a. Suku Bangsa Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang dari 300 dialek bahasa. Populasi penduduk Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 210 juta. Dari jumlah tersebut diperkirakan separuhnya beretnis Jawa. Sisanya terdiri dari etnis- etnis yang mendiami kepulauan di luar Jawa seperti suku Makassar-Bugis (3,68%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Aceh (1,4%) dan suku-suku lainnya. Mereka mendiami daerah-daerah tertentu sehingga mereka dapat dikenali dari daerah mana asalnya. Etnis Tionghoa hanya berjumlah 2,8% dari populasi Indonesia, tetapi mereka menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. Mayoritas dari mereka bermukim di perkotaan. b. Agama Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat agamis. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Tetapi sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan. Dari agama-agama di atas, agama Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam terdapat banyak golongan dan kelompok pemahaman misalnya kelompok Islam santri untuk menunjukkan keislaman yang kuat dan Islam Abangan atau Islam Nominal bagi masyarakat Islam di daerah Jawa. Sedangkan di kalangan kelompok santri sendiri perbedaan pemahaman dan pengalaman Islam dikenal dengan kelompok modernis dan tradisionalis. Kelompok pertama lebih berorientasi pada pencarian tafsir baru atau ijtihad atas wahyu Allah. Sedangkan kelompok tradisionalis lebih menyandarkan pengalaman agamanya pada pendapat-pendapat ulama. Karena Indonesia merupakan Negara yang multi agama, maka Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak kasus disintegraasi bangsa yang terhadi akhir-akhir ini melibatkan agama sebagai faktor penyebabnya. Misalnya, kasus Ambon yang seringkali diisukan sebagai pertikaian antara dua kelompok agama meskipun isu ini belum tentu benar. Akan tetapi isu agama adalah salah satu isu yang mudah menciptakan konflik. Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama, perlunya diciptakan tradisi saling menghormati antar agama-agama yang ada. Menghormati berarti mengakui secara positif dalam agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama lain. Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan memungkinkan penganut agama-agama yang berbeda bersama-sama berjuang demi pembangunan yang sesuai dengan martabat yang diterima manusia dari Tuhan. c. Kebudayaan Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Intinya adalah kebudayaan merupakan patokan nilai-nilai etika dan moral, baik yang tergolong sebagai ideal atau yang seharusnya (world view) maupun yang operasional dan aktual di dalam kehidupan sehari-hari (ethos). Seperti banyaknya suku bangsa yang dimiliki nusantara, demikian pula dengan kebudayaan. Terdapat ratusan kebudayaan bangsa Indonesia yang membentuk identitas nasionalnya sebagai bangsa yang dilahirkan dengan kemajemukan identitasnya. d. Bahasa Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis. Setelah kemerdekaan, Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan sebutan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung (linguafranca) berbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-suku di nusantara, bahasa melayu juga menempati posisi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing. 2. Faktor-faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional a. Faktor pendorong 1) Rasa senasib-seperjuangan Faktor ini merupakan hal yang sangat realistis dan sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti halnya pada masa kolonialisme dulu di Indonesia banyak sekali masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan maupun suku bersatu, bersama-sama melawan kolonialisme Belanda. Mereka tidak mempedulikan perbedaan yang ada termasuk perbedaan usia dan agama. Hal itu disebabkan karena mereka mempunyai rasa senasib yaitu sama-sama dijajah dan seperjuangan yaitu sama-sama berjuang melawan kolonialisme. Mereka menggunakan berbagai cara dari diplomasi hingga perang fisik juga melalui organisasi-organisasi tertentu. Hingga akhirnya masyarakat Indonesia berhasil memproklamirkan diri sebagai bangsa dan negara yang merdeka pada 17 Agustus 1945. 2) Pemaknaan ideologi nasional Setiap negara mempunyai ideologi tersendiri sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk Indonesia dengan Pancasilanya. Ideologi pancasila ini tidak bisa digantikan dengan ideologi lain karena memang itu merupakan keputusan final yang telah dirancang oleh founding father kita sebagai pandangan hidup. Meskipun Indonesia mempunyai banyak perbedaan atau keragaman, namun bisa tetap bersatu karena masyarakat senantiasa menanmkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Jadi, setiap masyarakat Indonesia mempunyai pemaknaan yang relatif sama terhadap ideologi Pancasila. 3) Keinginan bersatu Tidak semua perbedaan membuat perpecahan, justru sebaliknya keragaman itu membawa suatu masyarakat pada suatu keinginan untuk bersatu. Keinginan tersebut salah satunya bertujuan untuk memperkuat suatu kelompok maupun negara. Mengingat persatuan merupakan cita- cita atau nilai-nilai dalam Pancasila yang harus diterapkan dalam kehidupan. Seperti halnya ketika terjadi peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para pemuda Indonesia yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan latarbelakang bersatu mengucapkan sumpah yang bertujuan membentuk persatuan bangsa, negara, dan bahasa Indonesia. 4) Antisipasi ancaman luar Ancaman dari luar bisa mempersatukan kelompok atau bangsa dalam suatu negera. Indonesia sudah sekian lama merdeka dengan beragam kebudayaan dan bentangan wilayah yang berdaulat. Hal itu memungkinkan terjadinya suatu ancaman dari luar seperti pengambilan wilayah atau pulau paling luar. Hal itu menjadi kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk tetap bersatu dan mempertahankan kedaulatan wilayah Indonesia. Begitu pula dengan masalah kebudayaan, dimana masyarakat Indonesia cenderung fanatik dengan hal-hal yang berkaitan dengan budaya. Ketika suatu budaya yang sudah lama berkembang di Indonesia kemudian diklaim oleh negara lain, hal itu akan membuat bangsa Indonesia terusik dan menjadi bersatu untuk mempertahankan eksistensi kebudayaan tersebut. b. Faktor penghambat 1) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan Tidak semua orang bisa memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Mereka cenderung sulit untuk diajak mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengah keragaman bangsa. Padahal kemajemukan sendiri merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai harganya. Oleh sebab itu, setiap masyarakat perlu memahami arti toleransi dan semacamnya, khususnya di Indonesia ini. Hal itu mengingat bahwa realita yang ada Indonesia mempunyai beragam agama dan budaya. Setiap orang atau kelompok masyarakat mempunyai agama ataupun kebudayaan yang berbeda-beda. Begitu pula mereka tidak bisa dipaksa dan tidak bisa di samakan mengenai hal itu. 2) Kuatnya paham etnosentrisme Beberapa orang ataupun masyarakat di suatu daerah masih memegang teguh paham etnosentrisme. Paham ini menganggap bahwa etnis tertentu jauh lebih baik dan dominan dari yang lainnya. Hal ini biasanya terjadi dalammasyarakat pedalaman atau tradisional yang sulit pula dirubah cara pandang dan berpikirnya. Hal itu kemudian menyebabkan sulitnya terjadi integrasi nasional. Oleh karena itu, paham nasionalisme perlu ditingkatkan dan disebarluaskan di seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Paham nasionalisme bukan hanya diberikan melalui pendidikan atau pengajaran saja, namun juga dalam bentuk prakteknya khususnya untuk yang masih dasar. 3) Ketimpangan pembangunan Pembangunan dalam suatu negara belum tentu mengalami kemerataan. Ada beberapa daerah atau wilayah yang masih sangat jauh dari kata sejahtera atau makmur. Demikianlah yang disebut dengan ketimpangan pembangunan dan hal itu menjadi penghambat terciptanya integrasi nasional. Masyarakat yang berada di wilayah yang cukup tertinggal akibat ketimpangan pembangunan, cenderung acuh dengan rasa persatuan nasional. Bahkan bisa membuat masyarakat tersebut menentang pemerintah. Hal itu kemudian bisa menimbulkan perpecahan antara pemerintah dengan masyarakat tertentu. Agar hal itu tidak terjadi, sebaiknya pemerintah berusaha memeratakan pembangunan yang ada, khususnya untuk daerah yang tertinggal dan terluar. Tujuannya bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, namun juga untuk mempersatukan dan mempererat hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. 3. Hubungan antara identitas nasional dengan integrasi nasional Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Sedangkan identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Antara integrasi nasional dan identitas nasional negara Indonesia sangatlah tekait. Mengapa? Karena Indonesia terdiri dari berbagai macam suku yang disatukan melalui persatuan dibawah bendera merah putih dan ‘Bhineka Tunggal Ika’ melalui proses ini terjadi proses integrasi nasional dimana perbedaan yang ada dipersatukan sehingga tercipta keselarasan. Persatuan dari kemajemukan suku inilah yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain. Sehingga adanya kompleksitas perbedaan suku yang bersatu di Indonesia dijadikan sebagai identitas bangsa sebagai bangsa yang majemuk yang kaya akan suku, tradisi dan bahasa dalam wujud semboyang ‘Bhineka Tunggal Ika’, berbeda-beda tapi tetap satu jua. Jadi, antara integrasi nasional dan identitas nasional memiliki keterkaitan, karena dalam hal ini, di Indonesia Integrasi nasional di jadikan sebagai salah satu identitas nasional dimana konsep ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang merupakan hasil dari integrasi nasional dijadikan sebagai identitas nasional, semboyang ini tidak akan pernah ada di negara lain, semboyang ini hanya ada di Indonesia dan menjadi identitas bangsa yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lainnya. Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multi dimensional. Untuk mewujudkannya diperlukan keadilan, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen. Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan integrasi nasional ini perlu karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya persatuan dan kesatuan bangsa yang diinginkan. Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur, aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat dan Papua merupakan cermin dan belum terwujudnya Integrasi Nasional yang diharapkan. Sedangkan kaitannya dengan Identitas Nasional adalah bahwa adanya integrasi nasional dapat menguatkan akar dari Identitas Nasional yang sedang dibangun.