Anda di halaman 1dari 33

Diagram Transformasi

Diagram fase memang suatu dasar yang


sangat penting bagi proses laku panas. Tetapi ia
hanya menunjukkan situasi setelah tercapainya
keadaan ekuilibrium, keadaan yang tidak berubah
dengan waktu. Sedangkan bagi kebanyakan
proses laku panas, waktu merupakan parameter
yang menentukan. Dibuatlah diagram lain yaitu
Diagram Transformasi, diagram yang
memperlihatkan perkembangan transformasi
terhadap waktu dan temperature. Diagram ini
dinamakan juga Time Temperature-
Transformation Diagram, dimana temperature
sebagai ordinat dan waktu (dengan skala
logaritmik) sebagai absis.
Diagram Transformasi untuk pemanasan
Diagram ini akan memperlihatkan
pengaruh temperature dan waktu terhadap
perkembangan transformasi pada pemanasan.
Bila suatu baja dipanaskan dengan sangat
cepat ke berbagai temperature dan diamati
berapa waktu yang diperlukan untuk mulai dan
berakhirnya suatu transformasi di masing-
masing temperature, maka akan diperoleh
beberapa kurva. Pada Gambar 2.9
diperlihatkan diagram transformasi untuk
pemanasan baja eutectoid (b), baja
hypoeutektoid (d) dan baja hypereutectoid (f)
bersama diagram fasenya.
Dari diagram fase tidak diketahui berapa
waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya
transformasi dari perlit menjadi austenite pada
baja eutectoid. Ini dapat diramalkan dari
diagram transformasinya. Pada gambar (b),
diagram transformasi baja eutectoid, tampak
bahwa pada temperaur 730 C transformasi
akan mulai terjadi 30 detik setelah mencapai
temperature itu (dengan pemanasan yang
sangat cepat). Pada temperature 750 C
transformasi mulai setelah 10 detik, pada 810 C
setelah 1 detik.
Transformasi ini berlangsung dengan
terjadinya reaksi eutectoid, ferrit + sementit -----
-- austenite. Reaksi ini terus berlanjut sampai
semua ferrit (didalam perlit) habis. Pada
temperature 810 C reaksi ini berlangsung
sampai setelah 6 detik. Selama
berlangsungnya reaksi ini struktur terdiri dari
perlit dan austenite (hasil reaksinya).
Ternyata setelah selesainya reaksi masih
terdapat sisa sementit. Selanjutnya sementit ini
akan larut dalam austenite. Ini memerlukan
waktu yang lebih panjang, pada temperature
810 C akan selesai setelah 2 jam.
Untuk baja hypoeutektoid 0,45%, Gambar
(d), transformasi peerlit – austenite pada 810 C
mulai setelah 1 detik, selesai setelah 5 detik,
struktur menjadi ferrit (proeutektoid), austenite
(hasil reaksi eutectoid) dan sementit (sisa
reaksi). Selanjutnya ferrit proeutektoid
bertransformasi menjadi austenite dan
sebagian sementit juga mulai larut. Pada
temperatur ini ferrit habis 1 menit kemudian
tetapi diperlukan 5 jam untuk melarutkan
sementit.
Baja hypereutectoid 1,2%C pada 810 C,
reaksi eutectoid mulai dalam waktu kurang dari
1 detik dan struktur yang terdiri dari austenite
dan sementit diperoleh setelah 5 detik. Tetapi
tidaklah mungkin melarutkan seluruh sementit
pada temperature ini karena struktur
ekuilibriumnya memang terdiri dari austenite
dan sementit (lihat diagram fasenya). Untuk
melarutkan semua sementit maka temperature
setidaknya 860 C. Tetapi untuk mendapatkan
struktur yang sepenuhnya austenit akan
memakan waktu yang sangat lama.
Transformasi yang digambarkan dengan
diagram transformasi di atas adalah
transformasi yang berlangsung pada
temperature konstan, transformasi Isothermal,
dimana spesimen dipanaskan dengan sangat
cepat ke suatu temperature lalu ditahan pada
temperature itu. Pemanasan dengan cara
seperti itu hanya dapat dilakukan terhadap
benda yang sangat kecil dan dengan dapur
khusus. Pemanasan dengan cara seperti itu
jarang dilakukan pada proses laku panas . Laju
pemanasan biasanya tidak begitu tinggi,
sehingga transformasi akan berlangsung
bersama dengan naiknya temperature.
Kemudian dibuatlah diagram transformasi
untuk pemanasan kontinyu dan salah satu
ditampilkan pada Gambar 2.10 yaitu untuk baja
hypoeutektoid 0,70%C. Pada diagram itu
tampak beberapa kurva laju pemanasan (garis
lengkung dari kiri bawah ke atas) dan
temperature kritis bawah dan atas untuk
pemanasan non ekuilibrium ( AC1 dan AC3).
