
& Sons.

Foster, George M dan Anderson. 1986.  Antropologi Kesehatan. Terjemahan. Jakarta: UI


Press.

HealthWorld Review .1988. “News from Beijing”. No:79

Jellife, Derrick B. 1957. “Social Culture and Nutrition: Cultural Blockks and Protein
Malnutrion in Early Childhood in Rural west Bengal”.  dalam Majalah Pediatrics Edisi
20.

EPIDEMIOLOGI
Para ahli epidemiologi, memandang tugas mereka sebagai
“membuat korelasi-korelasi dalam hal insiden penyakit dalam
usaha menetapkan petunjuk tentang pola-pola penyebab penyakit
yang kompleks, atau tentang kemungkinan-kemungkinan dalam
pengawasan penyakit” (Clausen 1963 : 142). Korelasi antara
penyakit-penyakit terutama ditetapkan melalui sarana berbagai
survei penduduk, untuk menemukan hubungan antara timbulnya
penyakit dengan adanya faktor-faktor biologi, fisik dan sosial.
Tujuan utama dari epidemiologi adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan, mengurangi timbulnya semua ancaman
kesehatan.

MISTERI KURU  

Penyakit kuru ditemukan pada sekelompok penduduk yang


mempunyai kesatuan linguistik, yakni penduduk Fore Selatan di
Dataran Tinggi Timur, Papua Nugini. Penyakit kuru menunjukkan
karakteristik epidemiologis yang tidak lazim. Penderitanya sama
sekali terbatas pada kaum wanita dan anak-anak saja,walaupun
kaum laki-laki muda kadangkala terkena, hal itu tidak
membahayakan kesehatan para laki-laki dewasa. Penyakit kuru
juga tidak pernah ditularkan pada orang Eropa.

Penyakit kuru ditandai oleh deteriorisasi progresif pada pusat


sistem syaraf yang mengarah pada kelumpuhan total, dan sering
kali, ketidakmampuan untuk menelan. Kematian umumnya terjadi
antara 6 hingga 12 bulan setelah munculnya gejala-gejal pertama.
Belum ditemukan pengobatan yang akan menahan atau
menyembuhkan penyakit kuru. Pemecahan penyakit kuru
ditemukan oleh suatu gabungan penelitian yaitu Carleton Gajdusek.
Dengan demikian kuru mempunyai ciri sebagai penyakit makhluk
manusia pertama yang disebabkan oleh virus yang bekerja secara
lamban.

EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN

Kebudayaan adalah sistem keseimbangan yang rumit yang tidak


akan berubah begitu saja, sehingga inovasi yang nampaknya baik
bagi suatu bidang (misalnya pertanian) kemudian menimbulkan
perubahan-perubahan kedua dan ketiga di bidang lain (misalnya
kesehatan) yang dampaknya melebihi keuntungan yang
diharapkan. Hampir selalu terdapat konsekuensi-konsekuensi yang
tak terduga pada inovasi yang terencana” (Foster 1962 : 79 – 86),
beberapa diantaranya ada yang baik, namun banyak yang kemudian
menjadi tidak di inginkan.

Du Bos menyatakan model “ konsekuensi yang tak terduga” yang


berorientasi budaya ini dengan istilah ekologi. Derajat kesehatan
yang umumnya rendah dan penyakit-penyakit khusus, yang
menghambat pembangunan secara serius.

BEBERAPA UNSUR UNIVERSAL DALAM SISTEM-SISTEM MEDIS

 Sistem medis adalah bagian integral dari kebudayaan-


kebudayaan

Kepercayaan terhadap penyakit pada banyak masyarakat sangat


terjalin erat dengan magic dan religi sehingga tidak mungkin untuk
memisahkan keduanya. Mitologi mungkin penting untuk
menjelaskam kosmologi, dewa-dewa supranatural dan makhluk-
makhluk lain yang di duga mendatangkan penyakit. Pranata-
pranata sosial tercermin dalam peranan dukun serta hubungan
mereka dengan pasien dan keluarganya. Singkatnya, sistem medis
tidak dapat dimengerti semata-mata hanya dari artinya sendiri,
hanya apabila mereka dilihat sebagai bagian dari keseluruhan pola-
pola kebudayaan barulah sistem medis dapat diapahami. Sitem
medis adalah bagian-bagian dari kebudayaan pada tingkatan yang
lebih abstrak, yang dalam isi maupun bentuknya mencerminkan
pola-pola dan nilai-nilai yang kurang nampak.

 Penyakit ditentukan oleh kebudayaan

Di Amerika Serikat orang telah biasa untuk berpikir tentang


penyakit dalam rangka kuman dan virus-virus yang kita asumsikan
sebagai keadaan biologis yang tetap, suatu kondisi patologis yang
dibuktikan dengan hasil-hasil tes laboratorium pemeriksaan klinis
lain. Dari pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial
bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran normanya
secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi
tersebut.

Dan harus dibedakan antara penyakit (disaese) sebagai suatu


konsep patologi, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep
kebudayaan. Cara lain untuk menunjukkan perbedaannya
yaitu dengan mengatakan bahwa dokter ingin menyembuhkan
penyakit (disaese) tetapi ia menangani penyakit (illness), karena
biasanya yang mendorong kita untuk mencari pertolongan adalah
kerusakan fungsi tubuh dan bukan karena hadirnya penyakit
patogen.    

 Semua sistem-sistem medis memiliki segi-segi penceghan dan


pengobatan

Di Amerika Serikat, dikotomi formal antara pengobatan preventif


(kesehatan masyarakat) dan pengobatan kuratif (klinis, sebagian
besar dari sektor swasta) cenderung untuk menyebabkan kita
merasa bahwa berbagai masyarakat sederhana yang tidak memiliki
pembagian tersebut kurang memiliki kosep-konsep pencegahan.
Pengobatan preventif berlandaskan atas dasar-dasar hukum
(kesehatan masyarakat dalam arti yang paling sempit), umumnya
penduduk-penduduk non-Barat tidak memiliki pranata-pranta
kesehatan masyarakat.

Namun di kalangan penduduk non-Barat, pada umumnya


pengobatan preventif lebih merupakan tindakan individu dari pada
tindakan badan-badan hukum, merupakan tingkah laku individu
yang secara logis mengikuti konsep tentang penyebab penyakit,
yang sambil menjelaskan mengapa orang jatuh sakit, juga sekaligus
mengajarkan tentang apa yang harus dilakukan untuk menghindari
penyakit itu.  

 Sistem medis memiliki sejumlah fungsi

“Apakah fungsi dari suatu sistem medis? “ adalah untuk


memulihkan kesehatan pasien kembali, jika mungkin. Dengan
sistem-sistem budaya yang kompleks lainnya dalam suatu
masyarakat, sistem medis memenuhi sejumlah fungsi yang penting
bagi kesejahteraan kebudayaan, dimana meraka menjadi bagian
darinya; fungsi-fungsi yang sering tidak dikenal oleh anggota-
anggota masyarakat itu sendiri, tetapi yang adaptif dari dalam arti
bahwa hal itu meningkatkan kesejahteraan kelompok yang
bersangkutan. Sistem teori penyakit adalah lebih jauh dari sekedar
penjelasan yang sederhana mengenai sebab-sebab penyakit. seperti
halnya   

1. Suatu Sistem Teori Penyakit Memberikan Rasional Bagi


Pengobatan
2. Suatu Sistem Teori Penyakit Menjelaskan “Mengapa”

3. Sistem-sistem Teori Penyakit Seringkali Menjalankan Peran


Kuat dalam Memberi Sanksi dan Dorongan Norma-norma Budaya
Sosial dan Moral.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.kompasiana.com/

2. Joyomartono, Mulyono. 2011. Pengantar Antropologi


Kesehatan. Semarang: UNNES PRESS.

3. http://www.anneahira.com/artikel-kesehatan-antropologi-
kesehatan.htm

Pendahuluan

Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang


berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang 
menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: 1) penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan
(misfortunes), 2) dibeberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir, 2) kelompok healersditemukan dengan
bentuk yang berbeda disetiap kelompok masyarakat, 3) healers mempunyai peranan
sebagai penyembuh, dan 4) adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau
penyakit tidak secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun
masyarakat.
Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20, pada
tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan
prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia
menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-
syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 padangan
dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem
kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan
dalam bentuk lima generalisasi yaitu 1) studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah
sifat tunggal melainkan konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt
dimana pola medis berada dalam totalitas tersebut, 2) ada begitu banyak pengobatan
primitif, 3) bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara
fungsional saling berkaitan, 4) pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan
kepercayaan dan definisi budaya, dan 5) manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi
seluruhnya merupakan pengobatan gaib.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog—


perilaku sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit explanatory model ), peran dan karir
seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien,
penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu
kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan.
Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai
macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia
dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional
antropolog dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan
melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya
dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di
masyarakat mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan
kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di
komunitas tempat tinggal. Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‘antropologi dari
obat” (segi teori) dan ‘Antropologi dalam pengobatan’ (segi praktis atau terapan).

Definisi Antropologi Kesehatan Menurut Ahli


Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang Antropologi Kesehatan. Di bawah
ini dijelaskan dari masing-masing definisi Antropologi Kesehatan tersebut. Pemaparannya
diurutkan menurut tahun definisi tersebut dikeluarkan.

Hasan dan Prasad (1959)


Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik
tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-
historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan
masalah-masalah kesehatan manusia.

Weaver, (1968)
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani
berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit.

Hochstrasser dan Tapp (1970)


Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya,
yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.

Fabrga (1972)
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai faktor yaitu
mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara
dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap
sakit dan penyakit, dan juga mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan
penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku.

Lieban (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang dipengaruhi oleh
sosial dan kultural, dan fenomena sosial dan kultural diterangi oleh aspek-aspek medis.
Faktor-faktor sosial dan kultural membantu menentukan etiologi penyakit dan
penyebaran melalui pengaruh mereka dalam hubungan antara populasi manusia dan
lingkungan alamnya, atau melalui pengaruh langsung pada kesehatan populasi.
Dalam pemahaman Lieban, kesehatan dan penyakit adalah pengukuran efektivitas
dengan dimana kelompok manusia menggabungkan sumber daya kultural dan biologikal,
menyesuaikan dengan lingkungan mereka. Lieban menyebutkan bahwa pada hakekatnya
ada empat macam area utama dalam atropologi kesehatan yaitu ekologi dan
epidemi, ethnomedicine, aspek medis dari sistem sosial, dan perubahan medis dan kultural.

Landy (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit
dan keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan)
dibuat oleh kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia
sekarang ini.
Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya
disetujui oleh ahli antropologi, yaitu: 1) penyakit dalam beberapa bentuk merupakan
kenyataan universal dari kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat
dan masyarkaat, 2) kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang
teralokasi, sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan atau
merespon penyakit, 3) kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan,
pengertian dan persepsi yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan
atau menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan budaya yang
berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap kesehatan dan penyakit, dan
juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.

Foster dan Anderson (1978)


Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit pada manusia.
Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas disebutkan bahwa
antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah
kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial
budaya. Pokok-pokok perhatian kutup biologi yang dimaksud Foster/Anderson adalah 1)
Pertumbuhan dan perkembangan manusia, 2) Peranan penyakit dalam evolusi manusia,
dan 3) Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba). Sedangkan pokok
perhatian pada kutup sosial-budaya meliputi 1) Sistem medis tradisional (etnomedisin), 2)
Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka, 3) Tingkah laku
sakit, 4) Hubungan antara dokter pasien, dan 5) Dinamika dari usaha memperkenalkan
pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.
Foster dan Anderson (1978), menyatakan bahwa antropologi kesehatan kontemporer
dapat ditemukan pada empat sumber daya yang berbeda yaitu Antropologi Fisik,
Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik Internasional.
Foster dan Anderson (1987), mengatakan bahwa lingkungan bio-cultural yang paling
baik dipelajari adalah dari sudut pandang ekologi. Sejak Perang Dunia II, ahli antropologi
banyak yang berpindah ke studi lintas budaya sistim medis, bioekologi dan faktor-faktor
sosio-budaya yang mempengaruhi timbulnya kesehatan dan penyakit.
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah
epidemiologi, dimana tingkahlaku  individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan
dan timbulnya penyakit yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda.  Misalnya
pada masyarakat yang tinggal di daerah beriklim tropis, penyakit malaria  bisa berkembang
dan menyerang mereka sedangkan pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit
ini, atau di daerah di atas 1700 meter permukaan laut penyakit malaria tidak ditemukan.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan
bangsa yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam
berdarah, TBC, dll. pada umumnya terdapat pada negara-negara berkembang,
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar
mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi
ini dapat berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam
mencetuskan penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan hidup manusia contohnya
adalah penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29).

McElroy dan Townsend (1985)


Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial
dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang
pemahaman dan merawat penyakit.
McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan
pentingnya adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli
antropologi kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan
dengan adaptasi kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari
masa prasejarah ke masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan
dengan Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis,
Antropologi Kultural, Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik
Antropologi.

Kesimpulan
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik
kesimpulan bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa
pencegahan, pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini
yang berhubungan dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin
ilmu (interdisipliner).
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang
berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang
berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir,
penyembuhan penyakit.
Tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan
yang akan dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas
tempat tinggal. Di dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu yang
saling berhubungan dan keterkaitan.
Bahan Bacaan

Allan Yooung. 1980. An Anthropological Perspective on Medical Knowledge. The Journal


of Medicine and Philosophy.
Chapter 1: Intoduction. The Field of Medical Anthropology
Foster/Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan, terj. UI-Press: Yogyakarta
The Field of Medical Anthropology

Perilaku Sehat dan Perilaku Sakit Masyarakat

Salah satu pendekatan dalam ilmu sosiologi adalah teori Evolusi, dimana
manusia berkembang membutuhkan waktu yang sangat lama. Tetapi
perkembangan dalam satu bidang belum tentu diiringi dengan
perkembangan bidang yang lain. Contoh perkembangan di bidang ilmu
kesehatan dan kedokteran belum tentu diimbangi dengan perilaku sehat
dan perilaku sakit masyarakat. Seseorang yang menderita sakit infeksi
saluran napas atas ( ISPA ) belum tentu mau berobat ke dokter dan
meminum obat paten yang diresepkan oleh dokter, karena ia tidak tau
kegawatan penyakitnya dan seberapa besar dia membutuhkan pertolongan
medis. Pola pencarian pengobatan setiap orang bisa berbeda-beda sesuai
dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya tentang bidang kesehatan
dan pengobatan.

Cara seseorang bereaksi terhadap gejala-gejala penyakit dinamakan


sebagai           “perilaku sakit “ ( illness behavior ). Perilaku ini dipengaruhi
oleh keyakinan masyarakat terhadap gejala penyakit tersebut dan
keyakinan terhadap cara pengobatan yang akan ditempuh mereka. Perilaku
ini merupakan manifestasi dari sebuah konsep pikir manusia tentang arti
sehat dan sakit. Setiap orang mempunyai konsep sendiri-sendiri tentang
apa yang disebut sebagai sakit. Konsep sehat dan sakit yang dimiliki oleh
orang per orang akan terlihat pada cara mereka mencari pengobatan
( health seeking ) untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit

Konsep sehat menurut WHO secara garis besar adalah suatu keadaan seseorang yang
terbebas dari gangguan fisik, mental, sosial, spiritual serta tidak mengalami kecacatan.
Menurut pandangan para ahli sosiologi, yang disebut sehat sangatlah bersifat subyektif,
bukan obyektif. Persepsi masyarakat tentang sehat/sakit ini dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Jika individu merasa bahwa
penyakitnya disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada
“ orang pandai “ yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya
sehingga penyakitnya akan hilang ( Jordan, 1985; Sudarti, 1988; dalam Solita, 1997).

Para ahli medis sepakat bahwa penyakit ( disease ) itu diartikan sebagai gangguan fungsi
fisiologis dari suatu organisme. Sedangkan sakit ( illness ) adalah penilaian individu
terhadap pengalaman menderita suatu penyakit, ditandai dengan perasaan tidak enak
badan. Mungkin saja terjadi bahwa secara obyektif individu terserang penyakit dan salah
satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa sakit dan tetap
menjalankan tugasnya sehari-hari. Sebaliknya seseorang mungkin merasa sakit tetapi dari
pemeriksaan medis tidak diperoleh bukti bahwa dia sakit.

Etiologi Penyakit Personalistik dan Naturalistik

Foster dan Anderson (1978) membagi etiologi penyakit menjadi dua yaitu : etiologi
personalistik dan etiologi naturalistik. Dalam etiologi personalistik keadaan sakit
dipandang sebagai sebab adanya campur tangan agen seperti makhluk halus, jin, hantu dan
roh tertentu. Seseorang jatuh sakit akibat usaha orang lain ( dukun ) yang menjadikan
dirinya sebagai sasaran agen tersebut. Konsep etiologi naturalistik berpandangan bahwa
sakit adalah akibat gangguan sistem dalam tubuh manusia atau antara tubuh manusia
dengan lingkungannya.
Teori Suchman memberikan batasan perilaku sakit sebagai tindakan untuk menghilangkan
rasa tidak enak ( discomfort ) atau rasa sakit sebagai dari timbulnya gejala tertentu.
Suchman melihat pola perilaku sakit dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi pasien dan
petugas kesehatan. Menurut Suchman terdapat lima macam reaksi dalam proses mencari
pengobatan, yaitu Shopping, adalah proses mencari alternatif sumber
pengobatan.Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan
pada lokasi yang sama. Procrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan
meskipun gejala penyakitnya sudah dirasakan. Self medication adalah pengobatan sendiri
dengan menggunakan berbagai ramuan atau obat yagn dinilainya tepat
baginya. Discontinuity adalah penghentian proses pengobatan.

