Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nurul Hidayah

NIM : K1A018062
Kelas : Farmasi B

Tugas Individu V

1. Pengertian dan Hakikat Demokrasi


Demokrasi merupakan suatu sistem yang memberikan hak bersuara dan
menyampaikan pendapatnya secara bebas namun tetap berpegang teguh pada
ketentuan hukum yang berlaku. Contoh demokrasi dalam suatu negara dapat
dengan mudah kita temui pada pemilihan pemimpin rakyat seperti pilpres,
pilgub dan lain sebagainya. pemilihan ini menggunakan asas demokratis yakni
pemerintahan tertinggi berada di tangan rakyat. Menurut Joseph A. Schmeter,
demokrasi adalah sebuah perencanaan institusional guna mencapai suatu
keputusan politik dimana setiap individu memiliki kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan yang kompetitif. Menurut Sidney Hook,
demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana keputusan penting
pemerintahan baik secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada
suatu kesepakatan mayoritas yang tercipta dari suara rakyat. Sedangkan
menurut Terry L. Karl dan Philippe C. Schmiter, demokrasi merupakan suatu
sistem pemerintahan dimana pihak pemerintah akan diberikan tanggung jawab
atas segala tindakan mereka di wilayah publik. pemberian tanggung jawab ini
didasarkan oleh keputusan yang dibuat oleh rakyat dengan melakukan
pemungutan suara yang menganut asa kebebasan.
Menurut bahasanya (etimologis), pengertian demokrasi terdiri dari dua
kata, yakni "demos" dan "kratos". Demos berarti "Rakyat" dan Kratos
berarti "kekuasaan". Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian demokrasi
menurut bahasanya adalah kekuasaan yang ada ditangan rakyat. Oleh karena
itu, demokrasi adalah sistem pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi berada
di tangan rakyat. Rakyat memiliki kesetaraan hak dan bebas menyuaraka
pendapatnya.
Dari pegertian demokrasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
hakikat demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Pemerintahan dari rakyat memiliki arti bahwa sebuah
sistem pemerintahan yang sah dan diakui oleh rakyat. Diakui dan sah memiliki
arti bahwa tanggung jawab pemerintahan diberikan oleh rakyat. Sebaliknya
pemerintah yang tidak diakui adalah pemerintah yang tidak mendapatkan
dukungan dan persetujuan dari rakyat. Rakyat memegang kendali penuh atas
pemilihan pemerintahan berdasarkan persamaan pandangan dan politik tanpa
ada unsur paksaan. Pemerintahan oleh rakyat memiliki pengertian bahwa
pemerintah menjalankan kekuasaannya bukan atas dorongan atau tujuan
pribadinya melainkan didasari oleh keinginan rakyat. Segala sesuatu yang
dilakukan oleh pemerintah akan dikaji, dinilai dan diawasi oleh rakyat baik
secara langsung maupun melalui lembaga rakyat (DPR, MPR). Maka dari itu
pemerintah harus tunduk pada pengawasan rakyat. Pemerintahan untuk rakyat
memiliki arti bahwa segala kuasa yang dilimpahkan kepada pemerintah dibuat
untuk kepentingan rakyat. Maka dari itu kepentingan rakyat sudah seharusnya
didahulukan sebelum kepentingan pemerintah. Dalam membuat suatu putusan
pemerintah juga harus mempertimbangkan aspirasi rakyat karena baik
buruknya putusan yang dibuat oleh pemerintah juga akan mempengaruhi nasib
rakyat.

