Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI CALLISTA ROY

DOSEN PENGAMPU:
Tiara Putri Ryandini,S.KE.,Ns.,M.kep.

DISUSUN OLEH :
KELAS 1 C
KELOMPOK II

INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA’


TUBAN
2021

i
MAKALAH
TEORI CALLISTA ROY

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. Afivah 10. Niswatul K.


(21142029099) (21142029129)
2. Ahmad Luthfyllah
(21142029101) 11. Putri Sholikah R
3. Alfiah Baituzzahro (21142029132)
(21142029102) 12. Risca Ristanti
4. Ari Andini (21142029133)
(21142029104) 13. Rut Niken Widari
5. Galuh Rahayu S.W (21142029134)
(21142029117) 14. Selviana Dewi A.
6. Herlina Aprilia (21142029136)
(21142029118) 15. Sherlina Dwi A.
7. M. Syihab Sa'dy A. (21142029137)
(21142029124) 16. Tina Asifatun K.
8. M. Alif Maulana R. (21142029142)
(21142029126) 17. Tsania M.K
9. Nailil Hidayah (21142029143)
(21142029127)

ii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………….. iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..1
1.1 Latar belakan……………………………………………….........1
1.2 Rumusan Masa……………………………………………......... 1
1.3 Tujuan……………………………………………………...........2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………….............................3
2.1 Biografi Suster Calista Roy…………………………………… 3
2.2 Sumber Teoriptitis………………………………………...…… 4
2.3 Definis dan Konsep Mayor………………………………….…. 7

BAB III STUDY KASUS…………………………………………………………………….11


3.1 Kasus Tentang Tuan B…………………………………………. 14
3.2 Konsep Utama dan
Definisi……………………………………………………………………..13
3.3 Definisi dan Konsep Kalista
Roy………………………………………………………...……………….15

BAB IV PENUTUP…………………………………………………18
4.1 Kesimpulan……………………………………………………. 18
4.2 Saran………………………………………………………........ 18

BAB V DAFTAR PUSTAKA……………………………………... 19

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat
dan karunianNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Teori
Keperawatan cariista roy” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Falsafah
dan Teori Keperawatan. Dengan tersusunya makalah ini, kami sadar bahwa dalam
menyusunnya, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu tiara putri ryandini S.
Kep., Ns., M. Kep. selaku dosen mata kuliah Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah
memberikan tugas makalah ini dan memberi pengarahan kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
kami meminta maaf kepada para pembaca dan mengharapkan kritik dan saran ataupun
masukan dari para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih

Tuban, 20 Oktober 2021

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan ke
berbagai respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapinya. Perawat memiliki berbagai peran seperti pemberi perawatan, sebagai
perawat primer, pengambil keputusan klinik, advokat, peneliti dan pendidik.
Perawat seringkali harus melakukan berbagai peran lebih dari satu dalam waktu
yang bersamaan, sehingga dalam menjalankan tugas tersebut perawat harus
memiliki kerangka berpikir yang sama.
Perlu diyakini bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan akan berdampak pada peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan professional akan
berkembang bila didukung oleh teori dan model keperawatan serta pengembangan
riset keperawatan dan diplementasikan didalam praktek keperawatan.
Salah satu ahli dalam keperawatan adalah carista roy yang termasuk ke
dalam teori Middle Range dengan teorinya kerja adaptasi oleh harry heison (1964).
Teori ini mengatakan bahwa roy mengombinasikan teori adaptasi helso dengan
definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana biografi callista roy ?
2. Apakah konsep keperawatan teori callista roy ?
3. Apakah sumber teoritis dari teori keperawatan callista roy ?
4. Apakah definisi dan konsep keperawatan dari callista roy?
5. Apakah asumsi utama teori callista roy dan penggunaan bukti empiris ?