Ahli antropologi kesehatan melihat bahwa perilaku sakit seseorang mengacu pada etiologi
atau sebab dari penyakit itu sendiri. Masyarakat yang relatif lebih sederhana seperti di
pedesaan Indonesia, orang cenderung menganut etiologi personalistik, sehingga
masyarakat akan pergi ke dukun/orang pintar. Sedang di daerah perkotaan sebaliknya,
terdapat kecenderungan terhadap etiologi naturalistik. Bila masyarakat meyakini bahwa
mereka terserang suatu penyakit akibat virus atau kuman maka dia akan pergi ke dokter.
Dalam berbagai laporan penelitian antropologi, yang ditulis oleh Sinuraya( 1988 ) dapat
ditemukan bahwa etiologi penyakit yang personalistik dan naturalistik dapat berlaku dalam
masyarakat urban ( perkotaan ) dan rural ( pedesaan ) sekaligus.

Koentjaraningrat ( 1984  ) menyatakan bahwa pada masyarakat Jawa ada beberapa teori
tradisional mengenai penyakit yang diyakini mereka disebabkan oleh faktor personalistik
dan sekaligus naturalistik ( Sianipar, Alwisol dan Yusuf, 1992 ), sehingga yang tampak
pertama-tama masyarakat akan pergi ke dokter. Bila penyakitnya tidak berkurang juga
maka dia akan pergi ke dukun. 

Etiologi penyakit naturalistik dan personalistik selamanya akan tetap hidup di masyarakat
baik perkotaan maupun pedesaan. Tidak ada lagi pembeda bahwa makin modern
masyarakat akan lebih memandang penyakit sebagai naturalistik saja. Hal ini dibuktikan
oleh penelitian Sianipar ( 1986 ) yang membuktikan bahwa di daerah Sumatera Utara,
dukun banyak tinggal di daerah perkotaan, karena pasiennya kebanyakan berasal dari kota
dibandingkan dari desa.Seseorang yang telah memilih sistim pengobatan tertentu terhadap
penyakit yang dideritanya akan menerima seluruh proses pengobatan secara penuh.

Referensi:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ( 1990 ), Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka.

Foster, G.M., & Anderson, B. G., ( 2006 ), Antropologi Kesehatan, ( Priyanti


P. S., & Meutia F. H. S, Trans ), Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.

Lumenta, Benyamin, ( 1989 ), Penyakit, Citra, Alam dan Budaya ; Tinjauan


Fenomena Sosial, Yogyakarata, Penerbit Kanisius.

Markamah, Sunanda, A., & P., Harun Joko, ( 2001 ), Ilmu Budaya Dasar,
Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muzaham, Fauzi, ( Eds ). ( 1995 ), Memperkenalkan Sosiologi Kesehatan,


Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.

ANTROPOLOGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Antropologi Kesehatan merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala


sosiobudaya, biobudaya, dan ekologi budaya dari “kesehatan” dan kesakitan yang dilihat dari
segi-segi fisik, jiwa, dan sosial serta perawatannya masing-masing dan interaksi antara ketiga
segi ini dalam kehidupan masyarakat, baik pada tingkat individual maupun tingkat kelompok
sosial keseluruhannya. Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan
interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara
tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat “kesehatan” dan penyakit,
tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut.
Partisipasi profesional “antropolog” dalam program-program yang bertujuan memperbaiki
derajat “kesehatan” melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala
bio-sosial-budaya dengan “kesehatan”, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah
yang diyakini akan meningkatkan “kesehatan” yang lebih baik. 1. Rumusan Masalah 1. Apakah
yang dimaksud dengan antropologi kesehatan? 2. Bagaimanakah hubungan antara social
budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antropologi kesehatan? 3.
Bagaimanakah perkembangan antropologi kesehatan dari sisi biological pole? 4.
Bagaimanakah perkembangan antropologi kesehatan dari sisi sosiocultural pole? 5. Apakah
perbedaan antara perkembangan antropologi kesehatan biological pole dan sosiocultural
pole? 6. Apakah kegunaan antropologi kesehatan? 1. Tujuan 1. Mengetahui definisi
antropologi kesehatan 2. Mengetahui hubungan antara social budaya dan biologi yang
merupakan dasar dari perkembangan antropologi kesehatan 3. Mengetahui perkembangan
antropologi kesehatan dari sisi biological pole 4. Mengetahui perkembangan antropologi
kesehatan dari sisi sosiocultural pole 5. Mengetahui perbedaan antara perkembangan
antropologi kesehatan biological pole dan sosiocultural pole 6. Mengetahui kegunaan
antropologi kesehatan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Antropologi Kesehatan Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu


mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi,
ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia, dalam proses
perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-
budaya. Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu
disiplin biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya
berkenaan dengan perilaku manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini
berinteraksi sehingga berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit. Selain itu
Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan antropologi kesehatan merupakan
studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan
dan mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan merawat
penyakit. 1. Hubungan Antara Social Budaya dan Biologi yang Merupakan Dasar
dari Perkembangan Antropologi Kesehatan Masalah kesehatan merupakan
masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan
yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku,
populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat
yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan
resultante dari 4 faktor, yaitu : 1. Environment atau lingkungan 2. Behaviour atau
perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk,
dan sebagainya 4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif Dari empat faktor tersebut di atas,
lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
(dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku
sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor
seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman
kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable –
variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik
dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,
biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini
memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial
dan budaya di masyarakat tertentu. 1. Perkembangan Antropologi Kesehatan dari
Sisi Biological Pole Biological or physical anthropology, berusaha untuk
memahami jasad/fisik manusia melalui evolusi, kemampuan adaptasi, genetika
populasi, dan primatologi (studi tentang makhuk primate / binatang yang
menyerupai manusia). Sub bidang dari Anthropologi fisik ini mencakup:
anthropometrics, forensic anthropology, osteology, and nutritional anthropology.
Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling
berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain.
Misalnya dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik
dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,
biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini
memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial
dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu
daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena
pernikahan diantara anggota keluarga. Secara umum, antropologi kesehatan
senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut: 1.
Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakatsecara keseluruhan
termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang
membangun.Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi
dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik. 2.
Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan
proses sosial budaya bidang kesehatan. 3. Sumbangan terhadap metode
penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang
tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi
yang ada di masyarakat. Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan
terhadap antropologi kesehatan, antara lain: 1. Antropologi fisik/biologi/ragawi.
Contoh: nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit.
Selain itu juga mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi
dan urbanisasi. 2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada
masyarakat primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam
perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan
tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah. 3. Kepribadian dan budaya,
adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia.
Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan
yang tepat dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang
sama. 4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan
bekerjasama dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara
kepercayaan dan praktek kesehatan. 1. Perkembangan Antropologi Kesehatan
dari Sisi Sosiocultural Pole Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-
kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat
sebagai pusat dari budaya, diantaranya : 1. Penyakit yang berhubungan dengan
kepercayaan (misfortunes) 2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan
oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir 3. Kelompok
healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh 5. Adapun perhatian
terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual, terutama
illness dan sickness pada keluarga ataupun masyarakat. Jika diumpamakan
sebagai kewajiban, maka tugas utama ahli antropologi kesehatan diantaranya:
bagaimana individu di masyarakat mempunyai persepsi dan bereaksi terhadap ill
dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan dipilih, untuk mengetahui
mengenai budaya dan keadaan sosial di lingkungan tempat tinggalnya. 1. Beda
Antara Perkembangan Antropologi Kesehatan Biological Pole dan Sosiocultural
Pole Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi
dan kutub sosial budaya. 1. Pokok perhatian kutub biologi : 1. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia 2. Peranan penyakit dalam evolusi manusia 3.
Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba) 4. Pokok perhatian kutub
sosial-budaya : 1. Sistem medis tradisional (etnomedisin) 2. Masalah petugas-
petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka 3. Tingkah laku sakit 4.
Hubungan antara dokter pasien 5. Dinamika dari usaha memperkenalkan
pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional. 1. Kegunaan
Antropologi Kesehatan Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota
masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan
emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol,
bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam
berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi,
bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll).
Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan
masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada
ilmu kesehatan lain sebagai berikut : 1. Memberikan suatu cara untuk
memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara
pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam
meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada
akar kepribadian masyarakat yang membangun. 2. Memberikan suatu model
yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang
kesehatan. Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan
masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya
pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru. 3.
Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan
iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat. BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Antropologi
kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting sekali,
karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara
budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. 2. Masalah
kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
3. Ada beberapa ilmu yang berhubungan dengan antropologi dan saling
berkontribusi dalam memberikan sumbangan untuk perkembangan ilmu lain
seperti bidang biologi dan sosialkultur. 4. Perkembangan antropologi kesehatan
biological pole dan sosiocultural pole memiliki perbedaan masing – masing. 5.
Antropologi kesehata memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu
memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan
termasuk individunya. 1. Saran Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan
perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar
belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu petugas
kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA Anderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press FKM UI,
2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
http://keperawatansemester1.blogspot.com/2011/04/perkembangan-antropologikesehatan.html
http://siskadewi1993.blog.co

