Diusulkan Oleh
SYARIFUDIN
111110213
DISETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
Mengetahui :
SWT, Rabbi semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit,
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat serta para pengikutnya sampai akhir
zaman.
usulan penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
Pontianak.
2. Eka Indah Raharjo S.Pi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu
skripsi ini.
4. Eko Prasetio S.Pi. M.Pd selaku Dosen Pembimbing II telah meluangkan
5. Eka Indah Raharjo S.Pi. M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
6. Farida S.Pi. M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu
9. Teman teman mahasiswa FPIK angkatan 2011 yang telah banyak memberikan
Penulis sadari usulan penelitian skripsi ini jauh dari sebuah kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan saya sebagai penulis, oleh karena itu kritik dan saran
serta masukkan menjadi hal yang sangat saya butuhkan dan harapankan untuk
perbaikan ke arah yang lebih baik. Penulis berharap semoga usulan penelitian
Penulis
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Al-Qur’an: Al Insyiraah
(kelapangan) ayat 5-8).
Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki
Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu Sesungguhnya ia telah mendapat
kebajikan yang banyak. Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan orang-
orang yang berakal”.(Q.S. Al-Baqarah: 269)
Terimakasih untuk kedua orang tua ku tercinta, ibu (Syarifah Endang) bapak
(Rukani) serta keluarga besarku yang selalu mendo’akan aku. Ibu bapak yang ku
kasihi dan kusayangi berkat do’a kalian aku dapat menyelesaikan semua hal-hal
dalam perkuliahan ini dan menyelesaikan tugas akhirku ini. Terimakasih yang
sebesar-besarnya untuk kalian. Ibu bapak tanpa do’a kalian aku tidaklah berarti
apa-apa. Aku persembahkan karya kecilku ini untuk kalian. Do’a ibu bapak adalah
pengobat di kala lelahku datang. Kalian adalah penyemangat ketika aku mulai
menyerah dan bangkit ketika aku terjatuh. Adik-adik kecilku yang aku kasihi
Selviani Putri, Aisyah dan Marwan kalian adalah penyemangatku, kalian harus
mengejar cita-cita kalian, belajar yang giat, dan pantang menyerah dengan
tantangan hidup. Kiki Fatmawati terimakasih karna selalu menyemangatiku dan
mendo’akan ku. Selalu ada saat aku keluhkan kelelahanku.
Sahabatku Rio, Adrianus, Hendri, Bayu Arif dan Ulil Amri, aku bangga memiliki
sahabat seperti kalian. Kalian memberikan kenangan indah dalam persahabatan
kita, saling menyemangati dan memberi motivasi dalam hal apapun. Teman-teman
seperjuangan FPIK 2011 yang tidak dapat di sebutkan satu persatu, terima kasih
untuk kerjasamanya selama ini, semangat dan sukses untuk kita semua.
“Syarifudin”
ABSTRAK
Kata Kunci : pH, Laju Pertumbuhan Berat Spesifik, Laju Pertumbuhan Panjang
Spesifik, Kelangsungan Hidup, Konversi Pakan,Ikan Biawan
I. PENDAHULUAN
Ikan biawan merupakan salah satu ikan di perairan sungai dan rawa yang
memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sejalan dengan pernyataan Andika
(2011), harga jual untuk di pasaran kota Pontianak, harga ikan biawan segar
Rp.15.000/Kg, harga asinan biawan Rp.55.000/Kg dan asinan telur ikan biawan
yang lezat dan kandungan protein yang tinggi sehingga banyak disukai oleh
masyarakat indonesia. Selain itu, ikan ini juga dijadikan ikan hias karena bentuk
dan gerakannya yang cukup menarik. Karena mempunyai nilai ekonomi ssebagai
ikan konsumsi dan ikan hias, sehingga diharapkan nantinya ikan ini dapat
cukup bagus di bidang perikanan.Salah satu sumber air permukaan yang ada di
Kalimantan khususnya di propinsi Kalimantan Barat adalah air gambut yaitu air
Berdasarkan data hasil uji kualitas air rawa gambut yang dilakukan oleh dinas
kesehatan propinsi Kalimantan Barat selama tahun 2008, menunjukan bahwa air
gambut di Kalimantan Barat bersifat asam yaitu pH air berkisar antara 3,7-5,3
dikuasi, salah satunya adalah manajemen kualitas air, hal ini berimbas pada
ketersedian benih ikan dalam proses budidaya. Dalam kondisi tertentu benih ikan
biawan rentan terhadap kondisi perairan seperti tingkat pH terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Kualitas air khususnya pH yang optimal merupakan salah satu
factor lingkungan yang sangat penting untuk keberhasilan budidaya ikan. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Astria (2013) bahwa kondisi perairan yang
derajat keasaman yang dibutuhkan oleh ikan biawan agar budidaya ikan biawan
Permintaan pasar untuk benih ikan biawan sangat tinggi, tetapi budidaya ikan
biawan sering kali terhambat. Benih ikan biawan biasanya sangat rentan terhadap
dan kelangsungan hidup benih ikan biawan. Manfaat dari penelitian ini yaitu
Ikan biawan merupakan ikan yang dapat hidupdi perairan rawa dan sungai.