1
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui biografi cariista roy.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari teori cariista roy.
3. Untuk mengetahui sumber teoritis dari teory keperawatan cariista roy.
4. Untuk mengetahui mayor konsep dan definisi teori keperawatan cariista roy.
5. Untuk mengetahui asumsi utama teori cariista roy
6. Untuk mengetahui konsep teori cariista roy dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 BIOGRAFI SUSTER CALISTA ROY

Suster Calista Roy adalah seorang suster


dari saint Joseph of carondelet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California.
Roy menerima Bachelor Art Nursing pada tahun
1963 dari mount saint Mary's college dan magister
sains in pediatric Nursing pada tahun 1996 di
University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi
keperawatan pada tahun ketika lulus dari University
of California Los Angeles. Dalam sebuah seminar
dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah
model konsep keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologi- psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Halsen mengartikan respon
adaptif sebagai fungsi dari datangnya simulus sampai tercapainya derajat adaptasi
yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis
stimulus yaitu: focal stimuli, konsektual stimuli, dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut,
Roy juga mengadaptasi nilai "Humanisme" dalam model konseptualnya berasal
dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia.
Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.

3
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan
Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan di implementasikan sebagai
dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary's College. Sejak
saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswi terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model, penggunaan model praktek
juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model
Sebuah studi penelitian Pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-
1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi.
Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy
dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan,
tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan
spirit. Keyakinan Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi
keperawatan.

2.2 SUMBER TEOPRITIS


Model adaptasi roy untuk keperawatan merupakan suatu teori yang
diturunkan dari teori sebelumnya, di tingkat adaptif (Roy, 1984). Stimulus adalah
faktor merupakan fungsi dari stimulus yang datang dan yang diperluas menjadi
ilmu sosial dan perilaku. (Roy. dapat muncul dari lingkungan internal maupun
1984). Pada teori adaptasi Helson, prošes adaptasi antaranya teori Harry Helson
"mengenal psikofislka Model Adaptasi Roy untuk keperawatan merupakan
apapun yang bisa mencetuskan respons. Stimulus Sumber Teoritis. eksternal
(Roy. 1984).
Tingkat adaptasi merupakan efek gabungan dari tiga kelas stinmulus
berikut ini:
1. Stimulus fokal yaitu stimulus yang memicu individu dengan segera.

4
2. Stimulus kontekstual yaitu stimulus lain yang menambah dampak
stimulus fokal.
3. Stimulus residual adalah faktor lingkungan yang dampaknya tidak
jelas dalam situasi tertentu.
Teori Helson mengembangkan konsep zona level adaptasi, yang menentukan
apakah suatu stimulus akan menimbulkan efek positif atau negatif. Menurut teori
Helson, adaptasi adalah proses berespons terhadap perubahan lingkungan baik
secara positif atau negatif (Roy & Roberts, 1981). Roy (Roy & Roberts, 1981)
mengombinasikan teori Helson dengan definisi Rapoport tentang sistem untuk
memandang manusia sebagai suatu sistem adaptif. Berdasarkan tcori adaptasi
Helson, Roy (1970), me- ngembangkan dan memperhalus model adaptasinya
dengan konsep dan teori dari Dohrenwerid; Lazarus Mechanic, dan Selye.
Roy memberikan penghargaan khusus pada penulisan pendampingnya
yaitu driever, yang telah menguraikan sebagian integritas diri, serta Martinez dan
satu, yang mengidentifikasi stimulus priemer yang umumnya dapat
mempengaruhi model-model adaptasi. Sejawat lainnyajuga membantu juga
menguraikan konsep, misalnya poush-tetrow dan va landingham yang
berkontribusi pada bagian mode interdepensi, serta rendel yang menyumbangkan
mode fungsi peran.
Setelah mengembangkan modelnya, Roy menyajikan sebagai kerangka
kerja praktik penelitian, dan Pendidikan keperawatan. Roy 1971 menyatakan
ahwa lebih dari 1,500 pengajar dan juga siswa telah berkontribusi pada
pengembangan teoritis model kerangka kerja kurikulum pada sejumlah besar
Kdiens pada Konferensi Pendidik Keperawatan Chicago tahun 1977 (Roy, 1979).
Pada tahun 1987, diperkirakan lebih dari 100,000 perawat di Amerika Serikat dan
Kanada disiapkan untuk mempraktikkan model Roy.
Dalam buku Introduction to Nursing: An Adaptation Model, Roy (1976a)
mendiskusikan tentang konsep diri dan mode identitas kelompok. la dan
kolaboratornya mengutip karya Coombs dan mengenai konsistensi-diri dan faktor
utama yang memengaruhi konsep diri (Roy, 1984). Teori interaksi sosial juga
diambil sebagai landasan teoritis teori Roy. Sebagai contoh, Roy (1984)

5
mencantumkan teori Cooley (1902) bahwa persepsi diri dipengaruhi oleh persepsi
terhadap respons orang lain, yang diistilahkan sebagai "melihat kaca diri". la
menunjukkan bahwa Mead mengembangkan gagasannya dengan hipotesisnya
bahwa penilajan diri meng- gunakan hasil generalisasi orang lain. Roy juga
mendasarkan teorinya dari pandangan Sullivan bahwa sosok diri muncul dari
interaksi sosial (Roy, 1984).
Gardner dan Erickson mendukung pendekatan pengembangan teori Roy
(Roy, 1984). Mode lainnya, yaitu fisiologis fisik, fungsi peran, dan inter-
dependensi, sama-sama diturunkan dari ilmu biologis dan perilaku untuk
memahami manusia. Pengembangan tambahan dari model Roy di lakukan pada
tahun 1900 akhir dan menjelang abad ke-21. Pengembangan ini diantaranya
meliputi asumsi ilmiah dan filosofis yang diperbarui; definisi ulang tentang
adaptasi dan tingkat adaptasi. penambahan mode adaptif menjadi pengembangan
ilmu tingkat kelompok; serta analisis, kritik, dan agai sintesis dari hasil riset
selama 25 tahun yang esar didasarkan pada Model Adaptasi Roy. Roy setuju a di
dengan pakar teori lainnya yang percaya bahwa 087, ika kan perubahan dalam
sistem orang lingkungan di muka bumi sangatlah banyak hingga akhir zaman
(Davies, 1988; De Chardin, 1966).
Selama 67 tahun masa geologis Kenozoikum, masa mamalia dan masa
kreativitas besar, kehidupan manusia telah ada di bumi ini. Selama masa ini pula,
manusia hanya sedikit atau bahkan tidak sama sekali memengaruhi alam semesta
(Roy, 1997). "Manusia telah mengendalikan sistem kehidupan di bumi secara
besar-besaran. Roy menyatakan bahwa kita saat ini ada dalam posisi untuk
memutuskan alam semesta seperti apa yang akan kita huni" (Roy, 1997, hal. 42).
Roy "telah nembuat fokus asumsi dari pengorganisasian diri orang dan
lingkungan yang kompleks pada abad dua satu serta takdir yang bermakna dari
konvergensi alam semesta, orang, dan lingkungan yang dapat dianggap sebagai
suatu Dzat yang maha kuasa atau Tuhan" (Roy & Andrews, 1999, hal. 395).
Menurut Roy (1997), "manusia hidup berdampingan dengan lingkungan fisik dan
sosialnya" (hal. 43); manusia dan lingkungannya "berbagi takdir dengan alam

6
semesta dan bertanggungjawab terhadap transformasi timbal-balik" (Roy &
Andrews, 1999, hal. 395).
Pengembangan model yang berhubungan dengan hubungan terpadu antara
manusia dan lingkungannya telah dipengaruhi oleh "hukum kompleksitas
progresif dan kesadaran yang meningkat" dari Pierre Teilhard De Chardin (De
Chardin, 1959, 1965, 1966. 1969) serta teori dari Swimme dan Berry (1992).

2.3 DEFINISI DAN KONSEP MAYOR


Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy
adalah:

a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan
membentuk satu kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input,
control,proses, output, dan umpan balik
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus
fokal,konstektual dan residual dengan standar individual, sehingga
manusia dapat berespon adaptif sendiri.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat
terhadappenurunan atau peningkatan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara
langsung mengharuskan manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah
presipitasi perubahan tingkah laku.
e. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan
memberikan konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan
atau dirangsang oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di
validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal, dan proses endokrin.
h. koping dengan respon melaluiproses yang kompleks dari persepsi
informasi, mengambil, keputusan danbelajar.

7
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi
pean,interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan reproduksi.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar
danbagaimana proses adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan
elektrolit,aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi, sirkulasi dan pengaturan
terhadapsuhu, sensasi, dan proses endokrin.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu
dalam satu waktu berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang
laindan tingkah laku langsung. Termasuk pandangan terhadap fisiknya
(bodyimage dan sensasi diri) Kepribadian yang menghasilkan konsistensi
diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan
dengantugasnya di lingkungan social.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting
dansebagai support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara
memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan


adalah:
 manusia
 Lingkungan
 kesehatan
 keperawatan

Unsurkeperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua keperawatan dan


aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep
adaptasi.

8
1. MANUSIA
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif.Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, proses, output, dan
umpan balik. Proses control adlah mekanisme koping yang dimanifastasikan
dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebgai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas koknator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu:
 Fungsi fisiologi
 konsep diri
 fungsi peran
 Interdependensi

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia di jelaskan sebagai sesuatu


sistem yang hidup, terbuka dan adaptasi yang dapat mengalami kekuatan dan
zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptasi manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai
satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan.

2. KEPERAWATAN
Roy mengidentifikasikan tujuan dari keperawatan sebagai peningkatan
dari proses adaptasi. Tingkat adaptasi ditentukan oleh besarnya rangsang baik
fokal, konstelektual maupun residual.
Sebagai Batasan adalah pendekatan yang merupakan aksi perawat untuk
memanipulasi stimuli fokal, konstelektual dan residual yang menyimpang
pada manusia.
Perawat dapat mengantisipasi kemungkinan respon skunder yang tidak
efektif pada rangsang yang sama pada keadaan tertentu.
Perawat juga dapat menyiapkan manusia untuk diantisipasi dengan
memperkuat regulator kognator dan mekanisme koping.

9
3. KESEHATAN
Roy mengidentifikasikan sebagai status dan proses keadaan yang di
gabungkan dari manusia yang diekspresikan sebagai kemampuan untuk
menentukan tujuan, hidup, berkembang, tumbuh, memproduksi dan
mamimpin

4. LINGKUNGAN
Roy mengidentifikasikan keadaan lingkungan secara khusu yaitu semua
keadaan, kondisi dan pengaruh dari sekeliling dan perasaan lingkungan serta
tingkah laku individu dan kelompok.