PERANAN ILMU ANTROPOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN

DESCRIPTION

antropologi

TRANSCRIPT

PERANAN ILMU ANTROPOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN Anthropology


berarti ilmu tentang manusia, dan adalah suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu
dipergunakan dalam arti yang lain, yaitu ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia (malahan
pernah juga dalam arti ilmu anatomi). ^1 Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat
munculnya manusia, tetapi sebagaimana diungkapkan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit
adalah bagian dari kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubah-ubah. Peranan yang
pasti dari penyakit dari evolusi manusia belum difahami secara jelas, tetapi ahli
paleopatologi yakin bahwa ada hubungan antara penyakit dan evolusi manusia.
Sebagaimana dikemukakan oleh Foster dan Anderson (1978) kesehatan berhubungan
dengan perilaku. Perilaku sehat dapat dipandang sebagai suatu respon yang rasional
terhadap hal-hal yang dirasakan akibat sakit.Dengan kata lain, ada suatu hubungan intim
dan tidak dapat ditawar-tawar lagi antara penyakit, obat-obatan dan kebudayaan. Teori
penyakit termasuk didalamnya etiologi, diagnosis, prognosis, perawatan, dan perbaikan
atau pengobatan keseluruhannya adalah bagian dari kebudayaan. Suatu studi tentang
konfrontasi manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem
pengobatan dan obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman
yang datang disebut antropologi kesehatan (Landy 1977).Antropologi kesehatan adalah
studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang
penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih
sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan
masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja. Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu
seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari
aspek fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian antropologi kesehatan yang diajukan
Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu
antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menrut Foster/Anderson,
antroplogi kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub
yang berbeda yaitu biologi dan kutub sosial budaya. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa Antropologi kesehatan adalah disiplin ilmu yang memberi perhatian pada aspek-
aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3) . Menurut Foster
(1978) ada tiga tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan,
yaitu : 1) Kajian tentang obat primitif, tukang sihir dan majik2) Kajian tentang kepribadian
dan kesehatan diberbagai setting budaya. 3) Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam
program-program kesehatan internasional dan perubahan komunitas yang
terencana.McElroy dan Townsend (1985) menambahkan dua kajian antropologi lain,
yaitu1) Antropologi ekologi 2) Teori evolusioner. Hal itu terlepas dari arti antropologi
sebagai ilmu filsafat dan teologi tentang manusia Menurut Foster dan Anderson (1978) ada
empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh antropologi terhadap ilmu kesehatan. 1)
Perspektif antropologi a. Pendekatan Holistik Memahami suatu gejala sebagai suatu
sistem. Pendekatan ini dilandasi oleh pengalaman lapangan bahwa batas pranata-pranata
budaya tidak jelas, bahwa suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari
hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan sistem, bahwa suatu pranata hanya
dapat dipelajari dalam konteks pranata lain yang menopang atau ditopangnya. b.
Relativisme BudayaDalam konteks relativisme budaya, maka dalam merencanakan
program perubahan akan bijaksana jika diawali dengan upaya untuk mengetahui apa-apa
yang telah ada yang relevan dengan program. 2) Perubahan: proses dan
persepsi/Perubahan Terencana. Suatu perubahan terencana akan lebih berhasil manakala
perencanaan program bertolak dari konsep budaya. Perencanaan program pembaharuan
kesehatan dalam upaya mengubah perilaku kesehatan memfokuskan diri pada bangunan
fisik, perilaku yang nampak, juga aspek psiko-budaya.3) Metodologi penelitian
antropologi. Dengan hidup ditengah-tengah masyarakat yang distudi untuk beberapa bulan
bahkan mendapatkan data yang palsu, dan memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan
oleh masyarakat yang menjadi target. 4) Premis-premis antropologi. Beberapa premis dari
sebagian besar ahli antropologi kesehatan yang perlu diketahui oleh ahli kesehatan antara
lain :(1) Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan fakta umum dari kehidupan manusia.
Penyakit terjadi pada tiap tempat, waktu dan individu dalam masyarakat.(2) Seluruh
kelompok manusia, telah mengembangkan metode dan aturan, sesuai dengan sumber daya
dan strukturnya, untuk mengatasi atau merespon terhadap penyakit.(3) Seluruh kelompok
manusia telah mengembangkan seperangkat kepercayaan, pengertian, dan nilai-nilai yang
konsisten dengan matriks budayanya untuk memahami tentang penyakit dan menentukan
tindakan untuk mengatasinya.Secara umum antropologi kesehatan senantiasa memberikan
sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut : Memberikan cara untuk memandang
masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat
akan memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu
masyarakat dengan bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh
pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme, yang menjadi dasar pemikiran antropologi
dapat digunakan untuk menyelasaikan suatu masalah dan mengembangkan situasi
masyarakat menjadi lebih baik. Memberikan suatu model yang secara operaasional
berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. Sumbangan terhadap
metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang
tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA. Koentjaraningrat. 2008. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:


Djekky R. Djoht. 2002. Antropologi Papua. Foster/Anderson. 1986. Antropologi
Kesehatan, Jakarta: Grafiti.Joyomartono, Mulyono, 2011. Pengantar Antropologi
Kesehatan. Semarang: Unnes Press.Habib Umar. 2011. Penerapan Antropologi Kesehatan.
http://azhadzaktar.blogspot.com/http://katamila.blogspot.com/2012/06/antropologi-
kesehatan.html
RECOMMENDED

Patologi humoral berdasarkan atas konsep ”humor” (cairan ) dalam tubuh manusia
ditemukan dalam teori yunani mengenai empat unsur (Tanah, Air, Udara, Api). Patologi
humoral dikenal sejak Abad Ke 6 .S.M. Teori keseimbangan mengenai kesehatan telah
berkembang dimasa Yunani. Hal itu dibuktikan oleh diskripsi ‘Hipocrates’ tentang
penyakit: tubuh manusia mengandung darah, flegma , empedu kuning, dan empedu hitam.
Unsur-unsur inilah yang membentuk tubuh manusia dan menyebabkan tubuh merasakan
sakit atau sehat, penyakit akan timbul pada waktu tertentu pada setiap tahun. Penyakit akan
menonjol pada musim yang cocok dengan sifat-sifatnya. Penyakit yang disebabkan oleh
kelebihan makanan diobati dengan puasa. Penyakit disebabkan karena kekurangan
makanan disembuhkan dengan memberi makanan. Penyakit akibat kerja keras diobati
dengan istirahat. Dokter harus menanggulangi penyakit dengan prinsip oposisi terhadap
penyebab prenyakit, sesuaqi dengan bentuknya, pengaruh musimnya, dan pengaruh
usianya, menghadapi ketegangan dengan kesantaiannya. Keseimbangan berbeda-beda
terlihat pada wajah. Wajah kemerah-merahan wajah sehat, gembira, optimis. Flegmatis,
tenang dapat mengendalikan diri, lamban, apatis. masam, cepat marah, bertemperamen
buruk, murung atau melankoli, depresi, sedih, melankolis.
a. Penyakit Yang Disebabkan Panas Di obati dengan ramuan obat yang dingin dan
makanan yang dingin dilakukan tindakan – tindakan yang mendinginkan.
b. Penyakit Yang disebabkan Oleh Dingin. Di obati dengan ramuan panas dan makanan
panas. diberikan tindakan anti panas pengobatan pada umumnya campuran mdari unsur
dingin dan unsur panas.