Dari diagram dapat dilihat bahwa laju
pemanasan berpengaruh terhadap temperature
transformasi, makin tinggi laju pemanasan
makin tinggi temperature transformasinya. Laju
pemanasan ke suatu temperature juga
berpengaruh terhadap laju transformasi dan
laju pelarutan.
Diagram transformasi untuk pemanasan
tentu akan banyak membantu dalam praktek
melakukan laku panas, tetapi diagram
semacam itu belum banyak beredar, sehingga
orang harus memperkirakan secara sederhana
proses pemanasannya dan memberikan
holding time beberapa saat . Bila diinginkan
temperature pemanasan yang lebih tepat dapat
dilakukan pemanasan percobaan pada
beberapa temperature dengan holding time
tertentu lalu di quench. Setelah itu dianalisis
struktur yang terjadi, pemanasan yang mana
yang menghasilkan struktur yang optimum.
Diagram Transformasi Untuk Pendinginan
Diagram transformasi untuk pendinginan sudah lebih
dikenal daripada yang untuk pemanasan. Juga ada dua jenis
diagram transformasi untuk pendinginan, yaitu diagram
transformasi isothermal dan diagram transformasi untuk
pendinginan kontinyu.
Diagram transformasi isothermal, diagram untuk
transformasi yang berlangsung secara isothermal, sering
disebut dengan I-T Diagram (Isothermal Transormation
Diagram) atau TTT Diagram (Time Temperature
Transformation Diagram), diperoleh dengan memanaskan
sejumlah spesimen kecil dari baja yang akan dibuat diagram
transformasinya sampai ke temperature austenite (austenitizing
temperature), lalu spesimen didinginkan cepat, masing-masing
ke suatu temperature berbeda, di bawah temperature kritis.
Dari tiap spesimen dicatat waktu mulai dan berakhirnya
transformasi, hasil transformasi dan beberapa data lain.
Hasilnya diplot pada suatu salib sumbu Temperatur-Waktu,
diperoleh suatu diagram transformasi, misalnya Gambar 2.11.
Dari gambar bahwa pada temperature tinggi mulai dan
berakhirnya transformasi memakan waktu yang lebih panjang,
dan austenite bertransformasi menjadi perlit dan konstituen
proeutektoid (pada baja hypoeutektoid dan hypereutectoid,
gambar b dan c). Makin rendah temperature transformasi
makin pendek waktu untuk mulai dan berakhirnya transformasi,
mencapai minimum pada suatu temperature, yaitu pada nose
(hidung) diagram.
Pada temperature di bawah hidung ini transformasi jadi
lebih lambat lagi dan struktur yang dihasilkan tidak lagi perlit
tetapi bainit. Pada temperature yang lebih rendah lagi langsung
akan terbentuk martensit begitu temperature mencapai Ms.
Pertumbuhan martensit ini tidak tergantung pada waktu tetapi
tergantung pada penurunan temperature. Makin rendah
temperature makin banyak austenite yang menjadi martensit,
dan dianggap selesai pada temperature Mf. Tetapi biasanya
masih selalu ada, sedikit atau banyak austenite yang tidak
berubah menjadi martensit pada saat temperaatur menvapai
temperature, ini dinamakan austenite sisa.
Suatu diagram transformasi dapat dipakai untuk
meramalkan struktur yang akan terjadi bila baja
didinginkan dari temperature austenite dengan suatu
laju pendinginan tertentu. Untuk meramalkan struktur
yang dapat terjadi ini maka pada diagram transformasi
digambarkan kurva pendinginan yang akan dialami
baja itu. Sebagai contoh lihat gambar 2.12, dimana
digambarkan beberapa kurva pendinginan pada
diagram transformasi dari baja eutectoid.
Kurva pendinginan 1 menggambarkan
pendinginan yang sangat lambat (seperti pada
anealling konvensional), baja akan mulai
bertransformasi menjadi perlit pada titik x1 dan selesai
pada x1’ dan akan menghasilkan perlit kasar. Ini
terjadi karena transformasi berlanagsung pada
temepratur yang sangat tinggi. Kekerasannya sekitar
Rc 15.
Kurva pendinginan 2 menggambarkan pendinginan seperti
pada “ isothermal anealling “, proses dilakukan dengan
mendinginkan cepat sampai ke suatu temperature di bawah
temperature kritis ( di atas daerah hidung diagram). Pada
kurva pendinginan 2 transformasi berlangsung pada
temperature yang lebih rendah, akan dihasilkan perlit yang
lebih halus.
Kurva pendinginan 3 menggambarkan pendinginan yang
agak cepat, seperti pada normalizing. Di sini tampak bahwa
transformasi dimulai dan selesai pada temperature yang
berbeda, sehingga aknan diperoleh perlit dengan ukuran butir
yang beervariasi. Yang terjadi pada temperature lebih tinggi
akan lebih kasar dan yang terjadi pada temperature lebih
rendah akan lebih halus, sehingga ada sebagian perlit kasar
dan sisanya perlit medium. Perlit yang lebih halus akan
dihasilkan dengan kurva perdinginan 4 yang lebih cepat lagi,
seperti pada oil iquenching
Kurva pendinginan 5, pendinginan yang cukup cepat,
transformasi menjadi perlit mulai lebih cepat, tetapi akan
berhenti ketika kurva pendinginan akan menyinggung kurva
transformasi 25% ( transformasi baru berlangsung 25% ).
Transformasi akan mulai lagi ketika mencapai temperatur Ms,
menjadi martensit. Sehingga setelah akhir transformasi akan
diperoleh 25% perlit halus dan 75% martensit.
Kurva pendinginan 6 menggambarkan pendinginan yang
sangat cepat, seperti pada water quenching. Tidak terjadi
transformasi sebelum mencapai temperatur Ms, transformasi
selesai pada temperatur Mf, struktur seluruhnya martensit.
Struktur yang seluruhnya martensit juga masih dapat dicapai
dengan laju pendinginan yang sedikit lebih lambat, paling tidak
laju pendinginannya harus seperti kurva pendinginan 7, bila
lebih lambat akan ada sebagian perlit. Karena itu laju
pendinginan yang tepat menghasilkan 100% martensit, disebut
laju pendinginan kritis atau critical cooling rate ( CCR ).
Pada baja karbon bainit baru dapat dhiperoleh bila
dilakukan pendinginan secara isothermal, seperti
pada kurva pendinginan 4. Cara seperti ini dilakukan
pada proses austempering.
Sebenarnya cara ini tidak tepatkarena transformasi
yang digambarkan dengan IT – Diagram adalah
transformasi pada temperatur konstan, sedang kurva
pendinginan yang dialami suatu benda kerja pada
suatu proses laku panas biasanya pendinginan yang
kontinyu. Letak kurva transformasi akan tergeser bila
transformasi berlangsung dengan temperatur yang
terus menurun. Karena itu perlu dibuat suatu diagram
transformasi pada pendingan yang kontinyu.
Diagram transformasi semacam ini
dinamakan Diagram Transformasi Pendinginan
Kontinyu atau sering disebut juga sebagai CCT
– Diagram ( Continue Cooling Transformation
Diagram ). Bentuknya sedikit berbeda dengan
TTT atau IT Diagram, lihat Gambar 2.13, Kurva
transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah
dan pada baja karbon tidak terdapat daerah
transformasi austenit – bainit. Ini disebabkan
karena kurva awal transformasi austenit – bainit
“ terhalang “ oleh kurva transformasi austenit –
perlit. Jadi pada baja karbon, dengan
pendinginan kontinyu tidak dapat terjadi bainit.
Bainit hanya dapat diperoleh dengan
pendinginan isothermal.
Tetapi dari Gambar 2.13 itu yang mengambarkan kurva
transformasi pendinginan kontinyu ( garis tebal ) yang
disuperimpose pada TTT Diagram ( garis tipis ) baja karbon
eutektoid, tampak bahwa dengan pendinginan kontinyu lebih
mudah diperoleh martensit penuh, karena kurva transformasi
tergeser ke kanan. Hal ini tampak pada gambar di atas,
misalnya pada kurva pendinginan dengan laju 250 F/detik,
untuk kurva transformasi pendinginan kontinyu akan
merupakan laju pendinginan kritis, akan menghasilkan
martensit 100%, tetapi pada kurva transformasi isothermal
masih akan menghasilkan sedikit perlit sebelum menjadi
martensit.
Pada proses laku panas biasanya pendinginan dilakukan
dengan pendinginan kontinyu, sehingga biasanya CCT
Diagram lebih banyak digunakan. Sedangkan TTT Diagram
digunakan untuk proses laku panas tertentu, yang dilakukan
dengan pendinginan isothermal. CCT Diagram untuk berbagai
baja dapat diperoleh pada beberapa buku/standard atau dari
produsen baja ( khusus ).
Selanjutnya perlu dibahas sedikit mekanisme
terbentuknya beberapa struktur yang terdapat pada
diagram transformasi di atas.
Pembentukan Perlit
Bila austenit didinginkan sampai ke temperatur
kritis bawah A1 maka setelah beberapa saat
austenit mulai mengalami transformasi. Untuk baja
hypoeutektoid lebih dulu terbentuk ferrit, untuk baja
hypereutektoid lebih dulu terjadi presipitasi sementit,
baru kemudian terbentuk perlit, sedang pada baja
eutektoid langsung terbentuk perlit. Pada saat itu
komposisi austenit adalah komposisi eutektoid dan
temperaturnya di bawah temperatur kritis austenit
tidak stabil, besi gamma cenderung berubah
manjadi besi alpha. Untuk itu austenit harus
mengeluarkan dulu karbon karena besi alpha tidak
mampu melarutkan karbon.
Pembentukan perlit dimulai dengan terbentuknya
inti sementit di batas butir austenit ( Gambar 2.14 ).
Atom karbon dari austenit di sekitar inti sementit tadi
akan berdifusi keluar, bergabung dengan inti sementit
yang sudah itu. Kadar karbon dalam austenit di sekitar
sementit menjadi sangat rendah, dan ia akan menjadi
ferrit. Keluarnya karbon dari austent berlangsung terus
menerus, sehingga akan terbentuk lagi sementit, ferrit,
sementit,.......dst sehingga diperoleh struktur yang
berlapis-lapis ( lamellar ) yang terdiri dari lamel-lamel
ferrit dan sementit ( lihat Gambar 2.4 ). Lamel-lamel ini
akan semakin rapat ( tipis ) bila transformasi
berlangsung pada temperatur yang lebih rendah (
butiran perlit juga makin halus).
Pembentukan Bainit
Pada temperatur di bawah hidung (+ - 550 C ), suatu
konstituen mulai terjadi yaitu bainit. Pada temperatur yang
rendah ini austenit sudah berada jauh di bawah temperatur
stabilnya. Ia akan mengalami driving force yang besar untuk
berubah dari FCC menjadi BCC. Karena driving force yang
besar itu atom-atomnya akan tergeser sehingga menjadi
BCC, terbentuk inti ferrit. Karena di situ tadinya terdapat
banyak karbon sedang ferrit tidak mampu melarutkan karbon
maka karbon akan berdifusi keluar dari ferrit sebagai karbida.
Sementara itu austenit di sekitar ferrit tadi juga ikut
bergabung menjadi ferrit, dan karbonnya berdifusi keluar,
sehingga akhirnya akan diperoleh suatu struktur berupa
jarum-jarum ( needle ) ferrit yang didalamnya terdapat
platelet sementit dengan arah hampir sejajar dengan sumbu
pertumbuhannya.
Di bawah mikroskop struktur ini tampak mirip perlit,
struktur ini dinamakan bainit atas ( upper bainit ) atau
feathery bainite. Pertumbuhan bainit atas ini digambarkan
pada Gambar 2.15.a.
Bila transformasi terjadi pada temperatur
yang lebih rendah lagi maka jarum-jarum ferrit
makin halus dan platelet sementit makin rapat,
arahnya tidak lagi sejajar dengan sumbu tetapi
membentuk sudut +- 55. Jarum-jarum ferrit juga
tersebar ke berbagai arah. Di bawah mikroskop
tampak mirip martensit. Struktur ini dinamakan
bainit bawah ( lower bainit ) atau acicular bainit.
Gambar 2.16 memperlihatkan strukturmikro
bainit atas ( feathery ) dan bainit bawah
(acicular ).
Pembentukan Martensit
Bila austenit didinginkan dengan cepat dan dapat
mencapai temperatur Ms, sebelum menjadi struktur lain maka
pada saat itu mulai terbentuk martensit. Paada temperatur
yang sangat rendah ini austenit mengalaami driving force
yang sangat besar untuk berubah dari FCC menjadi BCC,
yang menimbulkan shear force terhadap atom-atom. Ini
menyebabkan atom-atomnya sedikit tergeser untuk menuju
bentuk BCC, tetapi karena didalmnya masih banyak terdapat
karbon ( yang tadinya larut dalam austenit dan masih belum
sempat keluar ) dan karbon ini sudah tidak lagi dapat
berdifusi keluar ( karena temperatur sudah terlalu rendah
untuk dapat berdifusi ) maka struktur BCC tidak tercapai,
salah satu rusuk sel satuannya lebih panjang daripada yang
lain, ia menjadi BCT ( Body Centered Tetragonal ), Gambar
2.17 yang menggambarkan model susunan atom pada sel
satuan austenit ( FCC ) yang bertransformasi menjadi BCT.
Struktur BCT ini sangat tegang, karena itu struktur ini menjadi
sangat keras dan getas.
Di bawah mikroskop struktur BCT yang
dinamakan martensit ini tampak jarum-jarum
yang tersebar ( Gambar 2.18 ). Padas gambar
tampak jarum-jarum martensit ( hitam ) dan sisa
austenit yang tidak bertransformasi ( putih )
sebagai latar belakang.
Bila kadar karbon dalam austenit lebih
tinggi maka struktur BCT itu akan lebih
memanjang. Jadi juga lebih tegang, karenanya
akan menghasilkan struktur yang kebih keras.
Kekerasan martensit tergantung pada kadar
karbon dalam austenit sebelum diquench

Anda mungkin juga menyukai