Anda di halaman 1dari 22

MODUL III

PENGUAT BJT
Fachri Irfansyah (121130101)
Asisten : Jansen Siagian (120130013)
Tanggal Percobaan : 13/ 10/2023
EL3102_C-4_Praktikum_Elektronika
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera

Abstrak—Pada praktikum modul III ini berjudul Penguat kolektor. Masukan penguat berupa tegangan maupun
BJT adalah mengidentifikasi dan menganalisis transistor arus, dimana keluaran tersebut merupakan sinyal
sebagai amplifier, karakteristik itu dikonfigurasikan
common collector, common base dan common emitter juga
masukan penguat. Ada 3 jenis konfigurasi rangkaian
mengetahui karakteristik dari resistnasi input dan output pada penguat transistor yaitu (CE) Common-Emitter,
dari tiap konfigurasi amplifier transistor, tujuan dari (CB) Common-Base dan (CC) Common-Collector.
praktikum ini yaitu fungsi transistor sebagai penguat,
mengetahui karakteristik penguat berkonfigurasi common Adapun tujuan dari percobaan modul II ini adalah:
emitter, common base dan common collector serta
menegtahui dan mempelajari resistansi inputm resistansi
1. Mengetahui dan mempelajari fungsi
output, dan faktor penguatan dari masing-masing transistor sebagai penguat
konfigurasi penguat. 2. Mengetahui karakteristik penguat
berkonfigurasi Common Emitter
Kata Kunci— 3. Mengetahui karakteristik penguat
Transistor,resistansi,collector,base,emitter,common.
berkonfigurasi Common Base
4. Mengetahui karakteristik penguat
I. PENDAHULUAN berkonfiurasi Common Collector
5. Mengetahui dan mempelajari resistansi input,
Pada suatu komponen elektronika yaitu
resistansi output, dan faktor penguatan dari
transistor terdapat komponen aktif yang pada arus
masingmasing konfigurasi penguat
keluaran, tegangan, atau daya dikendalikan oleh arus
masukan. Pada sebuah elektronik juga sistem
\
komunikasi, transistor terdiri atas 3 terminal yaitu E
(emitter), B (basis), dan C (kolektor). Transistor itu
II. LANDASAN TEORI
dapat beroprasi pada 3 wilayah yang berbeda seperti
pada wilayah aktif, saturasi dan cut-off. Ada dua
A. Bipolar Junction Transistor (BJT)
macam resistor, yaitu (BJT) transistor dwi kutub atau
bipolar dan (FET) transistor efek medan denan
karakteristik kontruksi yang berbeda-beda. BJT (Bipolar Junction Transistor) adalah
Transistor akan mati ketika bekerja di daerah cut-off salah satu dari dua jenis transistor. Cara kerja BJT
dan hidup ketika bekerja di daerah saturasi. dapat dibayangkan sebagai dua diode yang terminal
Transistor sendiri adalah komponen kunci sistem positif atau negatifnya berdempet, sehingga ada tiga
amplifikasi. Fungsi utama dari transistor sebagai terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E),
penguat yang mana memperkuat sinyal input tanpa kolektor (C), dan basis (B). Perubahan arus listrik
dimodifikasi. Bekerja sebagai penguat, transistor dalam jumlah kecil pada terminal basis dapat
harus di kondisi aktif yang dibangkitkan oleh bias menghasilkan perubahan arus listrik dalam jumlah
transistor. Bias tersebut bisa tercapai dengan besar pada terminal kolektor. Prinsip inilah yang
memasok arus yang konstan ke basis maupun mendasari penggunaan transistor sebagai penguat
baik arus, tegangan, ataupun daya elektronik. Rasio
antara arus pada koletor dengan arus pada basis 1. Signal output berbeda phasa 180 derajat atau
biasanya dilambangkan dengan β atau Hfe. Nilai dari berbalik phasa sebesar 180 derajat terhadap
β biasanya berkisar sekitar 100 untuk transistor- sinyal input.
transisor BJT [1] 2. Sangat memungkinkan adanya osilasi akibat
BJT atau bipolar junction transistor memiliki feedback atau umpan balik positif,sehingga
kanal konduksi utamanya yang menggunakan dua untuk mencegahnya sering dipasang
polaritas pembawa muatan yaitu elektron dan hole feedback negatif.
sebagai pembawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik 3. Sering dipakai sebagai penguat audio
harus melewati daerah deplesi dan ketebalan daerah (frekuensi rendah) terutama pada sinyal
ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi untuk audio.
mengatur aliran arus utama tersebut.Cara kerja 4. Mempunyai stabilitas penguatan rendah
transistor secara umum akan dideskripsikan karena tergantung stabilitas suhu dan bias
menggunakan transistor pnp. Cara kerja transistor transistor.
npn adalah persis sama apabila peran elektron dan
hole ditukar. [1] Konfigurasi common-emitter, yang
Transistor bipolar adalah komponen menggunakan emitor sebagai terminal common
semikonduktor yang terdiri dari sebuah bahan tipe p untuk input dan output, lebih sering digunakan pada
dan diapit oleh dua bahan tipe n (transistor NPN) rangkaian transistor dibandingkan dengan common-
atau terdiri dari sebuah bahan tipe n dan diapit oleh base. Pada konfigurasi common-emitter (seperti juga
dua bahan tipe p (transistor PNP) [2] pada common-base), arus input dan tegangan output
Transistor NPN yaitu Collector diberi dijadikan variabel independen, sementara tegangan
tegangan lebih positif dari emittor. ransitor PNP input dan arus output merupakan variabel
yaitu Emittor diberi tegangan lebih positif dari independen. [3]
collector. [2] Untuk menentukan penguatan teoritis-nya,
terlebih dahulu akan kita hitung resistansi input dan
outputnya. Resistansi Input (Ri) adalah nilai
resistansi yang dilihat dari masukan sumber
tegangan vi. Perhatikan bahwa Rs adalah resistansi
dalam dari sumber tegangan. Sedangkan Resistansi
Output (Ro) adalah resistansi yang dilihat dari
keluaran. [3]
Konfigurasi Common Emitter (CE) atau
Emitor Bersama merupakan Konfigurasi Transistor
yang paling sering digunakan, terutama pada penguat
yang membutuhkan penguatan Tegangan dan Arus
secara bersamaan. Hal ini dikarenakan Konfigurasi
Gambar 1. 1 Konstruksi Transistor Bipolar Transistor dengan Common Emitter ini
menghasilkan penguatan Tegangan dan Arus antara
B. Karakteristik Penguat Berkonfigurasi sinyal Input dan sinyal Output. Common Emitter
Common Emitter adalah konfigurasi Transistor dimana kaki Emitor
Transistor di-ground-kan dan dipergunakan bersama
Penguat Common Emitor adalah penguat untuk INPUT dan OUTPUT. Pada Konfigurasi
yang kaki emitor transistor di ground kan, lalu input Common Emitter ini, sinyal INPUT dimasukan ke
di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki Basis dan sinyal OUTPUT-nya diperoleh dari kaki
kolektor . serta mempunyai karakter sebagai penguat Kolektor. Penguat Common Emitor adalah penguat
tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/ yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu input
ditanahkan, Input adalah Basis, dan output adalah di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki
Collector. Sifat atau karakter pada Transistor sebagai kolektor . serta mempunyai karakter sebagai penguat
Penguat Common Emitor [3] tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-ground-kan/
ditanahkan, Input adalah Basis, dan output adalah Seperti namanya, yang dimaksud dengan
Collector. [3] Konfigurasi Common Base (CB) atau Basis Bersama
adalah konfigurasi yang kaki Basis-nya di-ground-
kan dan digunakan bersama untuk INPUT maupun
OUTPUT. Pada Konfigurasi Common Base, sinyal
INPUT dimasukan ke Emitor dan sinyal OUTPUT-
nya diambil dari Kolektor, sedangkan kaki Basis-nya
di-ground-kan. Oleh karena itu, Common Base juga
sering disebut dengan istilah “Grounded Base”.
Konfigurasi Common Base ini menghasilkan
Penguatan Tegangan antara sinyal input dan sinyal
output namun tidak menghasilkan penguatan pada
arus. [3]
Penguat Common Base juga dengan penguat
Gambar 1. 2 Penguat Common Emitter
dengan basis ditanahkan. Penguat ini dapat
menghasilkan penguatan tegangan antara sinyal
masukan dan keluaran, tetapi tidak penguatan arus.
C. Penguat Berkonfigurasi Common Base
Karakteristiknya adalah impedansi masukan kecil
dan impedansi keluaran seperti pada penguat
Penguat Common Base adalah penguat yang
Common Emitter. Karena arus masukan dan
kaki basis transistor di groundkan, lalu input di
keluaran mempunyai nilai yang hampir sama,
masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki
kapasitor stray dari transistor tidak terlalu
kolektor. Penguat Common Base mempunyai
berpengaruh dibandingkan pada penguat common
karakter sebagai penguat tegangan. Sifat penguat
emiter. Penguat common basis sering digunakan
Common Base adalah :
pada frekuensi tinggi yang menghasilkan penguatan
1. Adanya isolasi input dan output tinggi
tegangan lebih besar daripada rangkaian dengan 1
sehingga Feedback lebih kecil.
transistor lainnya. [3]
2. Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai
impedansi input tinggi yang dapat
menguatkan sinyal kecil.
D. Penguat Berkonfigurasi Common Collector
3. Dapat dipakai sebagai buffer atau penyangga.
4. Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi
Penguat Common Collector adalah penguat
tinggi (biasanya terdapat pada jalur UHF dan
dimana kaki kolektor transistor di groundkan /
VHF) [3]
ditanahkan , lalu input di masukkan ke basis dan
output diambil pada kaki emitor dan penguat ini
berkarakteristik sebagai penguat arus. Rangkaian ini
hampir sama dengan Common Emitor tetapi
outputnya diambil dari Emitor. Input dihubungkan
ke Basis dan output dihubungkan ke Emitor.
Rangkaian ini disebut juga dengan Emitor Follower
(Pengikut Emitor) karena tegangan output hapir
sama dengan tegangan input. [3]

Gambar 1. 3 Penguat Common Base


III. METODOLOGI

A. Alat dan bahan


1. Sumber tegangan DC (1 buah)
2. Generator Sinyal (1 buah)
3. Osiloskop (1 buah)
4. Multimeter (3 buah)
5. Breadboard (1 buah)
6. Sumber arus konstan (1 buah)
7. Transistor 2N2222A (1 buah)
8. Kabel-kabel
Gambar 1. 4 Penguat Common Emitter 9. Resistor Variable (1 buah)
Sifat atau karakter pada Transistor sebagai B. Langkah Kerja
Penguat Common Collector:
a. Signal output dan signal input satu phasa Memulai Percobaan
(tidak terbalik seperti Common Emitor).
b. Mempunyai penguatan tegangan sama Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani
dengan 1. lembar penggunaan meja yang tertempel pada
c. Mempunyai penguatan arus tinggi (sama masing-masing meja praktikum.
dengan HFE transistor)
d. Karena mempunyai Impedansi input tinggi
dan impedansi output rendah sehingga cocok
digunakan sebagai buffer. [3] Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
kemudian melakukan kalibrasi osiloskop

Konfigurasi Common Collector (CC) atau Kolektor


Bersama memiliki sifat dan fungsi yang berlawan Percobaan
dengan Common Base (Basis Bersama). Kalau pada
Common Base menghasilkan penguatan Tegangan Merangkai beberapa resistor, transistor, resistor variabel
tanpa memperkuat Arus, maka Common Collector dan kapasitor sesuai dengan masing-masing percobaan
ini memiliki fungsi yang dapat menghasilkan
Penguatan Arus namun tidak menghasilkan
penguatan Tegangan. Pada Konfigurasi Common Ubah sinyal pada osiloskop dan beri invert yang sesuai
Collector, Input diumpankan ke Basis Transistor
sedangkan Outputnya diperoleh dari Emitor
Transistor sedangkan Kolektor-nya di-ground-kan
dan digunakan bersama untuk INPUT maupun Melakukan percobaan menggunakan Re dan tanpa Re
kemudian melakukan percobaan mengenai resistansi
OUTPUT. Konfigurasi Kolektor bersama (Common input dan output
Collector) ini sering disebut juga dengan Pengikut
Emitor (Emitter Follower) karena tegangan sinyal
Output pada Emitor hampir sama dengan tegangan
Input Basis. Konfigurasi ini memiliki resistansi Lihat dan amati sinyal yang di dapat lalu foto sinyal
output yang kecil sehingga baik untuk digunakan tersebut
pada beban dengan resistansi yang kecil. Oleh karena
itu, konfigurasi ini biasanya digunakan pada tingkat
akhir pada penguat bertingkat. [3] Kemudian mencari nilai VBE, IC, VO, VIN, VCE,
IB dan IE menggunakan multimeter lalu catat
hasilnya di dalam tabel percoban
IV. HASIL DAN ANALISIS
𝑉𝐶 = 𝑉𝐶𝐶 − (𝐼𝐶 𝑥 𝑅𝐶)
= 12 𝑉 − (𝐼𝐶 𝑥 1000 Ω)
A. Percobaan 1: Bias dan Rangkaian Penguat = 9,2775 𝑉
Table 1 Tanpa Kapasitor
Analisis:
Parameter Pengukuran Perhitungan Pada percobaan pertama ini melakukan percobaan
VBE 0,741 V 0,7 V mengenai tegangan bias dan juga mencari nilai VBE,
VCE 11,9 mV 8,606 V IB, IE, IC dan VCE kemudian dari hasil yang telah
didapat dari nilai RE dan tanpa RE memiliki
IC 1 mA 0,0027225 A perbedaan ada yang hampir mirip dan juga cukup
IB 1,06 mA 0,0000275 jauh untuk
IE 1,03 mA 0,00275 A B. Percobaan 2: Common Emitter

Table 2 Dengan Kapasitor Table 3 Faktor Penguatan dengan RE


Parameter Pengukuran Perhitungan Parameter Pengukuran
VBE 0,739 V 0,7 V IC 0,1 mA
VCE 11,9 mV 8,606 V IB 0,28 mA
IC 0,13 mA 0,0027225 A IE 0,29 mA
IB 0,3 mA 0,0000275 A VBE 0,574 V
IE 1,03 mA 0,00275 A VCE 8,26 V

Perhitungan :
Vo 4,35 V
Vi 81 mV
𝑉𝐵𝐸 = 0,7
𝑅𝐵2
𝑉𝐵 = 𝑥 𝑉𝐶𝐶 Perhitungan :
𝑅𝐵1 + 𝑅𝐵2
3,3 𝑘Ω
= 𝑥 12 𝑉 𝑅𝐵2
27 𝑘Ω + 3,3 𝑘Ω 𝑉𝐵 = 𝑥 𝑉𝐶𝐶
= 1,3069 𝑅𝐵1 + 𝑅𝐵2
3,3 𝑘Ω
= 𝑥 12 𝑉
𝑉𝐵𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐸 27 𝑘Ω + 3,3 𝑘Ω
𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸 = 1,3069
𝑉𝐸 = 1,3069 − 0,7
= 0,6069 𝑉𝐵𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐸
𝑉𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐵𝐸
𝑉𝐶𝐸 = 𝑉𝐶 − 𝑉𝐸 𝑉𝐸 = 1,3069 − 0,7
= 9,2775 𝑉 − 0,6069 = 0,6069
= 8,6706 𝑉
𝑉𝐸 0,6069
𝐼𝐸 = = = 0,00275 𝐴
𝑉𝐵𝐸 = 𝑉𝐵 − 𝑉𝐸 𝑅𝐸 220
= 1,3069 𝑉 − 0,6069 𝑉
= 0,7 𝑉 𝑉𝑇 0,6069 0,025 𝑉
𝑟𝑒 = = = = 9,09 Ω
𝐼𝐸 0,00275 𝐴 0,00275 𝐴
𝐼𝐶 = 𝛼 𝑥 𝐼𝐸
= 0,99 𝑥 0,00275 𝐴 𝑅𝐶||𝑅𝐵2
𝐴𝑉 =
= 0,0027225 𝐴 𝑟𝑒 + 𝑅𝐸
1 1
+
𝑉𝐸 0,6069 1𝑘Ω 3,3𝑘Ω
𝐼𝐸 = = = 0,00275 𝐴 =
𝑅𝐸 220 9,09 Ω + 220 Ω
𝐼𝐶 0,0027225 𝐴 = 0,00436
𝐼𝐵 = = = 0,0000275 𝐴
100 100
Gambar 4. 1 Hasil grafik dengan RE Gambar 4. 2 Hasil grafik tanpa RE

Table 5 Resistansi Input


Parameter Pengukuran
Table 4 Faktor Penguatan tanpa RE
Parameter Pengukuran IC 1 mA
IC 1,05 mA IB 0,78 mA
IB 0,28 mA IE 0,8 mA
IE 0,28 mA VBE 2,2 V
VBE 0,634 V VCE 2,917 V
VCE 5,85 V Vo 931 mV
Vo 5,52 V
Vi 76,2 mV
Vi 82,7 mV
Perhitungan :
Perhitungan :
𝑉𝐵 = 1,3069 𝑉
𝑉𝐵 = 1,3069 𝑉 𝑉𝐸 = 0,6069 𝑉
𝑉𝐸 = 0,6069 𝑉 𝐼𝐸 = 0,00275 𝐴
𝐼𝐸 = 0,00275 𝐴 𝑅𝑠 = 50 Ω
𝑉𝑇 = 25 𝑚𝑉 = 0,025 𝑉
𝑅𝑠 = 50 Ω 𝐼𝐶 = 0,0027225 𝐴
𝑉𝑇 = 25 𝑚𝑉 = 0,025 𝑉 𝑅𝑖 = 𝑅𝑣𝑎𝑟 = 3,558 Ω
𝐼𝐶 = 0,0027225 𝐴
𝐼𝐶 0,0027225 𝐴
𝐼𝐶 0,0027225 𝐴 𝑔𝑚 = = = 0,1089
𝑔𝑚 = = = 0,1089 𝑉𝑇 0,025 𝑉
𝑉𝑇 0,025 𝑉
(𝛽 + 1) 100 + 1
(𝛽 + 1) 100 + 1 𝑟𝜋 = = = 927,45 Ω
𝑟𝜋 = = = 927,45 Ω 𝑔𝑚 0,1089
𝑔𝑚 0,1089
𝑅𝐵 3300
𝑅𝑖 = = 927,45 = 3,558 Ω
−𝛽(𝑅𝐶||𝑅𝐵2||𝑟𝜋) 𝑟𝜋
𝐴𝑉 =
𝑟𝜋 + 𝑅𝑠 𝑉𝑇 0,6069 0,025 𝑉
1 1 1 𝑟𝑒 = = = = 9,09 Ω
−100(1000 + 3300 + ) 𝐼𝐸 0,00275 𝐴 0,00275 𝐴
927,45
=
927,45 Ω + 50 Ω
= −0,000243619 𝐴 𝑅𝐶 1000 Ω 0,025 𝑉
𝑅𝑜 = = = = 281,056 Ω
𝑅𝑣𝑎𝑟 3,558 Ω 0,00275 𝐴
−𝛽(𝑅𝐶||𝑅𝐵2||𝑟𝜋)
𝐴𝑉 = 𝑉𝑇 0,6069 0,025 𝑉
𝑟𝜋 + 𝑅𝑠 𝑟𝑒 = = = = 9,09 Ω
𝐼𝐸 0,00275 𝐴 0,00275 𝐴
1 1 1
−100(1000 + 3300 + )
927,45 𝑅𝐶||𝑅𝐵2
= 𝐴𝑉 =
927,45 Ω + 50 Ω 𝑟𝑒 + 𝑅𝐸
1 1
= −0,000243619 𝐴 = 1000 + 3300
9,09 Ω + 220 Ω
= 0,00436 𝐴

𝑅𝑖 = (𝑅𝐵1||(1 + 𝑔𝑚 𝑥 𝑅𝐸)𝑟𝜋)
1 1
= (1 + 0,1089 𝑥 220 Ω)
27000 Ω 927,45 Ω
= 0,02694 Ω

Gambar 4. 3 Hasil grafik Resistansi Input

Table 6 Resistansi Output


Parameter Pengukuran
IC 1,4 mA
Gambar 4. 4 Hasil Grafik Resistansi Output
IB 0,2 mA
IE 0,78 mA Analisis:
Dari percobaan kedua ini melakukan banyak
VBE 2,2 V percobaan rangkan dimulai dari perubahan dengan
VCE 2,9 V RE dan tanpa RE, serta resistansi input dan output
kemudian menganalisis hasil yang telah didapat dari
Vo 1,81 mV keluaran grafik pada osiloskop. Terlihat nilai untuk
percobaan menggunakan RE dan tanpa RE sudah
Vi 77,2 mV
benar dengan apa yang diharapkan dengan hasil
Perhitungan : keluaran pada output lebih besar dibanding dari
input.dengan teori bahwa RE hanya menhambat arus
𝑉𝐵 = 1,3069 𝑉
yang telah dihasilkan namun tidak dengan
𝑉𝐸 = 0,6069 𝑉
𝐼𝐸 = 0,00275 𝐴 tegangannya.
𝑅𝑠 = 50 Ω
𝑉𝑇 = 25 𝑚𝑉 = 0,025 𝑉
𝐼𝐶 = 0,0027225 𝐴
𝑅𝑖 = 𝑅𝑣𝑎𝑟 = 3,558 Ω

𝐼𝐶 0,0027225 𝐴
𝑔𝑚 = = = 0,1089
𝑉𝑇 0,025 𝑉

(𝛽 + 1) 100 + 1
𝑟𝜋 = = = 927,45 Ω
𝑔𝑚 0,1089
C. Percobaan 3: Common Collector Analisis:
Pada percobaan yang terakhir ini mendapatkan
gelombang sinyal yang bagus dihasilkan dari
software multism dan sesuai yang diharapkan.

V. KESIMPULAN

1. Prinsip dari transistor yang digunakan sebgai


penguat ialah arus kecil pada basis yang
digunakan sebagai pengontrol arus yang
lebih besar dan disuplai ke kolektor melalui
transistor tersebut.
2. Common Emittor merupakan penguat yang
kaki emittornya digroundkan / diarde
kemudian inputan dihubungkan ke base serta
keluaran diambil dari kolektor, penguat
Gambar 4. 5 percobaan 3. common collector output pada
osiloskop menjadi penguat tegangan serta memiliki
nilai resistansi masukan yang sedang,
transkonduksi tinggi resistansi keluaran
Analisis: tinggi, penguatan tengangan tinggi (AV) dan
Pada percobaan ini mengamati sinyal yang keluar penguatan arus (AI)
dari software multism dan setelah diamati dari 3. Common collector dicirikan sebagai penguat
gelombang yang keluar saat nilai maksimum lebih arus yang dengan kaki kolektor terhubung
tinggi dari gelombang yang keluar saat nilai pada ground. Common collector memiliki
minimum, hal ini disebabkan oleh variabel resistor sinyal output sefasa dengan sinyal input serta
yang dapat mengubah nilai dari resistor dan telah cocok untuk penguat buffer karna memiliki
sesuai dengan teori impedansi output rendah.
4. Penguat yang dikonfigursi dengan common
base untuk penguat sebuah tegangan. Hal itu
dikarenakan isolasi pada output dan inpit
D. Percobaan 4: Common Base yang cukup tinggi, memiliki impedansi
output yang rendah.
5. Resistansi input merupakan nilai resistansi
yang telah diamati dari sebuah sumber
tegangan input VI yang Rs menunjukkan
resistansi pada sumber tegangan, sedangkan
resistansi pada output dilihat dari sumber
tegangan.

Gambar 4. 6 percobaan 4 common base, hasil keluaran dari


osilioskop
VI. REFRENSI

[1] I.p. Y. C. P. A. F. R. Tama Riza Utami, "BJT


DC ANALISIS".
[2] I. M. d. A. S. M. Irmayani, "Elektronika
Analog," 2022.
[3] M. H. NASUTION, "Laporan Akhir
Praktikum Elektroika," 2016.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai