Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap allergen yang tersebar di
udara (biasanya serbuk sari). Gejala dan tanda antara lain:
\\
– injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis);
– lakrimasi
b. Konjungtivitis vernal (kataral musim semi) juga diperantarai oleh IgE. Sering mengenai anak
laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang tahun. Gejala dan tanda antara lain:
– fotofobia
– lakrimasi
– konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal atas (papilla dapat bersatu untuk
membentuk cobblestoneraksasa
– plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas epitel
kornea.
Terapi awal dengan antihistamin dan penstabil sel mast (misal natrium kromoglikat;
nedokromil, lodoksamid). Steroid topical dibutuhkan pada kasus-kasus berat, namun
pemakaian jangka panjang jika mungkin dihindari karena dapat menginduksi glaukoma atau
katarak.
Penggunaan lensa kontak dapat mengalami reaksi alergi terhadap lensa yang digunakan
atau bahan pembersih lensa yang menyebabkan konjungtivitis papilar raksasa (giant
papillary conjunctivitis) dengan secret mukoid. Walaupun hal ini memberikan respon
terhadap terapi topical dengan penstabil sel mast, seringkali penggunaan lensa kontak harus
dihentikan sementara waktu atau permanen.
Pencegahan
– Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.
– Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi
konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.
3. Konjungtivitis Neonatorum
– Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun
tanpa pembentukan nanah.
– Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal
(terutama jika selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul
sebelum bayi lahir).
– Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian
tubuh lainnya.
– Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika
kelopak mata d ibuka, maka nanah akan mengalir keluar.
– Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka padakornea sehingga bisa terjadi
gangguan penglihatan.
– Sebanyak 50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di
bagian tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).
– Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan
salep idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus
telah menyebar atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.
– Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun
infeksi virus herpes.
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak
nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang
bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis
gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semenyang terinfeksi masuk ke dalam
mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12-48 jam setelah
infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus
kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa
diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.
5. Keratokonjungtivitis Vernalis
– Kotoran mata yang kental dan lengket. Konjungtiva di bawah kelopak mata membengkak dan
berwarna pink pucat sampai keabuan, sedangkan konjungtiva lainnya tampak berwarna putih
susu. Konjungtiva yang melapisi bola mata tampak menebal dan keabuan. Kadang terjadi
kerusakan pada sebagian kecil kornea yang menyebabkan nyeri dan fotofobia hebat.
Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada musim dingin.
– selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.
Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular.
Organisme penyebab tersering adalah adenovirus, dan yang lebih jarang, Coxsackie dan
pikornavirus. Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan
pembentukan pseudomembran pada konjungtiva. Serotipe adenovirus tertentu juga dapat
menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan. terapi untuk konjungtivitis ini tidak
diperlukan kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder. Pasien harus diberikan instruksi hiegine
untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misalnya menggunakan handuk yang berbeda).
Terapi keratitis masih kontroversial. Penggunaan steroid mengurangi gejala dan
menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun inflamasi ulangan (rebound inflammation)
sering terjadi ketika steroid dihentikan.