2. Norma-norma yang Menjadi Pandangan Hidup Demokratis


a. Pentingnya kesadaran akan pluralisme
Kesadaran akan kemajemukkan menghendaki tanggapan yang positif
terhadap kemajemukkan itu sendiri secara aktif. Seseorang akan dapat
menyesuaikan dirinya dengan cara hidup jika ia mampu mendisiplinkan ke
arah jenis persatuan dan kesatuan yang diperoleh melalui penggunaan
prilaku kreatif dan dinamik serta memahami segi-segi positif
kemajemukkan masyarakat. Masyarakat yang teguh berpegang pada
pandangan hidup demokratis harus dengan sendirinya teguh memelihara dan
melindungi lingkup keragaman yang luas. Kesadaraan akan pluralitas sangat
penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai bangsa yang sangat beragam
dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama dan potensi alamnya.
b. Musyawarah
Semangat musyawarah menuntut agar menerima kemungkinan
terjadinya “partial functioning of ideals”, yaitu pandangan dasar bahwa
belum tentu dan tidak harus seluruh keinginan atau pikiran seseorang atau
kelompok akan diterima dan dilaksanakan untuk kemungkinan menerima
bentuk-bentuk  tertentu kompromi atau islah. Korelasinya yang lain ialah
seberapa jauh kita bersikap dewasa dalam mengungkapkan pendapat,
mendengarkan pendapat orang lain, menerima perbedaan pendapat dan
kemungkinan mengambil pendapat yang lebih baik.
c. Pertimbangan moral (keluhuran akhlak)
Pandagan hidup demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa
cara haruslah sejalan dengan tujuan. Bahkan sesungguhnya klaim atas suatu
tujuan yang baik harus diabsahkan oleh kebaikan cara yang ditempuh untuk
meraihnya. Setiap pertentangan antara cara dan tujuan, jika tumbuh
menggejala cukup luas, pasti akan megundang reaksi-reaksi yang dapat
menghancurkan demokrasi. Demokrasi tidak terbayang terwujud tanpa
akhlak yang tinggi. Dengan demikian pertimbangan moral (keluhuran
akhlak) menjadi acuan dalam berbuat dan mencapai tujuan.
d. Permufakatan yang jujur dan sehat
Permufakatan yang jujur dan sehat adalah hasil akhir dari musyawarah
yang jujur dan sehat. Suasana masyarakat demokratis dituntut untuk
menguasai dan menjalankan seni pemusyawaratan yang jujur dan sehat itu
guna mencapai permufakatan yang juga jujur dan sehat. Permufakatan yang
dicapai melalui “engeenering”, manipulasi atau taktik-taktik yang
sesungguhnya hasil sebuah konspirasi, bukan saja merupakan permufakatan
yang curang, cacat atau sakit, malah dapat disebut sebagai penghianatan
pada nilai dan semangat demokrasi. Karena itu, faktor ketulusan dalam
usaha bersama mewujudkan tatanan social yang baik untuk semua
merupakan hal yang sangat pokok. Musyawarah yang benar dan baik hanya
akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok yang
bersangkutan mempunyai kesediaan psikologis ntuk melihat kemungkinan
orang lain benar dan orang lain salah dan bahwa setiap pada dasarnya baik,
berkecendrungan baik dan beritikad baik.
e. Pemenuhan segi-segi ekonomi
Dari sekian banyak unsur  kehidupan bersama ialah terpenuhinya
kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan dan papan. Warga masyarakat
demokratis  untuk menganut hidup dengan pemenuhan kebutuhan  secara
berencana dan harus memiliki kepastian bahwa rencana-rencana itu (dalam
wujud besarnya ialah GBHN) benar-benar sejalan dengan tujuan dan praktik
demokrasi. Dengan demikian rencana pemenuhan kebutuhan ekonomi harus
mempertimbangkan aspek keharmonisan dan keteraturan social.
f. Kerjasama antar-warga masyarakat dan sikap mempercayai I’tikad baik
masing-masing
Kerjasama antar-warga masyarakat dan sikap mempercayai I’tikad
baik masing, kemudian jalinan dukung-mendukung secara fungsional antara
berbagai unsur kelembagaan kemasyarakatan yang ada, merupakan segi
penunjang efisiensi untuk demokrasi. Masyarakat yang berkotak-kotak
dengan masing-masing penuh curiga kepada lainnya bukan saja
mengakibatkan tidak efisiennya cara hidup demokratis, tetapi juga dapat
menjurus pada lahirnya pola tingkah laku yang bertentangan dengan nilai-
nilai asasi demokratis. Pengakua akan kebebasan nurani (freedom of
conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua (egalitarianism) dan
tingkah laku penuh percaya pada iktikad baik orang dan kelompok lain
(trust attitude) mengharuskan adanya landasan pandangan kemanusiaan
yang positif dan optimis. Pandangan kemanusiaan yang negative dan
pesimis akan dengan sendirinya sulit menghindari prilaku curiga dan tidak
percaya kepada sesama manusia, yang kemudian ujungnya ialah
keengganan bekerjasama.
g. Pandangan hidup demokratis harus dijadikan unsur  yang menyatu dengan
system pendidikan
Dalam keseharian, kita bisa berbicara tentang pentingnya pendidikan
demokrasi. Tapi karena pengalaman kita yang belum pernah dengan
sungguh-sungguh menyaksikan atau apalagi merasakan hidup berdemokrasi,
ditambah lagi dengan kenyataan bahwa “demokrasi” dalam abad ini yang
dimaksud adalah demokrasi modern, maka bayangan kita tentang
“pendidikan demokrasi” umumnya masih terbatas pada usaha indoktrinasi
dan penyuapan konsep-konsep secara verbalistik. Terjadinya diskrepansi
(jurang pemisah) antara das sein dan das sollen dalam konteks ini ialah
akibat dari kuatnya budaya “menggurui” (secara feodalistik) dalam
masyarakat kita, sehingga verbalisme yang dihasilkannya juga
menghasilkan kepuasan tersendiri dan membuat yang bersangkutan merasa
telah berbuat sesuatu dalam penegakkan demokrasi hanya karena telah
berbicara tanpa perilaku.