10
BAB III

STUDY KASUS

3.1 KASUS TENTANG TUAN B


Tuan B 24 th merasa dirinya tidak berharga, karena tidak ada keluarga yang
mau mendengarkannya. Keluarga mengatakan bapak B di rumah tidak mau keluar
kamar dan merawat diri baik makan maupunkebersihan diri. Keputusan membawa
tuan B ke RSJ karena keluarga tidak tahu cara merawat tuan Byang serin
berbicara sendiri jika sudah malam hari. Tuan B mengatakan bahwa yang sering
datang pada malam hari tersebut adalah pamannya, dan hanya pamannya yang
mau mendengarkankeluhannya.
Tuan B pendidikannya tamat SMA, pernah bekerja di perusahaan tetapi
keluar karenatidak cocok dengan teman sekerja. Tuan B mengatakan orang-orang
tidak menghargai dirinya, merasatidak ada gunanya merawat diri atau tidak akan
pergi kemana-mana dan tidak akan bertemu denganorang lain.Teori yang cocok
digunakan dalam kasus tersebut adalah teori Dorothea Orem dan Callista
Roy,namun disini kamu akan membahas mengenai teori Callista Roy terhadap
kasus diatas.um serta beraktifitas. Sehingga terganggungnya sisitem kesehatan
dalam tubuhnya. Sangat perlu untuk Tuan B memenuhi kebutuhan secara fisioligis
untuk mempertahankan kesehatan dalam tubuhnya. Yangkedua adalah konsep diri
yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-polainteraksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
Dalam kasusunya, setiap hari Tuan B hanya berdiam diri di dalam kamar,
dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Seharusnya Tuan B tidak menutup
diri dalam lingkungan karena dengan membuka diri dalam lingkungannya. Tuan B
akanmengenal pola-pola interaksi sosial dengan orang disekitarnya sihingga tidak
muncul anggapan bahwadirinya diacuhkan oleh orang-orang disekitarnya.
Yang ketiga adalah fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang
berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola
interaksisocial dalam berhubungan dengan orang lain. Tuan B keluar dari
11
pekerjaannya karena merasa tidak cocok dengan teman kerjanya. Ini dikarenakan
Tuan B tidak dapat menyesuaikan diri dalamlingkungan kerjanya, seharusnya yang
dilakukan Tuan B adalah belajar menyesuaikan diri denganlingkungan kerjanya,
sehingga dia selalu nyaman dengan apa yang dia temui. Dan terjalinlah
hubungansosial dengan rekan-rekan kerjanya.
Dan yang keempat adalah interdependent merupakan kemampuan
seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui
hubungan secarainterpersonal pada tingkat individu maupun kelompok. Tuan B
selalu tertutup dengan segalaaktifitasnya, selalu menyendiri dan merasa tidak ada
yang memperdulikannya, seharusnya Tuan dapat membuka diri dengan
keluarganya, mencurahkan keluh kesahnya selama ini dan mencari
solusimasalahnya. Dengan terjalinnya hubungan antara Tuan B dan kelurganya
rasa kasih sayang antar anggota keluarga akan muncul sehingga Tuan B merasa
diperdulikan dan diperhatikan olehlingkungannya dan tidak akan menutup diri
untuk berinteraksi secara sosial.
Aktivitas organisme hidup" (Roy & Andrews, 1999, hal. 102). Limä
kebutuhan yang diidentifikasi dalan mede fisiologis-fisik berhubungan dengan ke-
butuhan dasar integritas fisiologis yaitu: (1) oksigenasi, (2) nutrisi, (3) eliminasi,
(4) aktivitas dan istiráhat, dan (5) perlindungan. Proses rumit yang meliputi
penginderaan; cairan, elektrolit, dan keseimbangan asam-basa; fungsi neurologis;
dan fungsi endokrin berkontribusi. pada adaptasi fisiologis: Kebutuhan dasar dari
mode: fisiologis adalah suatu integritas fisiologis (Roy & 1999). Mode fisik adalah
"suatu cara di mana sistèm adaptif manusia secara kolektif terwujud dalam
hubungan adaptási dengan sumber-sumber ope- rasional dasar, peserta, fasilitas
fisik, dan sumber bskal" (Roy & Andrews, 1999, hal. 104). Kebutuhan dasar dari
mode fisik adalah integritas operasional. Andrews,
Dari mode identitas kelompok yaitu integritas citra diri kelompok,
lingkungan sošial, dan budaya" umpan balik dari lingkungan. Mode identitas
identitas (Roy & Andrews, 1999). kelompok (terbentuk) dari hubungan
interpersonal Mode Identitas Konsep Diri-Kelompok ideal diri atau harapan diri,
dan moral-etik-spiritual bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok diri. Mode

12
identitas kelompok "mencerminkan aspek psikologis dan spiritual sistem manusia.
Mode Identitas Konsep Diri-Kelompok adalah satu dari tiga mode psikososial;
"yang berfokus pada Róy & Andrews, 1999, hal. I08). Kebutuhan dasar
memandang diri, mereka sendiri berdasarkan Kebutuhan dasar yang mendasari
mode konsep dirt individu telah diidentifikasi sebagai integritas osikospiritual,
atati kebutuhan untuk mengetahui diri sendiri sehingga seseorang dapat menjádi
atau merasakan keberadaan yang utüh, bermakna, dan bermanfaat di alam semesta
ini" (Roy & Andrews, 1999, hal. 107). “Konsep diri dapat didefinisikan sebagai
kumpulan kepercayaan dan perasaan tentang diri sendiri pada waktü "tertentu yang
terbentuk dari persepsi internal dan, persepsi dari reaksi oräng lain" (Roy &
Andrews, 1999, hal. 107). Komponen konsep, diri meliputi: (1) fisik diri, termasuk
di dalamnya sensasi dan citra tubuh, dan personal diri, yang mencakup konsistensi
diri.
Mode Fungsi Peran Mode fungsi peran yaitu "satu atau dua mode sosial
yang berfokus pada peran seseorang di masyarakat. Suatu peran, sebagai unit
fungsional dari masyarakat, diartikani sebagai séperangkat harapan mengenai
bagaimana seseórang dengan posisi tertentu ber- perilaku terhadap orang lain
dengan posisinya masing-masing. Kebutuhan dasar yang mendasari mode fungsi
peran adalah integritas sosial kebutuhan untuk: mengetahui bahwa seseorang
memiliki suatu hubungan dengan orang lain sehingga orang tersebut bertindak
berdasarkan hubuugan tersebut" (Hill & Roberts, 1981, hal. 109- 110). Šetiap
orang memiliki peran primer, sekunder, dan tersier. Peran-peran ini dilaksanakan
dengan perilaku yang bersifat instrumental ataupun eks- presif. Perilaku
instrumental adalah. "penampilan fisik yang sebenarnya dari suatu periläku"
(Andrews, 1991, hal. 348). Perilaku ekspresif adalah "perasaan, sikap, kesukaan
atau ketidaksukaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu peran atau penampilan
peran" (Andrews, 1991, hal. 348). Peran primer menentukan perilaku: utama yang
dimiliki seséorang dalám periode tertentu di kehidupannya. Peran primer ini
bergantung pada umur, jenis kelamin, dan tahap per- kembangan (Andrews, 1991;
hal. 349), Peran Sekunder adalah pera yang perlu dilakukan untuk melengkapi,
tugas tahap perkembangan xeseorang serta tugas dari peran

13
perempuan dewasa usia subur. Dari batang Peran primier menentukan
perilaku utama yang dimiliki seséorang dalám periode tertentu di kehidupannya.
Peran primer ini bergantung pada umur, jenis kelamin, dan tahap per- kembangan
(Andrews, 1991; hal. 349). Peran sekunder adalah peran yang perlu" dilakukan
untuk melengkapi. tugas tahap perkembangan seseorang serta tugas dari peran.
primer (Andrews, 1991, hal. 349). Peran tersier terütama, berhubungan dengan
peran sekunder, dan mewakili cara seorang individu suntuk dapat memenühi
kewajiban yang berhübungan dengan peran- nya: Peran tersier biasänyà bersifat
sementara, dapat dipilih dengan bebas oleh individu, dan bisa mencakup aktivitas
seperti hobi atau klub (Andrews, 1991, hal, 349),, Peran utama yang dimainkan
seseorang dapat dianalisis dengan. cara membayangkan sebuah pohon. Batang
pohon menggambarkan peran primer, atau tingkåt perkembangan seseorang, misal-
utama ini akan tumbuh percabangan yang mewaki

3.2 KÖNSEP UTAMA DAN DEFINISI


perán sekundernya-misalnya, sebagai seorang istri, ibu, dan guru. Bertolak
dari percabangan ini dapat muncul cabang-cabang lainnya yang lebih kecil, yaitu
peran tersier-misalnya, peran ibu mungkin termasuk peran sebagai ketua perkum-
pulan orangtua: siswa; dan guru dalam periode tertentu. Masing-masing peran ini
terjadi dalam suatu hubungan yang saling memiliki atau saling timbal balik (Roy
& Andrews; 1999). Mode.Interdependensi * "Mode interdependensi berfokus pada
hubungan yang erat dari. orang-orang (secara individu maupun kolektif) dạn
tujuan, struktur, serta perkembangan mereku: Hubungan interdeperdensi ini
melibatkan keinginan dan kemampuan untuk memberi dan menerima. satu sama
lain dari aspek-aspek. semacam rasa: cinta, rașa hormat, merawat, pengetahuan,
keteranipilan, komitmen, kepemilikan- barang waktu, "dan bakat" (Roy &
Andrews, 1999, hal. 111): Kebutuhan dasar dari mode ini diistilalıkan sebagai
integritas hubungan (Roy & Andrews, 1999).
(Pollock, 1993, hal. 169), Persepsi menghubungkan regulator dengan
kognator serta menyambungkan dilakukan secara sadar terhadáp sebuah stimulus
"Persepsi adalah interpretasi dan penilaian yang Dua hubungan yang: spesifik
merupakan fokus dari mode interdependensi karena mode. inf berlaku pada

14
individu-individu. Yang pertama adalah hubungan dengan orang terdekat, yakni
seseorang yang dianggap paling penting bagi individu tersebut. Yang kedua. yaitu
dengan sistem pendukung. yaitu qrang. lain yang berkontribusi terhadap
pemenuhan ke- butuhan. interdependenst (Roy & Andrews, 1999, hal. 112). Dua
area utama perilaku interdependesi telah diidentifikasi sebagai perilaku reseptif
dan perilaku kontributif. Perilaku ini berlaku pada "perilaku menerima dan
memberikan cinta, rasa hormat, dan nilai di dalam hubungan saling ketergantungan
(Roy & Andrews, 1999, hal. 112). Persepsi mode-mode adaptif (Rambo, 1983)

3.3 DEFINISI DAN KONSEP TEORI CALLISTA ROY


Sistem Sistem adalah "seperangkat bagian yang terhubung dengan fungsi
secara keseluruhan untuk tujuan tertentu dan masing-masing bagian memiliki
saling ketergantungan satu sanma lain" (Roy & Andrews, 1999, hal: 32). Sebagai
tambahan. dari sifat keseluruhan dan bagian yang terhubung, "sistem juga
memiliki masukan, luaran, dan kontrol serta proses umpan balik" (Andrews &
Roy, 1991, hal. 7).

Terpadu antara manusia dan lingkungannya telah dipengaruhi oleh


"hukum kompleksitas prog- Teilhard De Chardin (De Chardin, 1959, 1965, 1966,
resif dan kesadaran yang meningkat" dari Pierre 1969) serta teori dari Swimme
dan Berry (1992). Tingkat Adaptasi Tingkat adaptasi menggambarkan kondisi
dari proses kehidupan pada tiga tingkat yaitu tingkat terpadu, terkompensasi, dan
dikompromikan" (Roy & Andrews, 1999, hal. 30). Tingkat adaptasi sesorang
adalah "suatu titik. yang berubah secara terus menerus, dibangun dari stimulus
fokal; kontekstual, dan residual, yang. mewakili standar seseorang. terhadap suatu
rentang stimuli di mana satu orang dapat berespon dengan adapatif yang biasa
(roy,1984 hlm 27-28)

Masalah Adaptasi Masalah adaptasi adalah "suatu area masalah yang luas
yang berkaitan dengan adaptasi. Ini meng- gambarkan kesulitan yang
berhubungan dengan indikator adaptasi positif " (Roy & Andrews, 1999, hal. 65).
Roy (1984) menyatakan sebagai berikut: ot Pada titik ini dapat dikatakan bahwa

15
per- bedaun antara mnasalah adaptasi dan diagnosis keperawalan didasarkan pada
pengembangan kerja dalam kedua bidang ini. Pada titik ini, masalah adaptasi
tidak dilihat sebagai diagnosis keperawatan, melainka aren masalah bagi perawat
yang berhubungan dengan seseorang atau kelompok yang sedang. beradaptasi
(dengan masing-niasing mode adaptif) (hal. 89-90). sebagai Stimulus Fokal
Stimulus fokal adalah "stinulus internal atau eksternal bagi sistem manusia yang
muncul dengan tiba-tiba" (Roy & Andrews, 1999, hal. 31).

Stimulus Kontekstüal Stinnulus kontekstual adalah "stimulus lainnya yang


muncul pada suatu situasi yang turut menjadi akibat dari stinulus fokal" (Roy &
Andrews, 1999, hal. 31), atau dapat juga dijelaskan'. bahwa, "stimulus kontekstual
adalah semua faktor lingkungan yang muncul bagi seseorang dari dalam atau dari
sesuatu yang bukan pusat perhatian atau energi orang tersebut" (Andrews & Roy,
1991, hal. 9). Stimulus Residual Stiniulus residual adalah "faktor lingkungan dari
dalam ataupun bukan dari dalam sistem manusia yang memiliki dampak tak jelas
pada situasi saat ini" (Roy & Andrews, 1999, hal. 32). Proses Koping Proses
koping adalah "cara-çara, baik yang bersifat intrinsik atau didapat dari luar, untuk
berinteraksı dengan lingkungan yang berubah" (Roy & Andrews, 1999, hal. 31)".

Integritas dalam mencapai tujuan sistem-manusia" Mekanisme koping


intrinstik adalahmekanisme umum bagi spesies, dan dipandang sebagai proses
otomatis; manusia tidak perlu berpikir untuk menggunakan cara-cara tersebut"
(Roy & Andrews, Respons adaptifadalah respons yang. meningkatkan Mekanisme
Koping Intrinstik genetik atau secata koping yang didapatkan secara (1999, hal.
46). Mekanisme Koping yang Didapat Mekanisme koping yang didapat
"dikembangkar melalui strategi-strategi tertentu: misalnya belajar Pengalaman
yang dihadapi selama hidup akan me nyumbangkan pembentukan respons tertentu
ter- hadap suatu stimulus" (Roy & Andrews, 1999, hal, 46) Subsistem Regulator
Regulator adalah "proses koping utama yang melibatkan sistem syaraf, kimiawi,
dan hormonal" (Roy & Andrews, 1999, hal. 32). Subsistem Kognator Kognator
adalah "proses koping utama: yang melibatkan empat sajuran kognitif-emosi:

16
próses persepsi dan informasi, belajar, menilai, dan emosi" (Roy & Andrews,
i999, hal. 31). Respons Adaptif (Roy & Andrews, 1999, hal. 31).

Respons Inefektif Respons inefektif adalah respons. yang "tidak turut


meningkatkan integritas dalam mencapai tujuan sistem manusia". (Roy &
Andrews, 1999; hal, 31). Proses Kehidupan Terpadu Proses kehidupan terpadu
merujuk pada "tingkat adaptasi di mana struktur dan fungsi dari proses kehidupan
bekerjasania şebagai satu kesatuan untuk memenuhi kebutuhan manusia" (Roy &
Andrews 1999, hal. 31). Mode Fisiologis-Fisik Mode fisiologis "adalah
berhubungan dengan pro fisik dan kimia yang terlibat dalam fungsi da

Integritas dalam mencapai tujuan sistem-manusia" Mekanisme koping


intrinstik adalahmekanisme umum bagi spesies, dan dipandang sebagai proses
otomatis; manusia tidak perlu berpikir untuk menggunakan cara-cara tersebut"
(Roy & Andrews, Respons adaptifadalah respons yang. meningkatkan Mekanisme
Koping Intrinstik genetik atau secata koping yang didapatkan secara 1999, hal.
46). Mekanisme Koping yang Didapat Mekanisme koping yang didapat
"dikembangkar melalui strategi-strategi tertentu: misalnya belajar Pengalaman
yang dihadapi selama hidup akan me nyumbangkan pembentukan respons tertentu
ter- hadap suatu stimulus" (Roy & Andrews, 1999, hal, 46) Subsistem Regulator
Regulator adalah "proses koping utama yang melibatkan sistem syaraf, kimiawi,
dan hormonal" (Roy & Andrews, 1999, hal. 32). Subsistem Kognator Kognator
adalah "proses koping utama: yang melibatkan empat sajuran kognitif-emosi:
próses persepsi dan informasi, belajar, menilai, dan emosi" (Roy & Andrews,
1999, hal. 31). Respons Adaptif (Roy & Andrews, 1999, hal. 31).

Respons Inefektif Respons inefektif adalah respons. yang "tidak turut


meningkatkan integritas dalam mencapai tujuan sistem manusia". (Roy &
Andrews, 1999; hal, 31). Proses Kehidupan Terpadu Proses kehidupan terpadu
merujuk pada "tingkat adaptasi di mana struktur dan fungsi dari proses kehidupan
bekerjasania şebagai satu kesatuan untuk memenuhi kebutuhan manusia" (Roy &
Andrews 1999, hal. 31). Mode Fisiologis-Fisik Mode fisiologis "adalah
berhubungan dengan proe fisik dan kimia yang terlibat dalam fungsi da

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Roy (1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi
keperawatan adalah untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif
dan mengubah perilaku inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang
akan dicapai meliputi. Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka
pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan
manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

4.2 SARAN
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa keperawatan.
3. Dengan mempelajari makalah ini tentang teori callista roy diharapkan para
pembaca dan penulis makalah ini bisa lebih memahami tentang teori callista
roy.

18
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, Moch. (2020). Kebutuhan Pasien di Ruang Perawatan Intensif Ditinjau Dari Sudut
Pandang Keluarga. Yogyakarta: Grub penerbit CV Budi Utama.

Maslow,Abraham. (1970). Psikologi Tentang Pengalaman Religius. The Viking Press: IRCiSoD.

https://www.pakmantri.com/2020/03/teori-keperawatan-callista-roy.html?m=1
(Diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 09.00 WIB)
http://eprints.umbjm.ac.id
(Diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 10.00 WIB)
https://www.scribd.com/doc/109331034/Model-Konsep-Dan-Teori-Keperawatan-Sister-Callista-
Roy
(Diakses pada 20 Oktober 2021 pukul 11.00 WIB)

19

Anda mungkin juga menyukai