Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Karakteristik Dasar
a. Morfologi Karst
Karst berasal dari bahasa Jerman yang diambil dari
bahasa slovenia yaitu kras atau lahan gersang dan
berbatu, istilah kras sendiri diadopsi dari bentuk lahan
yang di donminasi oleh proses pelarutan. Menurut
Haryono (2004) topografi di daerah karst memiliki
bentuk yang sangat beraneka ragam. Menurut
Gvozdeckij dalam Haryono (2004) karst di bedakan
menjadi:
a. Bare karst bentuknya mirip dengan karst
Dinaric/holokarst
b. Covered karst terbentuk apabila batuan karbonat
tertutup lapisan aluvium, material fluvio-glacial dan
batuan lain seperti batupasir.
c. Soil covered karst terbentuknya karst yang mengalami
perkembangan di batugamping yang tertutup tanah
d. Buried karst adalah karst yang tertutup batuan lain,
sehingga batuan karst hanya dapat diketahui dari data
bor.
e. Tropical karst of cone karst adalah karst yang
terbentuk di wilayah tropis.
f. Permafrost karst adalah karst yang terbentuk di
wilayah bersalju.

Proses karstifikasi di dominasi oleh proses pelarutan.


Proses ini di pengaruhi oleh dua fator yaitu faktor
pengontol dan faktor pendorong.

17
18

a. Faktor pengontrol sendiri dimana aktor yang


menentukan bisa tidaknya proses karstifikasi
berlangsung pada batuan karts. Contoh dari faktor
pengontrol adalah :
- Sifat batuan dan Rekahan pada batuan
Pada batuan kasrt apabila memiliki kandungan
CaCO3 tinggi maka akan mudah sekali larut.
Kekompakan batuan menentukan kestabilan
morfologi karst yang telah mengalami pelarutan,
karena apabila batuan tersebut lunak maka bentukan-
bentukan sepert bukit karst akan mudah hilang. Hal
itu di sebabkan karena proses pelarutan, erosi dan
gerak masa batuan.
- Curah hujan
Curah hujan menentukan intensif dan tidaknya
pelarutan pada batuan karst. Semakin tinggi curah
hujan maka akan semakin tinggi pula proses
pelarutan.
- Batuan yang terekspos di ketinggian
Batuan yang terekspos di ketinggian akan
memungkinkan adalah sirkulasi hidrologi secara
vertikal, yang di maksud hal ini adalah semakin
terekspos batu gamping maka akan semakin tinggi
pula jaraknya dengan muka air tanah maka semakin
baik sirkulasi air secara vertikal maka semakin intensif
pula proses karstifikasi. Karena apa bila batu gamping
hanya terangkat beberapa meter dari permukaan air
laut maka tidak akan intensif proses karstifikasinya
hal itu di tambah dengan adanya aliran permukaan
apabila batu gamping tidak terekspos cukup tinggi.

b. Sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang


mempengaruhi cepat atau lambatnya proses
kasrtifikasi. Contohnya adalah:
19

- Penutup lahan
Penutup lahan mendorong proses karstifikasi
karena berkaitan dengan penguraian sisa sisa vegatasi
yang telah lapuk, yaitu seperti daun dan ranting
kering yang akan menghasilkan CO2 yang akan
memperepat proses pelarutan.
- dan temperatur
Temperatur mendorong proses karstifikasi karena
berkaitan dengan perkembangan organisme penghasil
CO2 pada tanah semakin tinggi CO2 maka semakin
pula besar proses pelarutan.

Apabila kedua faktor tersebut bekerja dengan baik


maka terbentuklah mofologi karst yang berupa
perbukitan kasrt dan lembah kasrt seperti gambar berikut
:

Haryono,Adji 2004
Gambar 2.1 Bukit karst.

b. Karakteristik dasar
Karts merupakan daerah yang sangat unik dan
spesifik. Menurut Endah (2007:1) daerah karst sangat
unik karena mempunyai morfologi dengan memiliki
20

rongga yang terhubung satu sama lain, hal tersebut


ditunjukan dengan adanya mata air dan sungai bawah
tanah pada daerah karst. Karts merupakan daerah
spesifik karena daerag karst tersusun dari batuan yang
mudah terlarut.
Menurut Suwarsono dkk (2005:1) daerah karst di
identikan dengan daerah yang kering, gersang, tandus
dan kurang subur namun memiliki potensi sumberdaya
alam yang tinggi terutama pada sumber daya mineral
yaitu batuan karbonat.
Suwarsono dkk (2005:1) juga menambahkan ada
empat hal pendukung terbentuknya karts yaitu :
a. Kondisi lithologi yaitu tersusun dari batuan yang
udah larut
b. Memiliki batuan yang tebal dan masif seta memili
rekahan yang meningkatkan permeabilitas dan
porositas batuan
c. Terletak pada posisi yang relatif tinggi
d. Daerah tersebut memiliki curah huan yang tinggi

Wilayah kars memiliki karakteristik tersendiri yang


membedakan daerah karst dengan daerah non kasrt.
Menurut (Haryono & Adjie, 2004:4) kars mempunyai ciri
ciri :
a. Terdapat cekungan yang tertutup serta lembah kering
dengan berbagai ukuran
b. Langkanya terdapat sungai permukaan
c. Terdapatnya goa sebagai hasil drainase bawah

c. Persebaran karst
Secara umum kars tersebar hampir di seluruh dunia
dan memliki karakteristik tersendiri di setiap
wilayahnya, menurut Sweeting, dalam Haryono & Adjie,
(2004:3) faktor iklim lah yang mempengaruhi
21

katakteristik wilayah karst tersebut. Indonesia masuk


kedalam tipe Tropical kars. Tropical kars memiliki dua
subsistem yaitu Kegelkarst dan turmkars yang berada di
daerah Gunung Sewu.
Menurut Haryono dan Adji (2004:1) kars tidak hanya
terbentuk di batuan karbonat saja, tapi terjadi juga di
batuan lain yang mudah terlarut yang mempunyai
porositas sekunder, seperti batuan gipsun dan
batugaram. Namun karena batuan karbonat mempunyai
sebaran yang paling luas sehingga karst banyak terdapat
di batuan karbonat.
Sudah ada penelitian tentang persebaran karst di
Indonesia, seperti Balaz (1963) menginventarisir wilayah
kars di indonsia secara global, dalam Suwarsono dkk
(2005:2) wilayah kars yang berada di Jawa Timur
terdapat di daerah :
a. Daerah kars antara Bojonegoro dan Lansun
b. Kars Madura
c. Kars Teluk Pacitan
d. Kars Gunung Kidul
e. Kars Pulau Barung
f. Kars Watangan
g. Kars Tegaldelimo

d. Lapisan tanah
Fenomena tanah pada perbukitan di topografi karst
sangatlah unik, seperti warna tanah menurut Mulyanto
(2007:1) warna tanah di tentukan dari ketinggian atau
posisi dari tanah tersebut. Menurut Poerwowidodo
(1991) dalam Mulyanto (2007:1) warna tanah di
pengaruhi oleh empat jenis bahan yaitu :
a. senyawa besi
b. seyawa mangan dan magnetit
c. kuarsa dan feldspar
22

d. bahan organik
Mulyanto (2007:1-2) juga menambahkan bentang
lahan perbukitan tropis menunjukan seurutan warna
tanah yang kemerahan, kekuningan sampai ke abu-
abuan, perbedaan warna tersebut tentunya di karenakan
adanya susunan mineral yang berbeda baik primer
maupun sekunder.
Pendapat lain menurut William B. White (1998 : 224)
tanah yang berada di atas daerah kars berasal dari
berbagai tempat yaitu :
a. Tanah sisa yang berasal dari butiran batuan karbonat
yang tidak terlarutkan
b. Tanah coluvial yag berasal dari daerah non karbonat
atau kapur yang berada di lembah lembah yang di
batasi lereng yang curam
c. Tanah aluvial yang terbawa oleh aliran permukaan
d. Materi glasial ataupun hasil sisa dari masa pleisosen
yang terangkut ataupun yang telah terproses