Menurut Yeni (2013) klasifikasi dari ikan biawan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
SubFilum : Vertebrata,
Kelas : Pisces
Ordo :Labyrintthici
Famili : Anabantidae
Genus : Helostoma
vertikal.Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang
hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk berlekuk tunggal, sementara sirip
dadanya yang berjumlah sepasang juga berbentuk nyaris bundar. Kedua sisi
tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal
celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya.Kurang lebih ada sekitar 43-48
sisik yang menyusun gurat sisi tersebut.Ikan biawan diketahui dapat tumbuh
hingga mencapai ukuran 30cm. Salah satu ciri khas dari ikan biawan adalah
4
diselimut oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan
di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit-langit mulut.
Ikan biawan juga memiliki tapis insang (gill rakers) yang membantunya
Pakan merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Pakan
yang dimakan oleh ikan akan dicerna sepanjang saluran pencernaan dengan
dapat diserap melalui dinding usus. Melalui berbagai proses fisiologis akan
diperlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaan cukup serta sesuai dengan
Ikan biawan adalah jenis ikan omnivora, yang merupakan ikan pemakan plankton,
periphyton dan organisme kecil lainnya yang hidup menempel pada akar
Ikan biawan adalah ikan asli indonesia terdapat di beberapa sungai di Sumatera
Timur. ikan tersebut hidup di sungai, anak sungai dan daerah genangan kawasan
hulu hingga hilir bahkan dimuara-muara sungai yang berlubuk dan berhutan
dipinggirnya. Sejalan dengan pendapat Utomo dan Krismono (2006) bahwa pada
saat air menyusut, anakan ikan biawan secara bergerombol akan bermigrasi
Menurut Effendi (1979) pertumbuhan adalah pertambahan berat atau isi dan
bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor luar dan
keadaan ikan itu sendiri meliputi keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit
merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat ikan hidup meliputi
faktor-faktor fisika dan kimia air.Ruag gerak dan ketersediaan makanan dari segi
kelebihan energi yang berasal dari pakan setelah digunakan oleh tubuh untuk
Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas
air serta perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatannya.Padat tebar yang
terjadi dapat menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat kelangsungan hidup.
ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan makin kecil (Allen, 1974).
Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara
kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan
tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan
(Deptan, 1999). Zooneveld (1991) menyatakan bahwa kematian pada benih ikan
Mulyanto (1992) menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk kehidupan ikan
berkisar antara 5-9 dan antara 6,5-8,5 (Soesono, 1988). Sejalan dengan pendapat
Soesono (1988) bahwa pengaruh pH bagi organisme sangat besar dan penting,
kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan laju pertumbuhan bahkan tingkat
kurang dari batas optimum pada suatu perairanakan menyebabkan ikan stress dan
pH Media Air Rawa Yang Diberi Substrat Tanah”.Perubahan pH media air rawa
benih ikan gabus. Mekanisme penelitian tersebut yaitu akuarium yang digunakan
diisi air rawa dengan volume 7 L. Tanah rawa yang digunakan dimasukan terlebih
dahulu pada media dengan ketinggian tanah rawa 5 cm. Masing-masing benih di
persentase kelangsungan hidup 67,90% dan berat biomassa sebesar 9,8982 gram.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan ikan yaitu kualitas air.
Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ikan, penetasan telur dan kehidupan ikan. Adapun
faktor yang berhubungan dengan air yang perlu diperhatikan antara lain oksigen
a. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung dalam air, yang
b. Suhu
Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas serta
dalam usus dan penyerapan nutrien oleh usus yang dapat digunakan sebagai
c. Amoniak
Amoniak adalah produk sisa metabolisme yang utama dari ikan, dikeluarkan
protein pada pakan ikan yang dimakan oleh ikan untuk kebutuhan energi dan
dapat bertoleransi terhadap kadar amonia yang terlalu tinggi karena akan dapat
mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah dan pada akhirnya akan
dari 7 dan disebut basa bila lebih dari 7 sedangkan pada nilai 7 pH disebut
Sutika (1989) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion H dalam air
rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor yaitu : kondisi gas-
gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat,
menyatakan bahwa nilai pH yang baik untuk kehidupan ikan berkisar antara 5-
hari.
ukur, blower, selang aerasi, aerasi, pipa, pipet tetes, ball pipet, dan ember.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain benih ikan biawan
1. Persiapan wadah
Wadah yang digunakan berupa akuarium yang diisi air sebanyak 7 liter.
dengan sabun deterjen dan dibilas dengan air bersih dan dikeringan selama
1 hari,
Ikan uji diaklimatisasi selama 3 hari di dalam akuarium, agar ikan uji
11
sebanyak 3 kali sehari mulai pukul 09.00 WIB, pukul 14.00 WIB dan
media diukur dengan pH meter, jika pH pada air telah diketahui maka untuk
4. Pemeliharaan ikan
pertumbuhan diukur dengan mengambil sampel ikan 50% dari padat tebar.
diukur pagi, siang dan sore per minggu dan DO diukur setiap minggu
pemeliharaan.
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di
bawah ini :
Persiapan wadah
pH 4 pH 5 pH 6 pH 7
Pengamatan
Analisis Data
Hasil
kejadian atau keadaan yang terjadi berdasarkan atas kenyataan yang ada.
3.5. Rancangan Penelitian
Yij = µ + τi + εij
Keterangan :
Number). Berdasarkan hasil pengacakan maka diperoleh lay out penelitian pada
1 2 3 4
B3 A3 A1 A2
5 6 7 8
A1 A1 A1 A1
B1 D1 C1 C2
9 10 11 12
A1 A1 A1 A1
D3 C3 B2 D2
A1
Gambar 3. Lay Out Penelitian
A1 A1 A1
Keterangan : A, B, C dan D = Perlakuan
1, 2, 3 = Ulangan
3.6. Hipotesis
pada setiap interval waktu atau perbedaan ukuran baik panjang ataupun
Keterangan :
Keterangan :
Keterangan :
Konversi pakan atau FCR adalah ukuran yang menyatakan ratio jumlah
F
FCR = X 100 %
(Wt + D ) – Wo
Keterangan :
4. Kualitas air
pemeliharaan, suhu diukur pagi, siang dan malam setiap minggu, dan
akhir pemeliharaan. Data kualitas air meliputi data fisika dan kimia,
untuk pH, suhu dan DO yang diukur langsung dan amonia dianalisis di
laboratorium.
Apabila data dinyatakan tidak normal atau tidak homogen, maka sebelum
dianalisis keragaman dilakukan transformasi data. Dan bila data didapat sudah
normal dan homogen, maka data langsung dapat dianalisa keragamannya dengan
analisa sidik ragam (Anova) untuk menentukan ada tidaknya perbedaan pengaruh
antara perlakuan.
Keterangan :
Setelah diperoleh nilai Fhitung maka hasilnya dapat dibandingkan dengan tabel
2. Jika Ftabel 5% ≤ Fhitung ≤ Ftabel 1%, maka perlakuan berbeda nyata (*)
3. Jika Fhitung ≥ Ftabel 1% maka perlakuan berbeda dengan sangat nyata (**)
berikut :
KK = x 100%
3. Jika KK kecil (maksimal 5% pada kondisi homogen dan maksimal 10% pada
dilanjutkan dengan analisa regresi. Analisis ini juga dilakukan untuk ada atau
berikiut :
Keterangan :
Y = Respon
α = Intersepsi
X = Perlakuan
hal tersebut didapat nilai derajat polynomial pada perlakuan yang diterapkan,
dapat terjadi jika hubungan fungsional antara x dan y, bentuk hubungan tersebut
7.Penelitian dilakukan selama 30 hari, salah satu parameter yang diukur dalam
penelitian ini yaitu laju pertumbuhan berat spesifik. Rata-rata laju pertumbuhan
berat spesifik benih ikan biawan perlakuan A, B, C dan D adalah sebagai berikut
(lampiran 2) :
Gambar 4. Diagram Laju Pertumbuhan Berat Spesifik (%) benih ikan Biawan
22
Berdasarkan gambar 4 rata-rata laju pertumbuhan berat spesifik yang
paling tinggi yaitu pada perlakuan C sebesar 2,66% dengan tingkat keasaman
yaitu sebesar 2,48%. Sedangkan rata-rata laju pertumbuhan berat spesifik yang
paling rendah yaitu pada perlakuan A sebesar 2,35 % dengan tingkat keasaman
berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan berat spesifik yaitu 6 dan 7 dapat dilihat
pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik Laju Pertumbuhan Berat Spesifik (%) benih ikan Biawan
hitung sebesar 1,79 (lampiran 4). Nilai 2 hitung (1,79) lebih kecil dibandingkan
tabel 1% (7,59). F hitung > F tabel, maka data dinyatakan berbeda sangat nyata
(lampiran 5).
