DOSEN PENGAMPU:
Tiara Putri Ryandini,S.KE.,Ns.,M.kep.
DISUSUN OLEH :
KELAS 1 C
KELOMPOK II
i
MAKALAH
TEORI CALLISTA ROY
ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..1
1.1 Latar belakan……………………………………………….........1
1.2 Rumusan Masa……………………………………………......... 1
1.3 Tujuan……………………………………………………...........2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………….............................3
2.1 Biografi Suster Calista Roy…………………………………… 3
2.2 Sumber Teoriptitis………………………………………...…… 4
2.3 Definis dan Konsep Mayor………………………………….…. 7
BAB IV PENUTUP…………………………………………………18
4.1 Kesimpulan……………………………………………………. 18
4.2 Saran………………………………………………………........ 18
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat
dan karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Teori
Keperawatan cariista roy” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Falsafah
dan Teori Keperawatan. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam
menyusunnya, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu tiara putri ryandini S.
Kep., Ns., M. Kep. selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah
memberikan tugas makalah ini dan memberi pengarahan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran ataupun
masukan dari para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui biografi cariista roy.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari teori cariista roy.
3. Untuk mengetahui sumber teoritis dari teory keperawatan cariista roy.
4. Untuk mengetahui mayor konsep dan definisi teori keperawatan cariista roy.
5. Untuk mengetahui asumsi utama teori cariista roy
6. Untuk mengetahui konsep teori cariista roy dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan
Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan di implementasikan sebagai
dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary's College. Sejak
saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswi terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model, penggunaan model praktek
juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model
Sebuah studi penelitian Pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan
spirit. Keyakinan Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi
keperawatan.
4
2. Stimulus kontekstual yaitu stimulus lain yang menambah dampak
stimulus fokal.
3. Stimulus residual adalah faktor lingkungan yang dampaknya tidak
jelas dalam situasi tertentu.
Teori Helson mengembangkan konsep zona level adaptasi, yang menentukan
apakah suatu stimulus akan menimbulkan efek positif atau negatif. Menurut teori
Helson, adaptasi adalah proses berespons terhadap perubahan lingkungan baik
secara positif atau negatif (Roy & Roberts, 1981). Roy (Roy & Roberts, 1981)
mengombinasikan teori Helson dengan definisi Rapoport tentang sistem untuk
memandang manusia sebagai suatu sistem adaptif. Berdasarkan tcori adaptasi
Helson, Roy (1970), me- ngembangkan dan memperhalus model adaptasinya
dengan konsep dan teori dari Dohrenwerid; Lazarus Mechanic, dan Selye.
Roy memberikan penghargaan khusus pada penulisan pendampingnya
yaitu driever, yang telah menguraikan sebagian integritas diri, serta Martinez dan
satu, yang mengidentifikasi stimulus priemer yang umumnya dapat
mempengaruhi model-model adaptasi. Sejawat lainnyajuga membantu juga
menguraikan konsep, misalnya poush-tetrow dan va landingham yang
berkontribusi pada bagian mode interdepensi, serta rendel yang menyumbangkan
mode fungsi peran.
Setelah mengembangkan modelnya, Roy menyajikan sebagai kerangka
kerja praktik penelitian, dan Pendidikan keperawatan. Roy 1971 menyatakan
ahwa lebih dari 1,500 pengajar dan juga siswa telah berkontribusi pada
pengembangan teoritis model kerangka kerja kurikulum pada sejumlah besar
Kdiens pada Konferensi Pendidik Keperawatan Chicago tahun 1977 (Roy, 1979).
Pada tahun 1987, diperkirakan lebih dari 100,000 perawat di Amerika Serikat dan
Kanada disiapkan untuk mempraktikkan model Roy.
Dalam buku Introduction to Nursing: An Adaptation Model, Roy (1976a)
mendiskusikan tentang konsep diri dan mode identitas kelompok. la dan
kolaboratornya mengutip karya Coombs dan mengenai konsistensi-diri dan faktor
utama yang memengaruhi konsep diri (Roy, 1984). Teori interaksi sosial juga
diambil sebagai landasan teoritis teori Roy. Sebagai contoh, Roy (1984)
5
mencantumkan teori Cooley (1902) bahwa persepsi diri dipengaruhi oleh persepsi
terhadap respons orang lain, yang diistilahkan sebagai "melihat kaca diri". la
menunjukkan bahwa Mead mengembangkan gagasannya dengan hipotesisnya
bahwa penilajan diri meng- gunakan hasil generalisasi orang lain. Roy juga
mendasarkan teorinya dari pandangan Sullivan bahwa sosok diri muncul dari
interaksi sosial (Roy, 1984).
Gardner dan Erickson mendukung pendekatan pengembangan teori Roy
(Roy, 1984). Mode lainnya, yaitu fisiologis fisik, fungsi peran, dan inter-
dependensi, sama-sama diturunkan dari ilmu biologis dan perilaku untuk
memahami manusia. Pengembangan tambahan dari model Roy di lakukan pada
tahun 1900 akhir dan menjelang abad ke-21. Pengembangan ini diantaranya
meliputi asumsi ilmiah dan filosofis yang diperbarui; definisi ulang tentang
adaptasi dan tingkat adaptasi. penambahan mode adaptif menjadi pengembangan
ilmu tingkat kelompok; serta analisis, kritik, dan agai sintesis dari hasil riset
selama 25 tahun yang esar didasarkan pada Model Adaptasi Roy. Roy setuju a di
dengan pakar teori lainnya yang percaya bahwa 087, ika kan perubahan dalam
sistem orang lingkungan di muka bumi sangatlah banyak hingga akhir zaman
(Davies, 1988; De Chardin, 1966).
Selama 67 tahun masa geologis Kenozoikum, masa mamalia dan masa
kreativitas besar, kehidupan manusia telah ada di bumi ini. Selama masa ini pula,
manusia hanya sedikit atau bahkan tidak sama sekali memengaruhi alam semesta
(Roy, 1997). "Manusia telah mengendalikan sistem kehidupan di bumi secara
besar-besaran. Roy menyatakan bahwa kita saat ini ada dalam posisi untuk
memutuskan alam semesta seperti apa yang akan kita huni" (Roy, 1997, hal. 42).
Roy "telah nembuat fokus asumsi dari pengorganisasian diri orang dan
lingkungan yang kompleks pada abad dua satu serta takdir yang bermakna dari
konvergensi alam semesta, orang, dan lingkungan yang dapat dianggap sebagai
suatu Dzat yang maha kuasa atau Tuhan" (Roy & Andrews, 1999, hal. 395).
Menurut Roy (1997), "manusia hidup berdampingan dengan lingkungan fisik dan
sosialnya" (hal. 43); manusia dan lingkungannya "berbagi takdir dengan alam
6
semesta dan bertanggungjawab terhadap transformasi timbal-balik" (Roy &
Andrews, 1999, hal. 395).
Pengembangan model yang berhubungan dengan hubungan terpadu antara
manusia dan lingkungannya telah dipengaruhi oleh "hukum kompleksitas
progresif dan kesadaran yang meningkat" dari Pierre Teilhard De Chardin (De
Chardin, 1959, 1965, 1966. 1969) serta teori dari Swimme dan Berry (1992).
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input,
control,proses, output, dan umpan balik
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal,konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga
manusia dapat berespon adaptif sendiri.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat
terhadappenurunan atau peningkatan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara
langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah
presipitasi perubahan tingkah laku.
e. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan
atau dirangsang oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di
validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
h. koping dengan respon melaluiproses yang kompleks dari persepsi
informasi, mengambil, keputusan danbelajar.
7
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi
pean,interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan reproduksi.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar
danbagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan
elektrolit,aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan
terhadapsuhu, sensasi, dan proses endokrin.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang
laindan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya
(bodyimage dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi
diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan
dengantugasnya di lingkungan social.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting
dansebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara
memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.
8
1. MANUSIA
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif.Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, proses, output, dan
umpan balik. Proses control adlah mekanisme koping yang dimanifastasikan
dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebgai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas koknator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu:
Fungsi fisiologi
konsep diri
fungsi peran
Interdependensi
2. KEPERAWATAN
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan
dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik
fokal, konstelektual maupun residual.
Sebagai Batasan adalah pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk
memanipulasi stimuli fokal, konstelektual dan residual yang menyimpang
pada manusia.
Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon skunder yang tidak
efektif pada rangsang yang sama pada keadaan tertentu.
Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan
memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.
9
3. KESEHATAN
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang di
gabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan
mamimpin
4. LINGKUNGAN
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusu yaitu semua
keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta
tingkah laku individu dan kelompok.
10
BAB III
STUDY KASUS
12
identitas kelompok "mencerminkan aspek psikologis dan spiritual sistem manusia.
Mode Identitas Konsep Diri-Kelompok adalah satu dari tiga mode psikososial;
"yang berfokus pada Róy & Andrews, 1999, hal. I08). Kebutuhan dasar
memandang diri, mereka sendiri berdasarkan Kebutuhan dasar yang mendasari
mode konsep dirt individu telah diidentifikasi sebagai integritas osikospiritual,
atati kebutuhan untuk mengetahui diri sendiri sehingga seseorang dapat menjádi
atau merasakan keberadaan yang utüh, bermakna, dan bermanfaat di alam semesta
ini" (Roy & Andrews, 1999, hal. 107). “Konsep diri dapat didefinisikan sebagai
kumpulan kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri pada waktü "tertentu yang
terbentuk dari persepsi internal dan, persepsi dari reaksi oräng lain" (Roy &
Andrews, 1999, hal. 107). Komponen konsep, diri meliputi: (1) fisik diri, termasuk
di dalamnya sensasi dan citra tubuh, dan personal diri, yang mencakup konsistensi
diri.
Mode Fungsi Peran Mode fungsi peran yaitu "satu atau dua mode sosial
yang berfokus pada peran seseorang di masyarakat. Suatu peran, sebagai unit
fungsional dari masyarakat, diartikani sebagai séperangkat harapan mengenai
bagaimana seseórang dengan posisi tertentu ber- perilaku terhadap orang lain
dengan posisinya masing-masing. Kebutuhan dasar yang mendasari mode fungsi
peran adalah integritas sosial kebutuhan untuk: mengetahui bahwa seseorang
memiliki suatu hubungan dengan orang lain sehingga orang tersebut bertindak
berdasarkan hubuugan tersebut" (Hill & Roberts, 1981, hal. 109- 110). Šetiap
orang memiliki peran primer, sekunder, dan tersier. Peran-peran ini dilaksanakan
dengan perilaku yang bersifat instrumental ataupun eks- presif. Perilaku
instrumental adalah. "penampilan fisik yang sebenarnya dari suatu periläku"
(Andrews, 1991, hal. 348). Perilaku ekspresif adalah "perasaan, sikap, kesukaan
atau ketidaksukaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu peran atau penampilan
peran" (Andrews, 1991, hal. 348). Peran primer menentukan perilaku: utama yang
dimiliki seséorang dalám periode tertentu di kehidupannya. Peran primer ini
bergantung pada umur, jenis kelamin, dan tahap per- kembangan (Andrews, 1991;
hal. 349), Peran Sekunder adalah pera yang perlu dilakukan untuk melengkapi,
tugas tahap perkembangan xeseorang serta tugas dari peran
13
perempuan dewasa usia subur. Dari batang Peran primier menentukan
perilaku utama yang dimiliki seséorang dalám periode tertentu di kehidupannya.
Peran primer ini bergantung pada umur, jenis kelamin, dan tahap per- kembangan
(Andrews, 1991; hal. 349). Peran sekunder adalah peran yang perlu" dilakukan
untuk melengkapi. tugas tahap perkembangan seseorang serta tugas dari peran.
primer (Andrews, 1991, hal. 349). Peran tersier terütama, berhubungan dengan
peran sekunder, dan mewakili cara seorang individu suntuk dapat memenühi
kewajiban yang berhübungan dengan peran- nya: Peran tersier biasänyà bersifat
sementara, dapat dipilih dengan bebas oleh individu, dan bisa mencakup aktivitas
seperti hobi atau klub (Andrews, 1991, hal, 349),, Peran utama yang dimainkan
seseorang dapat dianalisis dengan. cara membayangkan sebuah pohon. Batang
pohon menggambarkan peran primer, atau tingkåt perkembangan seseorang, misal-
utama ini akan tumbuh percabangan yang mewaki
14
individu-individu. Yang pertama adalah hubungan dengan orang terdekat, yakni
seseorang yang dianggap paling penting bagi individu tersebut. Yang kedua. yaitu
dengan sistem pendukung. yaitu qrang. lain yang berkontribusi terhadap
pemenuhan ke- butuhan. interdependenst (Roy & Andrews, 1999, hal. 112). Dua
area utama perilaku interdependesi telah diidentifikasi sebagai perilaku reseptif
dan perilaku kontributif. Perilaku ini berlaku pada "perilaku menerima dan
memberikan cinta, rasa hormat, dan nilai di dalam hubungan saling ketergantungan
(Roy & Andrews, 1999, hal. 112). Persepsi mode-mode adaptif (Rambo, 1983)
Masalah Adaptasi Masalah adaptasi adalah "suatu area masalah yang luas
yang berkaitan dengan adaptasi. Ini meng- gambarkan kesulitan yang
berhubungan dengan indikator adaptasi positif " (Roy & Andrews, 1999, hal. 65).
Roy (1984) menyatakan sebagai berikut: ot Pada titik ini dapat dikatakan bahwa
15
per- bedaun antara mnasalah adaptasi dan diagnosis keperawalan didasarkan pada
pengembangan kerja dalam kedua bidang ini. Pada titik ini, masalah adaptasi
tidak dilihat sebagai diagnosis keperawatan, melainka aren masalah bagi perawat
yang berhubungan dengan seseorang atau kelompok yang sedang. beradaptasi
(dengan masing-niasing mode adaptif) (hal. 89-90). sebagai Stimulus Fokal
Stimulus fokal adalah "stinulus internal atau eksternal bagi sistem manusia yang
muncul dengan tiba-tiba" (Roy & Andrews, 1999, hal. 31).
16
próses persepsi dan informasi, belajar, menilai, dan emosi" (Roy & Andrews,
i999, hal. 31). Respons Adaptif (Roy & Andrews, 1999, hal. 31).
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang
akan dicapai meliputi. Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.
4.2 SARAN
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa keperawatan.
3. Dengan mempelajari makalah ini tentang teori callista roy diharapkan para
pembaca dan penulis makalah ini bisa lebih memahami tentang teori callista
roy.
18
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin, Moch. (2020). Kebutuhan Pasien di Ruang Perawatan Intensif Ditinjau Dari Sudut
Pandang Keluarga. Yogyakarta: Grub penerbit CV Budi Utama.
Maslow,Abraham. (1970). Psikologi Tentang Pengalaman Religius. The Viking Press: IRCiSoD.
https://www.pakmantri.com/2020/03/teori-keperawatan-callista-roy.html?m=1
(Diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB)
http://eprints.umbjm.ac.id
(Diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 10.00 WIB)
https://www.scribd.com/doc/109331034/Model-Konsep-Dan-Teori-Keperawatan-Sister-Callista-
Roy
(Diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 11.00 WIB)
19