Anda di halaman 1dari 8

Percobaan III

Penguat BJT
Wildan Abdullah (13115048)
Asisten : Riyon Sanjaya Irmal (13112008)
Tanggal Percobaan : 22/04/2017
EL2205R Praktikum Elektronika
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera

pada transistor. Bias dapat dilakukan dengan memberikan arus


AbstrakPada praktikum kali ini, praktikan akan mencoba yang konstan pada basis atau pada kolektor. Untuk kemudahan,
rangkaian yang di dalamnya terdapat komponen BJT (bipolar dalam praktikum ini akan digunakan sumber arus konstan untuk
junction transistor). Praktikum sebelumnya, praktikan hanya memaksa arus kolektor agar transistor berada pada kondisi
meninjau karakteristik dari BJT, namun pada praktikum kali ini
akan digunakan BJT sebagai penguat pada rangkaian. Ada tiga aktif. Jika pada kondisi aktif transistor diberikan sinyal (input)
jenis konfigurasi/model dari BJT jika dipasang pada rangkaian yang kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output) yang
sebagai penguat. Praktikan akan mengamati dan meninjau sifat lebih besar. Hasil bagi antara sinyal output dengan sinyal input
dari ketiga konfigurasi tersebut apabila rangkaiannya diberi inilah yang disebut faktor penguatan, yang sering diberi notasi
sinyal inputan serta menganalisis resistansi input dan resistansi A atau C.
output pada ketiganya. Dari hasil pengamatan dan perobaan Ada 3 macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor
praktikan mendapatkan nilai penguatan dan beberapa
yaitu : CommonEmitter (CE), CommonBase (CB), dan
kesimpulan lainnya yang menarik untuk dipikirkan.
CommonCollector (CC). Konfigurasi umum transistor bipolar
Kata KunciBJT, transistor, common emitter, common base, penguat ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
common collector.

I. PENDAHULUAN
ada praktikum yang ketiga ini praktikan akan melakukan
P percobaan yang bertujuan untuk menelisik karakteristik
penguatan atau amplifier pada sebuah transistor. Transistor
yang digunakan pada modul ketiga ini adalah transistor BJT
tipe 2N3904. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai pada
praktikum ini, berikut tujuan tersebut,
Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai
penguat.
Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi
Common Emitter.
Mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi
Common Base.
Mengetahui karakteristik penguat berkonfiguarasi
Common Collector.
Mengetahui dan mempelajari resistansi input,
resistansi output dan factor penguatan dari masing-
masing konfigurasi penguat.

Gambar 1. Rangkaian Penguat BJT


II. LANDASAN TEORETIS
Untuk membuat penguat CE, CB, dan CC, maka terminal X, Y,
A. Penguat BJT dan Z dihubungkan ke sumber sinyal atau ground tergantung
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. pada konfigurasi yang digunakan.
Untuk bekerja sebagai penguat, transistor harus berada dalam
kondisi aktif. Kondisi aktif dihasilkan dengan memberikan bias
B. Konfigurasi Common Emitter Dan untuk faktor penguatan tegangan, Av merupakan
Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang sedang, perbandingan antara tegangan keluaran dengan tegangan
transkonduktansi yang tinggi, resistansi output yang tinggi dan masukan:
memiliki penguatan arus (AI) serta penguatan tegangan (AV)
yang tinggi. Secara umum, konfigurasi common emitter ( // // )

digambarkan oleh gambar rangkaian di bawah ini. +

Jika terdapat resistor Re yang terhubung ke emiter, maka


berlaku:

= // (1 + )

( // )

+

C. Konfigurasi Common Base


Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang kecil dan
menghasilkan arus kolektor yang hampir sama dengan arus
Gambar 2. Rangkaian Penguat BJT Berkonfigurasi Common Emitter input dengan impedansi yang besar. Konfigurasi ini biasanya
digunakan sebagai buffer. Konfigurasi common base
Untuk menentukan penguatan teoritisnya, terlebih dahulu ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
akan kita hitung resistansi input dan outputnya. Resistansi Input
(Ri) adalah nilai resistansi yang dilihat dari masukan sumber
tegangan vi. Perhatikan bahwa Rs adalah resistansi dalam dari
sumber tegangan. Sedangkan Resistansi Output (Ro) adalah
resistansi yang dilihat dari keluaran.
Jika rangkaian diatas kita modelkan dengan model, maka
rangkaian dapat menjadi seperti gambar berikut ini.

Gambar 3. Rangkaian Pengganti Transistor Model phi

Dengan model ini, Ri (resistansi input) adalah:

= //
Gambar 4. Rangkaian Penguat BJT Berkonfigurasi Common Base
Jika RB >> r maka resistansi input akan menjadi :
Resistansi input untuk konfigurasi ini adalah :


Kemudian, untuk menentukan resistansi output konfigurasi
CE, kita buat Vs = 0, sehingga gmv = 0, maka: Resistansi outputnya adalah :

= // =

untuk komponen diskrit yang RC << ro, persamaan tersebut Faktor penguatan keseluruhan adalah :
menjadi

= ( // )
+
dengan, Rs adalah resistansi sumber sinyal input dan gm adalah B. Langkah Percobaan
transkonduktansi.

D. Konfigurasi Common Collector Rangkai komponen


(Transistor,
Konfigurasi ini memiliki resistansi output yang kecil sehingga Resistor, dan
baik untuk digunakan pada beban dengan resistansi yang kecil. Kapasitor) pada
Oleh karena itu, konfigurasi ini biasanya digunakan pada breaboard
tingkat akhir pada penguat bertingkat. Konfigurasi common
collector ditunjukkkan oleh gambar berikut ini, Nyalakan Power
Lakukan
Supply (Vcc =
pengamatan
10V0 dan
dengan
Generator sinyal
penambahan
(Vpp = 40-50V,
komponen Re
10KHz)

Lakukan
Pasang Vrset
pengamatan pada
current source
tegangan ouput
sesuai Ic yang
X/Y/Z pada
diinginkan
osiloskop

IV. HASIL DAN ANALISIS


Gambar 6. Rangkaian Penguat BJT Berkonfigurasi Common Collector Pada praktikum ketiga ini, praktikikan tidak dapat sama
sekali menemukan hasil percobaan kemungkinan disebabkan
Pada konfigurasi ini berlaku: kurangnya ilmu praktikan dalam menganalisis rangkaian pada
Resistansi inputnya adalah : breadboard sehingga terjadi kesalahan yang tidak diketahui
oleh praktikan. Namun, praktikan akan mencoba menggunakan
+ ( + 1) simulasi untuk percobaannya.

Resistansi outputnya adalah : A. Faktor Penguatan Common Emitter


Berikut adalah gambar rangkaian penguatan common
( // ) emitter.
=
+1
Faktor penguatan :


=
+

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan:


Sumber tegangan DC
Resistor Variabel
Sumber Arus Konstan
Osiloskop
Generator Sinyal
Transistor BJT tipe 2N3904
Breadboard (1 buah)
Kabel-kabel Gambar 7. Rangkaian Penguatan Common Emitter

Rangkaian Penguat BJT berkonfigurasi Common Emitter


seperti pada Gambar 7 disusun menggunakan komponen
resistor RB = 27 k, RC = 1k, Re = 10 k dan kapasitor C1 =
C2 = C3 = 100 F. Pada resistor set dipasang besarnya sesuai Terihat bahwa hasil perhitungan negative, hal ini sesuai dengan
dengan arus IC yang diinginkan sesuai rumus berikut : arah kurva pada mode x-y yang mengarah ke sumbu y negative
artinya penguatan bersifat membalikkan tegangan. Hal yang
67.7 67.7 selanjutnya yang dilakakuan adalah menambahkan resistor Re
= , = = 4.51
15 yang bernilai 10k pada kaki emitter. Sekarang, rangkaian
menjadi seperti ini.
Implementasi rangkaian ke dalam simulasi akan seperti ini.

Gambar 11. Rangkaian ditambahkan resistor pada terminal Emittor


Gambar 8. Rangkaian penguat Common Emittor pada simulasi

Rangkaian tersebut akan menghasilkan tampilan osiloskop


Kemudian, setelah diamati pada osiloskop, sinyalnya berubah
seperti berikut.
dari yang awal.

Gambar 12. Output dan input tegangan pada osiloskop setelah rangkaian
Gambar 9. Output dan input tegangan pada Osiloskop diubah.

Pada osiloskop di set :


Channel A atau terminal output : 5 mV/div
Channel B atau terminal input : 50 mV/div

Terlihat sinyal penguatan output tidak sebesar dari rangkaian


sebelumnya. Hal ini disebabkan ketika terminal R e tidak
dipasang dalam rangkaian, emitter akan terhubung langsung
dengan ground. Lalu, ketika rangkaian ditambahkan Re, terjadi
pembagian tegangan pada tegangan output. Ada baiknya, jika
menginginkan fungsi penguatan BJT yang tepat, kita tidak perlu
menambahkan Re pada rangkaian.
Gambar 10. Mode X-Y pada osiloskop Selanjutnya kita akan melihat pada nilai tegangan input
berapa akan terjadi distorsi pada sinyal outputnya. Caranya
Pada osiloskop di set : adalah dengan meningkatkan amplitudo sinyal sampai nilai
Channel A atau terminal output : 5 V/div tertentu. (catatan : rangakaian yang digunakan seperti
Channel B atau terminal input : 100 mV/div rangakaian sebelum ditambahkan nilai R e).
Gambar 9 dan gambar 10 menunjukkan penguatan rata-rata
sebesar :

10
= = 117.64
85
C. Resistansi Output Common Emitter

Gambar 13. Output Tegangan yang terdistorsi pada osiloskop

Ketika tegangan inputnya diset bernilai 45 mV sudah mulai


terjadi distorsi pada bagian negative sinyal outputnya. Kita
dapat menyimpulkan bahwa batas aktif biasnya yaitu pada 45
mV, apabila melewati batas tersebut penguatan sudah terpotong Gambar 15. Rangakain untuk mencari Rout dengan mengubah Rvar
atau sudah tidak linier. Vpp outputnya sudah tidak berbentuk
sinusoidal lagi, melainkan terpotong. Sama seperti sebelumnya, kita akan mencari nilai Rout
dengan menggunakan hambatan Rvar yang dapat diubah-ubah
nilainya. Terukur tegangan output sebelum dipasang Rvar dan
B. Resistansi Input Common Emitter Re tidak dipasang adalah sebesar 3.705 Volt sedangkan ketika
Re dihubungkan nilai tegangan output sebelum dipasang Rvar
sebesar 2.8 mV. Nilai Rvar ditemukan ketika nilai tegangan
output setengah dari tegangan outut sebelum dipasang Rvar.

Rvar Ro = Rvar
Re tidak terhubung 0.96 k 0.96 k
Re terhubung 1 k 1 k

Nilai Ro pada konfigurasi common emitter sangat besar bisa


dilihat pada tabel, baik yang terhubung dengan Re ataupun
tidak, hampir sama besar. Nilai tersebut sama dengan nilai Rc.
Ro = Rc, sesuai dengan teori.

Gambar 14. Rangkaian untuk mencari Rin dengan mengubah Rvar D. Faktor Penguatan Common Base

Pada percobaan ini, kita akan mencari nilai Rin dengan


menggunakan hambatan Rvar yang dapat diubah-ubah nilainya.
Terukur tegangan input sebelum dipasang Rvar adalah sebesar
0.028 Volt. Nilai Rvar ditemukan ketika nilai tegangan input
setengah dari tegangan input sebelum dipasang Rvar.
Rs = 50

Rvar Rin = Rvar + Rs


Re tidak terhubung 1.1 k 1.15 k
Re terhubung 25 k 25.5 k

Dapat dilihat pada tabel, nilai Rin ketika Re dihubung singkat


dengan terhubung sangat berbeda jauh. Lebih efektif penguatan
terjadi ketika Rin bernilai kecil, yaitu pada saat Re tidak
terhubung / terhubung singkat.
Gambar 15. Rangkaian Penguatan Common Base Dari simulasi percobaan didapat nilai :
Rvar = 7 sehingga Rin = Rs + Rvar, Rin = 57 .
Hasil dari Rin Common Base jauh lebih kecil dari hasil Rin
common Emitter.
F. Resistansi output Common Base

Gambar 16. Output Tegangan pada Osiloskop

Gambar 19. Rangkaian untuk mencari Rout dengan mengubah Rvar


Gambar 17. Mode X-Y pada Osiloskop
Dari simulasi percobaan didapat nilai :
Pada osiloskop di set :
Channel A atau terminal output : 2 V/div Ro = Rvar = 0.96 k
Channel B atau terminal input : 100 mV/div
Hasil dari Ro common Base sama dengan Ro common emitter.
Berdasarkan gambar 16 dan gambar 17 didapat penguatannya
sebesar :
G. Faktor Penguatan Common Collector
3.706
= = 131.028
28.284

Tegangan input saat mulai terdistorsi = 45 mV


E. Resistansi input Common base

Gambar 20. Rangkaian Penguat Common Collector

Gambar 18. Rangkaian untuk mencari Rin dengan mengubah Rvar


Dari hasil simulasi percobaan didapat nilai Ri = Rvar + Rs = 26
k + 50 = 26.5 k

I. Resistansi output pada Common Collector

Gambar 21. Output Tegangan pada Osiloskop

Gambar 23. Rangkaian untuk mencari Rout dengan mengubah Rvar


Gambar 22. Output mode X-Y pada Osiloskop
Dari hasil simulasi percobaan didapat nilai Ro = Rvar = 7 .
Hasil dari Ro Common Collector jauh lebih kecil dibandingkan
Pada osiloskop di set : dengan hasil Ro dari Common Base dan Common Emitter. Hal
Channel A atau terminal output : 50 mV/div inilah yang membuat Common Collector biasanya digunakan
Channel B atau terminal input : 50 mV/div pada tingkat akhir pada penguat bertingkat.

Berdasarkan gambar 21 dan gambar 22 didapat penguatan


sebesar :
V. SIMPULAN
47
= =1 Penguatan tegangan pada konfigurasi common emitter
47 sangatlah besar dan bersifat pembalik tegangan. Oleh
karenanya, konfigurasi common emitter umumnya paling
Beda fasa antara Vi dan Vo adalah nol, hal tersebut dapat dilihat sering digunakan pada rangkaian. Nilai resistansi input dan
dari gambar 21 dimana dua output seperti menyatu menjadi satu output pada konfigurasi common emitter sangatlah besar.
gelombang. Nilai resistansi output sama dengan resistansi kolektor.
Sesuai dengan teori.
H. Resistansi input Common Collector Penguatan tegangan pada konfigurasi common base
lumayan besar juga seperti common emitter, namun,
Resistansi inputnya kecil dan resistansi outputnya besar.
Penguatan tegangan pada konfigurasi common collector
selalu bernilai satu, oleh karena itu konfigurasi ini biasanya
disebut unity amplifier, dengan nilai resistansi input dan
output sama-sama kecil. Konfigurasi ini cocok untuk beban
yang kecil, oleh karenanya biasanya konfigurasi ini
digunakan sebagai penguat tingkat akhir pada penguat
bertingkat.
Ada batas nilai tegangan input yang dapat menyebabkan
distorsi pada sinyal output. Akibatnya sinyal output tak
berbentuk sinusoidal lagi, sehingga akan menyebabkan
sinyal output terpotong dan mengalami gangguan.

REFERENSI
[1] Mervin T. Hutabarat, Modul Praktikum Elektronika,Penerbit ITB,
Gambar 22. Rangkaian untuk mencari Rin dengan mengubah Rvar Bandung, 2012.
[2] Adel S. Sedra dan Kennet C. Smith, Microelectronic Circuits, ed 5, Hal.
139-190, Oxford University Press, USA, 2004.

Anda mungkin juga menyukai