3. Unsur-unsur Penegak Demokrasi


a. Negara Hukum
Istilah negara hukum identik dengan terjemahan dari rechtsstaat dan
the rule of law. Konsepsi negara hukum mengandung pengertian bahwa
Negara memberikan perlindungan hukum bagi warga negara melalui
pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak dan penjaminan hak
asasi manusia. Istilah rechtsstaat dan the rule of law yang diterjemahkan
menjadi negara hukum menurut Moh. Mahfud MD pada hakikatnya
mempunya makna berbeda. Istilah rechtsstaat banyak dianut dinegara-
negara eropa kontinental yang bertumpu pada sistem civil law. Sedangkan
the rule of law banyak dikembangkan di negara-negara Anglo Saxon yang
bertumpu pada common law. Civil law menitikberatkan pada administration
law, sedangkan common law menitikberatkan pada judicial.
b. Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani (Civil Society) dicirikan dengan masyarakat
terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh kekuasaan dan tekanan
negara, masyarakat yang kritis dan berpartisipasi aktif serta masyarakat
egaliter. Masyarakat madani merupakan elemen yang sangat signifikan
dalam membangun demokrasi. Sebab salah satu syarat penting bagi
demokras adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintahan.
c. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik dianggap sebagai salah satu unsur yang signifikan
terhadap tegaknya demokrasi. Infrastruktur politik terdiri dari partai politik
(political party), kelompok gerakan (movement group) dan kelompok
penekan atau kelompok kepentingan (pressure/interest group). Partai politik
merupakan struktur kelembagaan politik yang anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama yaitu memperoleh
kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan
kebijakan-kebijakannya.

4. Prinsip dan Parameter Demokrasi


Suatu negara atau pemerintahan dikatakan demokratis apabila dalam
sistem pemerintahannya mewujudkan prinsip-prinsip demokrasi. Menurut
Robert A. Dahl terdapat tujuh prinsip demokrasi yang harus ada dalam sistem
pemerintahan, yaitu :
a. Adanya kontrol atau kendali atas keputusan pemerintahan daerah bertugas
melaksanakan pemerintahan berdasar mandat yang diperoleh dari pemilu.
Namun demikian, dalam melaksanakan pemerintahan, pemerintah bukan
bekerja tanpa batas. Pemerintah dalam mengambil keputusan masih
dikontrol oleh lembaga legislatif yaitu DPR dan DPRD.
b. Adanya pemilihan yang teliti dan jujur. Demokrasi dapat berjalan dengan
baik apabila adanya partisipasi aktif dari warga negara dan partisipasi
tersebut dilakukan dengan teliti dan jujur. Suatu keputusan tentang apa yang
dipilih, didasarkan pengetahuan warga negara yang cukup, dan informasi
yang akurat dan dilakukan dengan jujur.
c. Adanya hak memilih dan dipilih. Demokrasi berjalan apabila setiap warga
negara mendapatkan hak pilih dan dipilih. Hak memilih untuk memberikan
hak pengawasan rakyat terhadap pemerintahan, serta memutuskan pilihan
yang terbaik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai rakyat.
d. Adanya kebebasan menyatakan dalam menyampaikan pendapat tanpa
ancaman. Demokrasi membutuhkan kebebasan dalam menyampaikan
pendapat, berserikat dengan rasa aman. Apabila warga negara tidak dapat
menyampaikan pendapat atau kritik dengan lugas, maka saluran aspirasi
akan tersendat, dan pembangunan tidak akan berjalan dengan baik.
e. Adanya kebebasan mengakses informasi. Demokrasi membutuhkan
informasi yang akurat, untuk setiap warga negara harus mendapatkan akses
informasi yang memadai.
f. Adanya kebebasan berserikat yang terbuka. Kebebasan berserikat ini
memberikan dorongan bagi warga negara yang merasa lemah, dan untuk
memprkuatnya membutuhkan teman atau kelompok dalam bentuk serikat.
g. Adanya serikat pekerja, terbukanya sistem politik memungkinkan rakyat
memberikan aspirasi secara terbuka dan lebih baik.
Seperti dikemukakan diatas, di Indonesia prinsip-prinsip negara
demokratis telah dilakukan, walaupun masih ada beberapa kelemahan dalam
pelaksanaannya. Untuk mengukur seberapa jauh kadar demokrasi sebuah
negara, diperlukan suatu ukuran atau parameter. Parameter untuk mengukur
demokrasi dapat dilihat dari empat hal, yaitu:
a. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu. Terbentuknya suatu
pemerintahan dilakukan dalam sebuah pemilihan umum yang dilaksanakan
dengan jujur dan teliti.
b. Sistem pertanggungjawaban pemerintahan. Pemerintah yang dihasilkan dari
pemilu harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
dalam periode tertentu. Di Indonesia, Presiden memberikan
pertanggungjawaban kepada MPR.
c. Pengaturan sistem dan distribusi kekuasaan negara. Kekuasaan negara
dijalankan secara distributif untuk menghindari penumpukan kekuasaan
dalam satu tangan. Penyelenggaraan kekuasaan negara haruslah diatur
dalam suatu tata aturan perundang-undangan yang membatasi dan sekaligus
memberikan petunjuk dalam pelaksanaannya. Beberapa aturan tersebut
adalah pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
d. Pengawasan oleh rakyat. Demokrasi membutuhkan sistem pengawasan oleh
rakyat terhadap jalannya pemerintahan, sehingga terjadi mekanisme yang
memungkinkan check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan
eksekutif dan legislatif.

Anda mungkin juga menyukai