Lapisan tanah penutup di area tangkapan mata air


karst memiliki fungsi yang penting yaitu diantaranya:
a. Sebagai tempat tumbuhnya vegetasi
Menurut Adji (1999:4) Tanah yang ada di daerah
tangkapan air wilayah kars tidak begitu tebal, namun
memiliki manfaat bagi penduduk sekitar wilayah
mata air kars tersebut yaitu sebagai sumber pangan
sehari hari penduduk. Pada daerah kars yang
memiliki potensi tinggi di wilayah kars terletak di
lembah-lembah atau doline yang ada di kawasan kars,
karena pada daerah lembah atau doline terdapat dua
proses yaitu proses fluial dan proses solusional. Tanah
yang ada didaerah lembah yaitu umumnya tanah
terarosa dengan tekstur lempung. Tanah terarosa ini
mesikipun kesuburannya tidak sesubur tanah aluvial
23

namun bisa di gunakan untuk bercocok tanah seperti


tanaman semusin dan juga bia di manfaatkan sebagai
sawah tadah hujan dan juga di gunakan untuk
komoditi tanaman mete, kakao dan jati.

b. Sebagai agen penyaring polutan


Menurut Ravbar (2007:76-77) selama ada
perembesan air kedalam batuan karst maka di
mungkinkan adanya kontaminasi. Ravbar juga
menambahkan bahwa lapisan tanah yang berada pada
daerah karst merupakan agen penyaring polutan yang
mencegah potulan masuk ke kadalam mata air karst,
efektif dan tidaknya penyaringan ini di tentukan dari
lamanya air hujan tertampung pada lapisan tanah,
semakin lama tanah melewati lapisan tanah maka
semakin efektif tanah tersebut menyaring polutan
yang masuk kedalam sunga bawah tanah, dan di
mungkinkan sedikit atau bahkan tidak ada polutan
yang masuk kedalam sungai bawah tanah, dari
penjelasan tersebut bisa di simpulkan bahwa efektif
tidaknya penyarigan polutan di pengaruhi oleh
ketebalan lapisan tanah penutup pada area karst. Hal
ini bisa di lihat pada gambar di bawah ini.
24

Sumber: Ravbar,1988
Gambar 2.2 Proses penyaringan polutan.
2. Erosi
a. Jenis Erosi
Erosi menurut (Indriati 2012:18; Lee 2003:1) erosi
merupakan terangkutnya material material tanah dari
satu tempat ke tempat lan dengan tenaga alami seperti
angin dan air. Erosi memiliki beberapa macam dimana
perbedaan jenis erosi di tinjau dari produk akhir yang di
hasilkan, antara lain:

Sumber: Association of Illinois Soil and Water


Conservation Districts)
25

Gambar 2.3 Perkembangan bentuk erosi

a. Erosi percikan
Erosi ini terjadi pada saat awal hujan, erosi ini
akan kuat apabila keadaan vegetasi yang jarang.
b. Erosi lembar
Erosi ini terjadi pada saat sudah terjadi
genangan, erosi ini terjadi pada derah yang
relatif seragam permukaannya.
c. Erosi alur
Erosi ini di dahului adanya limpasan permukaan,
semakin besar konsentrasi maka akan meningkat
pula daya rusaknya.
d. Erosi selokan
Erosi ini akan terlihat apabila amati dengan
steoroskop. Erosi selokan berkorelasi positif
dengan pengembalaan ternak.
e. Erosi tanah longsor dan erosi pinggir sungai
Kedua erosi tersebut berdampak teriptanya
sedimentasi di aliran sungai.

b. Intensitas Hujan
Air hujan bisa mengakibatkan erosi karena memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi atau merubah tanah
yang berada di permbukaan bumi. Menurut Tarigan dkk
(2011 : 2) air hujan yang jatuh di tanah memiliki dua
tenaga yaitu:

a. Energi kinetik
Ketika air hujan jatuh ke tanah dalam kecepatan
tertentu sehingga dapat menghancurkan agregat-
agregat tanah.
b. Energi potensial
26

Hal ini di dukung oleh penelitian dari Dames.


