a. Unclassified
Black area Grey area . White area
Area
Pembuatan produk pembuatan produk steril harus Pelaksanaan proses akhir atau
steril hendaklah dibuat sangat tergantung sepenuhnya mengikuti secara pengujian produk jadi tidak
dengan persyaratan dari ketat metode pembuatan dan dapat dijadikan sebagai satu-
khusus prosedur yang ditetapkan satunya andalan untuk
dengan seksama dan menjamin sterilitas atau aspek
tervalidasi. mutu lain.
Tujuannya
memperke sikap Pemastian
cil risiko keterampil
personel Mutu
pencemara an, Berbagai kegiatan persiapan komponen,
yang sangatlah
n mikroba, pelatihan, pembuatan produk, dan pengisian
terlibat. penting
partikulat, hendaklah dilakukan di ruang terpisah di
dan dalam area bersih. Kegiatan pembuatan
pirogen produk steril dapat digolongkan dalam
dua kategori;
Cara D (pemanasan secara kering; oven pada suhu 150°C selama 1 jam
dengan udara panas).
Penambahan zat tt
Cara steriliasi
penyinaran
(FI IV)
penyaringan
Sterilasiasi gas
aseptis
Sterilsasi uap.
Sterilisasi cara ini memggunakan suatu siklus autoklaf yang didalam farmakope
ditetapkan bahwa untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu
121°C, kecuali dinyatakan lain.
Sterilisasi panas kering.
Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus oven modern yang dilengkapi dengan udara
yang dipanaskan dan disaring. Rentang subu khas yang dapat diterima di dalam bejana
sterilisasi kosong adalah sekitar 15°C, jika alat sterilisasi beroprasi pada subu tidak kurang
dari 250°C.
ozoniser
Sterilisasi gas.
Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas
inert (CO2). Akan tetapi, gas etilen oksida ini memiliki keburukan, yaitu sangat
mudah terbakar, bersifat mutagenik, dan kemungkinan meninggalkan residutoksik
di dalam bahan yang disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.
Sterilisasi gas ini digunakan sebagai alternatif sterilisasi termal, jika bahan yang
akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uap arau pabas
kering. Proses sterilisasi berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain
seperti autoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama proses
sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut
untuk berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam pada produk yang disterilkan.
Sterilisasi dengan radiasi ion.
Ada dua jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi
gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini, dosis yang menghasilkan derajat
jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga dalam rentang
satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang disterilkan dapat diterima. Walaupun
berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam
beberapa hal, pengggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat, dan bentuk
sediaan akhir dapat diterima dan bahkan diinginkan. Untuk mengukur serapan radiasi dapat
digunakan alat dosimeter kimia. Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan
terhadap sterilisasi panas dan terdapat kekhawatiran mengenai keamanan etilen oksida.
Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktifitas kimia dan residu yang rendah yang dapat diukur,
dan variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
Sterilisasi dengan penyaringan.
Sterilisasi untuk larutan yang labil terhadap panas dilakukan dengan penyarinagn menggunakan
bahan yang dapat menahan mikroba sehingga mikroba yang dikandungnya dapat dipisahkan secara
fisika. Perangkat penyaring umumnya terdiri atas suatu matriks berpori bertutup kedap atau
dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel. Efektivitas penyaring media atau penyaring substrat
tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri pada matriks tersebut dan mekanisme
pengayakan. Penyaring yang melepaskan serat, terutama yang mengandung asbes, harus dihindari
penggunannya kecuali jika tidak ada alternatif penyaring lain yang dapat digunakan. Ukuran
posrositas minimal membran matriks tersebut berkisar antara 0,2-0,45 μm, tergantung pada bakteri
apa yang hendak disaring, Penyaring yang tersedia saat ini adalah selulosa asetat, selulosa nitrat,
flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil nilon, politef, dan juga
membran logam.
Sterilisasi dengan cara aseptik.
Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan
khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan
beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis.
Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril
dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan.
Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan
(pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang
digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam
ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses
aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode
sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan.
aseptic adalah metode pembuatan produk steril
menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan
obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan
diisikan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan
terkontrol, suplai udara, material, peralatan, dan petugas
telah terkontrol sedemikian rupa. Proses demikian dipilih
bila obat atau bahan obat yang akan diproduksi tidak tahan
panas.
Jika uap di bawah tekanan
digunakan, kontrol temp n
time, tekanan krusial
STERILIZATION
Produk steril hendaklah dibuat dengan pengawasan khusus dan memperhatikan hal-hal terinci dengan tujuan untuk menghilangkan pencemaran mikroba dan
partikel lain. Hal ini banyak tergantung pada keterampilan, latihan dan sikap dari orang yang terjibat. Dibandingkan dengan pembuatan obat jenis lain pembuatan
obat steril memerlukan perhatian yang lebih besar. Pengawasan dalam proses dalam pembuatan produk steril merupakan hal yang sangat penting
Menurut cara produksi, produk steril dapat digolongkan dalam dua kategori utama yaitu yang harus diproses dengan cara aseptik pada semua tahap, dan yang
disterilkan dalam wadah akhir yang disebut juga sterilisasi akhir. Bilamungkin, produk steril hendaklah disterilisasi akhir.
Semuaproduk steril hendaklah dibuat pada kondisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian akhir tidak dapat
dijadikan sebagai satu-satunya andalan untuk menjamin mutu produk akhir dalam hal kandungan mikroba dan partikel.
Untuk mendapat keyakinan terhadap sterilisasi produk steril yang dibuat secara aseptik tanpa sterilisasi akhir diperlukan tindakan khusus.
Untukmembuat produk steril diperlukan suatu ruangan terpisah yang khusus dirancang. Memasuki ruangan ini hendaklah melalui suatu ruang penyangga udara
atau jalan terusan lain yang sesuai. Ruangan hendaklah selalu bebas debu dan dialiri udara yang melewati saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan
hendaklah lebih tinggi dari ruangan di sebelah. Saringan yang digunakan ini hendaklah diperiksa pada waktu pemasangan dan secara berkala. Semua
permukaan dalam daerah pengolahan hendaklah dirancang dengan tepat sehingga memudahkan kebersihan dan pembasmihamaan. Penghitungan rutin
mikroba dalam ruangan hendaklah dilakukan sebelum dan selama proses pengolahan. Hasil perhitungan hendaklah dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan. Data perhitungan mikroba hendaklah didokumentasikan.
Pembuatan produk steril memerlukan tiga kualitas ruangan yang berbeda:
Ruang ganti pakaian dimana di satu daerah pakaian kerja pabrik ditanggalkan dan di daerah sebelahnya yang bersih
pakaian pelindung steril dikenakan.
Ruang bersih yang digunakan untuk kegiatan bersih namun tidak harus kegiatan steril. Ruang ini digunakan juga untuk persiapan
komponeft dan pembuatan larutan. Produk yang akan disterilisasi akhir dapat diproses di ruang ini. Ruang ini, dalam pedoman
disebut Ruang Kelas HI, tidak boleh mengandung lebih dari 3.500.000 partikel berukuran 0,5 mikron atau lebih, 20.000 partikel
berukuran 5 mikron atau lebih, serta tidak lebih dari 500 mikroba viabel setiap meter kubik udara.
Ruang steril digunakan untuk kegiatan steril. Petugas masuk ke ruang ini melalui suatu ruang penyangga udara atau cara lain yang sesuai. Ruang ini,
dalam pedoman disebut Ruang Kelas II, tidak boleh mengandung lebih dari dari 350.000 partikel berukuran 0,5 mikron atau lebih, 2000 partikel
berukuran 5 mikron atau lebih, serta tidak lebih dari 100 mikroba viabel setiap meter kubik udara. Setiap meter kubik udara di bawah aliran udara
laminer dalam ruang steril tidak boleh mengandung lebih dari 3.500 partikel berukuran 0,5 mikron atau lebih dan tidak boleh mengandung partikel
berukuran 5 mikron atau lebih serta kandungan mikroba viabel harus kurang dari satu. Dalam pedoman. daerah di bawah aliran udara laminer disebut
Ruang Kelas I.
7) Penting diperhatikan bahwa kontaminasi mikroba di ruangan bersih dan ruangan steril tidak melebihi nilai batas
yang ditentukan. Daerah ini hendaklah dipantau terhadap kontaminasi mikroba.