Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 8

ELEKTRONIKA DASAR 2

“APLIKASI TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN MULTIVIBRATOR


ASTABIL”

NAMA : DEA ANGREINI

NIM : 18033134

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA D

DOSEN : Drs. HUFRI,M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
APLIKASI TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR DAN MULTIVIBRATOR
ASTABIL

Saklar transistor adalah suatu rangkaian elektronika yang hanya beroperasi dalam dua
keadaan yaitu menghantar (saturation) dan terputus (cut off). Transistor dapat dibuat agar
beroperasi sebagai saklar. Jika transistor bekerja sebagai saklar maka transistor hanya bekerja
pada dua keadaan yaitu keadaan menghantar dan keadaan terputus. Pada keadaan saturasi arus
akan maksimum mengalir pada kolektor, sebaliknya pada keadaan terputus arus minimum
mengalir pada kolektor.

Multivibrator adalah suatu rangkaian yang mengeluarkan tegangan bentuk blok atau
pulsa. Sebenarnya multivibrator adalah penguat transistor dua tingkat yang dihubungkan dengan
kondensator, dimana output dari tingkat yang terakhir dihubungkan dengan penguat pertama,
sehingga kedua transistor itu akan saling umpan balik. Astabil Multivibrator merupakan salah
satu jenis multivibrator yang berguncang bebas (free running) dan tersulut (triggering).

Secara umum rangkaian dasar dari saklar transistor dapat dibedakan atas beberapa bagian
yaitu rangkaian sederhana dengan dua catu daya, rangkaian pembagi tegangan dengan dua
resistor, rangkaian saklar transistor yang lebih sensitif.

A. Rangkaian Saklar Transistor

1. Rangkaian Saklar Sederhana

Rangkaian yang paling sederhana dari saklar transistor terdiri dari sebuah transitor,
tahanan pada masukan dan keluaran, dan catu daya. Rangkaian saklar transistor yang
sederhana dapat diperhatikan pada Gambar 4.1
VCC

RC

RB
T
VO
Vi

Gambar 4.1. Rangkaian Saklar Transistor Sederhana

Pada bagian masukan dari rangkaian saklar transistor dengan suatu sumber
tegangan yang dapat divariabelkan misalnya menggunakan low voltage variable
transformer. Persamaan tegangan pada loop masukan dapat diturunkan dari hukum
tegangan Kirchoff tentang tegangan pada loop tertutup :

Vi = IB RB + VBE (4.1)

Untuk transistor yang terbuat dari bahan silikon didapatkan tegangan antara base dan
emitor (VBE) sekitar 0,7 Volt. Tegangan ini nilainya dapat berubah dengan temperatur.
Arus litrik pada base dari transistor adalah :

Vi  VBE
IB  (4.2)
RB

Tegangan keluaran pada rangkaian saklar transistor diambil antara kolektor dengan
ground sehingga Vo = VCE. Tegangan keluaran rangkaian dapat ditentukan dari
persamaan tegangan pada loop keluaran sehingga :

Vo = VCC  IC RC (4.3a)

Dari persamaan (4.3), ada tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu: tegangan masukan
lebih kecil dari VBE, tegangan masukan antara VBE dan VT, dan tegangan masukan lebih
besar dari VT. Disini VT adalah tegangan tertentu dari suatu transistor yang menyebabkan
transistor dalam keadaan sarurasi. Biasanya untuk transistor yang terbuat dari silikon nilai
VT adalah 1,4 Volt.
Pada saat tegangan masukan lebih kecil dari tegangan base dengan emitor, arus
tidak mengalir pada base dari transistor, transistor dalam keadaan terputus sehingga tidak
arus yang mengalir pada kolektor. Dalam keadaan ini tegangan keluaran akan maksimum
atau Vo = VCC. Daerah ini disebut daerah terputus.

Pada tegangan masukan antara V BE dan VT, arus pada kolektor bertambah secara
linear dengan kenaikan arus base. Tegangan keluaran rangkaian saklar dalam kondisi ini
dapat ditulis dalam bentuk:

RC
VO  VCC   Vi  VBE 
RB
(4.3b)

VO  A  B Vi

(4.3b)

Dari persamaan (4.3) dapat dikemukakan bahwa tegangan keluaran dari rangkaian saklar
transistor berkurang secara linear dengan kenaikan tegangan masukan. Daerah ini disebut
daerah linear.

Apabila tegangan masukan melebihi suatu nilai tegangan tertentu, pertambahan arus
base tidak menyebabkan perubahan arus kolektor. Transistor dalam keadaan ini disebut
menghantar. Pada keadaan menghantar, arus maksimum mengalir pada kolektor dan
tegangan keluaran akan minimum Vo = 0 Volt. Daerah ini disebut daerah menghantar.

Hubungan antara tegangan keluaran dengan tegangan masukan untuk ketiga daerah
dapat diperhatikan pada Gambar 4.2.

VO
Daerah terputus

Daerah linear

Daerah menghantar
Vi
VBE

VT

Gambar 4.2. Hubungan Tegangan Keluaran dengan Tegangan Masukan


2. Rangkaian Saklar dengan Pembagi Tegangan

Model kedua dari rangkaian saklar transistor adalah menggunakan pembagi tegangan
dengan dua resistor. Tegangan keluaran dari rangkaian pembagi tegangan dihubungkan
pada bagian masukan saklar transistor seperti pada Gambar 4.3.

VCC
RC
RB1
RB
T

VO
RB2 Vi

Gambar 4.3. Rangkaian Saklar Transistor Dengan Pembagi Tegangan

Tegangan masukan pada saklar transistor didapat dari rangkaian pembagi tegangan antara
tahanan RB1 dan RB2 dengan tegangan yang dibagi adalah VCC. Dengan menggunakan teknik
pembagi tegangan, tegangan masukan pada saklar transistor dapat ditulis dalam bentuk :

R B2
Vi  VCC (4.4)
R B1  R B2

Tahanan pengganti antara RB1 dan RB2 adalah :

RBP = RB1 // RB2 (4.5)

Dengan menerapkan hukum tegangan Kirchoff tentang tegangan, didapatkan persamaan


tegangan pada loop masukan dan kuat arus pada base dari transistor masing-masing :

Vi = IB (RBP + RB ) + VBE (4.6)

Vi  VBE
IB  (4.7)
R BP  R B
Dari persamaan (4.7), juga ada tiga kemungkinan yang akan terjadi yaitu: tegangan
masukan lebih kecil dari VBE, tegangan masukan antara VBE dan VT, dan tegangan masukan lebih
besar dari VT. Pada saat tegangan masukan lebih kecil dari V BE transistor terputus, arus pada
kolektor minimum, dan tegangan keluaran tinggi. Pada saat tegangan masukan antara V BE dan
VT, arus pada kolektor bertambah secara linear dengan arus base dan tegangan keluaran
berkurang secara linear dengan pertambahan tegangan masukan. Apabila tegangan masukan
melebihi VT, maka transistor menghantar sehingga arus kolektor maksimum dan tegangan
keluaran minimum.

3. Rangkaian Saklar Transistor Lebih Sensitif


Model rangkaian ketiga adalah saklar transistor yang lebih sensitif. Rangkaian ini
didapat dari penggabungan antara transistor sebagai penguat dengan transistor sebagai
saklar. Pada tahap pertama merupakan rangkaian transistor sebagai penguat dan pada tahap
kedua adalah transistor sebagai saklar. Salah-satu contoh dari rangkaian saklar transistor
yang lebih sensitif dan peka terhadap cahaya diperlihatkan pada Gambar 4.4:

VCC

RC
RB1 RL
RB
T1
T2
RLDR VO
RE

Gambar 4.4. Rangkaian Saklar Transistor Peka Cahaya

Pada rangkaian saklar peka cahaya ini sebagai pengindra cahaya digunakan LDR yaitu
yaitu suatu resistor yang tahanannya berubah-ubah menurut banyaknya cahaya yang jatuh
padanya. Pada keadaan gelap tahanan dari LDR besar sedangkan pada keadaan gelap tahanan
dari LDR kecil. Tahanan dari LDR akan berkurang dengan cepat pada daerah gelap dan
berkurang dengan lambat pada daerah terang. Karena itu tegangan masukan pada rangkaian
saklar transistor tergantung kepada kuat cahaya yang datang pada permukaannya.

Pada keadaan gelap nilai tahanan LDR besar sehingga tegangan masukan pada transistor
T1, arus pada kolektor dan emitor juga besar. Tegangan masukan, nilai tahanan pengganti antara
RB1 dengan RLDR, dan arus pada base transistor T1 pada keadaan gelap masing-masing dapat
ditulis dalam bentuk:

R LDRG
ViG  VCC (4.8a)
R B1  R LDRG

R PG  R B1 // R LDRG (4.8b)

ViG  VBE
I BG  (4.8c)
R PG  R B  1    R E

Transistor T1 pada rangkaian berfungsi sebagai penguat. Kenaikan tegangan masukan dan arus
pada base pada keadaan gelap, menyebabkan kenaikan arus kolektor dan arus emitor. Arus
emitor dan tegangan masukan pada transistor kedua dapat dinyatakan dalam bentuk:

I EG  I CG   I BG (4.9a)

Vi 2 G  I EG R E (4.9b)

Pada keadaan gelap, nilai tegangan masukan pada saklar transistor lebih besar dari V T sehingga
transistor T2 menghantar. Dalam keadaan ini, arus maksimum mengalir pada lampu sehingga
lampu menyala dan tegangan keluaran rendah.

Pada keadaan terang nilai tahanan LDR kecil sehingga tegangan masukan pada transistor
T1 juga kecil sehingga tidak ada arus mengalir pada base transistor T 1. Tegangan masukan pada
transistor T1 dan nilai tahanan pengganti antara RB1 dengan RLDR pada keadaan terang masing-
masing dapat dinyatakan dalam bentuk:

R LDRT
ViT  VCC (4.10a)
R B1  R LDRT

R PT  R B1 // R LDRT (4.10b)
ViT  VBE
I BT  (4.10c)
R PG  R B  1    R E

Arus pada kolektor dan emitor transistor T 1 juga tidak ada sehingga tegangan masukan pada
saklar transistor T2 adalah nol. Karena nilai VI2 lebih kecil dari VBE, maka transistor T2 dalam
keadaan keadaan terputus. Arus pada kolektor minimum sehingga lampu padam dan tegangan
keluaran saklar tinggi.

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap rangkaian saklar peka cahaya dapat
dikemukakan bahwa lampu menyala pada keadaan gelap dan padam pada keadaan terang. Dari
prinsip ini rangkaian ini dapat dikembangkan untuk aplikasi pengontrolan pada lampu taman dan
lampu jalan. Untuk aplikasi pengontrolan ini digunakan Relay AC sehingga rangkaian saklar
dapat mengontrol arus yang besar dari PLN dengan arus DC yang kecil.

B. Flip-flop 2 Transisor

Flip-flop 2 transistor merupakan rangkaian kombinasi 2 transistor yang masing-masing


bekerja sebagai saklar dan akan aktif secara bergantian terus menerus. Karena rangkaian flip-flop
2 transistor ini selalu memiliki 2 keadaan yang berganti terus menerus pada kedua transistor
tersebut maka rangkaian flip-flop 2 transistor ini disebut sebagai astabil multivibrator (Astable
Multivibrator) atau disebut juga sebagai fre running multivibrator. Kondisi 2 keadaan pada kedua
transistor yang saling bergantian tersebut terjadi karena dipasang jaringan umpan balik antara
kedua transistor tersebbut menggunakan kapasitor yang dihubungkan antara basis TR1 dengan
kolektor TR2 dan basis TR2 dengan kolektro TR1.

Rangkaian Flip Flop 2 Transistor (Astabil Multivibrator)


Yang membuat rangkaian flip-flop 2 transistor ini memiliki 2 kondisi saling bergantian antara
cut-off dan saturasi adalah rangkaian RC pada kedua transistor.

Proses terjadinya 2 kondisi tersebut adalah. Dengan asumsi bahwa transistor TR1 berada
pada posisi cut-off (OFF) dan TR2 dalam kondisi saturasi (ON) maka C2 akan melakukan
pengisian muatan melalui R2 ke ground melalui kolektor emitor TR2, kemudian pada saat
muatan telah penuh maka transistor TR1 mendapat bias maju sehingga berubah menjadi saturasi
(ON) kondisi ini akan memaksa berubah kondisi transistor TR2 menjadi cut-off (OFF) dengan
cepat sehingga muatan C2 akan dilepas melalui basis TR1 dan pada saat yang sama C1 mengisi
muatan sampai penuh melalui R3 ke ground melalui kolektor emitor TR1. Kemudian pada saat
C1 mulai kosong dan C2 mulai penuh maka TR2 mendapat bias maju karena C2 tidak mengisi
lagi, kondisi ini membuat transistor TR2 berubah menjadi saturasi (ON) dan memaksa TR1
berubah jadi cut-off (OFF) dan C2 mengisi muatan lagi, C1 mengosongkan muatan lagi sampai
C2 penuh dan membuat TR1 menjadi ON dan TR2 menjadi OFF lagi dan seterusnya akan
berjalan seperti itu. Kondisi 2 keadaan pada kedua transistor yang selalu cut off dan saturasi
secara bergantian ini memberikan output berupa pulsa yang terus menerus dengan frekuensi
ditentukan oleh kecepatan waktu pengisian dan pengosongan kapasitor umpan balik kedua
bagian.Frekusni pulsa yang dihasilkan rangkaian flip-flop 2 transistor (astabil multivibrator)
diatas adalah :

Frekuensi pulsa yang dihasilkan terdiri dari T1 dan T2 yang saling berkebalikan kondisinya
seperti terlihat pada bentuk pulsa output yang dihasilkan rangkaian flip-flop 2 transistor (free
running multivibrator atau astable multivibrator). Bentuk pulsa output pada konfigurasi nilai RC
yang simetris (sama) dan konfigurasi nilai RC yang berbeda untuk rangkaian flip-flop tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut
C. Aplikasi Rangkaian Saklar Transistor

Relay Mekanik

Relay adalah sebuah alat elektromagnet yang dapat mengubah kontak-kontak saklar
sewaktu alat ini menerima sinyal listrik. Relay merupakan aplikasi elektromagnet sesungguhnya.
Fungsi utama dari relay adalah untuk mengontrol arus yang lebih besar dalam rangkaian dengan
arus kecil yang melewati kumparan.

Simbol suatu relay terdiri atas sebuah kumparan dan dua set kontak yaitu: terbuka secara
normal (normally open = NO) dan tertutup secara normal (normally close = NC). Pada waktu
arus listrik melewati kumparan relay, maka kontak NO tertutup, sebaliknya kontak NC terbuka.

CONTOH SOAL DAN JAWABAN


DAFTAR PUSTAKA

Asrizal. 2013. Elektronika Dasar 2 Komponen, Rangkaian, dan Aplikasi. Padang: UNP.

http://elektronika-dasar.web.id/flip-flop-2-transistor-astabil-multivibrator/

Anda mungkin juga menyukai