Anda di halaman 1dari 24

Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

A Tujuan

Setelah membaca tentang ba rangkaian penyangga dan pengaruh penambahannya di


belakang suatu penguat, pembaca mampu

1. Menjelaskan fungsi dan sifat-sifat dari rangkaian penyangga.


2. Membedakan antara penyangga penguat common kolektor, penyangga
menggunakan hubungan Darlington
3. Merumuskan besaran fisika pada penyangga penguat common kolektor,
penyangga menggunakan hubungan Darlington.
4. Menerapkan konsep, hukum, dan persamaan untuk menentukan nilai parameter
dan penguat common kolektor dan hubungan darlington
5. Menganalisis pengaruh penambahan rangkaian penyangga di belakang rangkaian
penguat sinyal kecil.

B Pengertian dan Sifat Rangkaian

Suatu penguat akan lebih berarti setelah dihubungkan dengan komponen lain dari
luar. Pada suatu penguat mempunyai bagian masukan dan bagian keluaran. Untuk itu
biasanya suatu penguat dihubungkan dengan sumber pada masukan, dan beban pada
keluaran. dalam prakteknya sumber seperti audiogenerator dan beban merupakan suatu
kotak hitam. Artinya suatu audiogenerator mempunyai tegangan Thevenin dan
hambatan Thevenin. Hambatan keluaran dari suatu alat telah mempunyai nilai tertentu,
yang sudah merupakan karakteristik dari suatu alat. Karena itu apabila pada bagian
masukan suatu penguat dihubungkan dengan sumber maka hambatan keluaran dari

1
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

sumber akan berpengaruh terhadap tegangan masukan. Demikian pula bila pada output
penguat dihubungkan dengan suatu beban, maka hambatan dari beban akan berpengaruh
terhadap tegangan keluaran. Bila suatu penguat dihubungkan pada bagian masukan
maupun keluaran, akan terjadi jatuh tegangan pada bagian masukan maupun keluaran.
Terjadinya jatuh tegangan ini sebenarnya tidak diharapkan, tetapi tetap terjadi karena
pengaruh tahanan dari suatu alat berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan dengan
tahanan penguat. Tahanan dari sumber dan impedansi masukan berperan sebagai
rangkaian pembagi tegangan pada bagian masukan. Demikian pula tahanan beban
dengan impedansi keluaran pada bagian keluaran penguat.
Pada penguat common base dan common emiter impedansi keluaran mendekati
nilai tahanan RC. Bila pada output penguat mendapat beban yang kecil menyebabkan
jatuh tegangan yang besar. Umpamanya bila beban yang diberikan sama dengan
impedansi keluaran menyebabkan jatuh tegangan setengah dari tegangan keluaran dalam
terbuka. Di suatu sisi diharapkan tahanan RC cukup besar untuk mendapatkan penguatan
yang besar, di sisi lain dituntut pula tahanan RC kecil agar jatuh tegangan kecil saat
output penguat diberi beban. Untuk memenuhi kedua harapan tersebut sekaligus tebtu
tidak mungkin.
Begitu pula pada bagian masukan terutama penguat common base mempunyai

impedansi masukan yang kecil sekitar re. Di sini impedansi masukan common base

dalam orde Ohm. Bila penguat dihubungkan dengan suatu sumber isyarat akan
menyebabkan jatuh tegangan pada masukan karena antara impedansi masukan dengan
tahanan sumber berlaku sebagai rangkaian pembagi tegangan. Agar jatuh tegangan kecil
baik pada masukan maupun keluaran pada suatu penguat dituntut mempunyai impedansi
masukan yang cukup besar dan impedansi keluaran yang kecil. Untuk mengurangi jatuh
tegangan baik pada masukan maupun keluaran diperlakukan suatu penguat yang
mempunyai impedansi masukan besar, impedansi keluaran kecil, dan penguatan dari
penguat mendekati satu. Penguat-penguat seperti ini dikenal dengan penyangga (Buffer).
Istilah lain dari rangkaian penyangga adalah rangkaian pengikut emito. Beberapa penguat
yang berperan sebagai buffer antara lain : penguat common kolektor, penyangga dengan
hubungan Darlington, dan pengikut emitor dengan teknik pengangkat impedansi.

2
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

C Penguat Common Kolektor

Penguat common kolektor adalah penguat yang terminal kolektor digroundkan,


masukan dihubungkan ke terminal base dan keluaran diambil pada terminal kolektor.
Penguat common kolektor disebut juga penguat pengikut emiter karena sinyal tegangan
keluaran pada emiter mendekati sama dengam sinyal tegangan masukan pada pada base.
Penguatan tegangan penguat selalu kurang dari satu, tetapi mempunyai penguatan arus
besar dan secara normal digunakan untuk menyesuaikan suatu sumber impedansi tinggi
pada suatu keluaran impedansi rendah, penguat mempunyai impedansi masukan besar
dan impedansi keluaran. Karena itu, penguat common kolektor juga mempaunyai
karakter sebagai penguat arus.

1 Analisis DC Penguat Common Kolektor

Pada penguat common kolektor, kaki kolektor dihubungkan ke bumi. Pada bagian
keluaran dari penguat dibias oleh tegangan VCC, sedangkan pada bagian masukan diberi
bias melalui rangkaian pembagi tegangan, oleh tahanan RB1 dan RB2. Tegangan
masukan dari penguat diambil dari sumber isyarat seperti audiogenerator, sedangkan
tegangan keluaran diambil melalui tahanan RE. Rangkaian dari penguat common kolektor
diberikan pada Gambar 3.1:

RB1

RS C1
β
C2

VS RB2
RE VO

Gambar 3.1. Rangkaian Penguat Common Kolektor


Pada bagian keluaran, arus mengalir berasal dari tegangan VCC. Arus DC yang berasal
dari tegangan VCC mengalir melewati transistor, dan tahanan RE. Arus IE didapat
melalui hubungan persamaan berikut :
3
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

VCC = VCE + IE . RE (3.1)


VCC  VCE
IE  (3.2)
RE
Antara terminal base dan emiter terdapat tegangan VBE, dan tegangan pada tahanan RE
adalah VE. Karena itu tegangan VB didapat :
VB = IB RB + VE + VBE = IB RB + IE RE + VBE (3.3)
Suatu transistor akan berfungsi sebagai penguat dengan baik apabila titik kerja dari
transistor berada ditengah-tengah garis beban. Kondisi tersebut hanya akan terpenuhi
apabila tegangan VCE = (1/2) VCC. Dalam kondisi titik kerja transistor berada ditengah-
tengah garis beban besar arus IE adalah :
VCC
IE  (3.4)
2 RE

Tegangan antara base dengan ground VB diberikan dalam bentuk:


VB = IB RB + 0,5 VCC + VBE (3.5a)
Di sisi lain tegangan VB dapat pula diperoleh melalui rangkaian pembagi tegangan
dengan tahanan RB1 dan RB2.
R B2
VB  VCC (3.5b)
R B1  R B 2

Salah satu disain dari penguat common kolektor dapat dilakukan dengan menetapkan
harga RB1, sedangkan harga RB2 ditentukan .

2 Analisis AC Penguat Common Kolektor

Sumber isyarat berasal dari sumber tegangan audiogenerator. Arus dari sumber terbagi

pada tahanan pengganti RB dan impedansi masukan Rit. Tegangan masukan di dapat dari

rangkaian pembagi tegangan. Jalannya sinyal listrik dalam rangkaian dilukiskan oleh
rangkaian setara seperti pada Gambar 3.2

4
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

RS

ib ic
iB hie Roe

VS RB
ie

RE VO

Gambar 3.2. Rangkaian Setara Penguat Common Kolektor

Dari rangkaian setara pada Gambar 3.2 dapat ditentukan karakteristik dari penguat yaitu
impedansi masukan, penguatan dari penguat, dan impedansi keluaran
a. Impedansi Masukan
Berdasarkan rangkaian setara untuk penguat common kolektor arus ib dan arus ic
masuk pada titik percabangan dan keluar sebagai arus ie sesuai dengan hukum Kirchhoff.
Tahanan RB paralel dengan tahanan antara titik a dan c. Karena kedua tahanan tersebut
paralel sehingga tegangan pada kedua tahanan sama yaitu tegangan amsukan. Tegangan
masukan sama dengan penjumlahan tegangan antara titik a dan b, dengan tegangan
antara titik b dan c. Di sini tegangan masukan dapat ditulis :

Vi = ib [ hie + ( 1 +  ) ( RE // Roe ) ] (3.6)

Berdasarkan persamaan (3.6) tahanan antara terminal base dengan ground Rit

didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan masukan dengan arus ib. Dari

definisi tahanan Rit dapat ditulis :

Rit = hie + ( 1 +  ) ( RE // Roe ) (3.7)

Pada persamaan hie adalah tahanan antara kaki base dan emitor sebelum transistor
dihubungkan dengan tahanan luar lain seperti tahanan RE.
Tahanan pengganti RB pada bagian masukan tersusun secara paralel dengan

tahanan Rit tidak lain merupakan impedansi masukan dari penguat.

R B.R it
R i  R B // R it  (3.8)
R B R it

Bila pada bagian masukan dihubungkan dengan sumber tegangan, tahanan dari
sumber dan impedansi masukan penguat berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan.
Karena itu impedansi masukan dari penguat dinyatakan seperti :
5
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

Ri
Vi  Vs (3.9)
R i R s

b. Penguatan Dari Common Kolektor


Tegangan masukan dari penguat common kolektor ditentukan melalui persamaan :

Vi = ib . Rit (3.10)

Tegangan keluaran diambil pada kaki emitor atau tahanan RE yang tersusun secara
paralel dengan tahanan Roe. Karena itu tegangan keluaran dari penguat common
kolektor ditulis :

VO = ( 1 +  ) ib ( RE // Roe) (3.11)

Penguatan dari penguat merupakan perbandingan antara tegangan keluaran dengan


tegangan masukan :
(1) R E // Roe 
kV  (3.12a)
hie  (1) R E // Roe 
Besar tahanan re tergantung kepada arus emitor. Bila arus emitor dinyatakan dalam
satuan Ohm, dan dalam kondisi titik kerja dari trasistor berada ditengah-tengah garis
beban, maka penguatan common kolektor dinyatakan dalam bentuk :

kV 
R E // Roe  (3.12b)
 RE 
  R E // Roe 
 20VCC 
Nilai konduktansi hoe pada terminal kolektor transistor bernilai kecil, sehingga tahanan
pada terminal kolektor Roe = (1/hoe) besar. Tahanan Roe tersusun secara paralel
dengan RE, sehingga (1/hoe) dapat diabaikan terhadap tahanan RE. Suatu pendekatan
yang cukup baik untuk penguatan common kolektor dilukis dalam bentuk :

20 VCC
kV  (3.12c)
1  20 VCC

Berdasarkan persamaan diatas, ternyata penguatan common kolektor mendekati satu.


Untuk tegangan bias VCC = 10 volt didapat penguatan :
2000 200
kV   (3.12d)
1200 201

6
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

Dari persamaan (3.11 d) dapat dibuktikan bahwa penguatan dari penguat common
kolektor mendekati satu. Dengan demikian besar penguatan penguat common kolektor
memenuhi salah satu sifat dari rangkaian penyangga.

c. Impedansi Keluaran Penguat.


Dalam menentukan impedansi keluaran penguat tegangan sumber dihubungkan
singkat. Sebagai tegangan sumber dalam kondisi ini dipandang berasal dari tegangan
keluaran VO . Arus dari tegangan sumber terbagi ke dalam tahanan RE // Roe dan ke
tahanan-tahanan lain.
Pada rangkaian setara di atas sebagai sumber tegangan seakan-akan berasal dari
tegangan VO. Berdasarkan hukum Kirchoff tentang arus io terbagi menjadi ie dan

ic =  ib. Demikian pula arus ib pada tahanan hie terbagi menjadi arus iB pada tahanan

RB dan is pada tahanan RS. Tahanan pengganti dari semua tahanan pada rangkaian setara
tidak lain merupakan impedansi keluaran dari penguat common kolektor. Dalam bentuk
susunan rangkaian paralel impedansi keluaran dapat diekspresikan seperti :
1 1 1
  (3.13a)
R O R E // Roe  hie  R B // R S 
 (1) 
 
Dalam bentuk yang lebih sederhana impedansi keluaran dari penguat dapat ditulis :

 hie  R B // R S 
R O  R E // R oe //   (3.13b)
 (1) 

Secara pendekatan impedansi keluaran diekspresikan dalam bentuk :


hie R // R
RO   B S (3.13c)
(1) (1)

Dalam hal praktis tahanan sumber jauh lebih kecil dari tahanan pengganti R B.
Dalam keadaan penguat common kolektor berdiri sendiri, tahanan RS merupakan
tahanan sumber yang berasal dari sumber isyarat seperti audiogenerator. Hambatan
Thevenin dari suatu audiogenerator kecil biasanya dalam orde Ohm. Begitu pula jika
penguat common kolektor dipasang dibelakang penguat common emitor dalam keadaan
terbuka.
Impedansi keluaran dari common emitor merupakan tahanan sumber bagi common
kolektor. Biasanya tahanan RB1 dan RB2 pada penguat common kolektor dibuat besar

7
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

untuk menghindari terjadinya jatuh tegangan yang besar pada masukan. Dalam kedua
kasus akan tetap tahanan RS jauh lebih kecil bia dibandingkan terhadap tegangan RB .
Suatu pendekatan yang cukup valid untuk impedansi keluaran penguat common kolektor
diungkapkan oleh :
1 RS
RO   (3.13d)
40I E (1)

Adanya faktor  pada bagian penyebut suku kedua menunjukkan impedansi keluaran dari
penguat common kolektor kecil.
Berdasarkan sifat-sifat dari penguat common kolektor yaitu : pertama impedansi
masukan dari penguat besar bila dalam disain RB dibuat besar. Dengan impedansi
masukan yang besar menyebabkan tegangan jatuh pada bagian masukan kecil. Kedua,
penguatan dari penguat common kolektor mendekati satu, dan output berlawanan phase
dari tegangan masukan. Sifat ini dapat digunakan untuk membalikkan phase dari
penguat common emitor sehingga diperoleh fase tegangan keluaran sama dengan
tegangan masukan. Ketiga, impedansi dari penguat common kolektor kecil sehingga
waktu penguat mendapat beban pada keluaran menyebabkan jatuh tegangan akibat diberi
beban kecil. Berdasarkan sifat-sifat yang telah dikemukakan dapat dikemukakan bahwa
penguat common kolektor lebih cocok digunakan sebagai penyangga.
Impedansi keluaran atau impedansi sumber dari suatu piranti elektronika adalah
komponen yang menahan suatu arus bolak balik pada terminal- terminal keluaran untuk
suatu frekuensi tertentu sebagai hasil resistansi, induktansi, dan kapasitansi. Dengan kata
lain, impedansi keluaran adalah impedansi setara Thevenin yang terlihat pada terminal
keluaran. Untuk impedansi sinyal kecil pada arus searah dengan frekuensi nol Hz,
impedansi keluaran adalah sama dengan komponen impedansi yang dinamakan resistansi
keluaran.
Dalam elektronika ada beberapa tipe dari penguat. Satu diantaranya adalah
penguat sinyal kecil . penguat pada rangkaian elektronika komunikasi sering
diklasifikasikan sebagai penguat sinyal kecil. Pada penguat sinyal kecil, sinyal masukan
dan sinyal keluarannya cukup kecil atau lemah sehinga karakteristik dari penguat ini bias
di gambarkan secara linear. Suatu penguat linear adalah suatu rangkaian elektronika yang
memiliki keluaran sebanding dengan masukan.

8
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

D Penyangga Hubungan Darlington

Dalam penguat common kolektor impedansi masukan besar, penguatan mendekati satu,
dan impedansi keluaran kecil. Jatuh tegangan pada masukan waktu penguat
dihubungkan dengan sumber isyarat, dan jatuh tegangan pada bagian keluaran waktu
penguat diberi beban masih cukup besar. Hal ini disebabkan karena pada penguat
common kolektor hanya sebesar faktor  dari suatu transistor yang digunakan. Suatu
alternatif untuk mendapatkan impedansi masukan yang besar dan impedansi keluaran
yang kecil adalah dengan jalan memperbesar . Untuk memperbesar nilai  dengan
menggabungkan dua buah transistor menggunakan hubungan Darlington. Rangkaian
penguat Darlington diberikan pada Gambar 3.3:

RB
1
RS C1
β
1
β C2
2
VS RB
2
RE VO
RS

Gambar 3.3. Rangkaian Penyangga dengan Hubungan Darlington

1 Analisis DC Penyangga Dengan Hubungan Darlington

Agar transistor bekerja, maka pada transistor perlu diberi bias. Pada penguat ini bias
berasal dari tegangan VCC dan tegangan VB dari rangkaian pembagi tegangan. Pada loop
keluaran bias berasal dari tegangan VCC. Arus DC mengalir dari sumber tegangan, ke
transistor, dan melewati tahanan RE. Karena itu pada loop keluaran berlaku hubungan:
VCC = VCE + IC2 RE (3.14)

9
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

VCC  VCE
IC 2  (3.15)
RE

Karena nilai faktor  mendekati satu, sehingga arus yang mengalir pada tahanan RE
adalah :
VCC  VCE
IE  (3.16)
RE

Disisi lain pada loop masukan sumber tegangan berasal dari rangkaian pembagi
tegangan. Tegangan VB merupakan penjumlahan tegangan antara base dan emiter dari
kedua transistor dan tegangan pada tahanan RE. Dengan asumsi kedua, transistor terbuat
dari bahan yang sama sehingga memiliki tegangan VBE1 = VBE2 = VBE, maka berlaku
suatu hubungan :
VB = IB1 RB + IE2 . RE + 2 VBE (3.17)
Faktor  dari hubungan Darlington merupakan gabungan dari kedua transistor. Dalam
bentuk yang lebih umum jika dipikirkan kedua transistor mempunyai beta yang berbeda.
Arus pada kaki kolektor dari transistor kedua dinyatakan :
iC2 =  ib2 (3.18)
Kedua transistor dihubungkan langsung tanpa menggunakan tahanan. Kaki emiter dari
transistor pertama dihubungkan ke kaki basis transistor kedua, dan kaki kolektor dari
transistor pertama dihubungkan ke kaki kolektor pada transistor kedua. Akibatnya arus
yang mengalir pada kaki emitor transistor pertama akan sama dengan arus pada basis
dari transistor kedua. Dengan ungkapan lain
ib2 = ie1 (3.19a)
Arus pada kaki basis transistor kedua diberikan :
ib2 = ie1 = ( 1 + 1 ) ib1 (3.19b)
karena itu arus yang mengalir pada kaki kolektor didapat :
iC2 = 2 ib2 (3.20a)

iC2 = 2 ( 1 + 1 ) ib1 = t ib1 (3.20b)

Nilai faktor  gabungan dari kedua transistor adalah :

t = 2 ( 1 + 1 ) (3.21a)

Nilai dari faktor  >> 1, sehingga secara pendekatan faktor  kedua transistor adalah :

t = 1 . 2 (3.21b)
10
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

Dari persamaan (3.21a), dan (3.21b) faktor beta gabungan dari kedua transistor
merupakan perkalian dari faktor  masing-masing transistor. Karena itu melalui
hubungan Darlington didapatkan nilai  yang besar.
Dalam kondisi titik kerja dari transistor berada ditengah-tengah garis beban,
tegangan VCE = (1/2) VCC sehingga kuat arus emitor diekspresikan :
VCC
IE 2  (3.22)
2 RE

Sedangkan tegangan VB dalam kondisi ini didapat :


VB = IB1 RB + (0,5) VCC + 2 VBE (3.23)
Di sisi lain tegangan VB dapat pula diperoleh dari rangkaian pembagi tegangan oleh
tahanan RB1 dan RB2. Melalui rangkaian pembagi tegangan didapat :
R B2
VB  VCC (3.24)
R B1  R B 2

Tahanan pengganti dari kedua tahanan RB1 dan RB2 adalah :


R B1 . R B 2
R B  R B1 // R B 2  (3.25)
R B1  R B 2

Dengan asumsi arus IE2  IC2 maka arus yang mengalir pada kaki emitor dari transistor
pertama ditulis :
IC 2 I E 2
I E1  I B 2   (3.26)
2 2
Bila arus listrik yang mengalir pada terminal emiter suatu transistor, tahanan yang
terdapat pada kaki emitor dapat ditentukan . Tahanan pada kaki emitor trasistor pertama:
25
re1  (3.27a)
IE1 (mA)
dan tahanan pada kaki emitor dari transistor kedua :
25
re2  (3.27b)
IE2 (mA)
Karena itu tahanan antara terminal base dan terminal emiter untuk masing-masing
transistor diberikan. Tahanan hie untuk transistor pertama :
hie1 = ( 1 + 1 ) re1 (3.28a)

Sedangkan tahanan hie untuk transistor kedua :

hie2 = ( 1 + 2 ) re2 (3.28b)


11
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

2 Analisis AC Penyangga Dengan Hubungan Darlington

Perbedaan antara penguat Darlington dengan common kolektor hanya terletak


pada penggunaan transistor. Untuk penguat Darlington digunakan dua buah transistor,
sedangkan pada common kolektor menggunakan satu transistor. Dengan menggunakan
dua buah transistor menyebabkan faktor beta total menjadi besar sehingga berpengaruh
terhadap kuantitas lain seperti impedansi masukan, penguatan dan sebagainya.
Sumber isyarat penguat dari penguat Darlington juga berasal dari audiogenerator.
Arus AC dari sumber melewati kapasitor dan terbagi pada tahanan RB dan hie menurut
hukum Kirchoff. Arus yang mengalir pada kaki basis dari masing-masing transistor
diperkuat oleh transistor. Arus emitor dari transistor kedua melewati tahanan RE yang
sejajar dengan (1/hoe), sedangkan arus kolektor ke ground. Analisis AC dari penguat
Darlington dapat dilakukan dengan menggunakan rangkaian setara berikut ini :

RS

ib1 ic1
iB hie1 Roe1

ie1
ib2
VS RB Roe2
hie2 ic2

ie2
RE VO

Gambar 3.4. Rangkaian Setara Buffer dengan Hubungan Darlington


Arus base ib1 diperkuat oleh transistor pertama dengan faktor 1 , dan arus basis pada
transistor kedua diperkuat dengan faktor 2. Karena itu arus kolektor pada masing-
masing transistor diberikan :
iC1 = 1 ib1 (3.29a)

iC2 = 2 ib2 (3.29b)

Sementara itu arus AC pada kaki emitor ditentukan berdasarkan hukum Kirchhoff.
Untuk transistor tipe npn arus dari basis dan kolektor berkumpul pada titik
12
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

percabangan dan keluar melalui kaki emitor. Pada masing-masing transistor arus emiter
diberikan.
Arus emiter pada transistor pertama :
ie1 = ib1 + iC1 = ( 1 + 1 ) ib1 (3.30a)

Arus emitor pada transistor kedua :

ie2 = ib2 + iC2 = ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) ib1 (3.30b)

a. Impedansi Masukan
Berdasarkan rangkaian setara untuk penguat Darlington, tegangan antara titik b dan d
pada bagian masukan merupakan penjumlahan tegangan antara titik b dan c, serta
tegangan antara titik c dengan d.
V1 = ib2 hie2 + ie2 [ RE // Roe ] (3.31a)
V1 = ( 1 + 1 ) hie2 ib1 + ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) [ RE // Roe] ib1 (3.31b)

Karena tahanan Roe jauh lebih besar dari tahanan RE sehingga ( 1/hoe ) dapat diabaikan
terhadap RE. Suatu pendekatan yang cukup valid untuk tegangan antara titik b dan d
diekspresikan :

V1 = ib1 [ ( 1 + 1 ) hie2 + ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) RE ] (3.31c)

Tegangan masukan dari penguat tidak lain adalah tegangan antara titik a dan b

Vi = ib1 hie1 + V1 (3.31d)

V1 = ib1 [ hie1 + ( 1 + 1 ) hie2 + ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) RE ] (3.31e)

Impedansi masukan dari buffer dengan hubungan Darlington dalam keadaan tanpa
tahanan RB didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan masukan dengan arus
basis dari transistor pertama. Berdasarkan definisi tersebut tahanan Rit didapatkan :

Rit = ( 1 + 1 ) re1 + ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) [ re2 + RE ] (3.32)

Pada bagian masukan penguat tahanan Rit tersusun secara paralel dengan tahanan
gabungan RB. Impedansi masukan dari penguat Darlington merupakan penggabungan
antara tahanan Rit dengan RB.

Ri = RB // Rit (3.33)

13
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

Berdasarkan persamaan (3.32) dengan adanya faktor 1 untuk transistor pertama dan 2
untuk transistor kedua didapatkan nilai tahanan Rit yang besar dari penguat Darlington.
Dalam kasus ini diharapkan impedansi masukan dari penguat besar agar jatuh tegangan
yang terjadi pada masukan kecil. Untuk mendapatkan impedansi masukan yang besar
maka didalam disain tahanan RB haruslah dibuat besar, dengan menggunakan nilai
tahanan RB1 dan RB2 besar. Bila didisain tahanan RB kecil tidak akan memberikan
arti terhadap impedansi masukan, karena nilainya lebih didominasi oleh tahanan RB
yang kecil.

b. Penguatan Dari Penyangga dengan Hubungan Darlington


Tegangan keluaran dari penguat diambil antara kaki emitor transistor kedua dengan
ground. Melalui rangkaian setara didapatkan tegangan keluaran dalam bentuk:
VO = ie2 [ RE // ( 1/hoe) ] (3.34a)
VO = ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) RE ib1 (3.34b)
Sementara itu tegangan masukan dari penguat diekspresikan seperti pada persamaan
(3.35).
Vi = ib1 . Rit (3.35)
Penguatan dari penguat didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan keluaran
dengan tegangan masukan. Dalam bentuk yang lebih umum penguatan dari penguat
dapat ditulis seperti :
(1  1 ) (1  2 ) R E
kV  (3.36a)
R it

Dengan mengganti tahanan Rit seperti pada persamaan ( 3.36a), menghasilkan penguatan
dalam bentuk :
(1  2 ) RE
kV  (3.36b)
re1  ( 1  2 ) [ re2  RE ]

RE
atau k V  (3.36c)
re1
 [ re 2  RE ]
( 1  2 )
Untuk penguat sinyal kecil biasanya nilai faktor  transistor cukup besar. Karena itu
pada bagian penyebut dari persamaan (3.36c), suku pertama dapat diabaikan terhadap
suku kedua. Secara pendekatan penguatan di dapat :

14
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

RE
kV  (3.36d)
re 2  R E
Bila kuat arus emitor DC pada transistor kedua dinyatakan dalam satuan ampere,
dan dengan mengganti tahanan re2 dalam bentuk tegangan VCC dan tahanan RE,
dihasilkan penguatan dari penguat Darlington seperti :
1
kV  (3.36c)
1
1
20 VCC

20 VCC
kV  (3.36d)
1  20 VCC
Ternyata penguatan dari penguat Darlington didapat mendekati satu sama halnya dengan
penguat common kolektor.

c. Impedansi Keluaran Rangkaian Penyangga


Impedansi keluaran dari penyangga dengan hubungan Darlington ditentukan
dengan menghubungkan singkat tegangan sumber audiogenerator. Sebagai sumber
tegangan seakan-akan berasal dari tegangan keluaran VO. Arus iO dari sumber tegangan
VO mengalir ke tahanan RE yang paralel dengan tahanan Roe dan ke tahanan-tahanan
yan lain.
Melalui rangkaian setara diatas arus iO dari tegangan sumber VO terpecah ke
tahanan RE dan kaki emitor dari transistor kedua menurut hukum Kirchoff. Begitu pula
arus pada kaki emitor masuk ke titik percabangan terpecah menjadi arus basis i b2 dan
arus kolektor ic2 . Karena antara kaki basis dari transistor kedua dengan kaki emitor
transistor pertama menyebabkan arus ib2 = ie1. Dari hukum Kirchhoff didapatkan
persamaan arus berikut :
iO = iE + ie2 (3.37a)
iO = iE + ( 1 + 2 ) ib2 (3.37b)
Karena arus ib2 = ie1 , dan dengan mengganti arus ie1 dalam bentuk ib1 arus iO
dilukiskan dalam bentuk :
iO = iE + ( 1 + 1 ) ( 1 + 2 ) ib1 (3.37c)
Tahanan RE tersusun secara paralel dengan gabungan tahanan-tahanan yang lain.
Berdasarkan sifat dari rangkaian paralel dimana tegangan sama dan arus berbeda pada

15
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

masing-masing cabang sesuai dengan tahanan yang terdapat pada cabang tersebut. Dari
suatu sisi arus yang mengalir pada tahanan RE didapat :
VO
iE  (3.38)
RE
Melalui rangkaian setara diatas tegangan VO terdiri dari :
VO = ib2 hie2 + ib1 hie1 + ib1 ( RB // RS ) (3.39a)
VO = ib1 [ ( 1 + 1 ) hie2 + hie1 + ( RB // RS ) ] (3.39b)
Arus basis dari transistor pertama dituliskan :
VO
i b1  (3.40)
11  hie 2  hie 1  R B // R S 
Bila arus iE dan ib1 disubstitusikan ke dalam persamaan (3.38) dan (3.40) menghasilkan
arus keluaran iO :
VO VO
iO   (3.41)
R E 11  hie 2  hie 1  R B // R S 

Tahanan gabungan dari semua tahanan pada rangkaian, tidak lain merupakan impedansi
keluaran dari penguat.
1 1 1
 
RO RE 11  hie 2  hie 1  R B // R S (3.42a)
11  12 
Dalam bentuk lain, ipedansi keluaran dari penyangga dengan hubungan Darlington
dinyatakan seperti :

R O  R E //
11  hie 2  hie 1  R B // R S (3.42b)
11  12 
Dengan adanya faktor 1 dan 2 pada persamaan (3.42b) dapat ditentukan secara
pendekatan :
11  hie 2  hie 1  R B // R S  R E (3.42c)
11  12 
Impedansi keluaran dari penyangga diekspresikan dalam bentuk:

RO 
11  hie 2  hie 1  R B // R S (3.42d)
11  12 
Dengan mensubstitusikan nilai tahanan hie1 dan hie2 , dalam bentuk tahanan re1 dan
re2 impedansi keluaran dinyatakan :

16
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

re1 R B // R S
R O  re 2   (3.42e)
12  11  12 
Karena faktor 1 dan 2 dari suatu transistor biasanya jauh lebih besar dari 1, sehingga
faktor 1 dapat diabaikan terhadap . Disamping itu dalam disain yang sebenarnya
tahanan RB sengaja di disain dengan nilai yang besar untuk mendapatkan impedansi
masukan yang besar. Dalam rangkaian tahanan RB tersusun secara paralel dengan RS
dengan nilai yang relatif kecil. Karena itu tahanan RB dapat diabaikan terhadap tahanan
RS. Suatu pendekatan yang cukup valid untuk mengungkapkan impedansi keluaran dari
penguat Darlington diberikan oleh persamaan :
re1 RS
R O  re 2   (3.42f)
2 1 2

1 1 R
RO    S (3.42g)
40I E1 40 2 I E 2 12

Berdasarkan persamaan diatas diperoleh gambaran bahwa dengan adanya faktor


1 dan 2 dengan nilai yang besar pada bagian penyebut suatu pecahan menyebabkan
nilai impedansi keluaran menjadi lebih kecil.
Dari sifat penyangga dengan hubungan Darlington yang telah diuraikan antara lain :
impedansi masukan yang besar, mempunyai penguatan sekitar satu, dan impedansi
keluaran yang kecil maka penguat Darlington dapat digunakan sebagai penyangga. Bila
pada masukan penguat dihubungkan dengan suatu sumber isyarat, dengan impedansi
masukan yang besar jatuh tegangan pada masukan semakin kecil, sementara itu bila pada
bagian keluaran penguat diberi beban, dengan adanya impedansi keluaran yang kecil
menyebabkan jatuh tegangan akibat diberi beban menjadi kecil.

17
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

E Pengaruh Rangkaian Penyangga

1 Common Kolektor Dibelakang Common Emitor

Suatu penguat yang baik jika mempunyai impedansi masukan yang besar sehingga jatuh
tegangan pada bagian masukan kecil, dan mempunyai impedansi keluaran kecil sehingga
jatuh tegangan akibat pembebanan kecil. Tetapi harapan tersebut kadang-kadang tidak
dapat terpenuhi sehingga masih terjadi jatuh tegangan pada bagian masukan maupun
pada bagian keluaran. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu ditambahkan
rangkaian penguat common kolektor dibelakang common emitor seperti pada rangkaian
berikut :

VCC

RC
RB1E RB1C
C2 RB1E
RS C1
T2
T1
C3

VS RB2C
RB2E
RE1 CE RE2 VOL

Gambar 3.5. Penambahan Common Kolektor Dibelakang Common Emitor


Bila kedua penguat tersebut digabungkan dengan pemasangan common kolektor
dibelakang common emiter, maka tegangan keluaran dalam keadaan terbuka dari penguat
common emitor merupakan tegangan sumber pada common kolektor. Disamping itu
impedansi keluaran dari penguat common emitor merupakan tahanan sumber dari
common kolektor. dalam arti kata penguat common emiter sebagai sumber dari
common kolektor. Dalam menganalisis gabungan dari kedua penguat dapat digunakan
rangkaian setara berikut ini :

18
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

RS ROE ROC

Vs RiE VOE RiC ViC VOC


ViE VOL

Gambar 3.6. Rangkaian Setara Common Kolektor Dibelakang Common Emiter

Untuk menentukan tegangan keluaran akhir dari kedua penguat dapat diikuti
langkah-langkah praktis berikut ini :
a. Arus listrik yang mengalir pada terminal emiter IE pada penguat common emiter
dapat ditentuk melalui loop keluaran, sehingga tahanan antara terminal emiter dan
base re dan tahanan antara base dengan ground atau hie dapat ditentukan
menggunakan persamaan
hie = ( 1 +  ) (3.43)
b. Pada bagian masukan penguat tahanan hie tersusun secara secara paralel dengan
tahanan RB. Berdasarkan tahanan hie dan RB impedansi masukan dari penguat
ditentukan menggunakan pers
R BE hie
R iE   R BE // hie (3.44)
R BE  hie
c. Berdasarkan rangkaian setara (3.5) terlihat antara tahanan sumber RS dengan
impedansi masukan penguat berperan sebagai rangkaian pem bagi tegangan .
Besarnya tegangan masukan pada penguat diberikan :
R iE
Vi  VS (3.45)
R iE  R S
d. Besar impedansi keluaran dari penguat mendekati tahanan RC karena tahanan Roe
jauh lebih besar dibandingkan dengan tahanan RC. Karena nilai faktor  diketahui
dan tahanan hie dapat dihitung maka besar penguatan dapat ditentukan melalui
persamaan :
1 R C 1 R C
K VE   (3.46)
hie 1  1  re

19
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

e. Tegangan masukan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.45) dan


penguatan menggunakan persamaan (3.46) sehingga besar tegangan keluaran dalam
keadaan terbuka adalah :
VO = KVE ViE (3.47)
f. Bila pada output penguat diberi beban sebesar R L maka pada output penguat terjadi
pembebanan. Disini tahanan beban RL berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan
dengan impedansi keluaran penguat, sehingga tegangan keluaran dalam keadaan
terbeban menjadi :
RL
VOL  VOL (3.48)
R L  R OL

g. Adanya pembebanan pada output penguat menyebabkan jatuh tegangan sebesar


V = VOE  VOL (3.49)
h. Bila pada output dalam keadaan terbuka dari penguat common emiter dipasang
common kolektor sebagai buffer, maka VO dan RO untuk penguat common emiter
merupakan VSC dan RSC bagi common kolektor. Indeks C di sini untuk menunjukkan
tegangan sumber dan tahanan sumber untuk common kolektor. Untuk persamaan-
persamaan berikut tetap dipakai indeks C untuk menunjukkan common kolektor.
i. Arus listrik DC yang mengalir pada terminal emiter dapat ditentukan dari loop
keluaran penguat common kolektor, tahanan antara base dan ground (Rit) dan
Impedansi masukan dari penguat common kolektor masing-masing ditentukan
melalui persamaan :
R it  1  1 rec  R EC  (3.50a)

R BC R it
R iC   R BC // R it (3.50b)
R BC  R it
j. Antara impedansi masukan penguat common kolektor berperan sebagai rangkaian
pembagi tegangan dengan tahanan RSC, sehingga tegangan masukan pada penguat
common kolektor didapatkan :
R iC
ViC  VSC (3.51)
R iC  R SC

20
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

k. Harga penguatan dari common kolektor mendekati satu. Untuk lebih tepatnya dapat
digunakan persamaan (3.12), sehingga tegangan keluaran dalam keadaan terbuka
pada common kolektor diberikan :
VOC = KVC ViC (3.52)
l. Nilai impedansi keluaran dari penguat common emitor dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
R BC // R SC
R OC  rEC  (3.53)
1  1 
m. Bila pada ouput dari penguat common kolektor diberi beban sebesar R L, tahanan
beban dengan impedansi keluaran berperan sebagai rangkaian pembagi tegangan.
Tegangan keluaran dalam keadaan terbeban dari penguat diberikan :
RL
VOLC  VOC (3.54)
R L  R OC
n. Jatuh tegangan akibat pemberian beban dapat ditentukan melalui persamaan :
VC = VOC  VOLC (3.55)

2 Hubungan Darlington Dibelakang Common Emitor

Dengan penambahan penguat common kolektor dibelakang common emiter telah dapat
mengangkat tegangan keluaran dalam keadaan terbeban atau memperkecil jatuh tegangan
akibat pembebanan. Akan tetapi masih terbuka peluang untuk semakin memperkecil
jatuh tegangan dengan jalan memperbesar  melalui buffer dengan Darlington seperti
rangkaian pada Gambar 3.7:

RB1
RC RB1D E
RB1E
C2
C T2
RS
1 T1 T3
C3

VS RB2D
RB2E
RE CE RED VOL
E

Gambar 3.7. Penyangga dengan Hubungan Darlington Dibelakang Common Emitor

21
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

Untuk menentukan tegangan akhir dari penguat apabila penyangga dengan hubungan
Darlington dipasang dibelakang common emiter dapat ditempuh langkah-langkah
berikut:
a. Menentukan tegangan keluaran dalam keadaan terbuka dan tegangan keluaran dalam
keadaan terbeban dengan mengikuti langkah-langkah 1 sampai 8.
b. Karena rangkaian penguat Darlington dipasang dibelakang common emiter maka
tegangan keluaran dalam keadaan terbuka VO untuk common emiter merupakan
tegangan sumber VSD bagi penguat Darlington. Begitu pula impedansi keluaran RO
dari common emitor merupakan tahanan sumber bagi penguat Darlington RSD. Indek
D pada tegangan sumber dan tahanan sumber hanya untuk menunjukkan penguat
Darlington. Pada persamaan-persamaan selanjutnya masih tetap digunakan indeks D
untuk menunjukkan penyangga dengan hubungann Darlington.
c. Arus listrik DC yang mengalir pada kaki emitor dapat ditentukan dari loop keluaran
penguat Darlington, tahanan antara kaki base transitor pertama dan ground (Rit) dan
Impedansi masukan dari hubungan Darlington masing-masing ditentukan melalui
persamaan :
R itD  1  1D  reD1 1  1D 1  2 D re 2 D  R ED  (3.56)

R BD  R itD
R iD   R BD // R itD (3.57)
R BD  R itD
d. Antara impedansi masukan penguat Darlington berperan sebagai rangkaian pembagi
tegangan dengan tahanan RSD, sehingga tegangan masukan pada penguat Darlington
didapatkan :
R iD
ViD  VSD (3.58)
R iD  R SD
e. Harga penguatan dari penguat Darlington mendekati satu. Untuk lebih tepatnya dapat
digunakan persamaan (3.36), sehingga tegangan keluaran dalam keadaan terbuka
pada penyangga dengan hubungan Darlington diberikan :
VOD = KVD ViD (3.59)
f. Nilai impedansi keluaran dari penguat Darlington dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
re1D R BD // R SD
R OD  re 2 D   (3.60)
1  2D  1  1D 1  2 D 

22
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

g. Bila pada keluaran dari penyangga dengan hubungan Darlington diberi beban sebesar
RL, tahanan beban dengan impedansi keluaran berperan sebagai rangkaian pembagi
tegangan. Tegangan keluaran dalam keadaan terbeban dari penguat diberikan :
RL
VOLD  VOD (3.61)
R L  R OD
h. Jatuh tegangan akibat pemberian beban merupakan selisih dari tegangan keluaran
pada rangkaian penyangga dengan hubungan Darlington dengan tegangan keluaran
dalam keadaan terbeban dan dapat dituliskan dalam bentuk:
VD = VOD  VOLD (3.62)
i. Dengan nilai  yang besar dari penguat Darlington menghasilkan impedansi
masukan yang besar dan impedansi keluaran yang lebih kecil dari common kolektor
sehingga jatuh tegangan akibat pembebanan semakin kecil.

F Latihan Pemecahan Soal

1. Sebuah penguat common emitor dengan teknik pembagi tegangan RB1 dan RB2 terdiri
dari VCC = 12 Volt, RE = 680 Ohm, RC = 5 RE dan faktor penguatan arus  = 225.
Dalam keadaan titik kerja dari transistor berada ditengah garis beban dan penguat
bekerja pada frekuensi tengah, tentukanlah :
a. Nilai tahanan RB1 dan RB2 yang harus dipasang.
b. Tegangan masukan dan persentase jatuh tegangan pada masukan jika penguat
dihubungkan pada sebuah sumber isyarat berbentuk gelombang sinus dengan
tegangan puncak 15 mV dan tahanan sumber 200 .
c. Penguatan dan tegangan keluaran dalam keadaan terbuka.
d. Persentase jatuh tegangan keluaran dan arus keluaran jika pada keluaran penguat
dipasang beban 4,7 K.
2. Berdasarkan soal nomor 1, jika dibelakang penguat common emitor dalam keadaan
terbuka ditambahkan penguat common kolektor dengan nilai RB2 = 470 K, RE = 1
K dan faktor penguatan arus 250. Diharapkan isyarat keluaran dari gabungan kedua
penguat tidak dalam keadaan cacat, tentukanlah :
a. Impedansi masukan dan tegangan masukan
23
Buku Ajar IPA Terpadu SMP Kelas VIII Semester 1

b. Tegangan keluaran dari penguat common kolektor dalam keadaan terbuka


c. Tegangan keluaran dalam keadaan terbeban dan jatuh tegangan jika pada output
dari penguat dipasang beban 3,9 K.
d. Persentase tegangan keluaran dan persentase jatuh tegangan
3. Sebuah penguat common emitor dengan teknik pembagi tegangan RB1 dan RB2 terdiri
dari VCC = 12 Volt, RE = 680 Ohm, RC = 5 RE dan faktor penguatan arus  = 250.
a. Rancanglah penguat CE agar transistor bekerja di tengah-tengah garis beban.
b. Tentukanlah tegangan masukan dan persentase jatuh tegangan pada masukan jika
penguat dihubungkan pada sebuah sumber isyarat dengan tegangan puncak 4 mV
dan tahanan sumber 60 .
c. Tentukanlah penguatan dan tegangan keluaran dalam keadaan terbuka.
d. Tentukanlah persentase tegangan keluaran dan arus keluaran jika pada keluaran
penguat dipasang beban 4,7 K.
4. Berdasarkan soal nomor 3, jika dibelakang penguat common emiter dalam keadaan
terbuka ditambahkan rangkaian penyangga dengan hubungan Darlington nilai RB2 =
200 K, RE = 1 K dan faktor penguatan arus masing-masing 200 dan 250.
Diharapkan isyarat keluaran dari gabungan kedua penguat tidak dalam keadaan cacat,
tentukanlah :
a. Persentase tegangan yang masuk pada input rangkaian penyangga
b. Tegangan keluaran dari rangkaian penyangga dalam keadaan terbuka
c. Tegangan keluaran dalam keadaan terbeban dan jatuh tegangan jika pada output
dari penguat dipasang beban 4,7 K.
d. Berdasarkan data-data yang telah diperoleh jelaskanlah pengaruh penambahan
penyangga dengan hubungan Darlington dibelakang penguat common emiter

24

Anda mungkin juga menyukai