Apa itu Patologi: Gambaran Umum


Definisi dan Ringkasan

Patologi adalah salah satu cabang ilmu kedokteran yang berperan penting dalam
mendiagnosa penyakit, terutama kanker. Secara umum, patologi adalah ilmu yang
mempelajari penyakit, analisis, dan pengambilan sampel jaringan, sel, dan cairan
tubuh. Patolog biasanya akan memeriksa sampel darah, air mani, air liur, cairan pleura
yang diambil dari paru-paru, cairan perikard yang diambil dari jantung, cairan asites
yang diambil dari hati, dan cairan serviks. Sampel-sampel ini akan dilihat melalui
mikroskop, lalu patolog akan mencari setiap kelainan seluler. Pertumbuhan abnormal
dalam tubuh juga akan diperiksa untuk memastikan apakah bersifat kanker atau non-
kanker.

Bidang Patologi

Terdapat 3 bidang patologi, yaitu:

 Patologi klinik – Patologi klinik menangani analisis urin, sampel jaringan, dan
darah, serta memberikan banyak informasi penting mengenai masing-masing sampel,
seperti elektrolit urin, analisa darah, dan sebagainya.
 Patologi anatomi – Cabang patologi anatomi bisa memeriksa seluruh tubuh
dalam suatu proses otopsi, atau spesimen jaringan tubuh yang diambil melalui
pembedahan. Bidang patologi ini digunakan untuk menentukan perubahan susunan
anatomi, jejak kimiawi sel, dan penampilan sel.
 Patologi umum – Patologi umum adalah ilmu yang mempelajari cara suatu
penyakit dalam mempengaruhi atau menyebabkan kelainan pada fungsi dan struktur
setiap bagian tubuh. Cabang ini menentukan penyebab, mekanisme, dan kemungkinan
perkembangan penyakit. Bidang ini juga menganalisis kelainan klinis sebagai tanda
khas penyakit tertentu. Ilmu ini juga melibatkan berbagai cabang ilmu lainnya seperti
kimia, mikrobiologi, dan hematologi.

Cabang Patologi

Patologi berkembang terus sehingga terdapat beberapa kategori, seperti:

 Sitopatologi – Disebut juga sitologi, yaitu mempelajari dan mendiagnosa


penyakit seluler. Banyak digunakan untuk diagnosa kanker serta kondisi infeksi
dan peradangan lainnya.
 Dermatopatologi – Cabang ini berfokus pada segala hal mengenai kulit,
sebagai organ dan juga penyakit yang terdapat pada kulit.
 Patologi forensik – Tujuan utama patologi forensik adalah menentukan
penyebab kematian seseorang. Hal ini dilakukan dengan memeriksa jaringan,
menafsirkan hasil laboratorium toksikologi, dan memeriksa trauma fisik.
 Histopatologi – Cabang ini memeriksa berbagai jaringan tubuh manusia
dengan mikroskop. Jaringan yang dipelajari adalah sampel biopsi dan spesimen
dari pembedahan.
 Neuropatologi – Cabang ini mempelajari penyakit yang mempengaruhi
jaringan di sistem saraf.
 Patologi paru – Cabang ini mendiagnosa penyakit yang mempengaruhi
paru-paru dengan mempelajari spesimen yang diambil dari tubuh melalui biopsi
transbronkial bronkoskopik atau biopsi melalui kulit dengan panduan CT.
 Patologi ginjal – Berfokus pada penyakit ginjal, patolog ginjal dapat
membantu ahli ginjal dan ahli transplantasi menganalisa spesimen yang
diperoleh melalui biopsi ginjal . Analisa bisa dilakukan melalui mikroskop,
mikroskop elektron, atau melalui imunofloresensi.
 Patologi bedah – Patologi bedah mempelajari spesimen bedah dengan
kombinasi analisa secara anatomis dan histologis.
 Hematopatologi – Ilmu ini khusus mempelajari penyakit yang
mempengaruhi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Organ utama
yang dipelajari adalah organ yang berperan pada produksi darah, seperti
sumsum tulang, limfonodus, limpa, timus, dan jaringan limfoid.
 Patologi molekuler – Cabang patologi ini mempelajari dan mendiagnosa
molekul yang menyusun berbagai organ dan jaringan tubuh.
 Patologi mulut dan maksilofasial – Termasuk salah satu dari sembilan
spesialisasi ilmu kedokteran gigi. Patologi mulut mempelajari penyakit yang
mempengaruhi rongga mulut dan struktur sekitarnya.

Komponen Penyakit

Dalam mempelajari penyakit, patolog berfokus pada empat komponen, yaitu:


 Penyebab – Dalam ilmu kedokteran disebut juga etiologi penyakit, patolog
harus memikirkan dan menentukan penyebab suatu penyakit yang sebenarnya.
Pada kasus patologi forensik yang mempelajari jenazah seseorang, tujuannya
adalah menentukan penyebab kematian.
 Mekanisme perkembangan – Disebut juga sebagai patogenesis penyakit,
mengacu pada mekanisme biologis yang menyebabkan tubuh seseorang menjadi
tidak baik atau tidak sehat, mulai dari tahap awal penyakit, perkembangan,
sampai ke tingkatannya, seperti apakah penyakit tersebut termasuk akut,
berulang, atau kronis. Singkatnya, patogenesis mempelajari proses. Patogenesis
lain untuk suatu penyakit disebut patogenesis bakterial, yang mempelajari cara
bakteri untuk dapat menyebabkan suatu penyakit tertentu. Jenis patogenesis
lainnya adalah infeksi mikroba, keganasan jaringan, atau peradangan.
 Perubahan struktur sel – Disebut juga sebagai perubahan morfologi,
patologi ini mempelajari cara suatu penyakit yang dapat membuat perubahan
pada sel tubuh atau perubahan struktural yang disebabkan oleh penyakit
tersebut di tingkat seluler.
 Manifestasi klinis – Komponen patologi ini merujuk pada hal-hal yang
terjadi sebagai akibat perubahan seluler yang disebabkan oleh suatu penyakit,
atau efek langsung penyakit tersebut pada tubuh.

Spesialis: Patolog

Patolog adalah seorang praktisi medis yang telah mengambil spesialisasi di bidang
patologi, seorang dokter yang mengambil spesialisasi untuk mendiagnosa penyakit
berdasarkan pemeriksaan jaringan. Persyaratan perizinan untuk patolog berbeda untuk
setiap negara, tetapi kebanyakan diperlukan empat tahun pendidikan sarjana
kedokteran, empat tahun pelatihan di sekolah kedokteran (kepaniteraan klinik), dan
dua sampai empat tahun pendidikan spesialisasi, antara patologi anatomi atau patologi
klinik. Pendidikan spesialisasi yang dijalani oleh seorang dokter patologi anatomi
sampai mendapatkan sertifikat kompetensinya berbeda dengan pendidikan spesialisasi
untuk seorang dokter patologi klinik (sampai mendapatkan sertifikat kompetensinya).
Karena bidang pekerjaannya, para patolog akan bekerja sama dengan praktisi medis
lainnya. Pendapat mereka biasanya akan dipertimbangkan untuk perencanaan tata
laksana penyakit yang tepat.

Kapan Anda Harus Menemui Seorang Patolog?

Pasien biasanya sangat jarang untuk harus menemui patolog secara langsung,
meskipun peran patolog dalam tim medis sangat penting dan kontribusi mereka sangat
nyata dalam perencanaan tata laksana. Karena pengaruh patolog sangat besar terhadap
penanganan suatu penyakit, sangatlah penting bagi pasien dan dokter yang
merawatnya agar percaya pada hasil patologis. Namun demikian, karena peran utama
patolog berbasis di laboratorium, kebanyakan pasien tidak mengetahui apapun
mengenai patolog yang mendiagnosa penyakit mereka. Karena sulit bagi pasien untuk
mendapatkan informasi seperti latar belakang pendidikan dan pelatihan, dan juga
pengalaman klinik patolog yang menangani sampel jaringan mereka, beberapa pasien
atau bahkan dokter meminta pendapat dari patolog lain, terutama jika diagnosanya
kurang meyakinkan.

Referensi:
 Robbins, Stanley. (2010). “Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease.”

 Rothstein W. (1979). “Pathology: The Evolution of a Specialty in American


Medicine.” Medical Care.

 Long E. (1965). “History of Pathology.”

 Machevsky A, Wick MR. (2004). “Evidence-based Medicine, Medical


Decision Analysis, and Pathology.” Human Pathology.
 
