Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 5

ELEKTRONIKA DASAR 2

“RANGKAIAN PENYANGGA”

NAMA : DEA ANGREINI

NIM : 18033134

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA D

DOSEN : Drs. HUFRI,M.Si

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
RANGKAIAN PENYANGGA

A. Rangkaian Teknik Pengangkat Impedansi

Teknik pengangkat impedansi terdiri dari :


1. Menambah rangkaian common kolektor di elakang rangkaian common emitor, akan
membuat impedansi masukan besar sehingga jatuh tegangan akan kecil dan impedansi
keluaran kecil sehingga jatuh tegangan akibat pembebanan akan kecil
2. Menambah rangkaian hubungan darlington dibelakang rangkaian common emitor, pada
teknik ini akan memperbesar nilai β sehingga peluang memperkecil jatuh tegangan
semakin besar dibanding dengan penambahan common kolektor dibelakang common
emitor.
Dalam penguat common kolektor impedansi masukan besar, penguatan mendekati satu,
dan impedansi keluaran kecil. Jatuh tegangan pada masukan waktu penguat dihubungkan
dengan sumber isyarat, dan jatuh tegangan pada bagian keluaran waktu penguat diberi
beban masih cukup besar. Hal ini disebabkan karena pada penguat common kolektor
hanya sebesar faktor  dari suatu transistor yang digunakan. Suatu alternatif untuk
mendapatkan impedansi masukan yang besar dan impedansi keluaran yang kecil adalah
dengan jalan memperbesar . Untuk memperbesar nilai  dengan menggabungkan dua
buah transistor menggunakan hubungan Darlington.

RB1 VCC

RS C1
β1

β2 C2

VS RB2
RE VO

Gambar 1. Rangkaian Penyangga dengan Hubungan Darlington


Faktor  dari hubungan Darlington merupakan gabungan dari kedua transistor. Dalam
bentuk yang lebih umum jika dipikirkan kedua transistor mempunyai beta yang berbeda.
Arus pada kaki kolektor dari transistor kedua dinyatakan :
iC2 =  ib2
Kedua transistor dihubungkan langsung tanpa menggunakan tahanan. Kaki emiter dari
transistor pertama dihubungkan ke kaki basis transistor kedua, dan kaki kolektor dari
transistor pertama dihubungkan ke kaki kolektor pada transistor kedua. Akibatnya arus
yang mengalir pada kaki emitor transistor pertama akan sama dengan arus pada basis
dari transistor kedua. Dengan ungkapan lain
ib2 = ie1
Arus pada kaki basis transistor kedua diberikan :
ib2 = ie1 = ( 1 + 1 ) ib1
karena itu arus yang mengalir pada kaki kolektor didapat :
iC2 = 2 ib2
iC2 = 2 ( 1 + 1 ) ib1 = t ib1
Nilai faktor  gabungan dari kedua transistor adalah :
t = 2 ( 1 + 1 )
Nilai dari faktor  >> 1, sehingga secara pendekatan faktor  kedua transistor adalah :
t = 1 . 2

Dari persamaan di atas faktor beta gabungan dari kedua transistor merupakan perkalian
dari faktor  masing-masing transistor. Karena itu melalui hubungan Darlington
didapatkan nilai  yang besar.
Dalam kondisi titik kerja dari transistor berada ditengah-tengah garis beban,
tegangan VCE = (1/2) VCC sehingga kuat arus emitor diekspresikan :
VCC
IE 2 
2 RE

Sedangkan tegangan VB dalam kondisi ini didapat :


VB = IB1 RB + (0,5) VCC + 2 VBE
Di sisi lain tegangan VB dapat pula diperoleh dari rangkaian pembagi tegangan oleh
tahanan RB1 dan RB2. Melalui rangkaian pembagi tegangan didapat :
R B2
VB  VCC
R B1  R B 2

Tahanan pengganti dari kedua tahanan RB1 dan RB2 adalah :


R B1 . R B 2
R B  R B1 // R B 2 
R B1  R B 2

Dengan asumsi arus IE2  IC2 maka arus yang mengalir pada kaki emitor dari transistor
pertama ditulis :
IC 2 I
I E1  I B 2   E2
2 2
Bila arus listrik yang mengalir pada terminal emiter suatu transistor, tahanan yang
terdapat pada kaki emitor dapat ditentukan . Tahanan pada kaki emitor trasistor pertama:
25
re1 
IE1 (mA )

dan tahanan pada kaki emitor dari transistor kedua :


25
re 2 
IE2 (mA )

Karena itu tahanan antara terminal base dan terminal emiter untuk masing-masing
transistor diberikan. Tahanan hie untuk transistor pertama :
hie1 = ( 1 + 1 ) re1
Sedangkan tahanan hie untuk transistor kedua :
hie2 = ( 1 + 2 ) re2

Dari sifat penyangga dengan hubungan Darlington yang telah diuraikan antara lain :
impedansi masukan yang besar, mempunyai penguatan sekitar satu, dan impedansi
keluaran yang kecil maka penguat Darlington dapat digunakan sebagai penyangga. Bila
pada masukan penguat dihubungkan dengan suatu sumber isyarat, dengan impedansi
masukan yang besar jatuh tegangan pada masukan semakin kecil, sementara itu bila pada
bagian keluaran penguat diberi beban, dengan adanya impedansi keluaran yang kecil
menyebabkan jatuh tegangan akibat diberi beban menjadi kecil.
B. Pengaruh Penambahan Rangkaian Penyangga pada Rangkaian
Penguat

1. Penambahan Penguat Common Kolektor Dibelakang Common Emitor

Suatu penguat yang baik jika mempunyai impedansi masukan yang besar sehingga jatuh
tegangan pada bagian masukan kecil, dan mempunyai impedansi keluaran kecil sehingga jatuh
tegangan akibat pembebanan kecil. Tetapi harapan tersebut kadang-kadang tidak dapat terpenuhi
sehingga masih terjadi jatuh tegangan pada bagian masukan maupun pada bagian keluaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu ditambahkan rangkaian penguat common
kolektor dibelakang common emiter seperti pada rangkaian berikut :

VCC

RC
RB1E RB1C
C2 RB1E
RS C1
T2
T1
C3

VS RB2C
RB2E
RE1 CE RE2 VOL

Gambar 3.5. Penambahan Common Kolektor Dibelakang Common Emiter

Bila kedua penguat tersebut digabungkan dengan pemasangan common kolektor dibelakang
common emiter, maka tegangan keluaran dalam keadaan terbuka dari penguat common emitor
merupakan tegangan sumber pada common kolektor. Disamping itu impedansi keluaran dari
penguat common emitor merupakan tahanan sumber dari common kolektor. dalam arti kata
penguat common emiter sebagai sumber dari common kolektor. Dalam menganalisis gabungan
dari kedua penguat dapat digunakan rangkaian setara berikut ini :
RS ROE ROC

Vs RiE VOE RiC ViC VOC


ViE VOL

Gambar 3.6. Rangkaian Setara Common Kolektor Dibelakang Common Emiter

Untuk menentukan tegangan keluaran akhir dari kedua penguat dapat diikuti langkah-
langkah praktis berikut ini :

a. Arus listrik yang mengalir pada terminal emiter IE pada penguat common emiter dapat
ditentuk melalui loop keluaran, sehingga tahanan antara terminal emiter dan base re dan
tahanan antara base dengan ground atau hie dapat ditentukan menggunakan persamaan
hie = ( 1 +  ) (3.43)

b. Pada bagian masukan penguat tahanan hie tersusun secara secara paralel dengan tahanan
RB . Berdasarkan tahanan hie dan RB impedansi masukan dari penguat ditentukan
menggunakan pers
R BE hie
R iE   R BE // hie (3.44)
R BE  hie
c. Berdasarkan rangkaian setara (3.5) terlihat antara tahanan sumber R S dengan impedansi
masukan penguat berperan sebagai rangkaian pem bagi tegangan . Besarnya tegangan
masukan pada penguat diberikan :
R iE
Vi  VS (3.45)
R iE  R S

d. Besar impedansi keluaran dari penguat mendekati tahanan RC karena tahanan Roe jauh lebih
besar dibandingkan dengan tahanan RC. Karena nilai faktor  diketahui dan tahanan hie
dapat dihitung maka besar penguatan dapat ditentukan melalui persamaan :
1 R C 1 R C
K VE   (3.46)
hie 1  1  re
e. Tegangan masukan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.45) dan penguatan
menggunakan persamaan (3.46) sehingga besar tegangan keluaran dalam keadaan terbuka
adalah :
VO = KVE ViE (3.47)

f. Bila pada output penguat diberi beban sebesar R L maka pada output penguat terjadi
pembebanan. Disini tahanan beban RL berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan dengan
impedansi keluaran penguat, sehingga tegangan keluaran dalam keadaan terbeban menjadi :
RL
VOL  VOL (3.48)
R L  R OL
g. Adanya pembebanan pada output penguat menyebabkan jatuh tegangan sebesar
V = VOE  VOL (3.49)

h. Bila pada output dalam keadaan terbuka dari penguat common emiter dipasang common
kolektor sebagai buffer, maka VO dan RO untuk penguat common emiter merupakan V SC
dan RSC bagi common kolektor. Indeks C di sini untuk menunjukkan tegangan sumber dan
tahanan sumber untuk common kolektor. Untuk persamaan-persamaan berikut tetap dipakai
indeks C untuk menunjukkan common kolektor.
i. Arus listrik DC yang mengalir pada terminal emiter dapat ditentukan dari loop keluaran
penguat common kolektor, tahanan antara base dan ground (Rit) dan Impedansi masukan dari
penguat common kolektor masing-masing ditentukan melalui persamaan :
R it  1  1   rec  R EC  (3.50a)
R BC R it
R iC   R BC // R it (3.50b)
R BC  R it
j. Antara impedansi masukan penguat common kolektor berperan sebagai rangkaian pembagi
tegangan dengan tahanan RSC, sehingga tegangan masukan pada penguat common kolektor
didapatkan :
R iC
ViC  VSC (3.51)
R iC  R SC
k. Harga penguatan dari common kolektor mendekati satu. Untuk lebih tepatnya dapat
digunakan persamaan (3.12), sehingga tegangan keluaran dalam keadaan terbuka pada
common kolektor diberikan :
VOC = KVC ViC (3.52)

l. Nilai impedansi keluaran dari penguat common emitor dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut :
R BC // R SC
R OC  rEC  (3.53)
1  1 
m. Bila pada ouput dari penguat common kolektor diberi beban sebesar RL, tahanan beban
dengan impedansi keluaran berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan. Tegangan keluaran
dalam keadaan terbeban dari penguat diberikan :
RL
VOLC  VOC (3.54)
R L  R OC

n. Jatuh tegangan akibat pemberian beban dapat ditentukan melalui persamaan :


VC = VOC  VOLC (3.55)
2. Penambahan Hubungan Darlington Dibelakang Common Emitor

Dengan penambahan penguat common kolektor dibelakang common emiter telah dapat
mengangkat tegangan keluaran dalam keadaan terbeban atau memperkecil jatuh tegangan akibat
pembebanan. Akan tetapi masih terbuka peluang untuk semakin memperkecil jatuh tegangan
dengan jalan memperbesar  melalui buffer dengan Darlington seperti rangkaian pada Gambar
3.7:

VCC

RB1E
RC RB1D
RB1E
C2
RS C1 T2
T1 T3
C3
RB2D
VS RB2E
REE CE RED VOL

Gambar 3.7. Penyangga dengan Hubungan Darlington Dibelakang Common Emiter

Untuk menentukan tegangan akhir dari penguat apabila penyangga dengan hubungan Darlington
dipasang dibelakang common emiter dapat ditempuh langkah-langkah berikut:

a. Menentukan tegangan keluaran dalam keadaan terbuka dan tegangan keluaran dalam
keadaan terbeban dengan mengikuti langkah-langkah 1 sampai 8.
b. Karena rangkaian penguat Darlington dipasang dibelakang common emiter maka tegangan
keluaran dalam keadaan terbuka VO untuk common emiter merupakan tegangan sumber VSD
bagi penguat Darlington. Begitu pula impedansi keluaran RO dari common emitor
merupakan tahanan sumber bagi penguat Darlington RSD. Indek D pada tegangan sumber dan
tahanan sumber hanya untuk menunjukkan penguat Darlington. Pada persamaan-persamaan
selanjutnya masih tetap digunakan indeks D untuk menunjukkan penyangga dengan
hubungann Darlington.
c. Arus listrik DC yang mengalir pada kaki emitor dapat ditentukan dari loop keluaran penguat
Darlington, tahanan antara kaki base transitor pertama dan ground (Rit) dan Impedansi
masukan dari hubungan Darlington masing-masing ditentukan melalui persamaan :
R itD  1  1D  reD1 1  1D  1  2 D   re2 D  R ED  (3.56)
R BD  R itD
R iD   R BD // R itD (3.57)
R BD  R itD
d. Antara impedansi masukan penguat Darlington berperan sebagai rangkaian pembagi
tegangan dengan tahanan RSD, sehingga tegangan masukan pada penguat Darlington
didapatkan :
R iD
ViD  VSD (3.58)
R iD  R SD

e. Harga penguatan dari penguat Darlington mendekati satu. Untuk lebih tepatnya dapat
digunakan persamaan (3.36), sehingga tegangan keluaran dalam keadaan terbuka pada
penyangga dengan hubungan Darlington diberikan :
VOD = KVD ViD (3.59)

f. Nilai impedansi keluaran dari penguat Darlington dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut :
re1D R BD // R SD
R OD  re 2 D   (3.60)
1  2 D  1  1D  1  2 D 
g. Bila pada keluaran dari penyangga dengan hubungan Darlington diberi beban sebesar R L,
tahanan beban dengan impedansi keluaran berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan.
Tegangan keluaran dalam keadaan terbeban dari penguat diberikan :
RL
VOLD  VOD (3.61)
R L  R OD
h. Jatuh tegangan akibat pemberian beban merupakan selisih dari tegangan keluaran pada
rangkaian penyangga dengan hubungan Darlington dengan tegangan keluaran dalam keadaan
terbeban dan dapat dituliskan dalam bentuk:
VD = VOD  VOLD (3.62)
i. Dengan nilai  yang besar dari penguat Darlington menghasilkan impedansi masukan yang
besar dan impedansi keluaran yang lebih kecil dari common kolektor sehingga jatuh
tegangan akibat pembebanan semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Asrizal. 2013. Elektronika Dasar 2 Komponen, Rangkaian, dan Aplikasi. Padang: UNP.

Sutrisno. 1998. Elektronika Teori Dasar dan Penerapannya. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai