Anda di halaman 1dari 10

MODUL II KARAKTERISTIK TRANSISTOR BJT

Sergio Hermansa Sinaga (14S15062)


Asisten: Ercherio Marpaung
Tanggal Percobaan: 03/04/2017
ELS2203-Praktikum Elektronika I
Laboratorium Dasar Teknik Elektro Fakultas Teknik Informatika dan Elektro
Abstrak
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat.
Untuk bekerja sebagai penguat, transistor harus berada dalam
kondisi aktif. Kondisi aktif dihasilkan dengan memberikan bias
pada transistor.Pada praktikum ini praktikan mencoba merangkai
berbagai jenis penguat BJT yang terdiri dari tiga macam
konfigurasinya dengan memasang komponen-komponen tersebut
pada sebuah breadboard. Dengan menggunakan osiloskop untuk
melihat tegangan ouputnya, praktikan dapat memahami dan
mengamati sifat dari ketiga konfigurasi penguat BJT tersebut apabila
diberi input dari sebuah generator sinyal . Dan juga, praktikan
mencoba mengukur karakteristik rangkaian tersebut seperti
resistansi input dan resistansi outputnya. Dari hasil data percobaan,
praktikan dapat mengetahui besarnya penguatan masing-masing
rangkaian penguat BJT dan dapat mengambil beberapa kesimpulan.
1. Pendahuluan
Pada Praktikum ini Transistor jenis BJT (bipolar
junction transistor) merupakan transistor yang
mempunyai dua diode, terminal posistif atau
negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal.
Ketiga terminal tersebut adalah emitter (E), kolektor
(C), dan basis (B). perubahan arus listrik dalam Gambar 2.1-1 Rangkaian Penguat BJT
jumlah kecil pada terminal basis dapat menghasilkan Untuk membuat penguat CE, CB, dan CC, maka
perubahan arus listrik dalam jumlah besarpada terminal X, Y, dan Z dihubungkan ke sumber sinyal
terminal kolektor. Prinsip inilah yang mendasari atau ground tergantung pada konfigurasi yang
penggunaan transistor sebagai penguat elektronik. digunakan.
Pada dasarnya ada tiga jenis rangkaian dasar
1.2 Konfigurasi Common Emitter
(konfigurasi) untuk mengoperasikan transistor. Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang sedang,
> Basis ditanahkan (Common Base-CB) transkonduktansi yang tinggi, resistansi output yang
> Emiter ditanahkan (Common Emitter-CE) tinggi dan memiliki penguatan arus (AI) serta
> Kolektor ditanahkan (Common Collector-CC) penguatan tegangan (AV) yang tinggi. Secara umum,
1.1 Penguat BJT konfigurasi common emitter digambarkan oleh
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem gambar rangkaian di bawah ini.
penguat. Untuk bekerja sebagai penguat, transistor
harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi aktif
dihasilkan dengan memberikan bias pada transistor.
Bias dapat dilakukan dengan memberikan arus yang
konstan pada basis atau pada kolektor. Untuk
kemudahan, dalam praktikum ini akan digunakan
sumber arus konstan untuk memaksa arus kolektor
agar transistor berada pada kondisi aktif. Jika pada
kondisi aktif transistor diberikan sinyal (input) yang
kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output)
yang lebih besar. Hasil bagi antara sinyal output
dengan sinyal input inilah yang disebut faktor
penguatan, yang sering diberi notasi A atau C.
Ada 3 macam konfigurasi dari rangkaian penguat
transistor yaitu : CommonEmitter (CE), CommonBase
(CB), dan CommonCollector (CC). Konfigurasi umum Gambar 2.1-2 Rangkaian Penguat BJT Berkonfigurasi
transistor bipolar penguat ditunjukkan oleh gambar Common Emitter

berikut ini.
Untuk menentukan penguatan teoritisnya, terlebih
dahulu akan kita hitung resistansi input dan
outputnya. Resistansi Input (Ri) adalah nilai resistansi
yang dilihat dari masukan sumber tegangan vi.
Perhatikan bahwa Rs adalah resistansi dalam dari
sumber tegangan. Sedangkan Resistansi Output (Ro)
adalah resistansi yang dilihat dari keluaran.

Jika rangkaian diatas kita modelkan dengan model,


maka rangkaian dapat menjadi seperti gambar berikut
ini.

Gambar 2.2-1 Daerah Mode Kerja Transistor

Dengan model ini, Ri (resistansi input) adalah:


Ri = RB // r
Jika RB >> r maka resistansi input akan menjadi :
Gambar 2.1-2 Rangkaian Penguat BJT Berkonfigurasi
Ri r Common Base
Kemudian, untuk menentukan resistansi output
konfigurasi CE, kita buat Vs = 0, sehingga gmv= 0, Resistansi input untuk konfigurasi ini adalah:
maka: Ri re
RO = RC // ro
Resistansi outputnya adalah: Ro RC
untuk komponen diskrit yang RC << ro, persamaan
Faktor penguatan keseluruhan adalah:
tersebut menjadi
R R Ri
O C Av Gm( RC // RL)
Dan untuk faktor penguatan tegangan, Av Ri R s
merupakan perbandingan antara tegangan keluaran
dengan, Rs adalah resistansi sumber sinyal input dan
dengan tegangan masukan:
( RC // RL // ro ) Gm adalah transkonduktansi.
Av
r RS 1.4 Konfigurasi Common Collector
Konfigurasi ini memiliki resistansi output yang kecil
Jika terdapat resistor R yang terhubung ke emiter, sehingga baik untuk digunakan pada beban dengan
e
maka berlaku: resistansi yang kecil. Oleh karena itu, konfigurasi ini
Ri = RB//r(1 + gmRe) biasanya digunakan pada tingkat akhir pada penguat
bertingkat. Konfigurasi common collector
R O RC ditunjukkkan oleh gambar berikut ini.
RC // RL
Av
re Re
1.3 Konfigurasi Common Base
Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang kecil
dan menghasilkan uuarus kolektor yang hampir sama
dengan arus input dengan impedansi yang besar.
Konfigurasi ini biasanya digunakan sebagai buffer.
Konfigurasi common base ditunjukkan oleh gambar
berikut ini.

Gambar 2.1-2 Rangkaian Penguat BJT Berkonfigurasi


Common Collector

Pada konfigurasi ini berlaku:


Resistansi input: Ri r ( 1) RL
Gambar 4.1-1 Rangkaian Penguatan Common Emitter
( Rs // RB)
Resistansi output: Ro re
1 Rangkaian Penguat BJT berkonfigurasi Common
Emitter seperti pada Gambar 4.1-1 disusun dengan
RL nilai komponen resistor RB = 27K, RC=1K,
Faktor penguatan: Av
R L Ro Re=10, dan kapasitor C1 = C2 = C3 = 100F. Pada
resistor set dipasang besarnya sesuai dengan arus IC
yang diinginkan sesuai rumus berikut :
2. Metodologi
Rangkai 67.7 mV 67.7mV
Lakukan komponen Rset , IC 4.51mA
pengamatan (Transistor, IC 15
dengan Resistor, dan
penambahan Kapasitor) Setelah rangkaian terpasang, diberi input sinyal
komponen Re pada sinusoidal pada X dan kanal osiloskop dipasang pada
breaboard
Z serta Y dihubungkan ke ground seperti pada
gambar berikut :
Nyalakan
Lakukan
Power Supply
pengamatan
(Vcc = 10V0
pada
dan
tegangan
Generator
ouput X/Y/Z
sinyal (Vpp =
pada
40-50V,
osiloskop
10KHz)
Pasang Vrset
current
source sesuai
Ic yang
diinginkan

Gambar 2-1 Metodologi Percobaan Gambar 4.1-2 Penguat Berkonfigurasi Common Emitter

Pada praktikum praktikan akan menyusun kompenen Tampilan osiloskop menjadi seperti gambar berikut :
tersebut pada breadboard yang telah tersedia.
Praktikan diharapkan teliti dalam merangkai
mengingat kompnen tersebut mudah lepas dan atau
terhubung singkat antar kaki dan kabel-kabelnya.
Apabila penguat BJT telah terpasang, Power supply
digunakan sebagai VCC yang besarnya 10V dan
generator sinyal untuk sinyal input besarnya 40-
50mV 10KHz dinyalakan dengan fungsi tombol -
20dB dengan sinyal sinusoidal. Hasil grafik tegangan
output dan input dapat diamati praktikan dari
osiloskop.

3. Hasil dan Analisis


3.1 Faktor Penguatan Common Emitter
Gambar 4.1-3 Output Tegangan pada Osiloskop

Gambar 4.1-4 Mode XY pada Osiloskop


Setelah melihat hasilnya (Vpp awal) dari rangkaian di
Berdasarkan gambar diatas didapat penguatan rata- atas, maka diatur sampai rangkaian seperti berikut
rata sebesar :
Vo/Vi = 40mV/ 2,7mV = 14,81
Hal ini sesuai dengan penguatan mode XY-nya pada
osiloskop yang nilainya negatif menunjukan bahwa
penguatan bersifat penguatan yang membalikan
tegangan. Apabila pada rangkaian tersebut dilepas
kapasitor bypassnya rata-rata penguatan menjadi 14
kali. Hal ini terjadi karena ketika kapasitor dipasang,
emitter akan terhubung dengan ground seperti short
circuit sehingga arus tidak melewati resistor RE.
Tegangan output yang didapat pun lebih besar karena
tidak terjadi pembagian tegangan oleh resistor RE.
Oleh karena itu digunakan kapasitor bypass supaya
fungsi penguatan BJT menjadi tepat.

Gambar 4.2-2 Rangkaian untuk mencari Rin dengan


mengubah Rvar

Gambar 4.1-4 Ouput Tegangan yang terdistorsi pada


Osiloskop
Apabila amplitudo sinyal ditingkatkan
sampai nilai tertentu, penguatan menjadi tidak
sempurna dan mengalami disotorsi seperti gambar
diatas. Dapat diamati bahwa range Vpp input antara
1,8-2mV ini menunjukkan bahwa sinyal kecilnya Gambar 4.2-2 Rangkaian untuk mencari Rout dengan
mengubah Rvar
harus dibatasi amplitudonya sebesar 1,8-2 mV. Hal
ini juga menunjukkan bahwa batas active bias-nya
Vawal dicari saat X dan Y open, kemudian X dan Y
dengan range 2 mV. Sehingga apabila kita beri
dihubungkan dan dicari Vawal dengan memutar
sumber AC dengan amplitude lebih besar dari itu,
Rvar. Dalam keadaan ini Ro=Rvar
maka penguatannya sudah terpotong atau dengan
kata lain sudah tidak linear, kurva input-outputnya
Untuk mencari resistansi input Rin menggunakan
sudah tidak linear lagi dan vpp output sudah tidak
dibuat rangkaian ekivalen -nya seperti berikut:
berbentuk sinusoidal. Artinya dengan penambahan
resistor 10 ohm maka mengalami penguatan yang
lebih besar.
3.2 Resistansi Input dan Resistansi Ouput
Common Emitter

Gambar 4.2-3 Rangkaian ekivalen

rumusnya adalah sebagai berikut:


vi
Rin RB || Rib
ii
Rin adalah resistansi input dilihat dari basis.
Gambar 4.2-1 Rangkaian Untuk mengukur Vpp dengan
Rs = 50
Rib adalah resistansi masukan melihat ke arah base.
Karena emitter di ground, maka Rib = r. Dalam
keadaan normal, RB jauh lebih besar daripada r,
maka Rin r. Nilai r dapat dicari dengan rumus
berikut.
VT 150
r 300000
I B 0,005
Maka resistansi input menurut perhitungan
adalah 125 . Dari hasil percobaan didapat hasil yang
berbeda dengan hasil perhitungan. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh ketidakakuratan
membaca nilai Vpp pada osiloskop saat memutar
Rvar yang seharusnya bernilai dari nilai Vpp
keluaran saat generator fungsi dihubungkan dengan
osiloskop saja. Gambar 4.3-1 Rangkaian Penguatan Common Base

Gambar 4.2-4 Kurva Tegangan setelah pemasangan Re


pada kaki emitter Gambar 4.3-2 Output Tegangan pada Osiloskop

Penguatan tegangan menjadi lebih kecil dari


penguatan tanpa Re. Berdasarkan gambar diatas didapat penguatan rata-
rata sebesar :
Vo/Vi = 44V/ 346 X 10^6V = 127 k
3.3 Faktor Penguatan Common Base

3.4 Resistansi Input dan Resistansi Output


Common Base

Gambar 4.4-1 Rangkaian untuk mencari Rin dengan


mengubah Rvar
Gambar 4.5-1 Rangkaian Penguatan Common Collector

Gambar 4.4-2 Rangkaian untuk mencari Rout dengan


mengubah Rvar

Resistansi input yang didapat adalah Ri = 0.6


Resistansi output yang didapat : Ro = 1.1k
Ro yang didapat sesuai dengan teori. Menurut Teori,
RcRo. Karena Rc = 1k, maka berlaku Rc Ro.
Maka menurut perhitungan,
Gambar 4.5-2 Output Tegangan pada Osiloskop

(//)
+

3.5 Faktor Penguatan Common Collector


Pada percobaan ini rangkaian disusun seperti pada
gambar berikut.

Gambar 4.5-3 Kurva Mode XY Osiloskop

Berdasarkan gambar diatas didapat penguatan rata-


rata sebesar :
Vo/Vi = 120nV/ 2V 0
Beda fasa antara Vi dan Vo adalah 0, maka penguatan
dari konfigurasi common collector adalah Av = 0 kali.
Hampir tidak ada pengarunya

3.6 Resistansi Input dan Resistansi Output


Common Collector
4. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat kita ambil
kesimpulan sebagai berikut :
Penguatan tegangan konfigurasi common emitter
sangat besar, ditunjukkan oleh Av (tanpa Re)=
14dan Av lebih besar lagi sekitar 30 kal. Oleh
karena itu, penguat konfigurasi common emitter
paling banyak digunakan. Resistansi output dari
kondigurasi common emitter sama dengan
resistansi kolektor, sehingga kita dapat mengatur
resistansi output dari resistansi kolektor. Hal ini
sesuai dasar teori percobaan.
Gambar 4.6-1 Rangkaian untuk mencari Rin dengan Penguatan tegangan konfigurasi common base
mengubah Rvar besar (Av=30k), dengan Ri kecil dan Ro besar
(RoRc1k).
Penguatan tegangan konfigurasi common
coolector adalah satu (Av=0), oleh karena itu
konfigurasi ini disebut unity amplifier, dengan Ri
kecil Dengan resistansi output kecil, maka
konfigurasi ini cocok untuk beban kecil, oleh
karena itu biasanya penguat ini digunakan sebagai
penguat tingkat akhir dari penguat bertingkat.
Distorsi adalah gangguan pada output yang
disebabkan oleh keterbatasan sistem.
Jika arus emitor lebih besar maka akan terjadi
rangkaian swap yang bernilai negative.
5. Daftar Pustaka

Gambar 4.6-2 Rangkaian untuk mencari Rout dengan [1] A. S. Sedra et.al., Microelectronic Circuits 5th Ed,
mengubah Rvar
Hal. 377-458, Oxford University Press, New
Resistansi input yang didapat adalah Ri = 1.3 York, 2004
Resistansi output yang didapat : Ro = 8.5
[2] Mervin T. Hutabarat, Petunjuk Praktikum
Ro yang didapat sesuai dengan teori. Menurut Teori, Elektronika EL-2140, Hal 13-24,
RcRo. Karena Rc = 1k, maka berlaku Rc Ro. Laboratorium Dasar Teknik Eletro STEI-
ITB, Bandung, 2009
Maka menurut perhitungan,

=
+
Dengan RL= (belum terhubung beban) maka
Ro<<RL maka

=

Hasil perhitungan sesuai dengan hasil percobaan.
6. Lampiran 10. Naikkan amplituda generator sinyal dan
amati vo sampai bentuk sinyalnya mulai
1. Langkah Kerja
terdistorsi. Catatlah tegangan vi pada saat hal
Memulai Percobaan tersebut terjadi.
11. Ulangi langkah 8 dan 9 dengan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan menambahkan resistor pada kaki emitor dengan
tanda tangani lembar penggunaan meja capasitor bypass C3 seperti yang ditunjukkan
yang tertempel pada masing-masing meja oleh gambar berikut ini.
praktikum. Percobaan 3
Tegangan Bias dan B. Resistansi Input
Parameter Penguat 12. Lepaskan hubungan Frekuensi Generator dan
Osiloskop dari rangkaian.
2. Susun rangkaian seperti gambar di 13. Atur kembali fungsi generator untuk
bawah dengan nilai-nilai komponen menghasilkan sinyal sinusoidal sebesar Vpp
sebagai = 40 50 mV dengan frekuensi 10 kHz seperti
berikut: yang ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini. Rs adalah Resistansi Internal Frekuensi
Generator, kita tidak perlu
menambahkan resistor apapun untuk
membentuk skema ini.
14. Dengan tidak merubah nilai-nilai komponen
3. Pasanglah resistor set pada modul dari rangkaian penguat dan tidak
current source untuk menghasilkan arus Ic merubah amplituda output Generator sinyal,
yang diinginkan dengan menggunakan susunlah rangkaian seperti pada
formula gambar di bawah ini (Re dihubung singkat).
15. Ubah nilai Rvar dan catat nilainya yang
membuat tegangan vi menjadi dari
tegangan osiloskop sebelum terpasang pada
(Catatan: Arus yang dihasilkan harus rangkaian penguat. Maka Ri = Rvar
kurang atau sama dengan 10 mA). + Rs (Rs=50 untuk generator fungsi
4. Ukurlah IC , IB dan IE dan catat pada tabel berkonektor koaksial).
di bawah ini. Kemudian dengan nilai 16. Ulangi percobaan ini dengan memasang
tersebut dan nilai komponen yang resistor Re.
digunakan hitung parameter-parameter
transistor serta parameter rangkaian
C. Resistansi Output
17. Atur kembali fungsi generator seperti pada
penguat di bawah ini dan tuliskan pada
langkah 12. Sambungkan dengan
tabel yang tersedia
rangkaian pada gambar di bawah ini dan catat
Common Emitter hasil bacaan Vo di osiloskop (Re
dihubung singkatkan).
A. Faktor Penguatan 18. Sambungkan rangkaian di atas dengan Rvar
5. Hubungkan ujung kaki RE ke pin input kemudian atur nilai Rvar yang
current source. Lakukan pengecekan arus memberikan Vo di osiloskop yang bernilai dari
Ic tersebut dengan menggunakan amperemeter nilai tegangan sebelum dipasang
dan pastikan semua ground Rvar. Maka Ro = Rvar.
terhubung. 19. Ulangi percobaan ini dengan memasang Re.
6. Buatlah suatu sinyal sinusoidal kecil dari
generator sinyal dengan tegangan Vpp
Common Base
= 40-50 mV dan frekuensi 10 kHz. A. Faktor Penguatan
7. Hubungkan rangkaian di atas dengan sinyal 20. Lakukan langkah 2 sampai langkah 5.
sinusoidal seperti yang ditunjukkan 21. Hubungkan rangkaian seperti pada gambar
oleh gambar di bawah ini. berikut ini.
8. Amati dan gambar sinyal di titik Z dan X Percobaan 3
menggunakan osiloskop. 22. Amati dan gambar gelombang di titik Z dan
9. Gunakan mode osiloskop xy untuk mengamati Y menggunakan osiloskop.
vo/vi, gambar grafik tersebut di 23. Gunakan mode osiloskop xy untuk
buku log praktikum. mengamati vo/vi, gambar grafik tersebut di
buku log praktikum.
24. Naikkan amplituda generator sinyal dan
amati vo sampai bentuk sinyalnya mulai
terdistorsi. Catatlah tegangan vi pada saat hal
tersebut terjadi.
B. Resistansi Input
25. Lakukan hal yang sama seperti pada
percobaan Resistansi Input untuk Common
Emitter (kecuali langkah 15) pada rangkaian
berikut ini.

2. Foto praktikum

Common Emitter : Faktor Penguat

Hasil sinyal pada osiloskop dapat dilihat


bahwa bahwa tegangan pada basis lebih besar
daripada tegangan collector. Dimana tegangan
collector sebesar 16 mv sementara pada
tegangan emitter sebesar 200 mv artinya
tegangan menguat pada titik basisnya.

Common Collector : Faktor Penguat

Dari sinyal dapat dilihat tegangan pada


collector lebih besar daripada tegangan emitter
yaitu tegangan collector sebesar 16 titik berarti
16 dikali 100 mv adalah 1.6 volt.
Dari sinyal osiloskop bahwa tegangan pada
Common Base : Faktor Penguat emitter lebih besar daripada tegangan basis
yaitu tegangan 160 mv sementara pada
tegangan basis sebesar 4 v.

Anda mungkin juga menyukai