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNJ karena berbeda
6). Pada Uji Lanjut BNJ diketahui bahwa perlakuan berbeda sangat nyata (P>5%
tertinggi yaitu pada perlakuan C dengan tingkat keasaman (pH) 6. Secara berturut-
turut pertumbuhan berat spesifik ikan biawan dari yang tertinggi sampai terendah
yaitu perlakuan C (2,66%), D (2,60%), B(2,48%), dan yang terendah adalah pada
hidup di media air terlalu asam akan mengalami stress. Ikan biawan yang
pernyataan Murni (2006) bahwa kandungan pH kurang dari batas optimum akan
menyebabkan kematian.
Menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa air yang baik untuk budidaya
ikan adalah kisaran netral dengan pH 7,0-8,0. Hal ini sama dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Boyd, (1998) yang menerangkan bahwa air yang baik untuk
budidaya ikan adalah netral dan sedikit alkalis dengan pH 7,0-8,0. Sedangkan
menurut Cholik et al. (2005) mengatan bahwa bila pH air didalam kolam sekitar
dengan laju pertumbuhan berat spesifik benih biawan maka dilakukan analisis
(Lampiran 22). Laju pertumbuhan berat spesifik yang optimal untuk benih ikan
biawan diperoleh dengan mencari turunan dari persamaan polinomial yaitu pada
pertumbuhan panjang tubuh ikan biawan juga menjadi parameter yang harus
biawan pada perlakuan A, B, C, dan D dapat dilihat pada tabel berikut (Lampiran
8).
Gambar 7. Diagram Laju pertumbuhan panjang spesifik (cm) benih ikan biawan
rendah yaitu pada perlakuan A sebesar 4,17 cm dengan tingkat keasaman (pH) 4.
panjang spesifik yang paling tinggi pada perlakuan C sebesar 5,01cm dengan
mengenai rata-rata laju pertumbuhan panjang ikan biawan derajat keasaman yang
Gambar 8.Grafik Laju pertumbuhan panjang spesifik (cm) benih ikan biawan
(0.23578) lebih kecil dibandingkan dengan nilai L tabel 5% (0,242) maupun nilai
hitung sebesar 11,80 (lampiran 10). Nilai 2 hitung (11,80) lebih kecil
varians.
menghasilkan F hitung 10,92 ( lampiran 11). Nilai F hitung 10,92lebih besar dari
pada F tabel 5% (4,07) maupun F tabel 1% (7,59). F hitung > F tabel, maka data
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNJ karena berbeda
12). Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan antara perlakuan A berbeda
berbeda sangat dengan perlakuan C, dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan D.
dengan hasil penelitian ikan biawan dapat bertoleran terhadap kondisi ph 6.Hal
tersebut berarti ikan biawan tidak terganggu nafsu makannya dan fungsi kerja
Menurut Muflikha dan Aidah (1994) dalam Ruspindo (2008), bahwa ikan yang
berada pada kondisi lingkungan yang sesuai dapat tumbuh dengan baik karena fungsi
(pH 6,9-7,1) panjang 3,2cm, berat 47,67%, P2 (pH 6,9-7,1) panjang 3,1cm, berat
46,67%, P3 (pH 6,9-7,0) panjang 3,1cm, berat 46,67%, P4 (pH 6,9-7,1) panjang
dengan laju pertumbuhan panjang spesifik benih biawan maka dilakukan analisis
(Lampiran 22). Laju pertumbuhan panjang spesifik yang optimal untuk benih ikan
biawan diperoleh dengan mencari turunan dari persamaan polinomial yaitu pada
perkembangan benih ikan biawan. Konversi pakan atau FCR adalah ukuran yang
dengan bobot yang dihasilkan, semakin tinggi nilai konversi pakan yang didapat
maka pakan yang diberikan semakin kurang baik dan sebaliknya jika nilai
konversi pakan rendah maka nilai konversi pakan tersebut tinggi Berdasarkan
hasil penelitian konversi pakan dapat dilihat pada tabel 5 (lampiran 18).
konversi pakan menunjukan bahwa pakan tersebut berkualitas baik, hal tersebut
(lampiran 21). Nilai F hitung 6,03lebih besar dari pada F tabel 5% (4,07) maupun
F tabel 1% (7,59). F hitung > F tabel, maka data dinyatakan berbeda sangat nyata.
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNJ karena berbeda
22). Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan A berbeda nyata dengan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan C, dan berbeda sangat nyata dengan
pakan dan kualitas pakan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan.Benih ikan dapat tumbuh dan berkembang tidak hanya dari segi faktor
dalam dan luar seperti suhu, DO dan pH yang mempengaruhinya, tetapi juga
asupan nutrisi.Pemberian pakan merupakan asupan nutrisi penting bagi ikan. Jika
tidak ada pemberian pakan akan menyebabkan kematian pada ikan. Pertumbuhan
dan kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi pada
diberikan.
berhubungan erat dengan kualitas pakan, sehingga semakin rendah nilainya maka
semakin baik kualitas pakan dan makin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan
Parameter ketiga yang diukur dalam penelitian ini yaitu kelangsungan hidup
tidaknya benih ikan biawan dalam kondisi tingkat keasaman yang berbeda selama
menggunakan pelakuan A (pH 4), B (pH 5), C (pH 6), D (pH 7) dapat dilihat pada
A 63,33± 5,77a
B 70,00 ± 10,00a
C 83,33 ± 5,77b
D 73,33 ± 5,77a
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata
pada taraf 5% Uji BNT (P>0,05).
hidup benih ikan biawan lebih tinggi dibandingkan perlakuan A (pH 4), perlakuan
hidup paling rendah yaitu pada perlakuan A dengan tingkat keasaman 4. Ikan
mampu menghasilkan kelangsungan hidup yang tinggi dapat dilihat pada gambar
14.
Gambar 13 Grafik Rata-rata Kelangsungan Hidup Benih Ikan Biawan (%)
Data rata-rata kelangsungan hidup benih ikan biawan (SR) kemudian diuji
(0.18551) lebih kecil dibandingkan dengan nilai L tabel 5% (0,242) maupun nilai
menghasilkan F hitung 4.17 ( lampiran 27). Nilai F hitung 4.17 lebih besar dari
pada F tabel 5% (4,07) maupun F tabel 1% (7,59). F hitung > F tabel, maka data
Adapun uji lanjut yang digunakan adalah Uji Lanjut BNJ karena berbeda
28). Pada Uji Lanjut BNT diketahui bahwa perlakuan antara perlakuan A berbeda
sangat nyata dengan perlakuan B dan C dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan
ikan. Nilai keasaman yang sangat rendah (sangat asam) dapat menyebabkan
kematian pada ikan, dengan gejala-gejala seperti gerakan ikan tidak teratur, tutup
insang bergerak sangat aktif, ikan berenang sangat cepat dipermukaan air.
batas maksimum toleransi ikan air tawar pada umumnya adalah pH 4 dan batas
maksimum pH 11.
Pernyataan ini diperkuat dengan Swingle (1963), bahwa ikan kolam air
tawar memiliki titik asam pada pH 4 dan batas maksimum pH 11. Selanjutnya
hidup benih biawan maka dilakukan analisis regresi kuadratik pada gambar 15.