Menurut Dames (1955) dalam Arzyana sunkar (2008:5)
beberapa lapisan tanah di gunung kidul telah mengalami
erosi. Pendapat dari Dames (1955) selaras dengan
(Budiyanto 2014:4; Indriani 2014:1; Rahim 2006:10)
adanya hubungan antara curah hujan dengan kejadian
erosi pada tanah penutup lahan. Erosi tanah akan
meningkat pada curah hujan yang semakin tinggi
intensitasnya. Kemampuan air hujan mengerosi tanah
akan semakin kuat apabila kondisi vegetasi semakin
jarang.

Sumber: Rahim 2006


Gambar 2.4 Siklus musiman curah hujan, presentase
tutupan lahan dan erosi tanah.
(Tarigan dkk 2011: 2; Ardianto dkk 2017:2)
menambahkan bahkan erosi bertambah intensitasnya
apabila terdapat pada kemiringan dengan sudut yang
tinggi dan juga erosi percik merupakan sumber utama
dari erosi lapisan tanah.
27

3. Pengukuran Erosi
a. Metode skala plot
Dalam pengukuran laju erosi ada beberapa cara untuk
melakukan pengukuran erosi di lapangan. Menurut
Alexander (2010:4) ada empat cara yang secara umum di
gunakan untuk menghitung erosi yaitu menggunakan
petak plot erosi dan metode tongkat erosi, pengukuran
penurunan permukaan tanah, metode ukur cepat
Tentunya kedua metode tersebut memiliki kelebihan
tersendiri.
Peneliti di sini menggunakan metode petak erosi plot
atau biasa di sebut box plot. Metode box plot dalam
pengaplikasiannya yaitu membuat suatu box yang di
letakkan pada daerah yang akan di teliti dengan searah
kemringan lereng dengan ukuran yang di tentukan oleh
peneliti sesuai dengan keadaan lapangan.

Sumber: Lihawa 2012


Gambar 2.5 Plot erosi
Petak erosi belum ada ukuran baku yang telah di
tetapkan oleh peneliti lain. Penetapan ukuran sesuai
dengan keadaan kondisi lapangan. Cara kerja dari plot
erosi ini yaitu dengan menghitung jumlah tanah yang
tertampung pada bak penampung ataupun drum yang
28

diambil saat selesai terjadi hujan. Yang nantinya akan di


hubungan dengan curah hujan yang terjadi.

b. Sistem informasi geografis


Menurut Budiyanto 2016: 1 Sistem Informasi
Geografis mengintegrasikan perangkat lunak dan keras
yang di mana menampilkan berbagai informasi. Sistem
Informasi Geografis memiliki beberapa fungsi antara lain:
a. Pemetaan lokasi
b. Pemetaan informasi kuantitas
c. Pemetaan kepadatan
d. Informasi data spatial
e. dan monitoring perubahan

Analisis visual merupakan metode yang telah lama di


aplikasikan dalam metode pemerolehan data. Salah
satunya adalah penginderaan jauh, penginderaan jauh
memiliki kemampuan perekaman permukan bumi secara
luas. Peginderaan jauh telah banyak di gunakan untuk
meneliti tentang erosi ataupun degradasi lahan tapatnya
mencari sebaran spatial area yang terdegradasi seperti
yang di lakukan oleh Cahyadi (2011), Budiyanto (2014).
Penginderaan jauh dalam memperoleh informasi
tentang singkapan batuan di lakukan dengan beberapa
cara yaitu menurut Budiyanto (2014:7) bahwa perolehan
singkapan batuan melalui proses perekamanan dari hasil
pantulan energi, lalu akan di proses, analisa dan
menerapkan informasi yaitu hasil dari jumlah tanah yang
hilang pada kotak ukur saat kejadian hujan berlangsung
akan di turunkan pada citra Aster, dengan menggunakan
nilai perhitungan erosi tanah pada setiap kemiringan
lereng makan bisa di ketahui lewat citra Aster dimana
saja dan seberapa luas tanah yang telah tersingkap. Maka
dengan cara tersebut bisa di ketahui daerah mata air
29

karst Goa Gremeng yang sudah banyak tersingkap


sehingga bisa di buat arahan penanganan lebih lanjut.
30

Halaman ini sengaja di kosongkan.


1
15
B. Penelitian yang relevan
NO Nama Peneliti dan Judul Penelitian Lokasi Penelitian Kesimpulan
Tahun

1. Dela Risnain Tarigan, Pengaruh erosivitas dan Daerah aliran sungai Topografi memiliki pengaruh
topografi terhadap secang, desa hargotirto, terhadap erosi yaitu sekitar
kehilangan tanah pada kecamatan kokab 0,93
erosi alur di Daerah aliran kabupaten kulonprogo
sUngai secang, desa
hargotirto, kecamatan
kokab kabupaten
kulonprogo

2. Nisye Frisca Andini, Perhitungan erosi tanah Di kanagarian aei Adanya tingat erosi yang
dan aliran permukaan batumbak kabupaten berbeda antara hutan, semak
menggunakan plot belukar, ladang, dan lahan
terhadap penggunaan terbuka.
lahan di kanagarian aei
batumbak kabupaten

3. Angga aleksander, Aliran permukaan dan Hutan alam, Provinsi Adanya perbedaan hasil
2010 erosi permukaan tanah di sumatera barat antara metode plot dan
areal pengusahaan hutan metode tongkat , erosi yang
alam produksi PT. terjadi di hutan alam adalah
ANDALAS MERAPI 33.463.702,6 m3/tahun dan
TIMBER 61.564,3 ton/tahun.
Provinsi sumatera barat
4. Tingkat erosi permukaan DAS alo-pohu provinsi Adanya perbedaan erosi di
pada lahan pertanian Gorontalo setiap tempat antara lain

17
32

jagung di DAS alo-pohu yaitu dpada lereng datar erosi


provinsi Gorontalo sebesar 1,04 ton/ha/tahun,
lereng landai tingkat erosi
sebesar 9,88 ton/ha/tahun,
lereng agak curam tingkat
erosi sebesar 40.588
ton/ha/tahun dan pada
lereng curam tingkat erosi
sebesar 176.490 ton/ha/tahun
C. Hubungan antar variabel
Penelitian ini memiliki dua variabel yaitu variabel
(X) Hujan yang jatuh pada kotak ukur / box plot dan
variabel (Y) Laju kehilangan tanah pada box plot. Dua
variabel tersebut di hubungkan dan akan di peroleh
berapa tanah yang hilang di box plot (Y) apabila terjadi
hujan dengan intensitas tertentu (X).

D. Kerangka berfikir
Tujuan di buatnya keragka berfikir yaitu untuk
menyelaraskan ide dan pemikiran peneliti dengan
kemampuan pembaca agar tidak ada perbedaan
pemahaman antara peneliti dengan pembaca. Dengan
kata lain kerangka berfikir di gunakan untuk
menjelaskan masalah yang di teliti, variabel penelitian
dan teori –teori yang relevan dengan penelitian sehingga
mudah di fahami.
Berikut adalah kerangka berfikir dari penelitian yang
bertajuk “Kehilangan tanah penutup area tangkapan
hujan mata air Goa Gremeng’’

17
34

Kerangka berfikir

Laju kehilangan tanah penutup area tangkapan


mata air Goa Gremeng

Tanah memiliki Tanah bukan Tanah memiliki


peran penting berasal dari peran penting
bagi vegetasi batuan induk bagi vegetasi dan
dan agen filtrasi agen filtrasi

Hujan (X1),
Kelerengan (X2)

Intensitas
Tanah tererosi

(Y)

korelasi
Box plot

Kehilangan tanah

Anda mungkin juga menyukai