Anda di halaman 1dari 3

Apa kasus terbaru yang terjadi?

Dua kapal pengawas milik pemerintah Vietnam dilaporkan menabrak lambung kapal
TNI AL KRI Tjiptadi-381 di Laut Natuna Utara (29/04), wilayah yang diakui
Indonesia sebagai ZEE Indonesia.

Menurut keterangan TNI AL, kapal Indonesia ditabrak saat mencoba menghalau
kapal ikan berbedera Vietnam yang diduga tengah mengambil ikan di perairan itu.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan pemerintah


Indonesia sudah menyampaikan protes kepada pemerintah Vietnam atas
penyerempetan kapal itu secara resmi. "Kementerian Luar Negeri menunggu laporan
lengkap dari Panglima TNI terkait kejadian tersebut, yang akan menjadi dasar bagi
Pemerintah Indonesia untuk menindaklanjuti masalah ini dengan Pemerintah
Vietnam," ujar Arrmanatha.

Tak sampai di situ, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan
pemerintah akan menenggelamkan 51 Kapal Ikan Asing (KIA), yang paling banyak
berasal dari Vietnam (04/05).
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kementerian itu telah
menangkap 15 kapal Vietnam dan 14 kapal Malaysia di perairan Indonesia sejak awal
tahun ini.

Bagaimana progres proses diplomatik Indonesia dan


Vietnam?

Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016, perundingan penetapan batas maritim
Indonesia-Vietnam telah dilaksanakan sebanyak delapan kali.

Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Damos Dumoli Agusman


mengatakan perundingan batas ZEE masih berlangsung pada tingkat teknis.

Kedua juru runding, kata Damos, sudah menyepakati beberapa prinsip, yakni pertama
berbasis Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982).Indonesia dan
Vietnam, katanya, juga menekankan prinsip bahwa batas landas kontinen dan ZEE
ada dua rezim yang berbeda.

Menurut Konvensi Hukum Laut International, Landas Kontinen meliputi hak sebuah
negara atas dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di luar laut
teritorial."Selanjutnya kedua juru runding mulai merundingkan garisnya (ZEE) di
mana dan ini butuh pertimbangan teknis, yuridis, dan politis," ujar Damos.

Ia menambahkan perundingan batas maritim memang membutuhkan waktu yang


lama."Dulu perundingan batas landas kontinen dengan Vietnam berlangsung lebih
dari 30 tahun, sejak 1973 dan baru selesai tahun 2003," pungkasnya.
Mekanisme apa yang sebaiknya ditempuh oleh Indonesia
dan Vietnam?

Pengamat LIPI Lidya Sinaga mengatakan sebagai negara ASEAN, Indonesia dan
Vietnam harus menyelesaikan masalah batas maritim karena hal itu penting untuk
stabilitas regional.Ia menambahkan pemerintah Indonesia juga perlu memperkuat
komitmen diplomasi maritim terkait hal ini."Karena potensinya tidak hanya soal
ekonomi, tapi juga ancaman maritim yang besar," ujarnya.Lidya menambahkan,
kementerian luar negeri dan KKP perlu berjalan beriringan dalam menghadapi hal ini.

Saat ini, kebijakan KKP untuk mengenggelamkan kapal asing, kata Lidya, cenderung
membuat negara tetangga merasa tidak nyaman."Ini soal bagaimana diplomasi kita
menjadi koheren, apa yang dilakukan Kemenlu dan KKP bisa sejalan," katanya.

Anggota Komisi I DPR RI Lena Maryana, yang membawahi urusan pertahanan dan
hubungan luar negeri, mendesak pemerintah Indonesia dan Vietnam untuk segera
merundingkan masalah ini.

"Pertemuan bilateral antara Indonesia dan Vietnam harus terus didorong karena
ketegangan di lautan ini kalau tidak diselesaikan bisa merembet," ujar Lena.

Anda mungkin juga menyukai