Gambar 14. Grafik analisi regresi hubungan antara pH dengan kelangsungan
hidup benih ikan biawan selama penelitian
22). Kelangsungan hidup yang optimal untuk tingkat kelangsungan hidup benih
ikan biawan diperoleh dengan mencari turunan dari persamaan polinomial yaitu
Kualitas air adalah variabel yang sangat penting dalam memelihara ikan,
air merupakan faktor penting dan pembatas bagi mahluk hidup yang hidup dalam
perairan baik faktor kimia, biologi dan fisika. Kualitas yang buruk dapat
adalah derajat keasaman (pH), suhu dan oksigen terlarut (DO). Hasil pengamatan
Parameter
Perlakuan
Suhu (°C) DO (Mg/L)
A 27-28 6,0-7,0
B 27-28 5,0-,5.5
C 27-28 4,5-5,0
D 27-28 4,0-5,0
Sumber: Pengamatan langsung di Laboratorium
eksternal lainnya meliputi suhu dan oksigen terlarut.Faktor ekternal atau faktor
Dalam penelitian ini suhu air berkisar antara 27-28oC. Menurut Madinawati dan
Youl (2011) suhu air optimal akan meningkatkan aktivitas makan ikan, sehingga
dan Minggawati (2010), suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dari kisaran
terlarut di dalam air. Dalam penelitian ini DO masing masing perlakuan berbeda
yaitu A 6,0-7,0 Mg/L, B 5,0-,5.5 Mg/L, C 4,5-5,0 Mg/L, dan D 4,0-5,0 Mg/L.
oksigen terlarut tidak kurangdari 2 Mg/L atau paling sedikit 1,7 Mg/L.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
pada perlakuan C (pH 6) sebesar 2,66%, dan yang paling rendah terjadi
perlakuan C (pH 6) sebesar 5,01cm, dan yang paling rendah terjadi pada
c. Rata- rata konversi pakan yang paling rendah terjadi pada perlakuan C (pH
6) sebesar 1,72, dan yang paling tinggi terjadi pada perlakuan A (pH 4)
sebesar 2,36.
(pH 6) sebesar 83,33%, dan yang paling rendah terjadi pada perlakuan A
dilaboratorium.
Akbar J, Fauzan NA, Aisiah S, Adriani M. (2012). Pertumbuhan dan Efesiensi Pakan
Ikan Batok (Anabas testudenius). Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Vol
22 (2): 79-89.
Astria, Jimmi, Marsi, Mirna Fitriani. (2013). Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan
Ikan Gabus (Channa striata) Pada Berbagai Modifikasai pH Media Air Rawa
Yang diberi Substrat Tanah. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. Vol 1 (1),
66-75.
Bestian Candy. (1996). Kelangsunga hHidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila
Merah (Oreochomix sp) Pada Kisaran Suhu Media 240C Dengan Salinitas
Yang Berbeda (0, 10 dan 20 0/00). Skripsi.
Effendi HJ, Bugri dan Widanarni. (2006). Pengaruh Padat Penebaran Terhadap
Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame (Osphronemus
gouramy Lac) ukuran 2cm. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(2): 127-135.
Eri, Iva Rustanti, Wahyono Hadi. (2009). Kajian Pengelolaan Air Gambut
Menjadi Air Bersih Dengan Kombinasi Proses Upflow Anaerobic Filter
Dan Slow Sand Filter.
Fatah, K., Husnah dan A. Zaid. (2010). Karbon Organik Terlarut sebagai Indikator
Keragaman Hayati dan Kualitas Hasil Tangkapan Ikan di Rawa Banjiran.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Badan Riset Kelautan Perikanan. Balai
Riset Perikanan Perairan Umum.
Maesaroh, Emma. (2004). Berbagai Tingkat Pemberian Pakan Pada Ikan Patin
(Pangasius hypophthalamus) Dalam Keramba DI Sungai Ciomas, Bogor.
Skripsi.
Mariska, Adriana, Muslim, Mirna Fitrani. (2013). Laju Penyerapan Kuning Telur
Tambakan (Helostoma temminckii C.V) Dengan Suhu Inkubasi Berbeda.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :34-45
Nisa, Khoirun, Marsi, Mirna Fitrani. (2013). Pengaruh pH Media Air Rawa
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus
(Channa striata). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.Vol 1 (1) : 57-65.
Rahman,Yeni, Tri Rima Setyawati dan Ari Hepi Yanti. (2013). Karakteristik
Populasi Ikan Biawan (Holostoma temminckii Cuvier) di Danau Kelubi
Tayan Hilir. Jurnal Protobiont. Vol 2 (2): 80-86.
Utomo dan Krismono. (2006). Aspek Biologi Jenis Ikan Langka di Sungai Musi
Sumatra Selatan. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Jatiluhur.