                 

1 of 12 Perkembangan antropologi kesehatan

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Antropologi Kesehatan adalah cabang dari
antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1).
Antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan
kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut
berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis
suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para
petugas kesehatan saat ini. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, berbagai ilmu yang menunjang
profesi sangat diperlukan guna mendukung tenaga kerja yang profesional. di dalam bidang kesehatan
itu sendiri, khususnya perawat berbagai bidang ilmu yang mencakup bidangnya sangat penting untuk
dikuasai dan dipahami. salah satunya yaitu antropologi kesehatan. Di dalam antropologi kesehatan itu
sendiri tercakup materi mengenai perkembangan antropologi kesehatan dimana di dalam
perkembangannya menyangkut hal-hal yang penting untuk dipelajari, yaitu : hubungan antara sosial
budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan, perkembangan antro
kesehatan dari sisi biological pole, perkembangan antro kesehatan darsi sisi sosiocultural pole, beda
antara perkembangan antro kesehatan biological pole dan sosiocultural pole, dan kegunaan antro
kesehatan. Maka dari itu kami membuat makalah yang menyangkut tentang antropologi kesehatan.
1. 2. 2 B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian antropologi kesehatan? 2. Apakahhubungan
antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan? 3.
Bagaimana perkembangan antro kesehatan dari sisi biological pole? 4. Bagaimana
perkembangan antro kesehatan dari sisi biological pole? 5. Apakah beda antara perkembangan
antro kesehatan biological pole dan sosiocultural pole? 6. Apakah kegunaan antro kesehatan?
C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian antropologi kesehatan. 2. Mengetahui hubungan
antara sosial budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antro kesehatan. 3.
Mengetahui perkembangan antro kesehatan dari sisi biological pole. 4. Mengetahui
perkembangan antro kesehatan dari sisi sosiocultural pole. 5. Mengetahui beda antara
perkembangan antro kesehatan biological pole dan sosiocultural pole. 6. Mengetahui kegunaan
antro kesehatan.
2. 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Antropologi Kesehatan Antropologi berasal dari
kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu.Menurut Koentjaraningrat
(1981 : 11) antropologi berarti “ilmu tentang manusia.” Antropologi kesehatan adalah studi
tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
kesehatan (SolitaSarwono, 1993). Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi
perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama
tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit dan
keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan) dibuat oleh
kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia sekarang ini.
(Landy, 1977).Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya
disetujui oleh ahli antropologi, yaitu: 1. Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan kenyataan
universal dari kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat dan
masyarkaat, 2. Kelompok manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang teralokasi,
sama dengan sumber daya dan struktur mereka untuk meniru dengan atau merespon penyakit,
3. Kelompok manusia mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian dan persepsi
yang konsisten dengan matriks budaya mereka, untuk menentukan atau menyadari penyakit.
Menurut Landy, Masyarakat yang berbeda, dengan budaya yang berbeda, memiliki pandangan
yang berbeda pula terhadap kesehatan dan penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si
pasien. Uraian sejarah muncul dan perkembangan antropologi kesehatan dibuat menurut urutan
waktu cetusannya:
3. 4. 4 1. Tahun 1849 Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849
menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit,
maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat
melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow
berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya
bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang. 2. Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan yang
ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the
force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah
menciptakan suatu subdisiplin baru. 3. Tahun 1963 Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi
judul “Antropologi Kesehatan” dan Paulmembicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam
suatu artikel mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli
antropologi Amerika benar- benar menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang
kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin
Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang
berjudul Medical Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000
judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan
pentingnya sistem medis bagi Antropologi. B. Hubungan antara Sosial Budaya dan Biologi
yang merupakan Dasar dari Perkembangan Antropologi Kesehatan. Hubungan antara social
budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan antropologi kesehatan yaitu
masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
4. 5. 5 resultant dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat
kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being ,
merupakan resultante dari 4 faktor yaitu : 1. Environment atau lingkungan 2. Behaviour atau
perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance 3. Heredity
atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya 4. Health
care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitative. Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan
yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien. Misalnya dalam bidang biologi,
antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan
variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan
epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan biologi yang
didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor- faktor sosialdan budaya di
masyarakat tertentu. Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara
Timur ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga. C.
Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Biological Pole Antropologi kesehatan dari sisi
Biological Pole berusaha untuk memahami jasad/fisik manusia melalui evolusi, kemampuan
adaptasi, genetika populasi, dan primatologi (studi tentang makhuk primate / binatang yang
menyerupai manusia).Sisi biologi adalah hal penting dalam kesehatan. Sisi biologi adalah
kesatuan sistem organ tubuh yang saling menunjang, apabila
5. 6. 6 terdapat gangguan dari salah satu organ tubuh maka juga akan menggangggu keseluruhan
sistem fungsi. Sisi biologi, melalui tubektomi, dilihat dari sudut budaya oleh Haryati (1990)
dalam penelitiannya tentang penerimaan masyarakat desa terhadap cara ini untuk ber-KB.
Kajian yang dilakukan Haryati selangkah lebih maju dari dua peneliti sebelumnya dengan lebih
banyak menggali sisi biologi (tubektomi) dan kemudian memasukan ke dalam wacana
kesehatan pada masyarakat yang diteliti dengan melibatkan sistem pengetahuan mereka untuk
memilih cara ini dalam ber-KB. Terdapat ahli-ahli antropologi yang pokok perhatiannya adalah
tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia
dan paleopatologi(studi mengenai penyakit-penyakit purba). Ahli-ahli antropologi yang
memiliki minat tersebut mempunyai kesamaan perhatian dengan ahli-ahli genetika, anatomi,
sorologi, biokimia dan sejenisnya. Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara
perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap faktor-faktor
sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan
terhadap antropologi kesehatan, antara lain : 1. Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh:
nutrisi mempengaruhi pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga
mempelajari evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi. 2.
Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat primitif atau yang
masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan lebih lanjut stereotipe ini harus
dihindari karena pengobatan tradisional tidak selamanya terbelakang atau salah. 3. Kepribadian
dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia.
Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat
dapat digunakan untuk mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama. 4. Kesehatan
Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasamadengan antropologi untuk
menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan.
6. 7. 7 D. Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Sosiocultural Pole Antropologi
kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit
dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang menjadi kajian disiplin ilmu ini
adalah: 1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes). 2. Beberapa
masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau
penyihir, 3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok
masyarakat. 4. Healers yang mempunyai peranan sebagai penyembuh. 5. Perhatian terhadap
suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual, terutama illness dan sickness pada
keluarga ataupun masyarakat. Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada
akhir abad 20, pada tahun 1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa
kepercayaan medis dan prakteknya tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi
sosial yang lain. Ia menyatakan “praktek medis primitif mengikuti dari dan membuat
pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari kepercayaan medis. Ia juga menyatakan
keberadaan 3 padangan dunia yang berbeda (gaib, religi, dan naturalistik) dan menghubungkan
sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan memilki model perilaku medis yang
sesuai. Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan
dalam bentuk lima generalisasi yaitu: 1. Studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah
sifat tunggal melainkan konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt
dimana pola medis berada dalam totalitas tersebut, 2. Ada begitu banyak pengobatan primitif,
3. Bagian dari pola medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional saling
berkaitan, 4. Pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi
budaya,
7. 8. 8 5. Manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan
gaib. Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog, perilaku
sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease,
model penjelasan penyakit explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role),
interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien,
membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat
dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan. Terdapat ahli-ahli antropologi dengan
pokok perhatian pada sistem medis tradisional (etnomedisin), masalah petugas-petugas
kesehatan dan persiapan profesional mereka, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter-pasien
serta dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan Barat kepada masyarakat-
masyarakat tradisional. E. Beda antara Perkembangan Antropologi Kesehatan Biological Pole
dan Sosiocultural Pole Antropologi kesehatan tidak boleh dipandang sebagai penggabungan
dari dua disiplin yang longgar, biologi dan sosial-budaya, karena seringkali masalah-masalah
yang dihadapi kedua disiplin ilmu tersebut saling membutuhkan data maupun teori-teori dari
kedua bidang yang bersangkutan. Penyakit jiwa, misalnya, tidaklah semata-mata dapat
dipelajari dalam kerangka faktor fisiologis atau biokimia belaka, atau faktor-faktor psiko-
sosial-budaya yang bersumber pada stres; kedua jenis data tersebut penting untuk memperoleh
pemahaman yang mendalam dari faktor-faktor yang berpengaruh. Serupa halnya dengan
makanan, dimana kebiasaan makan dan makanan yang dipilih berkaitan dengan tingkatan
nutrisi. Demikian pula teori epidemiologi yang didasarkan atas pengetahuan bahwa tingkahlaku
manusia sangat mempengaruhi vektor yang menularkan banyak pennyakit. Pokok perhatian
biological pole : 1. Pertumbuhan dan perkembangan manusia. 2. Peranan penyakit dalam
evolusi manusia. 3. Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba) Pokok perhatian
sociocultural pole :
8. 9. 9 1. Sistem medis tradisional (etnomedisin). 2. Masalah petugas-petugas kesehatan dan
persiapan profesional mereka. 3. Tingkah laku sakit. 4. Hubungan antara dokter pasien. 5.
Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat
tradisional. Jadi perbedaannya terletak pada masing-masing disiplin ilmu yang bersangkutan,
dalam memandang suatu fenomena baik dari bidang biologi maupun bidang sosial-budaya.
Contoh: dari segi biologi, penyakit merupakan suatu kondisi patologis yang dibuktikan dengan
hasil-hasil tes laboratorium atau bentuk-bentuk pemeriksaan klinis lainnya. Namun dari
pandangan budaya, penyakit adalah pengakuan sosial bahwa seseorang itu tidak bisa
menjalankan peran normalnya secara wajar, dan bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap
situasi tersebut. Dengan kata lain harus dibedakan antara penyakit (disease) sebagai suatu
konsep patologis, dan penyakit (illness) sebagai suatu konsep kebudayaan. F. Kegunaan
Antropologi Kesehatan Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan
sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut : 1. Memberikan suatu cara untuk
memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang
tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan
suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun.
Contoh ; pendekatan sistem, holistik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi
dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi
masyarakat menjadi lebih baik. 2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna
untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. Memang tidak secara tepat
meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan
kemungkinan luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang
baru. 3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan
suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang suatu
kondisi yang ada di masyarakat.
9. 10. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang
memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia,
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3). 2.
Hubungan antara social budaya dan biologi yang merupakan dasar dari perkembangan
antropologi kesehatan yaitu masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan
resultant dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. 3. Sisi biologi
adalah kesatuan sistem organ tubuh yang saling menunjang, apabila terdapat gangguan dari
salah satu organ tubuh maka juga akan menggangggu keseluruhan sistem fungsi. 4.
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan
dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya. 5. Perbedaanperkembangan antropologi
kesehatan biological pole dan sosiocultural pole yaitu biological pole pokok perhatian adalah
pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia dan
paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba). Pokok perhatian sociocultural pole
adalah sistem medis tradisional (etnomedisin), masalah petugas-petugas kesehatan dan
persiapan profesional mereka, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter pasien dan dinamika
dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional. 6.
Kegunaan antropologi kesehatan adalah memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat
secara keseluruhan termasuk individunya, memberikan suatu model yang secara operasional
berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan dan sumbangan terhadap
metode penelitian dan hasil penelitian.
10. 11. 11 B. Saran Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang antropologi kesehatan yang
merupakanstudi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat
tentang penyakit dan kesehatan.
11. 12. 12 DAFTAR PUSTAKA
Drs. Naffi Sanggenafa, MA. 2002. Jurnal Antropologi Papua. Jayapura. Laboratorium
Antropologi Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Cenderawasih.
Gutomo Priyatmono. 2007. Bermain dengan Kematian. Yogyakarta. Kanisius.
Saifudin. 2005. Antropologi Kontemporer, Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.
Jakarta: Prenata Media Tedi Sutardi. 2007. Antropologi :mengungkap Keragaman Budaya
untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas, Program Bahasa. Bandung. PT Setia Purna Inves.
http://sayedmuddasir.wordpress.com/2014/05/01/pandangan-ahli-antropologi-terhadap-
penyakit/ http://www.anneahira.com/artikel-kesehatan-antropologi-kesehatan.htm
Recommended

PowerPoint: Using Photos and Video Effectively for Great Presentations


Online Course - LinkedIn Learning

Pendahuluan
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit
dan sehat sebagai pusat dari budaya, di antaranya objek yang  menjadi kajian disiplin ilmu ini adalah: 1)
penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes), 2) dibeberapa masyarakat misfortunes
disebabkan oleh kekuatan supranatural maupun supernatural atau penyihir, 2) kelompok healers ditemukan
dengan bentuk yang berbeda disetiap kelompok masyarakat, 3) healers mempunyai peranan sebagai
penyembuh, dan 4) adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak secara individual,
terutama illness  dan sickness  pada keluarga ataupun masyarakat.

Jauh sebelum apa yang disimpulkan ahli-ahli antropologi pada akhir abad 20, pada tahun
1924 W.H. R. River, seorang dokter, menyebutkan bahwa kepercayaan medis dan prakteknya
tidak dapat dipisahkan dari aspek budaya dan organisasi sosial yang lain. Ia menyatakan “praktek
medis primitif mengikuti dari dan membuat pengertian dalam syarat-syarat yang mendasari
kepercayaan medis. Ia juga menyatakan keberadaan 3 padangan dunia yang berbeda (gaib, religi,
dan naturalistik) dan menghubungkan sistem-sistem kepercayaan, dan tiap-tiap pandangan
memilki model perilaku medis yang sesuai.
Ackerkencht, seorang dokter dan ahli antropologi, orientasi teoritisnya diungkapkan dalam
bentuk lima generalisasi yaitu 1) studi signifikan dalam antropologi medis bukanlah sifat tunggal
melainkan konfigurasi budaya secara keseluruhan dai masyarakat dan temapt dimana pola medis
berada dalam totalitas tersebut, 2) ada begitu banyak pengobatan primitif, 3) bagian dari pola
medis, seperti yang ada pada keseluruhan budaya, secara fungsional saling berkaitan, 4)
pengobatan primitif paling baik dipahami dalam kaitan kepercayaan dan definisi budaya, dan 5)
manifestasi pengobatan primitif yang bervariasi seluruhnya merupakan pengobatan gaib.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog—perilaku


sehat (health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease,
model penjelasan penyakit explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role),
interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien,
membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap

kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.


Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam
masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan
masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional antropolog dalam program-
program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar
tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan
tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Tugas utama ahli dari Antropologi Kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan
dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal.
Antropologi Kesehatan dianggap sebagai ‘antropologi dari obat” (segi teori) dan ‘Antropologi dalam
pengobatan’ (segi praktis atau terapan).

Definisi Antropologi Kesehatan Menurut Ahli


Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang Antropologi Kesehatan. Di bawah ini
dijelaskan dari masing-masing definisi Antropologi Kesehatan tersebut. Pemaparannya diurutkan
menurut tahun definisi tersebut dikeluarkan.

Hasan dan Prasad (1959)


Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari
aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan
untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-historical), hukum kedokteran
(medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan
manusia.

Weaver, (1968)
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai
aspek dari kesehatan dan penyakit.

Hochstrasser dan Tapp (1970)


Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya, yang
berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan.

Fabrga (1972)
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan berbagai faktor yaitu mekanisme dan
proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu
dan kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit, dan juga
mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola
tingkahlaku.

Lieban (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang dipengaruhi oleh sosial
dan kultural, dan fenomena sosial dan kultural diterangi oleh aspek-aspek medis.
Faktor-faktor sosial dan kultural membantu menentukan etiologi penyakit dan penyebaran
melalui pengaruh mereka dalam hubungan antara populasi manusia dan lingkungan alamnya, atau
melalui pengaruh langsung pada kesehatan populasi.
Dalam pemahaman Lieban, kesehatan dan penyakit adalah pengukuran efektivitas dengan
dimana kelompok manusia menggabungkan sumber daya kultural dan biologikal, menyesuaikan
dengan lingkungan mereka. Lieban menyebutkan bahwa pada hakekatnya ada empat macam
area utama dalam atropologi kesehatan yaitu ekologi dan epidemi, ethnomedicine, aspek medis
dari sistem sosial, dan perubahan medis dan kultural.

Landy (1977)
Antropologi Kesehatan adalah studi mengenai konfrontasi manusia dengan penyakit dan
keadaan sakit, dan mengenai susunan adaptif (yaitu sistem medis dan obat-obatan) dibuat oleh
kelompok manusia untuk berhubungan dengan bahaya penyakit pada manusia sekarang ini.
Landy juga menyatakan bahwa terdapat tiga generalisasi yang pada umumnya disetujui oleh
ahli antropologi, yaitu: 1) penyakit dalam beberapa bentuk merupakan kenyataan universal dari
kehidupan menusia. Ini terjadi dalam keseluruhan waktu, tempat dan masyarkaat, 2) kelompok
manusia mengembangkan metode dan peran-peran yang teralokasi, sama dengan sumber daya
dan struktur mereka untuk meniru dengan atau merespon penyakit, 3) kelompok manusia
mengembangkan beberapa set kepercayaan, pengertian dan persepsi yang konsisten dengan
matriks budaya mereka, untuk menentukan atau menyadari penyakit. Menurut Landy, Masyarakat
yang berbeda, dengan budaya yang berbeda, memiliki pandangan yang berbeda pula terhadap
kesehatan dan penyakit, dan juga berbeda ketika memperlakukan si pasien.

Foster dan Anderson (1978)


Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis
dan sosio-budya dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia.
Dalam definisi yang dibuat Foster/Anderson dengan tegas disebutkan bahwa antropologi
kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia.
Menurut Foster/Anderson, Antropologi kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan
penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya. Pokok-pokok
perhatian kutup biologi yang dimaksud Foster/Anderson adalah 1) Pertumbuhan dan
perkembangan manusia, 2) Peranan penyakit dalam evolusi manusia, dan 3) Paleopatologi (studi
mengenai penyakit-penyakit purba). Sedangkan pokok perhatian pada kutup sosial-budaya
meliputi 1) Sistem medis tradisional (etnomedisin), 2) Masalah petugas-petugas kesehatan dan
persiapan profesional mereka, 3) Tingkah laku sakit, 4) Hubungan antara dokter pasien, dan 5)
Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.
Foster dan Anderson (1978), menyatakan bahwa antropologi kesehatan kontemporer dapat
ditemukan pada empat sumber daya yang berbeda yaitu Antropologi Fisik, Ethnomedicine, Studi
Personalitas dan Kultural, dan Kesehatan Publik Internasional.
Foster dan Anderson (1987), mengatakan bahwa lingkungan bio-cultural yang paling baik
dipelajari adalah dari sudut pandang ekologi. Sejak Perang Dunia II, ahli antropologi banyak yang
berpindah ke studi lintas budaya sistim medis, bioekologi dan faktor-faktor sosio-budaya yang
mempengaruhi timbulnya kesehatan dan penyakit.
Pendekatan ekologis merupakan dasar bagi studi tentang masalah-masalah epidemiologi,
dimana tingkahlaku  individu dan kelompok menentukan derajat kesehatan dan timbulnya penyakit
yang berbeda-beda dalam populasi yang berbeda-beda.  Misalnya pada masyarakat yang tinggal
di daerah beriklim tropis, penyakit malaria  bisa berkembang dan menyerang mereka sedangkan
pada daerah beriklim dingin tidak ditemukan penyakit ini, atau di daerah di atas 1700 meter
permukaan laut penyakit malaria tidak ditemukan.
Contoh lain, semakin maju suatu bangsa, penyakit yang dideritapun berbeda dengan bangsa
yang baru berkembang. Penyakit-penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah, TBC, dll. pada
umumnya terdapat pada negara-negara berkembang,
Kelompok manusia beradaptasi dengan lingkungannya dan manusia harus belajar
mengeksploitasi sumber-sumber yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Interaksi ini dapat
berupa sosial psikologis dan budaya yang sering memainkan peranannya dalam mencetuskan
penyakit. Penyakit adalah bagian dari lingkungan hidup manusia contohnya adalah
penyakit Kuru (lihat Foster/Anderson, hal 27-29).

McElroy dan Townsend (1985)


Antropologi Kesehatan adalah sebuah studi tentang bagaimana faktor-faktor sosial dan
lingkungan mempengaruhi kesehatan dan kesadaran cara-cara alternatif tentang pemahaman dan
merawat penyakit.
McElroy dan Townsend yang mengambil pandangan sejarah juga menekankan pentingnya
adaptasi dan perubahan sosial dengan menyatakan bahwa sejumlah besar ahli antropologi
kesehatan kini berhubungan dengan kesehatan dan penyakit yang berkaitan dengan adaptasi
kelompok manusia sepanjang jarak geografis dan jangka waktu luas dari masa prasejarah ke
masa depan.
Kedua ahli ini menyepakati setidaknya enam sub-disiplin antropologis yang relevan dengan
Antropologi Kesehatan yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi Pra-Historis, Antropologi Kultural,
Antropologi Ekologikal, Teori Evolusioner, dan Linguistik Antropologi.

Kesimpulan
Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik kesimpulan

bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan manusia berupa pencegahan,


pengobatan dan penyembuhan penyakit baik masa lalu maupun masa kini yang berhubungan
dengan kultural dan biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu (interdisipliner).
Antropologi kesehatan mempelajari sosio-kultural dari semua masyarakat yang berhubungan
dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya baik sakit yang berhubungan dengan
kepercayaan (misfortunes), kekuatan supranatural/penyihir, penyembuhan penyakit.
Tugas utama ahli antropologi kesehatan adalah bagaimana individu di masyarakat
mempunyai persepsi dan beraksi terhadap ill dan bagaimana tipe pelayanan kesehatan yang akan
dipilih, untuk mengetahui mengenai budaya dan keadaaan sosial di komunitas tempat tinggal. Di
dalam Antropologi Kesehatan mencakup berbagai disiplin ilmu yang saling berhubungan dan
keterkaitan.

Bahan Bacaan
Allan Yooung. 1980. An Anthropological Perspective on Medical Knowledge.   The Journal of
Medicine and Philosophy.
Chapter 1: Intoduction. The Field of Medical Anthropology
Foster/Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan, terj. UI-Press: Yogyakarta
The Field of Medical Anthropology

• Definisi
• Ruang lingkup
• Sejarah
• Manfaat

Sejarah
Rudolf Virchow (1849) ahli patologi Jerman terkemuka, pada tahun 1849
Kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit

 Marsha B. Quinlan, 2011, Washington State University

https://www.researchgate.net/publication/
286692131_Ethnomedicine_in_A_Companion_to_Medical_Anthropology diakses 15 - 8 -2019.

Ethnomedicine meneliti dan menerjemahkan pengetahuan dan teori yang berhubungan


dengan kesehatan yang orang warisi dan pelajari dengan hidup dalam suatu budaya. Setiap
masyarakat memiliki budaya medis tertentu atau "etnomedisin," yang membentuk akal
sehat medis, atau logika. Sebuah sistem etnomedis telah saling terkait gagasan tentang
tubuh, penyebab dan pencegahan penyakit, diagnosis dan perawatan, sehingga
etnofisiologi, etnopsikiatri, perilaku mencari praktisi, dan etnofarmakologi adalah semua
topik etnomedis.

Referensi[sunting | sunting sumber]
Catatan

1. ^ (Inggris) Bynum, edited by W.F.; Porter, Roy


(1997). Companion Encyclopedia of the History of
Medicine (edisi ke-1st pbk. ed.). London: Routledge.
hlm. 281. ISBN 978-0415164184.
2. ^ (Inggris) Bynum, edited by W.F.; Porter, Roy
(1997). Companion Encyclopedia of the History of
Medicine (edisi ke-1st pbk. ed.). London: Routledge. ISBN 978-
0415164184.

3. ^ a b (Inggris) NY Times Book Review Bad Medicine

4. ^ a b (Inggris) "Humoralism" entry, p 204 in Webster's New


World Medical Dictionary, 3rd Edition. Houghton Mifflin
Harcourt, 2009 ISBN 978-0-544-18897-6

5. ^ Burton, Bk. I, p. 147

6. ^ (Inggris) Keirsey, David (1998). Please Understand Me II:


Temperament, Character, Intelligence. Del Mar, CA:
Prometheus Nemesis Book Company. hlm. 26. ISBN 1-
885705-02-6.

7. ^ (Inggris) al.], Lawrence I. Conrad ... [et (1998). The Western


medical tradition, 800 BC to AD 1800 (edisi ke-Reprinted.).
Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 100. ISBN 978-
0521475648.

8. ^ (Inggris) al.], Lawrence I. Conrad ... [et (1998). The Western


medical tradition, 800 BC to AD 1800 (edisi ke-Reprinted.).
Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 101. ISBN 978-
0521475648.

9. ^ (Inggris) Williams, William F. (December 3,


2013). Encyclopedia of Pseudoscience: From Alien Abductions
to Zone Therapy. Routledge. ISBN 1135955298.

Bibliografi

 (Inggris) Edwards. "A treatise concerning the plague and the


pox discovering as well the meanes how to preserve from the
danger of these infectious contagions, as also how to cure
those which are infected with either of them". 1652.
 (Inggris) Moore, Philip. "The hope of health wherin is
conteined a goodlie regimente of life: as medicine, good diet
and the goodlie vertues of sonderie herbes, doen by Philip
Moore." 1564.

 (Inggris) Burton, Robert. 1621. The Anatomy of Melancholy,


Book I, New York 2001, p. 147: "The radical or innate is daily
supplied by nourishment, which some call cambium, and
make those secondary humours of ros and gluten to maintain
it [...]".

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

 BBC Radio4's In Our Time. Episode on the four humors in


MP3 format, 45 minutes.
 Article from 'Phisick'. Humoral Theory

Kategori: 
 Humoralisme
 Kedokteran Yunani Kuno
 Elemen klasik
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-Berbagi Serupa Creative Commons;
ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih
jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai